Saat masuk kota, Dax sudah mengingatkan Xia Ya untuk berhati-hati dengan kelicikan Nyonya Gubernur, bahkan mengucapkan kata-kata seperti ini:
“Bos, meski kau adalah majikanku, tapi harus kukatakan bahwa dibandingkanmu, kecerdasan dan kebijaksanaan perempuan ini, serta cara dia menangani urusan, tingkat kekejaman dan ketegasannya jauh melampauimu. Selama hari-hariku di Bestar ini, bisa dibilang aku menyaksikan langsung bagaimana dia langkah demi langkah membersihkan internal, memberantas satu per satu musuh politik dan pejabat yang tidak stabil... Perempuan ini benar-benar politisi sejati yang terlahir alami! Sejujurnya, kalau bukan karena... aku pasti sudah mengundurkan diri darimu untuk bekerja di bawahnya.”
Mendengar ucapan ini, Char melirik si brengsek itu dengan tatapan kejam: “Kalau begitu kenapa tidak sekalian saja kau tunduk padanya?”
“Alasannya hanya satu, dan ini juga merupakan satu-satunya kelemahannya. Tapi sayangnya, kelemahan ini tak bisa diatasi.” Dax menggeleng pelan, ekspresi frustasi dan ketulusannya saat menghela napas justru membuat Char ingin sekali menyepak tubuh pria ini dari atas kuda.
Kelemahan yang diungkapkan Dax ini sebenarnya sederhana.
“Dia adalah seorang perempuan.” Agen intelijen andalan dari Kerajaan Randis ini menggeleng dan berkata pelan: “Meski punya seribu kelebihan, meski kecerdasannya sepuluh kali lebih brilian dibanding politisi yang pernah kuhadapi. Tapi pada akhirnya, dia tetaplah perempuan. Ini adalah dunia pria, politik maupun taktik kekuasaan adalah mainan dan meja judi para pria. Seorang perempuan yang nekat masuk ke permainan ini, sehebat apapun kemampuannya, tak akan bertahan lama. Saat diperlukan, sebaik apapun dia bertindak, sekuat apapun pertahanannya, bahkan tanpa meninggalkan celah sekecil apapun bagi lawannya—tapi untuk menyerangnya, cukup gunakan alasan yang paling sederhana bahkan memalukan: ‘Dia perempuan.’ Alasan ini saja sudah bisa menetralisir separuh lebih usahanya. Perempuan sehebat apapun, mungkin akan mengagumkan dalam waktu singkat, tapi lama-kelamaan justru akan membuat para pria semakin mendendam dan menjijikkannya.”
Char tidak berbicara.
Dax yang sialan ini terus mengolok: “Selama di Bestar, perempuan ini sudah setidaknya tiga kali terang-terangan maupun diam-diam mencoba merekrutku. Syarat yang ditawarkan bahkan sepuluh kali lipat lebih tinggi dari imbalan bosmu. Bahkan sekali dia menjanjikan posisi Kepala Urusan Dalam Negeri. Kalau bukan karena dia perempuan, Laozi pasti sudah…”
“Cukup. Apa maksudmu dengan semua omongan ini?” Char menyipitkan mata.
“Eh... Maksudku sebenarnya sederhana.” Dax tersenyum manis memandangi Char, lalu menarik napas dalam-dalam dan membuat ekspresi serius: “Bos, talenta sepopuler aku ini—Anda harus menaikkan gaji saya!”
“……”
Kali ini Char tidak berkata-kata lagi, langsung menyepaknya.
Kenaikan gaji?!
Sialan! Brengsek serahat ini!
Dax ditunjuk Char sebagai pejabat penghubung, tidak hanya bertanggung jawab atas komunikasi dengan Kesatuan Militer Bestar, tapi juga mengurusi pekerjaan intelijen eksternal dan sebagian besar pengadaan logistik militer!
Menduduki posisi gemuk ini, anggaran militer Pasukan Utara dan anggaran intelijen eksternal harus mengalokasikan porsi besar untuk pria ini.
Dan Dax—dia sama sekali bukan orang yang bersih. Selama ini, dengan licinnya memanipulasi sistem, Tian tahu berapa banyak suap yang sudah dia kantongi!
Masih berani minta kenaikan gaji juga?!
※※※
Bercanda boleh-boleh saja, tapi karena peringatan Dax, saat bertemu Nyonya Gubernur, Char sudah melakukan persiapan matang.
Pertemuan ini tidak dibuat formal. Perempuan itu juga tidak berniat mengadakan pesta besar di Kota Hask untuk menjamu Char. Setelah masuk kota, mereka langsung diantar ke gedung penghubung eksternal untuk beristirahat. Char mandi air hangat, menikmati makanan hangat, lalu disambut bawahan Nyonya Gubernur yang mengajaknya bertemu.
Saat bertemu kembali dengan Nyonya Gubernur yang cantik itu, Char jelas merasakan perubahan besar dalam daya tarik karismatik perempuan ini.
Jika dulu saat pertama kali berkenalan, perempuan ini hanya memberi kesan mendalam pada Char dengan kelicikan, kecerdasan, dan kelicikan politik yang tak sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya. Maka dalam pertemuan kali ini, perempuan di hadapannya perlahan mulai menunjukkan sergapan maut yang mengintimidasi!
Hanya pemimpin sejati yang berkuasa mutlak dengan perkataannya tak terbantahkan yang memiliki daya tarik karismatik seperti ini!
Char sangat memahami alasan fundamental metamorfosis karakter perempuan ini.
Setelah memainkan langkah cemerlang di Kota Kekaisaran - bahkan menjebaknya dalam perhitungan - berhasil menjebak Jenderal Liar, penerus resmi Kesatuan Militer Bestar yang merupakan ancaman terbesar dan duri di matanya, sebagai sandera di ibu kota. Setelah menyingkirkan ancaman terbesar ini dan kembali ke Kesatuan Militer Bestar, melalui proses pembersihan internal selama beberapa waktu, akhirnya berhasil membumihanguskan semua rintangan dan benar-benar memegang kekuasaan mutlak! Jika dulu perempuan ini masih menyembunyikan sergapannya dengan hati-hati dan sering harus tetap rendah hati (mengingat saat itu meski sudah menjadi penguasa, statusnya masih 'penjabat sementara'). Kini tanpa ancaman, perlahan ia menunjukkan sisi keras dan otoriternya!
Tempat pertemuan berada di kediaman kepala kota Hask, tepatnya di ruang tamu. Ketika Char tiba, Nyonya Gubernur itu sudah lama duduk menunggu. Yang menarik perhatian Char adalah saat ia masuk, sang Nyonya Gubernur tidak bangun menyambut, hanya mengangkat kepala dan tersenyum lembut.
Sikap ini langsung membuat mata Char menyipit.
Ternyata... memang mulai menunjukkan kekuatan.
"Jenderal Char, saya sudah lama menunggu." Nyonya Gubernur tersenyum tipis.
Jenderal?
Dalam hati Char menyeringai sinis. Ia masih ingat saat pertama berkenalan, perempuan ini masih sopan menyapanya dengan "Marsekal".
Char tidak bicara, langsung duduk. Pelayan di sampingnya menyuguhkan teh lalu mundur. Perempuan cantik di depannya baru tersenyum dan bertanya: "Apakah penginapan sudah memenuhi kebutuhan Tuan?"
"Cukup baik." Char menyambar cangkir teh di meja lalu meneguknya sepenuh. "Makanannya enak, air mandinya hangat. Ah, Nyonya juga tahu, orang kasar seperti saya yang terbiasa berperang tidak menuntut banyak kemewahan."
Monica mengerutkan kening, memperhatikan Char yang sengaja berlagak kasar. Namun ia segera meluruskan alisnya dan berkata perlahan: "Kabar kedatangan Tuan sungguh menggembirakan. Hanya saja, yang membuat saya heran, menurut laporan staf, kali ini Tuan datang dari selatan?"
Sorot mata Char bergerak, menatap perempuan ini sejenak, lalu tersenyum: "Tidak salah, aku baru pulang dari Kota Kekaisaran."
Jawaban ini membuat wajah Monica berubah seketika. Setelah terdiam sejenak, dia sengaja menghela napas: "Kalau begitu, situasi di Kota Kekaisaran sekarang, Anda sudah menyadari sepenuhnya?"
Char tersenyum, tidak memberikan tanggapan.
Dia sangat paham, perempuan ini sedang pusing.
Bagi perempuan ini, mungkin benar-benar sulit dimengerti mengapa dirinya datang dari selatan sepanjang perjalanan.
Mungkin tidak ada yang menyangka, pemimpin Pasukan Utara seperti dirinya akan menyimpang dari pekerjaan resmi, meninggalkan segudang urusan penting di rumah, hanya demi seorang perempuan pergi sendirian ke Kota Kekaisaran di selatan—eh, sepertinya dirinya memang bukan pemimpin yang layak.
Sekarang, pasti dalam hati perempuan ini sedang menebak-nebak, memperhitungkan, sebenarnya untuk apa dirinya ke Kota Kekaisaran... Biarkan dia terus berpikir! Semakin dalam pikirannya, justru memungkinkan Char berpura-pura misterius.
Char langsung tertawa terbahak, sengaja mengalihkan topik: "Tampaknya energi vital Nyonya sangat baik, pastinya hari-hari ini semuanya berjalan lancar? Kabarnya, gerak-gerik Kesatuan Militer Bestar belakangan cukup ramai."
Monica terdiam sebentar, tidak merespons ucapan Char, malah balik bertanya: "Insiden Kota Kekaisaran, mantan atasan Anda sudah naik jabatan menjadi Marsekal Pelindung Negara, sementara Adipati Minas memimpin pasukan di luar. Tidak tahu Jenderal..."
“Urusan Kota Kekaisaran, biarlah para Tuan di sana yang memikirkannya. Siapa yang jadi Marsekal, siapa yang jadi Perdana Menteri, bukan urusan kita. Itu adalah kehendak Kaisar, Dia berhak mengangkat siapapun sesuai keinginan-Nya. Sebagai pejabat kekaisaran, kita tidak punya hak untuk memberi komentar.” Xia Ya langsung berlagak bak menteri setia, andai saja orang tidak tahu dasar si kampungan ini, mungkin mereka akan mengira Tuan Besar Xia Ya kita adalah pejabat loyalis Kekaisaran sejati.
Wajah Nyonya Gubernur akhirnya berubah masam. Ia menarik napas dalam-dalam seolah menelan kemarahannya, lalu berkata perlahan: “Jenderal bercanda. Kita sebagai bawahan, tentu tidak pantas menilai tindakan Yang Mulia, tapi urusan militer ini...”
“Saat saya meninggalkan ibu kota, Tuan Adrik sempat berpesan.” Xia Ya tersenyum tipis, lalu dengan wajah tebal berbohong: “Katanya, Kesatuan Militer Bestar telah membuktikan kesetiaannya dengan menjaga wilayah utara sebagai Penghalang Utara Kekaisaran. Nanti saat pasukan besar kita menyerbu ke utara merebut kembali wilayah dari pemberontak, kita masih perlu mengandalkan kekuatan orang Besta.”
Beneran baru ketemu hantu!
Nyonya Gubernur nyaris hidungnya melintang karena marah. Meski tahu persis si brengsek di hadapannya sedang mengarang cerita – dari pemahamannya terhadap para petinggi ibu kota, tentu Adrik tak mungkin mengucapkan kata-kata seperti itu. Faktanya, segala pihak di Kota Kekaisaran sama sekali tidak akan benar-benar mempercayai Bestar, faksi mantan kubu pemberontak yang baru saja menyerahkan diri ini.
Tapi Char berbicara dengan alasan muluk, Nyonya Gubernur juga tak bisa langsung menyanggah. Setelah mengeluarkan suara "Hmph" dua kali, dia pun diam.
Akhirnya, setelah bergumam sejenak, senyuman kembali muncul di wajah Nyonya Gubernur. Ia menarik napas dalam-dalam, seolah menyapu suasana kaku tadi dalam sekejap. Dengan senyum ramah dan sikap merendah, dia berkata perlahan: "Selain pertemuan dengan Anda kali ini, ada satu hal lagi... Insiden beberapa waktu lalu sejujurnya adalah kesalahpahaman. Syukurlah Jenderal begitu murah hati melepaskan bawahan saya yang tidak becus itu. Saya mohon Jenderal percaya, kami orang Besta selalu memegang teguh perjanjian aliansi, sama sekali tidak punya niatan melawan Pasukan Utara. Jika kedua pihak kami bersekutu di kondisi Utara saat ini, seluruh wilayah Utara Kekaisaran tak akan ada tandingannya. Justru jika terjadi perselisihan di antara kita, itu akan menyakiti sekutu dan menyenangkan musuh..."
Yang dia maksud adalah kemarahan Char sebelumnya atas percobaan pembunuhan Dafeny, yang membuatnya memerintahkan pembersihan sarangnya sendiri dengan menangkap banyak mata-mata dari berbagai faksi - termasuk sejumlah mata-mata dari Kesatuan Militer Bestar. Namun kemudian Char sengaja membebaskan semua tawanan Bestar, insiden yang membuat orang Besta kehilangan muka dan menciptakan retakan dalam hubungan kedua belah pihak.
Dengan sengaja menyebut titik lemahnya sendiri kali ini, wanita ini jelas menunjukkan sikap menunjukkan kelemahan dan mencari perdamaian.
Begitu Char mengerti maksud lawannya, dia tak memperpanjang masalah. Dengan senyum tipisnya yang khas, dia berkata: "Nyonya terlalu sopan. Hal-hal seperti ini memang tak terhindarkan. Dulu karena masalah keamanan, banyak pedagang pihak Nyonya yang salah ditangkap. Aku pun merasa sangat bersalah. Kini setelah salah paham terjelaskan, tentu tak akan mempengaruhi hubungan kedua pihak."
"Kau merasa bersalah? Dasar hantu!"
Monica mengepal gigi dalam hati.
Mata-mata dan agen intelijennya yang dulu ditangkap Char sengaja menyamar sebagai pedagang di wilayah Pasukan Utara. Meski para tawanan dilepaskan, toko-toko kedok mereka, barang dagangan, dan harta benda semuanya disita habis oleh Pasukan Utara. Brengsek ini malah mendapat rezeki nomplok!
Setengah hari saling menguji, kedua pihak mulai jenuh. Dengan sengaja Char menguap lebar: "Aku lelah setelah perjalanan jauh. Terima kasih atas undangan Nyonya untuk berbincang. Jika tak ada hal penting..." Maksudnya jelas: langsung ke pokok masalah, atau dia tak mau berlama-lama.
Kali ini Nyonya Gubernur tetap tenang. Ucapan Char tak lagi memancing amarahnya. Yang membuatnya penasaran adalah sikap acuh tak acuh pria ini - apakah dia benar-benar sudah punya strategi menghadapi perubahan besar di Kota Kekaisaran, atau memang tak peduli apapun?
“……”Setelah beberapa saat memandangi Char dengan seksama, Nyonya Gubernur akhirnya berbicara perlahan: "Setelah Jenderal mundur ke utara kali ini, ke arah mana tujuanmu?"
Khawatir pria ini akan mengucapkan omong kosong lagi dan berpura-pura, Nyonya Gubernur langsung menyingkap maksud sebenarnya: "Beberapa hari lalu aku telah menerima perintah militer dari Ibu Kota yang memerintahkan Bestar untuk mengerahkan pasukan memerangi pemberontak Utara. Pastinya perintah seperti ini juga telah diterima Pasukan Utara. Kita adalah sekutu yang telah terikat perjanjian aliansi sebelumnya. Jika hendak bertindak, tentu paling baik saling berkoordinasi dari jarak jauh untuk memperkuat momentum. Jika Jenderal berniat mengerahkan pasukan, orang-orang Bestar tentu akan memikul tanggung jawab tanpa ragu, bersedia berkoordinasi di Selatan untuk membantu meringankan tekanan Pasukan Utara..."
Char menatap perempuan ini, tiba-tiba hatinya terpancing niat iseng. Dengan sengaja ia tersenyum dan merendahkan suara: "Oh? Benarkah? Nyonya... Bagaimana jika rencanaku adalah memimpin pasukan ke selatan menyerang Ibu Kota? Apakah Pasukan Bestar juga bersedia..."
Wajah Nyonya Gubernur langsung berubah pucat!
Memimpin pasukan menyerang Ibu Kota?!
Laki-laki ini benar-benar memiliki ambisi sebesar itu?!
Ucapan ini sungguh terlalu absurd! Belum lagi jarak Pasukan Utara ke Ibu Kota yang terlalu jauh, sulit dijangkau... Meski benar-benar membawa pasukan ke Ibu Kota, apa sebenarnya maksud tersembunyi pria ini? Untuk memperkuat reputasi Adrik? Atau... Apakah dia sendiri memiliki ambisi lain?!
Tapi jika dipikir lebih dalam... Kalau orang ini benar-benar berani melawan langit dan bertindak semaunya, hal ini mungkin saja benar-benar terjadi!
Dengan kekuatan Pasukan Utara saat ini—puluhan ribu prajurit tangguh, termasuk pasukan berkuda paling elit di Utara Kekaisaran! Jika dia benar-benar membawa pasukannya bergerak besar-besaran ke selatan menuju ibu kota, sepanjang perjalanan, para warlord daerah mungkin tak ada yang mau jadi burung pertama yang menantangnya. Bisa jadi mereka akan mengulangi skenario saat ekspedisi selatan membela Raja dulu—berpura-pura bodoh dan membuka jalan!
Jika puluhan ribu pasukan ini sampai ke ibu kota, situasi pasti akan mengalami perubahan dahsyat! Dengan puluhan ribu pasukan elit di ibu kota, jika dia mendukung Adrik, posisi Adrik akan stabil. Meski Adipati Minas di Selatan memimpin pasukan pemadam pemberontakan yang mandiri, mungkin takkan mampu melawan ibu kota.
Tapi jika si nak ini juga berniat ikut campur dalam situasi ibu kota—dengan identitasnya sebagai Panglima Pasukan Utara, gelar Adipati Kekaisaran... ditambah puluhan ribu pasukan elit—pergi ke ibu kota tanpa bergabung dengan faksi mana pun, melainkan mandiri, dia pasti punya hak untuk ikut dalam perebutan kekuasaan ini!
Meski harus meninggalkan markas besar Pasukan Utara di Utara agak berisiko, tapi jika taruhan besar ini berhasil menguasai pusat kendali Kekaisaran di ibu kota, menyandera Kaisar cilik... secara strategi, ini sepadan!
Tapi pikiran gila ini hanya sekelebat muncul di hati Monica, lalu segera diabaikannya.
Mengenai karakter Char, meski dia berpura-pura kasar dan tidak berpendidikan, sebenarnya hubungannya dengan Adrik sangat erat. Bagaimana mungkin dia akan memimpin pasukan ke Kota Kekaisaran untuk merebut kekuasaan dari Adrik? Lagipula, kabar dari ibu kota menyebutkan Adrik bahkan berencana menikahkan putrinya dengan Char...
Memikirkan ini, Nyonya Gubernur tersenyum mantap: "Jenderal sedang bercanda. Seperti kata Anda, Sang Kaisar telah memerintahkan Jenderal Adrik sebagai Marsekal Pelindung Negara. Urusan ibu kota tentu bukan urusan bawahan daerah seperti kami. Ucapan Jenderal tadi pasti hanya gurauan untuk mempermainkan perempuan bodoh seperti saya."
Sambil berkata demikian, dia sengaja menutupi bibir sambil tertawa. Meski tahu betul perempuan ini licik, kejam dalam pekerjaan, dan suram pikirannya, tapi melihatnya tertawa malu-malu dengan kilauan mempesona, siapa sangka ini adalah ular wanita cantik yang berbahaya?
Char juga mengikuti tawa lawannya, turut tertawa ringan sebelum kemudian beranjak berdiri. Dengan perlahan ia berkata: "Takkan kusembunyikan pada Nyonya, soal mengerahkan pasukan... Pasukan Utara kami memang akan bergerak. Markas besar telah memerintahkan, sebagai Penghalang Utara Kekaisaran, tentu kami takkan mengelak. Namun 'ajakan bersama dan saling mendukung' dari Nyonya Gubernur ini tak perlu kami terima." Di sini nada Char datar, namun di baliknya tersirat aura keperkasaan dan sikap meremehkan: "Sejak Pasukan Utara berdiri, pertempuran mana yang bukan bangkit dari Situasi Genting? Pertempuran mana yang mengandalkan orang lain? Dulu hanya menguasai satu kota, menghadapi orang Odin pun kami tak gentar. Kini dengan tiga county dan pasukan elit puluhan ribu, masak keberanian kami justru menyusut? Meski Utara masih dikelilingi serigala-serigala, itu tak kami hiraukan! Setelah kembali, dalam hitungan hari pasukan akan bergerak. Mohon Nyonya Gubernur menunggu kabar Kemenangan kami! Soal hal lain..."
Di sini mata Char berkedip licik: "Jika Nyonya benar-benar berniat baik, dengan muka tebal kuminta satu hal—logistik adalah prioritas perang. Tiga county wilayah kami memang penghasil pangan, namun biaya perang tak kecil. Nanti kami perlu bantuan Bestar. Setelah pulang, akan kukirim tim khusus untuk membeli persediaan. Mohon Nyonya memudahkan urusan ini."
Nyonya Gubernur dengan wajah tenang berkata dengan datar: “Baiklah kalau begitu.”
Char keluar dari markas pertahanan dan kembali ke penginapan tempat istirahat. Di dalam penginapan, Dax ternyata sudah menunggu di kamarnya sejak lama.
Melihat Char kembali, Dax langsung tersenyum: “Gimana? Perempuan itu sulit ditangani?”
“Sulit sih tidak juga.” Char tersenyum: “Situasinya sekarang seharusnya lebih sulit dariku. Hmph... Dengan kekuatan Bestar, menjaga diri di Utara masih cukup, tapi untuk berkembang masih kurang. Pasukan Bestar punya prajurit terlatih dan persediaan lengkap, tapi kalau mau memberontak melawan pemberontak, hanya dengan kemampuannya sendiri masih jauh dari cukup. Dia ingin mengajakku bersama-sama mengerahkan pasukan... Ide yang bagus! Kavaleri Pasukan Utara-ku tak terkalahkan di Utara, dia ingin memanfaatkan momentum kita, mana mungkin dapat keuntungan semudah itu. Apa kupikir tidak tahu niatnya? Dia berharap kita yang pertama mengerahkan pasukan, menarik perhatian banyak pemberontak di Utara. Saat mereka bersatu melawanku, pasukan Bestar-nya bisa mengambil kesempatan merebut beberapa wilayah dan mengeruk keuntungan. Hmph... Aku tidak akan memberinya kesempatan ini!”
Dax mendengar, menundukkan kepala sejenak berpikir, mengerutkan kening berkata: "Kau tidak memberinya kesempatan? Mungkin sulit! Begitu kamu memberontak, situasi sudah di luar kendalimu! Sekarang banyak faksi di Utara, Pasukan Utara yang terkuat. Begitu kamu memberontak, itu seperti mengusik sarang lebah. Faksi warlord Utara akan menganggapmu sebagai musuh utama. Saat itu mereka pasti bersatu melawanmu. Perempuan itu pasti akan memanfaatkan kesempatan untuk mengambil keuntungan. Masak kau bisa menghalanginya?"
Sorot mata Char tiba-tiba dingin, perlahan berkata: "Pasukan mengutamakan kecepatan dewa! Aku bertempur cepat, tidak memberi dia kesempatan bertindak sebelum pertempuran selesai! Nanti dia hanya bisa melotot saja."
"Bagaimana mungkin." Dax tampak merendahkan: "Di sekitar Pasukan Utara, masih ada empat faksi pemberontak yang berbatasan dengan kita. Belum lagi kalau kamu memberontak, pemberontak yang lokasinya berdekatan mungkin ikut mengirim pasukan... Meski kamu jago bertempur, empat faksi yang berbatasan itu harus kau taklukkan satu per satu! Kau ingin cepat, tapi bagaimana bisa?!"
Char tertawa terbahak-bahak, sorot matanya tiba-tiba menjadi tajam!
"Siapa bilang harus menyerang satu per satu? Laozi akan main besar! Aku akan membagi pasukan jadi empat jalur serangan sekaligus! Satu pertempuran untuk menaklukkan Utara!"
Dax berubah pucat, tiba-tiba melompat bangkit: "Kau gila!! Memisahkan pasukan menjadi empat arah untuk menumpas pemberontak, kau pikir faksi warlord itu patung kertas?! Kekuatan kita, jika menghadapi salah satu klan, memang pasti menang, meski lawan dua klan sekaligus masih bisa menang, tapi kalau harus berhadapan dengan tiga klan sekaligus, mungkin cuma bisa bertahan! Kau malah membagi pasukan jadi empat arah sekaligus, kekuatan tercerai-berai, empat front ini semuanya akan KALAH!!"
Char sama sekali tidak terlihat emosional, memandangi Dax, tersenyum tipis.
"Kau tak mengerti... karena kau tak tahu kekuatan apa yang kini kukuasai!"
