“Bagaimana kamu bisa datang?” Si Menyedihkan akhirnya menyadari kedatangan Char, meletakkan gaun panjang yang belum selesai di tangannya, menatapnya dengan senyum dan sorot mata jernih yang membuat jantung Char tiba-tiba berdebar pelan.
Dengan santai menarik napas dalam-dalam, ia berjalan perlahan mendekat, lebih dulu memeluk Adeline, lalu membungkuk untuk mencium bibir merah tunangannya dengan lembut sebelum tertawa: “Tidak ada apa-apa, hanya ada waktu luang, datang untuk melihatmu.”
Wajah Adeline memerah——ternyata perempuan memang aneh, dulu ia bisa kabur ke Padang Api Liar dengan menyamar sebagai pria, kemudian demi mencari Char ke utara bahkan melakukan perjalanan ribuan li dari Kota Kekaisaran, gadis pemberani yang berani mencintai dan membenci ini, tiba-tiba menjadi pemalu sesaat sebelum pernikahan. Diumpel Char begitu saja, wajahnya langsung merah membara seperti terbakar api, berteriak kaget sebelum mendorong Char perlahan dan memohon dengan suara pelan: “Jangan... di sini...”
Char tertawa terbahak-bahak, baru saja merasa puas diri, tapi seketika melihat sorot mata tidak ramah dari beberapa spirit di ruangan itu——makhluk-makhluk ini benar-benar "jujur", makan-minum atas biaya Laozi di sini, tapi berani menunjukkan ketidakpuasan secara terang-terangan tanpa sedikit pun menyamarkan.
Sofie yang merupakan bawahan Char akhirnya bertindak. Dengan batuk kecil, ia menunjukkan sikap layaknya kepala staf. Setelah memberi hormat pada Char, ia tersenyum tipis: "Jenderal, Anda datang di saat yang tepat. Saya baru saja hendak menuju markas pertahanan untuk mencari Anda..."
Char cepat-cepat melambaikan tangan: "Cukup. Hari ini bukan hari kerja. Urusan apapun, sesuaikan saja kebijaksanaanmu. Saya percaya padamu."
Sofie terdiam sejenak, lalu tersenyum kecut sambil mengangguk: "Benar. Jenderal sebentar lagi menikah, sebagai bawahan memang tidak pantas mengganggu Anda dengan urusan-urusan remeh."
Sambil berkata demikian, Sofie yang cukup peka segera mencari alasan untuk berpamitan dan pergi.
Setelah kepergian Sofie, para spirit itu sama sekali tidak menyembunyikan ekspresi tidak suka mereka. Di wajah mereka jelas terpampang tulisan "dengan geram", hampir saja langsung menegur Char karena mengganggu pekerjaan mereka.
Char juga malas melihat raut wajah para spirit ini. Ia menarik tunangannya sambil tertawa: "Ayo pergi."
“Adeline agak enggan meninggalkan rok yang belum selesai——ras spirit ini memang hebat, gaun panjang megah yang mereka tenun bahkan tak pernah dilihat Adeline yang berasal dari keluarga kerajaan sebelumnya dalam hal keindahan dan detail sempurna. Namun Char segera merangkul pinggang Adeline dan langsung menggendong pengantinnya keluar.
Keluar dari rumah ini, Adeline baru menghela napas pelan, menyandar di pelukan Char sambil berbisik lembut: "Kenapa kamu datang? Lusa kan pernikahan, menurut tradisi kita seharusnya tidak bertemu dua hari ini."
"Ngapain banyak pantangan." Char melambaikan tangan dengan santai, tertawa terbahak: "Aku ini melakukan segala hal tanpa batasan."
Sampai di sini, tiba-tiba suaranya menjadi serius, berbisik pelan: "Aku rindu, jadi datang melihatmu."
Mata Adeline langsung menyipit, ia mengaitkan tangan di leher Char dan mematuk lembut pipinya: "Sekarang kamu adalah komandan seluruh pasukan, penguasa Utara, jangan menyimpang dari tugas. Urusan di kota ini rumit seperti ribuan benang kusut, jangan bertindak semaunya——Aku tidak mau sebelum menikah sudah dibilang sebagai pembawa malapetaka yang menghancurkan negara."
Char tertawa terbahak, mencubit hidung Adeline sambil berbisik: "Kaulah pembawa malapetakaku!"
Kemudian dia mengusap Char miliknya, memandang Si Menyedihkan, tiba-tiba berseru: "Baru saja aku teringat, dulu di Padang Api Liar gigimu copot, sudah kukatakan akan memasang gigi emas untukmu. Tapi sekarang kusadari, kau tak mendengarku. Mari, istri baikku, setelah menikah nanti, pasti akan kucari beberapa tukang emas ahli untuk memasang sebutir..."
Adeline mendengus, tertawa marah: "Lagi-lagi mengganggu aku... Gigi emas apa? Memalukan sekali."
Char segera berseru lantang: "Masa! Istriku pasti cantik tak tertandingi, sekalipun dipasangi mulut penuh gigi emas, pastinya akan tampak anggun sempurna."
Setelah bercanda sebentar dengan Adeline, suasana hati Char menjadi sangat baik. Awalnya dia ingin terus bermesraan dengan tunangannya di tempat itu, namun sayangnya ada yang datang mencari.
Penjaga Char masuk dengan gesit sambil membawa seorang pria. Dari kejauhan Char sudah melihat, pria yang berlari sambil berkeringat deras mengikuti penjaganya itu tak lain adalah Ilunt, mantan pelayannya dahulu.
Petani ini sejak mendapat jasa besar di medan perang, telah diturunkan oleh Char untuk mengabdi di pasukan. Semula Char bermaksud baik memberi senjata ini prospek masa depan, tapi siapa sangka Ilunt tetap tidak berubah sifat aslinya. Dulu saat jadi petani sudah rakus tapi malas, setelah dimasukkan ke pasukan pun tetap bukan bahan yang cocok untuk jadi prajurit berperang.
Namun memikirkan bajingan ini masih punya sedikit kelicikan, Char memutuskan untuk melemparkannya ke Kantor Logistik dan menyerahkannya pada Cato untuk dilatih. Barulah bakatnya dimanfaatkan secara maksimal. Bajingan ini memiliki kecerdasan licik ala petani, di Kantor Logistik justru bekerja cukup baik. Bahkan kabarnya Cato sangat mengapresiasinya.
Kali ini tugas menyambut para pejabat yang dikirim dari Kota Kekaisaran diserahkan pada Ilunt.
Melihat Ilunt berlari kembali, Char langsung tahu pasti tugasnya sudah selesai dan bajingan ini datang untuk melapor padanya.
Char kemudian menghela napas——ternyata memang tidak bisa santai sebelum pernikahan.
Dia melemparkan sorot mata permintaan maaf pada Adeline, namun Adeline hanya tersenyum lembut.
Para penjaga dan Ilunt yang datang ke sekelilingnya langsung memberi hormat pada Char. Mengingat Ilunt dulunya adalah pelayan Char, setelah memberi hormat pada Char, dia segera memberi penghormatan besar pada Adeline juga.
Si Menyedihkan tersenyum tipis, mengangkat tangan, dan berkata pelan: "Kalian ada urusan, aku pergi dulu."
Sambil berkata demikian, dia kembali masuk ke dalam rumah.
Char mengeluarkan dua kali "Waduh", dengan wajah frustasi memandangi Ilunt: "Pekerjaan selesai?"
Ilunt buru-buru mengangguk, dengan wajah menjilat yang nyata.
Dalam hati Char sebenarnya terdiam——baik Ilunt maupun Duoduo Luo, dua pelayan paling dekatnya, mengapa semuanya berperilaku sama: bajingan ditambah penjilat kelas kakap.
“Lancar?” Char bertanya lagi.
“Tuan, para rombongan dari Kota Kekaisaran itu, menurutku mereka semua bodoh.” Ilunt tertawa: “Apa pun yang kukatakan, mereka langsung percaya. Bahkan lebih patuh daripada anak kecil.”
Char mengerutkan kening, berkata dengan datar: “Jangan terlalu lengah. Pemikiranmu terlalu polos. Para begundal ini sudah bergaul di lingkungan Kota Kekaisaran selama puluhan tahun. Pengetahuan mereka seratus kali lipat lebih tinggi daripada anak desa sepertimu! Sebenarnya tak ada satu pun orang bodoh di antara mereka! Mereka membiarkan dirimu memanipulasi hanya karena belum mengenal medan dan terpaksa menuruti omong kosongmu. Jika kau meremehkan mereka, nanti kau yang babak belur.”
“Ya ya ya! Aku salah paham.” Ilunt memperlakukan ucapan Char bagai sabda suci yang tak boleh dilanggar: “Tuan, aku datang untuk meminta petunjuk. Tepat seperti dugaan kita, setelah tahu Tuan akan menikah, mereka semua tak terburu-buru menjabat. Pasti datang ke Kota Danzeer sebagai tamu undangan. Tuan Green telah mengatur kereta kuda untuk mengantar mereka. Aku menunggang kuda cepat pulang lebih dulu untuk melapor. Perkiraan besok pagi mereka akan tiba di Kota Danzeer. Saat itu nanti...”
“Lakukan sesuai rencana.” Char tetap datar: “Urusan ini serahkan pada Kepala Staf Sofie. Atur saja pesta penyambutan. Bagaimanapun juga mereka ratusan pejabat dari ibu kota. Tapi aku tak akan hadir. Alasannya cukup masuk akal – aku sibuk mempersiapkan pernikahan dua hari lagi.”
Setiap kali Char mengucapkan satu kalimat, Ilunt mengangguk seperti anak ayam mematuk.
Char bergumam sejenak, lalu tiba-tiba tertawa: "Untuk urusan penerimaan ini, kamu tetap harus muncul. Bersikaplah licik - di hadapan para Tuan Kota Kekaisaran, tunjukkan kesopanan maksimal. Apapun permintaan mereka, ikuti saja. Tapi setelah membalikkan badan, abaikan mereka. Hmph, taat di luar namun membangkang di dalam, paham maksudku? Tahan mereka selama mungkin. Jangan biarkan mereka segera menjabat. Tunda sampai setelah pernikahan, lalu tahan beberapa hari lagi. Biarkan saudara-saudaraku di daerah menyelesaikan pekerjaan sebelum melepas para Tuan ini."
Ilunt mencatat semua instruksi. Meski berperilaku seperti kaki anjing, dia cukup teliti dalam bekerja - alasan Char mengangkatnya jadi pejabat penting. Ilunt segera pamit untuk melaksanakan tugas.
Char ingin beristirahat lagi, tapi beberapa urusan lain datang menyusul. Cato mengirim kabar bahwa kurcaci di luar kota mengirim utusan masuk untuk menemui-nya, mungkin ada perselisihan dalam penempaan senjata yang perlu diputuskan.
Sebenarnya Char merasa terdiam.
Secara logika, seharusnya dia tidak sibuk sampai begini - bahkan dua hari sebelum pernikahan pun masih belum bisa santai.
Tapi semua ini memang terkait dengan para pejabat yang dikirim Ibukota.
Untuk "menyambut" para pejabat yang dikirim dari Kota Kekaisaran, Char sejak pagi telah membagikan semua bawahannya yang kompeten ke berbagai penjuru daerah.
Seperti Rhinehardt, Dax, bahkan Philip dan Afrecarter pun semuanya dikirim keluar. Kini di sekelilingnya hanya tersisa beberapa tim penjaga, membuat semua urusan besar-kecil harus ditangani sendiri.
Adapun tugas para bawahan yang dikirim itu cukup sederhana: mempersiapkan penyambutan.
Untuk menyambut para pejabat yang ditugaskan dari ibu kota, persiapan Char adalah: mengosongkan seluruh keuangan daerah dan persediaan! Memungut pajak lebih awal! Di gudang, jangan harap menemukan sebutir gandum pun - kalau bisa menemukan satu butir saja, itu sudah menunjukkan kemampuanmu!
Bahkan beberapa yang kejam dikabarkan telah membongkar pintu gerbang kantor administrasi daerah dan membawanya pergi.
Singkat kata, sebelum para Tuan dari ibu kota resmi menjabat, gudang pemerintah di wilayah mereka sudah bersih seperti sapu ijuk, tak tersisa sehelai bulu pun.
Untuk menyelesaikan "relokasi besar" ini, hampir semua pasukan andalan Char dikirim ke berbagai daerah. Bahkan Batalyon Kavaleri Kuat di sekitarnya hanya tersisa separuh sebagai penjaga.
Namun setelah menyelesaikan beberapa urusan, tugas terakhir membuat Char mengerutkan kening, menggesekkan gigi dengan ekspresi frustasi.
Alasan sederhana: Pasukan berkuda pertahanan Kota Danzeer datang melapor bahwa atasan langsung mereka, Nenei, mengajukan cuti sakit dan tidak mengurus tugas lagi. Jadi perwira penjaga kota datang meminta instruksi Char tentang siapa yang harus mengambil alih.
Char merasa frustasi.
Secara alami dia paham alasan Nenei menghilang. Sebagai bos besar Pasukan Utara, seharusnya Nenei sebagai bawahan minta izin cuti sakit padanya terlebih dahulu. Tapi tiba-tiba saja dia menghilang meninggalkan segudang pekerjaan - namun Char sama sekali tidak mungkin menghukum Nenei karena hal ini.
Jangan bercanda! Sekarang setiap kali melihat Nenei, Char langsung merasa bersalah. Mana berani dia menghadapi Nona Besar Nenei?
Mengetuk-ngetuk dahinya, Char menghela napas lalu memutuskan untuk menyerahkan tugas pertahanan kota pada Sharba terlebih dahulu, kemudian menyuruh utusan itu pergi.
Nenei... Hah, semoga tidak terjadi apa-apa padanya.
※※※
Sementara Char pusing, Nenei sendiri baru saja memasuki Kota Danzeer melalui pintu utara.
Saat masuk kota, terjadi insiden kecil.
Nenei kembali dengan menunggang kuda, tapi tentu saja tidak memakai zirahnya lagi - sejak di tepi sungai, Nenei sudah menyadari bahwa seiring pulihnya rupanya, postur tubuhnya tidak lagi seberotot monster seperti dulu.
Setelah berubah menjadi perempuan lemah gemulai, mana mungkin bisa memakai zirah ukuran besar itu?
Nenei hanya mengenakan sebuah jubah, meski jubah itu agak kebesaran, namun dengan mengencangkan ikat pinggang dan ditambah wujudnya yang memesona saat ini, justru terlihat semakin anggun.
Hanya saja... kudanya mengalami masalah.
Kota Danzeer adalah basis perdagangan lintas batas yang sedang dipersiapkan Char untuk dikembangkan. Oleh karena itu, pertahanan kota di sini umumnya cukup terbuka. Selama tidak terjadi peristiwa besar, gerbang kota biasanya terbuka 24 jam. Untuk masuk-keluar kota tidak memerlukan Surat izin khusus, setiap orang hanya perlu membayar sedikit pajak gerbang, mengambil sebuah papan, lalu sepanjang hari itu bisa masuk-keluar kota secara bebas tanpa dikenakan biaya lagi.
Sebagai perwira militer, apalagi yang levelnya cukup tinggi, Nenei tentu bisa masuk-keluar kota dengan mudah.
Masalahnya... penampilan Nenei sekarang telah berubah drastis. Siapa sangka kecantikan luar biasa di hadapan ini adalah prajurit garang perempuan yang termasyhur di kalangan Pasukan Utara?
Dengan jubah biasa, Nenei masih diliputi keraguan. Sepanjang perjalanan, tangannya terus menerus menyentuh pipinya, merasa semua yang terjadi hari ini bagai mimpi. Seolah dengan sekali sentuhan lagi, ia akan terbangun dan "perubahan wajah" ini hanyalah mimpi indah belaka.
Namun setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Nenei menyadari: Ternyata ini bukan mimpi!
Tapi saat tiba di gerbang Kota Danzeer, jantung Nenei justru semakin berdebar kencang.
Aku... benar-benar akan masuk ke kota, langsung lari menemui Char? Menemui siluman itu?
Lalu?
Lalu apa yang harus kulakukan?
Menuntut jawab kenapa dia tidak menyukaiku?
Atau seperti kata perempuan misterius itu, memperlihatkan rupa baruku ini lalu mengejeknya karena punya mata buta?
Sepertinya... keduanya tidak tepat.
Saat masuk kota, Nenei juga belum bisa merapikan pikiran dalam hatinya. Tapi ketika prajurit penjaga gerbang menghentikannya dan meminta pajak masuk kota, Nenei tidak menunjukkan identitasnya. Meskipun papan identitas pasukan dan lencana ada dalam pelukannya, dia tak ingin menimbulkan komplikasi di gerbang kota - bagaimana menjelaskan pada orang lain? Mengatakan bahwa dirinya adalah Komandan Nenei yang hanya keluar sebentar lalu kembali sebagai gadis cantik?
Dengan rendah hati Nenei membayar pajak masuk: satu orang plus seekor kuda, total hanya dua Tanduk Tembaga.
Seharusnya tidak ada Kejadian Tak Terduga.
Meski para prajurit penjaga terpana oleh kecantikan gadis muda di hadapan mereka.
Bahkan prajurit yang menerima Tanduk Tembaga dari Nenei wajahnya memerah hingga ke telinga, tak berani menatap langsung mata Nenei! Pasukan penjaga gerbang di sampingnya memandanginya dengan tatapan kagum, pejalan kaki di sekitar juga melemparkan berbagai pandangan aneh: ada yang terpana, ada yang iri, ada yang diam-diam jatuh cinta...
Sudah bertahun-tahun Nenei tidak mendapat tatapan seperti ini.
Perwira kecil di gerbang kota tercengang oleh kecantikan Nenei, bahkan nada bicaranya menjadi lebih sopan, dan dengan "antusias" menanyakan tujuan Nenei masuk kota. Jika ada kesulitan, dia dengan senang hati akan membantu, dan sebagainya.
Menghadapi perwira kecil yang kikuk mencoba merayunya itu, Nenei bingung antara ingin tertawa atau menangis. Sebenarnya dia mengenali perwira ini. Saat sebelumnya memimpin pasukan keluar kota untuk latihan, perwira penjaga gerbang ini pernah ketakutan sampai wajahnya pucat pasi melihat rupa garangnya.
Nenei menolak niat baik perwira yang jelas-jelas menyimpan perasaan cinta diam-diam ini. Tapi baru saja masuk kota, dia sadar sedang diawasi.
Yang membuat Nenei antara ingin tertawa dan menangis adalah, yang mengawasinya justru adalah bawahannya sendiri!
Untuk menyambut pernikahan Tuan Char dan menjamin stabilitas keamanan Kota Danzeer sebelum/sesudah acara, resimen kavaleri independen Pasukan Utara telah mengerahkan 500 prajurit berkuda untuk memperkuat sistem patroli pertahanan kota.
Kini separuh tim patroli di Kota Danzeer sudah terdiri dari kavaleri resimen independen.
Yang mengawasi Nenei adalah sekelompok pasukan berkuda patroli yang kebetulan lewat di gerbang kota.
Dua pemimpin di depan, dari jauh melihat Nenei sendirian masuk kota dengan kuda pelan-pelan, langsung waspada.
Dengan cepat, melalui beberapa isyarat tangan diam-diam, pasukan berkuda ini segera mengepungnya.
“Tim satu kavaleri membubar, depan belakang kiri kanan, diam-diam bergerak mendekati posisi Nenei yang sedang berjalan, sebenarnya sudah mengepung Nenei secara diam-diam.”
Lalu, pemimpin kavaleri perlahan mengendarai kuda mendekat: "Berhenti!"
Nenei menatap beberapa prajurit berkuda ini...
Beberapa prajurit berkuda ini, kebetulan adalah mantan perampok kuda bawahan sendiri yang seharusnya sudah mati!
Pemimpin kavaleri ini semakin mendekat, melihat rupa Nenei, juga sempat linglung sebentar, hampir tak tahan terus memandang, syukurlah akhirnya sadar kembali, lalu menatap kuda di bawah pangkuan Nenei, sorot matanya menjadi lebih serius.
"Nona ini." Saat perampok kuda ini berbicara, mungkin karena kecantikan Nenei yang berlebihan, nadanya sangat sopan - tapi Nenei tahu, anak buahnya ini biasanya sama sekali tidak punya tata krama sebaik ini.
Para mantan perampok kuda ini, tanpa alasan saja bisa membuat ombak setinggi tiga chi, tak satu pun dari mereka yang tidak suka membuat masalah. Meski disiplin militer di pasukan sangat ketat, saat menjalankan tugas militer mereka semua berperilaku baik, tapi saat libur bergiliran, perkelahian, mabuk, dan keributan juga sering mereka lakukan.
Nenei menghentikan kudanya, menatap orang ini: "Ada perlu apa?"
"Kudamu." Nada pemimpin kavaleri ini sangat serius: "Boleh tahu dari mana kuda ini berasal!"
Nenei menghela napas.
Nenei segera menyadari, beberapa mantan anak buahnya yang dulunya perampok berkuda ini telah mengenali kuda perangnya. Sebagai komandan resimen kavaleri, kuda-kuda Nenei tentu merupakan kuda kelas atas. Bahkan di seluruh Pasukan Utara, kuda-kuda ini termasuk yang terbaik.
Apalagi, meskipun orang lain tidak mengenali kudanya, tapi mana mungkin anak buah lamanya yang dulunya perampok ini tidak mengenali?
Pasukan berkuda ini memiliki mata yang sangat tajam. Mereka sudah lama mengenali kuda perangnya, bahkan ada yang sudah mengincar cap di tubuh kuda!
Kuda mungkin ada yang mirip, tapi cap di bagian belakang kuda jelas-jelas merupakan tanda kuda perang kavaleri yang tak mungkin dipalsukan!
Bahkan salah satu perampok bermata paling tajam telah mengincar belati dalam sarung kulit kecil di pelana kuda (barang yang biasa digunakan Nenei sehari-hari). Sorot matanya tak lagi bergeser, tangannya mulai menggenggam hulu pedang diam-diam!
Nenei paham, jika tak bisa menjelaskan asal-usul kuda dan barang-barang ini, para prajurit ini takkan melepaskannya pergi.
Tapi Nenei justru tidak bisa menjelaskan.
Masak harus bilang "Nyonya ini adalah Nenei!"? Ucapan seperti itu pasti akan dianggap gila dan ditangkap.
"Hmm... Ini diberikan oleh seorang perwira perempuan bernama Nenei untuk kubawa masuk kota." Nenei mulai mengarang cerita bohong.
Sayangnya, Nona Besar Nenei kita sepertinya sangat tidak ahli dalam berbohong. Kebohongan yang dia karang sangat kaku: "Aku bertemu perwira perempuan itu di luar kota, dia bilang ada pekerjaan yang harus ditinggalkan sementara, kebetulan bertemu aku, lalu memintaku mengembalikan kuda ke kota. Aku sedang menuju markas pertahanan untuk mengembalikan kuda..."
Pemimpin kavaleri mantan perampok berkuda itu mendengarkan, wajahnya malah melunak. Dengan diam-diam dia memberi isyarat tangan ke orang di sampingnya, senyum mengembang di wajah: "Begitu rupanya, jadi merepotkanmu."
Kemudian dia menatap Nenei beberapa kali: "Anda terlihat sangat asing, bukan penduduk kota ini kan?"
"Aku... aku dari Padang Api Liar." Nenei ragu sejenak.
"Hē hē, jaraknya tidak jauh." Pemimpin kavaleri sudah membuka jalan, tertawa: "Karena kamu pendatang, mungkin tidak tahu letak markas pertahanan. Kami para saudara ini akan mengantarmu."
Begitu kata-katanya, beberapa prajurit berkuda sudah mendekat dari kiri-kanan, mengapit Nenei di kedua sisi.
Nenei tersenyum pahit dalam hati... Rombongan ini semua dilatihnya sendiri. Mana mungkin dia tidak tahu rencana mereka? Jelas-jelas mereka tidak percaya omong kosongnya, cuma karena di tempat umum ini, ingin membawanya ke tempat sepi dulu sebelum menangkap.
"Baiklah." Nenei mengangguk. Dengan sangat kooperatif dia pergi diiringi para prajurit berkuda ini.
Rombongan semakin jauh berjalan, namun jalannya semakin sepi, segera sampai di jalan sempit yang tak ada pejalan kaki. Barulah para prajurit berkuda ini tiba-tiba berhenti. Beberapa prajurit langsung membentuk lingkaran mengepung Nenei. Sang Leader telah menghunus pisau di tangannya, dengan wajah dingin berbisik mengerikan: "Hei! Wanita muda! Katakan terus terang, bagaimana kau dapatkan kuda ini! Kau pikir aku bodoh?! Nona besar kami kalau bepergian jauh pasti butuh kuda! Mana mungkin mengembalikan kuda? Apalagi nona besar kami pecinta kuda, mana mungkin menyerahkan kudanya sembarangan ke orang asing! Lagipula, bahkan jika menyuruh orang mengantarkan kuda, belati di pelana itu jelas-jelas barang yang tak pernah lepas dari tubuh nona besar! Kenapa ada di tanganmu?! Cepat katakan! Sebenarnya dari mana asalmu?! Di mana sekarang nona besar kami?! Kenapa barangnya sampai di tanganmu?!"
Nenei menghela napas, lalu tersenyum tipis. Ia mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi membuat pose tak membahayakan, lalu perlahan turun dari kuda.
Gerakan turun kuda sambil mengangkat tangan ini dilakukan dengan gesit sempurna, membuat mata beberapa prajurit berkuda semakin menyipit penuh kewaspadaan - mereka semua pasukan elit kavaleri yang hidupnya di atas pelana, mana mungkin tak melihat kehebatan teknik turun kuda Nenei ini?
“Perkataanku tidak kalian percayai, aku juga tak punya cara.” Nenei tersenyum pahit pasrah: “Kalian sudah tak percaya, anggap saja aku yang celaka. Ini, kuda dan barang di pelana ini kalian bawa pulang. Cukup sudah kan…”
Ia mengangkat tinggi kedua tangan sambil perlahan bergeser ke samping. Beberapa prajurit berkuda melihat tangannya kosong, hanya menodongkan pedang kuda ke arahnya. Dua prajurit turun dari kuda dan mendekat dengan hati-hati sambil membawa tali, berkata dingin: “Tak semudah itu kau pergi. Bekerja samalah baik-baik, ikut kami pulang untuk menjelaskan segalanya. Jika kami salah, kami akan minta maaf resmi. Tapi jika tak bisa dijelaskan, Hmph…”
Nenei menyurut ke belakang pelan-pelan, memandangi dua prajurit yang mendekat, dalam hati menghela napas…
Saat tangan seorang prajurit hampir menyentuh ujung bajunya, Nenei bergerak!
Tiba-tiba ia berbalik, tubuhnya berputar cepat ke belakang prajurit itu. Tangan kosongnya menebas leher sang prajurit yang langsung limbung jatuh. Seketika itu juga, ia menendang kaki prajurit kedua yang oleng terjatuh.
Para prajurit berkuda di sekeliling langsung gempar, serentak mengangkat pedang dan menyerbu!
"Menghadapi serangan pisau yang datang dari depan, Nenei menundukkan kepala dan meringkuk. Bilah pisau itu menyapu rambutnya, namun tubuh Nenei sudah melesat ke bawah kuda prajurit itu. Cahaya dingin berkilat di tangannya - belati yang tak diketahui kapaun sudah berada di telapak tangannya. Satu tebasan memutuskan tali pelana. Pemimpin kavaleri itu langsung terjungkal dari sisi kuda yang berlawanan.
Tubuh Nenei sudah melesat keluar lingkaran pengepungan. Dia meringkuk di bawah tembok, lalu melompat tinggi melewatinya dan mendarat di sebuah pelataran.
Pasukan berkuda di jalanan bersiul-siul panik. Mereka turun dari kuda dan mengejar. Ada yang memanjat tembok, ada yang menghancurkan pintu. Tapi saat masuk, pelataran itu sudah kosong - bayangan Nenei pun sudah lenyap.
"Cari!" bentak pemimpin kavaleri yang baru bangun. Meski satu anak buahnya pingsan dan satu lagi terlempar, tak ada yang terluka. Perampok berkuda ini menggeram: "Laporkan kejadian ini! Kumpulkan saudara-saudara kita untuk patroli ketat! Perempuan misterius ini terlalu ahli! Barang nona besar masih di tangannya! Gali seluruh Danzeer kalau perlu!!"
※※※
Dengan lincah Nenei melompati tembok-tembok kediaman satu per satu. Tak lama, dia sudah keluar dari sebuah gang dan melesat ke jalanan sepi.
Ia sudah lama tinggal di Kota Danzeer, topografi kota ini sudah sangat ia kuasai. Jalan yang ia lalui kini ramai dengan deretan toko-toko. Nenei sudah mendengar siulan nyaring dari kejauhan—suara peluit rombongan pengawas kota yang sedang mengumpulkan rekan mereka.
Nenei tahu pemeriksaan akan segera dimulai. Dengan gesit ia menyelinap masuk ke toko terbesar di depannya. Seorang pelayan muda di ambang pintu yang hendak menyambut tamu langsung terdiam kaku saat melihat rupa Nenei.
Nenei memandangi pelayan muda itu yang terkagum-kagum. Ia tak bisa menahan senyum kecut, membuat wajah sang pelayan memerah padam.
Sebelum Nenei sempat berkata, suara penuh hormat terdengar dari dalam toko: "Nyonya, barang yang Anda minta paling lambat besok sore pasti kami antar. Serikat dagang kami selalu menepati janji. Lagi pula, berbisnis di Kota Danzeer ini tentu di bawah perlindungan Tuan Char. Mana mungkin kami berani lalai dengan pesanan Anda? Percayalah, besok siang saya sendiri yang akan mengantarkannya."
Sambil berkata demikian, seorang pria paruh baya berbusana mewah—jelas-jelas bos toko—berjalan menyamping sambil membungkukkan badan. Sikapnya sangat hormat terhadap tamu lain di sampingnya.
Sedangkan tamu itu, juga seorang perempuan, pakaiannya tidak terlihat mewah, hanya potongan yang pas. Tidak ada perhiasan berharga di tubuhnya, tapi beberapa langkah yang dilangkahkannya memancarkan aura kuat, jelas bukan dari kalangan biasa.
Perempuan ini terlihat sekitar awal dua puluhan, belum tiga puluh, penampilan sedang saja, posturnya agak berisi, jelas sudah menikah. Rambutnya tersisir rapi. Mendengar ucapan pemilik toko ini, dia hanya sedikit mengangkat sudut bibirnya dan berkata datar: "Bukan aku tidak percaya padamu, tapi barang yang kubutuhkanku dikirim dari selatan, itu barang laut. Aku tahu transportasinya sulit. Tapi kalian sudah terlambat dua hari. Jika ditunda lagi, pernikahan hari belakang akan terhambat..."
"Ya, ya, ya!" Pemilik toko ini terus mengusap keringat, punggungnya semakin membungkuk.
"Tapi kau tidak perlu terlalu tegang. Urusan transportasi laut memang tak bisa dipastikan. Jika benar ada masalah di pengiriman, aku bukan orang tak masuk akal yang akan marah padamu. Hanya... urusan ini harus kau urus dengan baik. Dia akhirnya menikah, sebagai saudari ipar, aku harus menunjukkan perhatian."
"Tentu, tentu!" Pemilik toko sudah mengantarkan tamu perempuan ini ke pintu.
Nenei yang sedang berjalan ke arah itu langsung tertegun melihat perempuan ini.
Perempuan ini dikenali Nenei.
Yulia, janda saudara seperjuangan Char yang telah meninggal, dianggap sebagai saudari ipar dan dirawat oleh Char, tinggal di Kota Danzeer.
（）
Seluruh Kota Danzeer bahkan Pasukan Utara, tidak ada yang tidak tahu hubungan antara Yulia dan Xia Ya. Konon suami Yulia yang sudah mati dulunya adalah saudara terbaik Xia Ya, bahkan memiliki persahabatan yang melewati batas nyawa. Jadi Xia Ya sangat menjaga Yulia, sedangkan dua perwira tinggi Pasukan Utara yaitu Sharba dan Cato juga sangat menghormati Nyonya Yulia ini. Maka seluruh pasukan tahu di Kota Danzeer tinggal sosok penting seperti ini.
Di Kota Danzeer, siapa yang tidak tahu bahwa nyonya ini adalah "saudari ipar" Jenderal Xia Ya Leiming?
Yulia yang keluar juga kebetulan melihat Nenei, langsung terdiam. Namun keterdiamannya ini murni karena terpana oleh rupa Nenei.
Yulia menatap Nenei dalam-dalam beberapa saat, baru menunjukkan senyum ramah di wajahnya, memuji: "Adik Perempuan yang cantik sekali." Ia mengangguk pada Nenei sebagai salam, lalu hendak pergi keluar.
Tiba-tiba Nenei mendapat ide di dalam hati.
"Nyonya, mohon tunggu sebentar." Nenei memanggil Yulia dengan suara rendah. Yulia berbalik, memandanginya dengan ragu: "Kamu... memanggilku?"
"Ya, Nyonya." Nenei berusaha membuat ekspresinya terlihat santai: "Nyonya, saya memang sedang memanggil Anda."
Yulia berhenti, memandangi Nenei dengan penuh perhatian, lalu menggelengkan kepala: "Nona yang cantik, maafkan saya. Saya tidak ingat pernah mengenal Anda... Dengan kecantikan seperti Anda, mustahil melupakannya sekali melihat. Memang benar kita belum pernah bertemu, boleh saya tahu Anda..."
"Nyonya Yulia, tolong bantu saya!"
Sorot mata Yulia berkilat aneh, menyapu Nenei dari atas ke bawah: "Anda mengenal saya?"
Nenei ragu sejenak, berbisik pelan: "Di Kota Danzeer, mungkin hanya sedikit yang tak mengenal Anda. Nyonya Yulia..."
……
……
Di jalanan, tim patroli kota telah terkaget-kaget. Siulan melengking terdengar dari kejauhan. Semakin banyak pasukan patroli—infanteri dan kavaleri—berdatangan ke sekitar sini. Dengan teriakan perintah, jalan-jalan diblokir satu per satu. Pemeriksaan ketat dilakukan sementara prajurit menyisir rumah-rumah, toko-toko, dan kedai minum di sepanjang jalan dengan kewaspadaan tinggi.
Kabar tentang seseorang yang berani melukai pasukan patroli berkuda kota telah tersebar. Banyak orang menggeleng pelan dalam hati: Pencuri macam apa yang berani masuk ke Danzeer untuk berbuat onar?
Di jalan ini, prajurit telah mendirikan pos pemeriksaan di kedua ujung jalan. Pejalan kaki dan kereta kuda yang lalu lalang harus berhenti untuk diperiksa. Setengah jalan telah digeledah, namun tetap tak ditemukan apapun.
Saat itu, sebuah kereta kuda perlahan keluar dari jalanan dan tiba di pos pemeriksaan. Tim patroli langsung menghentikan kendaraan tersebut.
Beberapa penjaga berpakaian preman di sekitar kereta segera mendekat. Meski tak berseragam militer, gerakan mereka penuh kedisiplinan yang khas lulusan pasukan. Tubuh mereka berotot dan terlihat sangat tangguh.
Seorang penjaga menghampiri komandan pos pemeriksaan. Setelah saling bertatapan, mereka berbisik sebentar. Penjaga itu kemudian mengeluarkan lencana dari pelukannya. Wajah komandan pos langsung berubah serius, berteriak memerintahkan prajuritnya membuka jalan, lalu memberi hormat kaku ke arah kereta.
Kereta itu melintas perlahan. Para prajurit baru berani bertanya setelah kereta menjauh: "Bos, kereta siapa itu? Dari markas pertahanan? Tapi kok tidak seperti..."
Sang komandan memandangi anak buahnya sambil berdesis: "Dasar bodoh! Itu kereta Nyonya Yulia. Beliau sendiri ada di dalam."
Prajurit itu langsung tersadar, mukanya menunjukkan ekspresi paham.
Siapa yang tidak tahu Yulia dianggap seperti keluarga oleh Char, dan sebagai janda prajurit, Yulia secara alami bisa mendapatkan simpati dan keakraban dari seluruh kalangan militer. Ditambah reputasi Yulia yang sangat baik di Kota Danzeer, meski dihormati oleh Char dan disegani seluruh pasukan, dia tak pernah menyalahgunakan pengaruhnya untuk melakukan pelanggaran. Dan di tengah perang tahun lalu saat persediaan di kota menipis, nyonya ini bahkan memimpin pengurangan jatah makanan dan pakaian untuk menyumbang logistik militer. Bahkan dengan mengenakan jubah kasar, dia masuk ke kamp pembantu logistik di kota, membantu para wanita sipil yang direkrut untuk memasak, mencuci baju, dan pekerjaan dapur lainnya. Seluruh kota, setiap kali menyebut nama nyonya ini, tak ada yang tidak memuji.
Memblokir jalanan untuk menangkap penjahat, tapi bagaimana pun ketatnya penyelidikan, tak mungkin terhubung ke Nyonya Yulia. Apalagi membayangkan nyonya ini akan membantu pelarian penjahat.
……
Kereta kuda perlahan menjauh dari blok jalan yang diblokir. Di dalam gerbong, Nenei akhirnya bisa sedikit bernapas lega.
Tapi Yulia duduk di samping, menyipitkan matanya menatap Nenei, sorot matanya semakin aneh, lalu berbisik: "Kamu... yang kau katakan tadi padaku, semuanya benar? Ini... ini terlalu sulit dipercaya!"
……
Kerusuhan kecil di kota tak sampai ke telinga Char. Urusan kecil seperti ini biasa ditangani sendiri oleh kantor patroli penjaga kota. Baru jika tak bisa diatasi dan menimbulkan kekacauan besar, akan dilaporkan ke tingkat atas secara bertingkat.
Pada malam hari, Char minum sedikit anggur. Yang membuatnya merasa sedikit aneh adalah satu hal yang terjadi di markas pertahanan.
Ibu angkatnya yang dihormati, Tuan Merlin, saat ini justru tidak berada di dalam kota.
Jejak ibu angkat ini selalu terkenal seperti hantu yang muncul dan menghilang. Tak ada yang berani mengurusnya. Tapi sekarang, mengingat hanya tersisa satu hari sebelum pernikahannya, Merlin malah tidak ada. Tidak tahu apakah dia bisa tiba tepat waktu.
Meski Merlin biasanya sangat tegas pada Char dan tak pernah menunjukkan setitik kehangatan, Char paham dalam hati: sebenarnya ibu angkat ini sangat baik padanya. Entah itu demi menjaga muka si orang tua yang sudah mati, tapi setidaknya Merlin telah beberapa kali menyelamatkannya dan benar-benar banyak membantu.
Sejujurnya, Char awalnya seperti yatim piatu. Setelah kematian ayah angkatnya yang sudah tua, di dunia ini dia benar-benar sendirian. Saat ini, jika dihitung-hitung, yang bisa dianggap sebagai senior keluarga hanyalah "ibu angkat" Merlin ini.
Untuk urusan besar seperti pernikahannya sendiri, ayah angkat sudah tiada. Dalam hati Char, dia tulus berharap Merlin bisa berada di sampingnya.
Sekadar informasi, yang menghilang bersama Merlin adalah si tua yang tidak serius, Santo Pedang Aura Perang Yaslan.
Malam itu berlalu tanpa kejadian. Keesokan harinya, Char kembali menerima beberapa utusan pembawa kado yang datang dari Kesatuan Militer Bestar.
Sosok Nyonya Gubernur itu menulis surat ucapan selamat dengan tangannya sendiri, sekaligus memberikan hadiah berharga yang sangat bernilai sebagai bentuk itikad baik.
Bagi sesuatu yang datang menghampiri seperti ini, Xia Ya tentu saja menerimanya dengan senyuman.
Sebenarnya dalam hatinya dia tahu, Nyonya Gubernur itu mungkin menyimpan protes besar terhadap dirinya.
Dirinya yang memicu perang, awalnya orang-orang Bestar ingin mengambil untung di belakang. Tapi tak disangka dirinya langsung bertarung, dan itu dilakukan begitu cepat, dalam dua tiga kali tepukan sudah menaklukkan empat kesatuan militer.
Orang-orang Bestar yang semula ingin mengambil untung, begitu mendengar Xia Ya mengerahkan pasukan, langsung memobilisasi pasukan dan mulai berkumpul di perbatasan. Tapi tak disangka saat pasukan baru selesai berkumpul di perbatasan dan bersiap menyeberang, mereka malah dihadang oleh regu bendera beranggotakan dua ribu orang yang ditinggalkan Xia Ya di perbatasan!
Maksud Xia Ya jelas: "Daging-daging ini akan aku telan sendiri, kalian jangan bermimpi!"
Orang Bestar yang mengerahkan dua-tiga puluh ribu pasukan sebenarnya bisa menerobos paksa perbatasan. Regu bendera dua ribu orang Xia Ya di perbatasan jelas takkan sanggup menahan. Tapi orang Bestar akhirnya tak berani bertindak gegabah. Mereka segera mengirim kurir cepat untuk meminta instruksi Nyonya Gubernur. Bolak-balik seperti ini, saat instruksi Nyonya Gubernur turun dan mereka hendak memisahkan pasukan untuk menyusup melewati blokade perbatasan... perang di pihak Xia Ya sudah selesai!
Kecepatan seperti ini membuat orang Besta terpana, meskipun bagi Char yang melanggar perjanjian aliansi untuk berperang sendiri——dan kamu memakan daging, bahkan tidak membiarkan sekutu mencicipi seteguk sup, ini benar-benar keterlaluan.
Tapi taktik kilat Char yang menghancurkan empat kesatuan militer berturut-turut, memamerkan kekuatan tempur yang begitu kuat sampai membuat jantung berdebar-debar, benar-benar membuat orang Besta geram tanpa bisa meluapkan kemarahan.
Sosok Nyonya Gubernur itu, meski hati dipenuhi amarah, tetap harus mengakui kekalahan dengan enggan.
Namun dengan ini, perbandingan kekuatan antara dua sekutu mengalami perubahan drastis!
Sebelumnya kedua pihak masih bisa dikatakan setara, meski Char sedikit lebih kuat, tapi orang Besta juga tidak lemah, masih termasuk dalam level yang sama.
Kini, Char telah menelan empat kesatuan militer sekaligus, menguasai tanah tujuh county, sementara orang Besta hanya memiliki dua county. Baik kekuatan militer, wilayah, maupun populasi, semuanya jauh tertinggal dari Pasukan Utara.
Hubungan persekutuan ini mulai mengeluarkan bau tidak sedap.
Dulunya mereka sekutu sederajat, tapi sekarang dengan ekspansi tiba-tiba Pasukan Utara, posisi orang Besta menjadi semakin inferior!
Yang lebih membuat Nyonya Gubernur khawatir adalah penemuannya akan sinyal berbahaya: Bahkan tanpa sekutu Besta sekalipun, Pasukan Utara tampaknya sepenuhnya mampu membasmi seluruh wilayah utara Kekaisaran secara independen!
Dari situ terlihat, Pasukan Utara sepertinya tidak terlalu membutuhkan sekutu seperti orang Besta, namun orang Besta sangat membutuhkan bantuan sekuat ini dari Pasukan Utara di wilayah utara.
Dengan demikian, mulai sekarang hubungan kedua klan ini mungkin akan berubah.
Sebenarnya, tepat setelah Char membasmi empat kesatuan militer, orang Besta yang merasa kecewa juga melakukan beberapa gerakan. Nyonya Gubernur mengirim perwira andalannya Rufus dengan 20.000 pasukan untuk menyerang kesatuan militer yang berbatasan. Hasilnya, kedua pihak bertempur sengit selama hampir sebulan. Meski pasukan Bestar unggul, mereka tak bisa bergerak maju seinci pun. Setelah sebulan bertarung, banyak pasukan yang rusak tapi tak satu jengkal tanah pun berhasil direbut.
Akhirnya mereka terpaksa mundur.
Meskipun belakangan intelijen Nyonya Gubernur mengetahui bahwa lawan mereka diam-diam mendapat dukungan dari Gubernur Armenia Hughes - dikabarkan Hughes mengirim dua regu bendera infanteri elit dan memberikan banyak senjata zirah berkualitas tinggi produksi Armenia.
Namun meski demikian, pertarungan tetap tidak menunjukkan perkembangan, membuat Nyonya Gubernur frustasi.
Sebagai penguasa lokal utara yang setara, sebelum perang kemampuan Bestar dan Pasukan Utara terlihat hampir seimbang. Tapi dalam pertempuran nyata, Pasukan Utara bisa menghadapi empat lawan sekaligus seperti menghancurkan segala rintangan, sementara pasukan Bestar yang hanya melawan satu lawan saja tampak begitu memalukan.
Meski lawannya mendapat dukungan terselubung dari Hughes di Distrik Militer Armenia. Tapi kabarnya lawan Char juga mendapat bantuan langsung 10.000 tentara dari orang tua Salvador itu, namun tetap berhasil ditaklukkan oleh Char.
Perbandingan seperti ini benar-benar membuat semangat tinggi Nyonya Gubernur terpukul habis.
Pernikahan Char kali ini juga menjadi kesempatan untuk memperbaiki retakan hubungan antara dua klan: Sebelumnya pasukan Bestar yang berkumpul di perbatasan berhadapan dengan Pasukan Utara, ingin menyeberang untuk ikut berperang... Meski secara nominal adalah pasukan sekutu, tapi jika benar-benar menyeberang dan situasi berubah, jika Pasukan Utara mengalami kekalahan telak, orang Bestar pasti tidak akan segan-segan menggigit mereka beberapa kali juga.
Masalah ini sebenarnya sudah disadari kedua belah pihak. Partisipasi orang Bestar dalam perang belum tentu bermaksud baik, tapi sekarang setelah semuanya berlalu dan Pasukan Utara telah menjadi sekuat ini, memperbaiki hubungan dengan Pasukan Utara menjadi cukup penting bagi orang Bestar.
Nyonya Gubernur tidak akan datang sendiri untuk memberikan ucapan selamat: Terlalu memalukan.
Hadiah yang dikirim justru sangat mewah, membuat si serakah Char memandangi daftar hadiah sambil tersenyum lebar, lalu mengirim bawahannya untuk menyambut utusan pengantar hadiah ini dengan sangat antusias.
Namun, tak lama setelah mengantar pergi para utusan itu, Char segera menyuruh orang untuk memanggil Sofie datang.
Kepala staf datang dengan cepat. Char juga tidak mau basa-basi, langsung menanyakan: "Sudahkah kau mengumpulkan intelijen internal Bestar? Aku bertanya, masa kini... apakah benar semua orang di internal mereka sepenji dengan Nyonya Gubernur itu?"
Sofie merasa gemetar dalam hatinya saat ditanya, menatap Char: "Bagaimana, rencana untuk mengincar orang Besta? Sepertinya ini bukan momentum yang baik ya?"
Char menggeleng: "Untuk sementara tidak ada rencana mengincar mereka, tapi... Aku teringat satu pekerjaan. Mungkin kita bisa memanfaatkan orang Bestar, memberi mereka sedikit peran."
"Sosok Nyonya Gubernur itu bukan tipe yang mudah dimanfaatkan orang." Sofie menggeleng: "Aku belum pernah melihat perempuan yang secerdas dan selicik itu."
Char tertawa terbahak-bahak: "Jangan sungkan, menurutku kau sebagai kepala staf dewasa ini mungkin tidak kalah dari Sosok Nyonya Gubernur itu." Setelah terdiam sejenak, Char tersenyum tipis: "...Pasti ada kelemahannya. Jika aku bisa menggenggam kelemahannya, memaksanya bekerja untukku. Mungkin dia juga harus menggerutu dalam hati sambil menyetujui."
Sambil berkata demikian, Char berkata dengan tenang sambil tertawa: “Di Kota Kekaisaran sana... seharusnya sudah ada kabar segera.”
Sofie yang jenius segera mengerti maksud Char, tapi tetap menggelengkan kepala seraya berkata: “Bahkan jika kamu mengirim orang untuk mengendalikan Li Er... tapi kekuatan faksi yang mendukung Li Er di dalam Bestar sudah lama dibersihkan oleh Sosok Nyonya Gubernur itu. Kira-kira tidak akan menimbulkan gangguan yang berarti.”
“Bukan itu maksudku.” Xia Ya tertawa dengan datar: “Aku masih punya kartu andalan. Jika bisa mengendalikan Li Er sekaligus menggunakan kartu itu… pasti bisa memaksa Nyonya Gubernur itu menyerah. Ini kelemahan terbesarnya!”
Sofie melirik Xia Ya, tapi sepertinya dia tidak bermaksud menjelaskan. Sofie pun tak bertanya lebih lanjut——sebagai bawahan, jika atasan sengaja menyimpan rahasia, tentu dia tak akan bodoh mengejar-ngejar penjelasan.
Kemudian dia tersenyum, “Hari ini tidak banyak pekerjaan, Yang Mulia lebih baik istirahat lebih awal. Besok kan pernikahan… jika ada kantung mata hitam, nanti jadi kurang anggun.”
Mendengar itu, raut wajah Xia Ya berubah sebentar. Dia berdiri dan menarik napas dalam-dalam.
“Ya… besok, hari pernikahan…”
Si kampungan dari gunung ini tiba-tiba merasakan ketegangan aneh menjalar di hatinya.
