Situasi ini terasa sangat aneh.
Seorang Penyihir Besar berjubah putih menunjukkan wajah menjilat paling hina dengan posisi bersujud di kaki Kaisar——Duoduo Luo tidak tahu dirinya baru saja menciptakan rekor: Belum pernah ada Penyihir Besar Berjubah Putih yang merendahkan diri seperti ini pada manusia!
Dalam sejarah, bahkan jika ada Penyihir Besar berjubah putih bertemu makhluk lebih mulia dan kuat, takkan pernah merunduk serendah Duoduo Luo sekarang! Berani bersujud di kaki manusia, hampir mencium sepatu boot lawannya! Sikap seperti ini benar-benar menjadi aib bagi seluruh dunia sihir!!!
Yang tidak diketahui Kaisar Garcia adalah, tanpa sengaja ia juga memecahkan satu rekor: Di antara para kaisar Kekaisaran Bizantium dari generasi ke generasi, tidak pernah ada seorang pun kaisar yang menikmati perlakuan seperti yang ia terima sekarang - membuat seorang Penyihir Besar Berjubah Putih merangkak di bawah kakinya! Keagungan seperti ini tidak pernah dinikmati kaisar pendiri, tidak pula para kaisar bijaksana generasi sebelumnya, namun justru jatuh pada diri Garcia yang merupakan boneka paling lemah. Ini jelas merupakan sarkasme yang aneh.
Duoduo Luo telah mulai bercerita sembari mengeluarkan ingus dan air mata.
“Sang Kaisar! Namaku adalah Duoduo Luo! Ya, seperti yang Anda lihat, aku adalah seorang penyihir, dan berkat dewa, sekarang aku telah lolos menjadi penyihir berbaju putih. Oh tidak tidak, itu tidak penting. Yang penting adalah, dari lubuk hati terdalam, aku selalu ingin menunjukkan kesetiaan kepada Sang Kaisar! Ya, ini adalah pekerjaan yang selalu kuidam-idamkan! Bahkan ketika aku mengalami situasi paling berbahaya di Padang Api Liar, saat bertarung dengan para perampok berkuda yang bergerak cepat bagai angin dan membunuh tanpa berkedip, saat berkelahi dengan para goblin kotor dan licik, saat bertarung ilmu dengan para kurcaci pemarah—bahkan saat membantai naga raksasa yang mengerikan—meski nyawaku dalam bahaya, keinginan ini dalam hatiku tak pernah redup sesaat pun! Sang Kaisar! Aku memang seharusnya datang ke sisi Anda dan mempersembahkan semua kekuatanku!!”
Permohonan dan pengakuan Duoduo Luo ini membuat Garcia hampir pusing.
Namun syukurlah, Garcia bukan orang bodoh. Dalam ucapan Duoduo Luo ini, Kaisar dengan tajam menangkap beberapa informasi penting!
Bertarung dengan perampok berkuda, berkelahi dengan goblin, bertarung ilmu dengan ras kurcaci... Ya Tuhan! Dia bahkan membantai naga raksasa?!
Jelas terlihat, si mesum dengan rupa tidak menarik ini memiliki kekuatan kuat yang tidak sesuai dengan penampilannya!
Seorang penyihir berkemampuan luar biasa... namun bersimpuh di hadapannya, bersumpah akan setia padanya?!!!
Di hati Garcia segera membanjiri api yang membara, bagai memenangkan undian besar, matanya melototi penyihir berjubah putih di depannya.
Kaisar menelan ludah dengan susah payah: "Yang Mulia Penyihir, hamba tak ingat pernah berbuat kebaikan pada Paduka... Seorang penyihir berjubah putih sekaliber Paduka, bahkan hamba tak pernah melihat wajah Paduka sebelumnya. Lalu mengapa Anda..."
"Tidak-tidak, Yang Mulia, Paduka belum pernah melihat hamba." Duoduo Luo telah melompat bangkit, menepuk-nepuk debu di jubah putihnya dengan gagah, wajahnya menyunggingkan ekspresi tegas: "Tapi hamba Duoduo Luo ini punya hati nurani! Sejak lama batin hamba telah bersumpah setia pada Sang Kaisar, baik sebagai orang biasa maupun sebagai Penyihir Besar Berjubah Putih, sumpah ini takkan berubah."
Garcia menarik napas dalam-dalam: "Yang Mulia Duoduo Luo, hamba masih belum mengerti, Anda..."
"Yang Mulia!" Seruan penuh perasaan Duoduo Luo membuat bulu kuduk Garcia merinding, suara beratnya terus bergema: "Paduka mungkin tak tahu, hamba Duoduo Luo sebenarnya dulu tinggal di Kota Kekaisaran! Leluhur hamba pernah mengabdi di istana, menerima kebaikan keluarga kerajaan. Sejak kecil, orangtua hamba selalu berpesan: milikilah hati yang setia pada keluarga kerajaan!"
Keturunan orang-orang istana?!
Ini memang tidak disangka oleh Garcia.
Faktanya, di dalam istana menghidupi banyak orang, bukan hanya para pelayan di lingkungan kerajaan.
Di istana Bizantium, pelayan dibagi menjadi dua jenis: pelayan pengawal yang khusus melayani Kaisar, Permaisuri, dll anggota inti keluarga kerajaan secara dekat. Orang-orang ini biasanya melalui seleksi paling ketat untuk memastikan kesetiaan mutlak tanpa celah.
Selain pelayan pengawal, ada pula pelayan luar istana. Pelayan luar mencakup berbagai tenaga ahli seperti pengrajin yang bertanggung jawab membuat benda kebutuhan istana atau memperbaiki berbagai barang. Termasuk di dalamnya penjahit, koki, tukang kayu, pandai besi, pembuat peralatan, dll. Tunjangan mereka cukup baik, sementara yang level rendah adalah pekerja kasar yang melakukan pekerjaan fisik tanpa kesulitan teknis.
Klaim Duoduo Luo bahwa leluhurnya berasal dari lingkungan istana jelas bukan pelayan pengawal. Garcia sangat memahami data pelayan pengawal beserta sistem pengelolaan dan seleksi ketat mereka.
Lalu... Mungkin leluhur penyihir ini adalah seorang pengrajin istana?
Duoduo Luo segera menyebutkan sebuah nama. Garcia yang girang langsung mengirim orang untuk memanggil pengurus istana dan mengambil arsip daftar nama. Setelah diperiksa, benar ada seorang tukang kayu yang pernah bekerja di istana.
"Itulah ayahku." Duoduo Luo bahkan mengusap air matanya.
Duoduo Luo sebenarnya tidak takut ketahuan, faktanya latar belakangnya sendiri tidak tercatat secara detail di guild sihir. Sedangkan nama yang disebutkan sekarang adalah hasil investigasi Dax selama beberapa hari di Kota Kekaisaran. Pemilik asli nama ini sudah meninggal bertahun-tahun lalu, bahkan jika ingin diselidiki pun tidak akan selesai dalam hitungan hari.
Meskipun Garcia merasa kejadian ini terlalu tak terduga, tapi pada titik ini dia terpaksa mempercayainya.
Apakah penyihir berjubah putih di hadapannya ini benar-benar datang secara sukarela untuk menyatakan kesetiaan?
Secara logika, kejadian aneh seperti ini tentu akan terlihat mencurigakan, tapi justru sekarang Sang Kaisar tidak bisa tidak mempercayainya.
Mengapa?
Ini adalah Penyihir Besar Berjubah Putih dengan kekuatan supernatural! Penyihir berjubah putih di Kekaisaran saat ini adalah figur yang langka seperti bulu phoenix. Penyihir biasanya tidak tertarik dengan kekuasaan duniawi, membuat banyak orang tidak menganggap mereka sebagai ancaman.
Selain itu, Garcia juga benar-benar tidak menemukan apa pun dalam situasinya sekarang yang layak diincar oleh lawannya.
Benar, bukan? Lawannya adalah penyihir berbakat muda berjubah putih dengan masa depan cerah. Sementara dirinya? Meski bergelar Kaisar Imperium, sebenarnya... semua orang sudah tahu keadaan yang sebenarnya.
Sebenarnya, diriku hanya memiliki satu gelar Kaisar lebih banyak dibanding lawan. Selain itu, sungguh tidak ada kelebihan lain yang kumiliki melebihi penyihir ini. Kekuasaan? Perintahku sekarang bahkan tak bisa keluar dari istana! Kekayaan? Persediaan di istana terus-menerus dipangkas! Sedangkan kekayaan penyihir sudah menjadi rahasia umum.
Sebagai boneka Kaisar tanpa wewenang sejati, tak perlu khawatir lawan yang datang menawarkan kesetiaan ini punya maksud tersembunyi.
Lalu... Apakah ini benar-benar pertanda Tian sedang melindungi? Apakah nasib Klan Krenma belum berakhir? Melihat kesulitanku yang begitu besar, apakah Takdir mengirimkan penyihir berkekuatan supernatural ini untuk membantuku?
Garcia mulai bersemangat, hatinya berdebar-debar. Memandangi sosok Duoduo Luo yang mesum itu, tiba-tiba terasa lebih cocok di matanya.
Hmph! Pasti seperti ini! Belakangan ini Tian benar-benar memihakku! Sudah mengirim Jenderal Liar yang berbakat dan senasib, kini menambahkan Penyihir Besar sekaliber ini!
Uskup gereja yang datang bersama Duoduo Luo itu hampir membuat hidungnya melintang karena marah!
Apakah Duoduo Luo ini orang gila? Setia pada Gereja dan Guild Sihir jelas menjamin masa depan gemilang! Bahkan Paus sendiri sangat mengapresiasinya! Tapi si gila ini malah memilih setia pada keluarga kerajaan yang sedang goyah? Tidakkah dia tahu situasi kerajaan sekarang sedang genting? Yang lebih penting, hubungan Gereja dengan keluarga kerajaan memang selalu tidak akur!
Jika Duoduo Luo bukan seorang penyihir berjubah putih, Sang Uskup Agung ini pasti sudah marah-marah saat itu juga.
Tidak tahu diri! Tidak tahu menghargai kebaikan!!!
Tapi mana sempat Garcia memperhatikan ekspresi wajah Sang Uskup Agung ini?
Sang Kaisar begitu gembira di dalam hati! Akhirnya ada lagi jagoan kompeten di sekelilingnya!
Meski pria paruh baya misterius yang sebelumnya selalu mendampinginya memiliki tingkat Kuat, sayangnya tepat sebelum kudeta Adrik, Sang Kaisar mengirimnya untuk membunuh Adrik tapi tak pernah kembali... Sampai sekarang tak ada kabar sama sekali. Mungkin Adrik juga dijaga jagoan, sampai petarung tingkat Kuat pun tak bisa menanganinya... Karena pria itu tak kunjung kembali, kemungkinan besar sudah jadi korban bencana.
Garcia juga merasa frustasi. Tapi apa daya aset yang dimilikinya sudah benar-benar habis. Di istana sekarang hanya tersisa beberapa ratus Pengawal Senja yang masih setia, sementara di pusat kekaisaran hanya perdana menteri tua yang masih loyal. Para bangsawan dan menteri lainnya kemungkinan besar sudah jadi orang plin-plan! Ada yang beralih mendukung Adrik, ada yang diam-diam berkolusi dengan Adipati Minas!
Di saat seperti ini, kehadiran penyihir Duoduo Luo ini semakin terasa sangat berharga!
Pahlawan! Sungguh pahlawan langka!!
Semakin dipikir semakin senang, Sang Kaisar langsung memerintahkan pengangkatan Duoduo Luo sebagai Penyihir Utama Istana sekaligus Konsultan Sihir Pribadi Kaisar.
Membuat Kaisar sedikit memerah adalah, sekarang yang bisa dia berikan untuk Duoduo Luo hanyalah penghargaan sebatas ini. Selain itu, dia benar-benar tidak punya apa-apa lagi yang layak diberikan.
Justru Duoduo Luo yang menyelesaikan kecanggungan Kaisar. Dia mengajukan permintaan kecil: dia punya seorang Teman yang berstatus tahanan, karena merupakan keturunan penjahat dari kasus besar di Kota Kekaisaran tahun silam, sehingga sekarang tidak bisa menampakkan sifat aslinya.
Garcia yang mendengar ini dengan santai melambaikan tangan: "Ini masalah kecil! Aku akan segera menulis surat pengampunan untukmu sendiri!"
Kasus besar di Kota Kekaisaran tahun itu tentu diketahui Garcia. Itu adalah cara Almarhum Kaisar Cantos Agung memberantas kekuatan oposisi di Senat dengan licik. Meski metode Cantos berbau amis darah, bagi Garcia itu hanyalah teknik normal seorang raja.
Lagi pula sudah bertahun-tahun berlalu. Peristiwa masa lalu itu sudah selesai, Senat juga sudah patah semangat tanpa ancaman lagi. Orang-orang terkait pada masa itu hampir semua sudah punah. Mengenai Teman yang disebut Duoduo Luo, waktu itu masih anak kecil - hubungan apa yang mungkin? Mengampuni ya sudah, cuma perlu satu kata saja.
Apalagi, Garcia dalam hatinya merasa terharu. Meski dia tidak mengampuni, apa bedanya? Dirinya sekarang cuma kaisar boneka di tengah warlord yang menguasai daerah-daerah terpisah. Siapa yang masih peduli dengan tanggung jawab kasus lama? Meski tidak diampuni, mereka tetap hidup enak. Permintaan ampunan sekarang mungkin cuma sekadar butuh hiburan psikologis belaka.
Surat pengampunan segera selesai ditulis. Kaisar dengan antusias mengundang Duoduo Luo untuk makan malam bersama. Duoduo Luo menerima dengan senang hati, sementara uskup gereja itu sama sekali tidak menunjukkan wajah ramah, langsung pamit pergi. Saat pergi, dia menatap Duoduo Luo dalam-dalam beberapa kali, sorot matanya sudah jauh tidak sehangat dan sebersahabat saat datang.
Dalam hati Duoduo Luo menghela napas - sebenarnya Paus itu memperlakukannya dengan sangat baik, tapi tak ada akal, dia datang membawa Quest. Kalau tidak mendekati Kaisar dengan baik, bagaimana bisa mendapat legitimasi untuk menyusup ke dalam istana dan mengerjakan urusan?
Makan malam itu berlangsung meriah. Garcia bahkan mengirim orang untuk menjemput Li Er makan bersama. Duoduo Luo akhirnya bertemu dengan sang pemilik sebenarnya, Li Er, tapi sorot matanya tetap biasa saja, hanya mengucapkan beberapa kata basa-basi sambil menjaga martabat. Berbeda dengan Li Er yang melihat Duoduo Luo ternyata seorang Penyihir Besar Berjubah Putih, sementara Garcia dengan gembira mengumumkan Duoduo Luo telah ditunjuk sebagai Penyihir Utama Istana. Li Er yang punya sifat paling ahli memanfaatkan kesempatan, bertemu Penyihir Besar seperti Duoduo Luo, tentu akan menguras tenaga untuk berteman baik. Kalau orang ini sengaja ingin berteman, caranya benar-benar penuh akal.
Ini semakin membuktikan beberapa tebakan yang disebutkan Dax sebelumnya dalam hati Duoduo Luo.
“Li Er ini sama sekali bukan tipe orang yang pasrah pada takdir atau rela bunuh diri. Sampai detik terakhir, bajingan ini takkan mau menyerah. Orang macam ini, di mana pun dicemplungin, pasti bisa bikin masalah besar. Dari pengamatanku terhadap Li Er, pergaulannya dengan Kaisar di istana pasti direncanakan matang. Susah sekali membuatnya patuh dan ikut kita. Li Er bukan orang bodoh, bahkan jika kita tunjukkan identitas sebagai orang Char, dia takkan mau ikut. Waktu di Kesatuan Militer Bestar dia sudah dipermainkan perempuan itu, sekarang di ibu kota sengaja mendekati Kaisar pasti ada maksud tersembunyi. Dia pasti menolak pulang dan jadi boneka kayu di tangan Char. Jadi..." Kesimpulan Dax tentang Li Er hanya satu: "Mustahil dia mau patuh ikut kita sukarela. Menculiknya dari istana yang dijaga ketat dengan pengawal jagoan juga sulit. Hanya ada satu cara untuk membawa Li Er pergi."
Duoduo Luo ingat, saat sampai di bagian ini, nada suara Dax tiba-tiba berubah aneh.
"Buat kehebohan besar di istana! Seret Li Er ke dalam masalah! Kita ciptakan Situasi Genting terparah untuknya sampai-sampai Kaisar pun tak bisa lagi melindunginya. Hanya ketika benar-benar terjepit, barulah dia akan patuh ikut kita pergi!"
※※※
Saat Duoduo Luo sedang bersulang dengan Garcia dan Li Er di dalam istana, Dax juga tidak tinggal diam.
Meski Kota Kekaisaran telah menderita siksaan perang, distrik pelabuhan dengan cepat dibangun kembali - murni karena pelabuhan harus mengangkut sejumlah besar perbekalan bantuan dari armada kapal orang Landis, barulah pelabuhan bisa direkonstruksi dengan cepat.
Pasar perdagangan pelabuhan yang ramai di masa lalu, kini seolah berubah menjadi pelabuhan militer raksasa. Pemandangan meriah dengan bendera-bendera berbagai serikat dagang yang memenuhi jalan tak lagi terlihat.
Di distrik pasar pelabuhan saat ini, hanya segelintir serikat dagang yang membuka pintu untuk berbisnis, itu pun semata-mata terkait dengan perusahaan game untuk mengurus distribusi logistik pengiriman laut.
Yang paling laris tak diragukan lagi adalah Galens.
Kini semua orang tahu Galens memiliki latar belakang kuat dari Kerajaan Landis. Bahkan mantan pemimpin mereka di Bizantium, si gemuk Guruo, sejatinya adalah orang resmi Kerajaan Landis - saat pemberontak menduduki Osgilia, Galens dan Guruo telah memberikan banyak tenaga sebagai koneksi internal dalam pertempuran merebut pelabuhan oleh angkatan laut Landis. Latar belakang Landis mereka tentu mustahil disembunyikan lagi.
Namun meski begitu, Galens yang hampir menjadi cakupan terbuka orang Landis ini tetap hidup makmur di Kota Kekaisaran. Karena saat ini pemerintah pusat Kekaisaran Bizantium sama sekali tidak bisa lepas dari bantuan orang Landis.
Sedangkan Guruo itu sudah lama meninggalkan Osgilia untuk pulang melapor, konon siluman itu karena performa luar biasa bahkan mendapat promosi, dan kini telah menjadi pejabat inti jajaran pimpinan Badan Pengawas Intelijen Kerajaan Landis.
Yang sekarang bertanggung jawab atas Galens di Osgilia adalah orang yang baru saja dikirim dari negeri Landis. Entah ini tradisi sistem intelijen Kerajaan Landis atau sekadar kebetulan, penanggung jawab yang dikirim kali ini, sama seperti pendahulunya Guruo, ternyata juga seorang gemuk!
Nama orang gemuk ini adalah Goethe - sama dengan penyair besar dalam sejarah. Tapi Goethe yang satu ini sama sekali bukan orang berbudaya, konon dia pindah dari sistem militer Kerajaan Landis, seorang siluman yang membunuh tanpa berkedip dan tak punya belas kasihan!
Saat ini, si kejam tak berperasaan ini sedang duduk berhadapan dengan Dax di balik meja. Wajahnya yang biasanya tegas dan kejam kini tampak murung lesu, sorot matanya saat memandang Dax bahkan terlihat menghindari tatapan.
Justru Dax, tanpa basa-basi menyandang piala dan meneguk minuman keras dengan rakus. Setelah menghabiskan satu tabung penuh, Dax menepuk pialanya sambil melotot dan berseru lantang: "Goethe, kau diam saja! Kenapa kau jadi mirip banci Guruo itu?"
Goethe menghela napas, sorot matanya memancarkan permohonan sambil bergumam: "Popov... apa yang harus kukatakan? Permintaanmu ini terlalu... terlalu sulit. Aku sama sekali tak punya otoritas! Tidak! Kau benar-benar gila, hal seperti ini bahkan jika aku punya wewenang pun tak bisa kusetujui... Sekalipun kukirimkan kabar ke negeri kita, para sesepuh di markas besar pasti tak akan setuju. Kau tahu, sekarang Guruo sudah jadi atasan kita. Dia paling hati-hati, jika kuajukan permintaanmu padanya, pasti ditolak."
Dax melirik dengan sinis: "Siapa bilang suruh kau minta izin?"
Setelah terdiam sejenak, Dax berbisik: "Kau sekarang kan bos yang bertugas di sini, setara panglima daerah. Mengapa urusan kerja harus selalu minta izin atasan dulu? Dulu kau bisa ambil keputusan membunuh dengan tegas, sekarang kenapa jadi begini?"
"Omong kosong!" Goethe tak tahan lagi, nada suaranya meninggi: "Kau suruh aku membantumu menyanderakan..."
Dengan cepat dia meredam suaranya, melirik ke Dax: "Hal seperti ini sama sekali tak berani kujanjikan."
Dax juga tidak terburu-buru, malah menghitung jari-jarinya sendiri, lalu perlahan berkata dengan suara rendah: "Sebelas tahun lalu di Teluk Boke, seseorang diikat di jangkar kapal dan dilempar ke laut oleh para bajak laut itu, siapa yang membantu mencarinya? Sembilan tahun lalu di Odin, seseorang terpapar identitasnya dan menyinggung suku-suku liar di sana, siapa yang nekat masuk sendirian untuk menyelamatkannya. Tujuh tahun lalu, seseorang bersaing merebut perempuan dengan putra pangeran, hampir difitnah sampai kehilangan jabatan, siapa lagi yang mengumpulkan bukti kesalahan pangeran dan menjatuhkan brengsek tua itu sampai kau bisa kembali ke posisimu? Lima tahun yang lalu..."
"Berhenti! Berhenti!!" Boke memerah wajahnya: "Cukup! Cukup! Sudah, kau bisa tutup mulutmu sekarang."
Ia menggeleng kepala frustasi sambil menghela napas: "Sial, Laozi tahu kau pasti akan mengungkit ini... Kau sudah menyelamatkan nyawaku enam kali, membantuku sebelas kali. Tanpamu, Laozi pasti sudah binasa sekarang. Laozi berhutang terlalu banyak padamu, puas?!" Boke berkata penuh dendam: "Brengsek! Kau bahkan pernah tidur dengan adikku, lalu putus dengannya. Kenapa utang yang ini tidak kau sebut? Hmph!"
Ekspresi Dax terlihat agak canggung, ia tertawa pelan: "Bukankah adikmu itu akhirnya menikahi Marquis, pasti jauh lebih bahagia seratus kali lipat daripada ikut orang sepertiku... Hah."
Goethe mengangkat kelopak mata melirik Dax, tiba-tiba ekspresinya menjadi serius: "Popov, kita adalah Teman... Mungkin di hatimu, kau tak pernah punya teman. Tapi aku selalu menganggapmu sebagai teman."
"Hmph." Dax mengangguk.
Nada Goethe semakin tegas: "Tugasmu sedikit banyak aku tahu. Atasan mengirimmu ke Bizantium awalnya untuk menciptakan gejolak. Kau memilih Xia Ya Leiming, mendekatinya, selama ini yang kau lakukan sudah lebih dari cukup. Tapi sepertinya kau lupa identitasmu, Apakah kau benar-benar berniat mengorbankan nyawa untuk siluman Xia Ya Leiming itu? Jangan lupa, bagaimanapun juga kau..."
"Aku bukan orang Landis." Dax menggeleng perlahan: "Jadi omong kosong tentang kesetiaan tak perlu kau beritahu. Aku bergabung dengan Badan Intelijen Landis, kau tahu tujuanku, aku hanya tertarik meruntuhkan keluarga kerajaan Kekaisaran Bizantium. Saat ini yang paling mungkin mewujudkannya adalah Xia Ya Leiming itu. Adapun Landis... Sejujurnya, selama bertahun-tahun aku sudah cukup berkorban untuk Landis. Jika dihitung, jasaku sudah lebih dari cukup untuk mendapat gelar Marquis atau Pangeran, tapi aku selalu menolak naik pangkat, kau tahu alasannya."
“Aku... tahu.” Goethe menghela napas pelan: “Landis, bagaimanapun bukan tanah airmu.” Kemudian ia mengangkat kepala memandangi Dax: “Tapi... masak Bizantium jadi tanah airmu?! Jangan lupa asal usulmu, Popov!”
Senyuman Dax tiba-tiba terlihat aneh: “Aku tahu, Landis bukan tanah airku. Bizantium juga sudah lama bukan! Makanya, sekarang aku ikut bos Char Leiming, agar nanti suatu hari...”
Tiba-tiba ia menekan suaranya sangat rendah, tapi satu kalimat yang diucapkannya membuat Goethe terkesima.
“...suatu hari nanti, bisa ikut siluman itu, membangun sendiri 'tanah air' yang benar-benar milikku!”
※※※
“……”
Mendengar perkataan Dax, Goethe terdiam lama. Setelah meneguk minuman keras dalam-dalam dan menghela napas panjang, barulah ia tertawa pahit: “Dari ucapanmu, baru kukonfirmasi... bos barumu itu, Char Leiming, benar-benar punya pikiran seperti itu? Membangun yang baru... negara?”
“Tak tahu, mungkin sekarang belum.” Dax mengangkat bahu: “Tapi meski sekarang belum, saat dia terus maju nanti, pasti akan sampai di titik itu. Saat itu, jutaan orang mengawasinya, mau tak mau dia harus memilih.”
Ia melirik Goethe: “Sudah bicara banyak, mau bantu atau tidak?”
“Permintaanmu... terlalu berat.” Goethe berbisik: “Kau sudah bukan orang Badan lagi. Namamu sudah dihapus dari daftar. Meski belum diumumkan sebagai pengkhianat, tapi...”
“Bagaimana, masak kamu berencana menangkap aku pulang ke sana untuk mengklaim jasa besar?”
“Tentu saja tidak.” Godherd tertawa: “Kami dan Char juga punya kerja sama, kenaikan pangkat Guruo juga sebagian berkat hubungan baik bosmu. Kamu tetap di pihak Char, ini menguntungkan kerja sama kedua belah pihak. Bagaimanapun juga kebangkitan Char, serikat dagang Galens telah memberikan banyak tenaga. Investasi sekarang, nanti pasti perlu mendapat imbalan.”
“Jangan buang waktu lagi, kamu mau ikut atau tidak!” Dax menepuk meja dengan deras: “Ini juga kesempatan untukmu! Lakukan satu aksi besar, dirikan jasa besar, lalu saat kamu kembali bisa dapat gelar bangsawan! Godherd, usiamu sudah tidak muda, tidak ingin meraih jasa besar, pulang jadi bangsawan, lalu pensiun dengan tenang beberapa tahun?”
“Tapi yang kamu katakan... terlalu sulit.”
“Sama sekali tidak sulit!” Mata Dax memancarkan kilatan tajam, Hehe tersenyum sinis: “Sekarang situasi Kota Kekaisaran deadlock di sini. Adrik merebut kekuasaan, Kaisar jadi boneka. Adipati Minas di selatan menguasai wilayah, tiga pihak membentuk keseimbangan aneh. Tapi menurutku, keseimbangan ini paling mudah ditembus! Asalkan menghancurkannya, membuat ibukota kembali Chaos... maka...”
“Bagaimana mungkin itu mudah。”Goethe mengerutkan kening：“Adipati Minas di selatan tidak akan memberontak terang-terangan. Kaisar Garcia telah menjadi boneka, posisi Adrik sangat stabil. Sekarang dia sedang mempersiapkan pasukan untuk memerangi pemberontak. Asalkan dia memenangkan satu dua pertempuran lagi, reputasinya semakin makmur, sang kaisar benar-benar tidak bisa mengalahkannya.”
“Caraku adalah membuat Adipati Minas dan Kota Kekaisaran bermusuhan, memutus hubungan sepenuhnya!” Dax tertawa：“Sebenarnya sang kaisar cilik sekarang juga bukan benar-benar tak berdaya terhadap Adrik. Bagaimanapun dia adalah kaisar, apalagi Kaisar Cantos Agung belum lama meninggal, kewibawaan kaisar sebelumnya masih sangat kuat. Bagi Adrik, menekan kewibawaan keluarga kerajaan sama sekali tidak mudah. Hanya saja sang kaisar cilik sepertinya tidak punya nyali untuk melawan Adrik, setelah diancam beberapa kali langsung jago kandang. Kita hanya perlu menciptakan kesempatan, memojokkan kaisar ke jalan buntu, memaksa Adipati Minas berkonflik dengan Kota Kekaisaran. Saat itu sang kaisar hanya bisa berjuang mati-matian. Kemudian...”
“Apa yang kau rencanakan?!” Goethe bergumam berat：“Aku tahu, bosmu Xia Ya Leiming itu punya hubungan yang tidak biasa dengan Adrik! Kau datang ke Kota Kekaisaran mengobarkan kekacauan, jika sampai menyeret Adrik ke dalam masalah besar, mungkin... bosmu...”
“Dia tentu akan marah.” Dax menggelengkan kepala: “Tapi dalam jangka panjang, dia harus berterima kasih padaku. Di seluruh Pasukan Utara, orang-orang yang benar-benar pintar akan bersyukur atas tindakanku ini. Adrik... sudah lama menjadi borgol di leher Xia Ya Leiming.”
“Baiklah.” Goethe menghela napas: “Kamu ingin membuat Kaisar cilik Garcia tiba-tiba berani melawan Adrik. Kamu ingin Adipati Minas segera memutus hubungan dengan Kota Kekaisaran, tapi... sebenarnya bagaimana caranya? Minas dan Adrik mereka bukan orang bodoh! Kaisar cilik itu juga bukan tolol, mana mungkin bisa kamu manipulasi?”
“Sangat sederhana. Dalam seluruh peristiwa ini, ada satu Kelemahan terbesar yang tidak dilihat orang lain, tapi aku melihatnya jelas-jelas.” Dax tersenyum tipis: “Kelemahan ini adalah seorang individu! Asal orang ini beres, maka situasi kebuntuan dan keseimbangan antara tiga pihak saat ini akan sepenuhnya terbalik!”
“Seorang orang? Siapa?” Goethe mengerutkan kening dan berpikir lama, mencoba bertanya: “Mungkinkah... yang kamu maksud adalah Permaisuri?”
“Bukan.” Dax tersenyum: “Meski Permaisuri adalah putri dari Klan Minas, tapi pada akhirnya hanyalah seorang perempuan. Dalam permainan politik seperti ini, batas kemampuan perempuan selamanya yang paling ringan.”
"Kalau Laozi benar-benar menyentuh perempuan itu, mungkin seseorang akan benar-benar mengejarku puluhan ribu li..." Dax tiba-tiba ekspresinya berubah aneh, bergumam pelan. "...Hmph, si kampungan yang makan diam-diam tapi tidak tahu membersihkan bibir."
"Siapa sebenarnya orang yang kau maksud ini?" Goethe bertanya penasaran.
※※※
Jamuan makan malam di istana baru saja berakhir. Garcia masih bersemangat, menyuruh buka sebotol minuman keras koleksi istana untuk dicicipi bersama Li Er dan Duoduo Luo.
Saat itu, pelayan kerajaan masuk dari luar ruang makan, menghampiri Kaisar dan berbisik: "Yang Mulia... Tuan Muda David datang. Ia ingin memberi salam pada Baginda."
Mendengar nama itu, sorot mata Garcia langsung suram. Wajahnya berubah masam. Ia melirik pelayan itu sambil mengerutkan kening: "Saya sedang menjamu tamu. Suruh dia memberi salam ke Permaisuri."
Pelayan ragu-ragu, lalu berbisik: "Tuan Muda David baru saja dari tempat Permaisuri. Menurut etika istana, hari ini hari doa. Paginya ia sudah mendoakan Yang Mulia dan Permaisuri. Jadi malam ini..."
Meski wajahnya tetap masam, Kaisar akhirnya menarik napas dalam-dalam. Dengan nada dingin ia berkata: "Suruh dia masuk."
Beberapa saat kemudian, dari luar pintu masuklah seorang anak yang tampak berusia sekitar lima enam tahun. Ia mengenakan pakaian bangsawan muda yang dijahit sempurna, wajahnya tampan, ditemani seorang guru etiket istana.
Setelah masuk, anak itu langsung membungkuk memberi hormat pada kaisar dari kejauhan, menyapa dengan suara jernih, lalu berdiri tegak penuh tata krama. Wajah Garcia jelas menunjukkan rasa tidak sabar, namun tetap berusaha menghibur dengan lembut beberapa patah kata, lalu menyuruh guru etiket membawa anak itu pergi.
Baru setelah mereka pergi, kaisar mendengus dingin: "Anak pengkhianat! Hmph! Cepat atau lambat... Aku..."
Tiba-tiba Garcia menutup mulutnya, menatap Li Er dan Duoduo Luo di hadapannya, tersenyum dipaksakan: "Kedua Tuan, aku agak mabuk, mari kita akhiri di sini."
Sambil berkata demikian, kaisar bangkit dan pergi. Li Er dan Duoduo Luo segera berdiri mengantar.
Setelah kaisar pergi, Li Er menatap Duoduo Luo sambil tersenyum: "Yang Mulia Penyihir, tak kusangka bisa langsung akrab dengan sosok luar biasa seperti Anda. Lain hari pasti kuminum bersama Tuan, mohon kehormatannya."
Duoduo Luo tersenyum tipis: "Jenderal Li Er terlalu sopan. Kalau Tuan berminat, lebih baik kita lanjutkan dua gelas lagi. Kebetulan aku masih kuat."
Li Er segera tertawa terbahak: "Ide bagus! Aku juga sedang berpikir begitu!"
Dua orang, satu sengaja menjalin persahabatan, yang lain bahkan dengan sengaja mendekati, secara alami bagai kayu kering bertemu api, dalam sekejap sudah berbincang sangat akrab.
Duoduo Luo seolah bertanya santai: "Anak itu tadi, tidak tahu siapa sebenarnya... Kudengar Yang Mulia Kaisar belum memiliki putra, entah anak itu..."
Li Er mendengarnya hanya tersenyum: "Oh, itu Tuan Muda David, jelas bukan pangeran kaisar. Tapi... statusnya sebenarnya tidak kalah sedikit pun dari pangeran."
"Oh?"
Li Er melanjutkan dengan senyuman: "Benar, dia memiliki marga yang sedang sangat termashyur sekarang... Nama lengkapnya seharusnya David Minas."
Duoduo Luo dengan kompak menunjukkan ekspresi terkesima: "Minas? Jangan-jangan dia anak dari Klan Minas?"
"Tepat sekali." Li Er tertawa: "Kakek anak itu adalah Adipati Tua Minas, ayahnya adalah Tuan Rody. Tapi konon dia anak haram. Saat Adipati Minas bangkit kembali, anak ini diangkat sebagai penerus resmi keluarga, lalu dikirim ke istana sebagai sandera." Di sini Li Er menurunkan suaranya: "Pikirkanlah, ayahnya Rody, kakeknya Adipati Minas, permaisuri adalah bibinya, kaisar adalah pamannya. Identitas seperti ini, belum cukup termashyurkah?"
Duoduo Luo tertawa: "Sungguh luar biasa memang. Tapi..." Ia ragu sebentar: "Tapi sikap Yang Mulia terhadapnya..."
“Hahaha, Tuan Duoduo Luo yang terhormat, Anda adalah seorang penyihir, kira-kira urusan duniawi seperti ini tidak terlalu Anda pahami.” Li Er tertawa: “Kali ini Adipati Minas di selatan, dengan Yang Mulia Kaisar, ada sedikit... eh... ketegangan. Dan Sang Kaisar kita ini, baik di dalam maupun luar istana semua orang tahu, perasaannya dengan permaisuri tidak harmonis. Jadi, begitu mendengar nama Minas, Yang Mulia langsung merasa jijik, secara alami tidak memberikan wajah masam pada anak ini. Hanya karena masih ada permaisuri di sekelilingnya, sementara Adipati Minas di selatan menguasai beberapa county dengan pasukan tangguh puluhan ribu, barulah menahan diri.”
