Ratusan tahun lalu ketika Kota Kekaisaran Osgilia di Kekaisaran Bizantium selesai dibangun, kota raksasa yang menghabiskan separuh kekuatan negara dan membutuhkan beberapa generasi kaisar ini langsung menjadi kota terbesar milik manusia di dunia.
Tentu, jika mempertimbangkan sifat ras kurcaci yang suka menggali gua dan ras spirit yang tinggal di pepohonan, bisa dibilang Osgilia adalah kota terbesar di dunia.
Apa? Ras raksasa? Goblin? Makhluk-makhluk liar itu ngerti apa!
Perlu diketahui, kemauan sebuah kekaisaran yang megah mampu memindahkan gunung dan mengeringkan lautan. Dengan populasi sepuluh juta dan wilayah yang luas, Kekaisaran Bizantium membangun kebanggaan terbesar mereka. Kota perkasa ini dijuluki "Kota Perkasa Nomor Satu", hampir tidak ada yang membantah di seluruh dunia. Baik orang Landis yang kaya raya maupun orang Odin yang angkuh, semuanya terpaksa mengakui bahwa dibandingkan dengan ibu kota Kekaisaran Bizantium, ibu kota mereka sendiri bagaikan kota kecil pedesaan.
Orang Bizantium mengubah sebuah semenanjung menjadi kota raksasa. Mereka menjadikan sisi yang menghubungkan semenanjung dengan daratan sebagai aliran sungai yang lebar. Tembok kota Osgilia yang megah seolah merupakan keajaiban buatan dewa-dewa mitologi yang diciptakan dengan kekuatan ilahi...
Hampir setiap orang yang pertama kali mengunjungi Osgilia akan tertegun melihat keajaiban megah di depan mata, lalu hampir tak tahan untuk memiliki dorongan untuk bersujud...
Tentu saja, ini hanya...
Hampir!
Karena di dunia ini, masih ada tempat lain, sebuah kota.
Jika kamu bertanya kepada siapa pun di kota ini tentang "Kota Perkasa Nomor Satu Osgilia", maka kamu akan dihina sampai mati! Bahkan tidak mendapat jawaban, hanya tatapan putih merendahkan, paling banter ditambah ludahan "Cih!".
Kota perkasa nomor satu di benua? Osgilia?
Cih! Apa yang diketahui orang-orang kaya baru kampungan itu!
Setiap orang di kota ini pasti memiliki alasan yang absolut untuk mempertahankan kebanggaan mereka, hanya karena rumah mereka, kota tempat mereka berada ini, adalah... Kota Suci!
Kota Suci? Babilon!
Baik di Benua maupun lautan Landis, berbagai legenda tentang Kota Babilon telah dipelajari, namun sangat sedikit orang yang benar-benar memiliki kesempatan untuk datang ke kota suci ini.
Sejak era kuno, Kota Babilon telah mengisolasi dirinya dari dunia ini dengan cara yang spesial. Segala keajaiban, segala mukjizat, segala kekayaan di sini, semuanya hanya menjelma menjadi legenda-legenda yang terus bergulir di benua.
Empat ratus tahun yang lalu, pelukis terhebat dalam sejarah Kekaisaran Bizantium, Da Vinci, pernah beruntung bisa menginjakkan kaki di Kota Babilon. Pelukis legendaris ini memiliki berbagai gelar kehormatan dan riwayat hidup gemilang. Ia pernah membuat goresan megah yang menerangi zaman untuk Katedral Hagia Sophia di ibu kota kekaisaran, pernah melakukan ekspedisi ke Kekaisaran Odin untuk melukis istana suci sang Kaisar Suci yang diklaim mendapat berkah Dewa Odin menjadi lukisan raksasa, bahkan menghabiskan waktu setahun untuk menciptakan mahakarya abadi berjudul "Cahaya Osgilia" - gulungan kanvas sepanjang 140 meter yang berhasil menangkap keagungan dan kemegahan Osgilia di atas kertas!
Namun, ketika pelukis legenda ini di usia senjanya akhirnya mendapat kesempatan, mengikuti rombongan dagang kuno ke Kota Suci Babilonia, mencoba mewujudkan cita-cita seumur hidupnya untuk memasukkan kota suci legenda ini ke dalam kanvasnya...
Legenda menyebutkan Da Vinci duduk di luar tembok Babilonia selama dua hari dua malam penuh, akhirnya dengan diam-diam mematahkan kuasnya lalu pergi dengan sorot mata redup.
Sebelum pergi, dia meninggalkan sebuah ucapan:
"Tak ada manusia yang bisa melukiskan keajaiban ini! Tak ada! Karena ini seharusnya bukanlah keajaiban yang pantas ada di dunia manusia!"
Ucapan sang grandmaster tersebar luas. Meski mengejutkan, tetap ada tak terhitung pelukis yang mencoba menggambarkan rupa Kota Babilonia di atas kertas untuk diwariskan. Maka seantero benua dipenuhi berbagai lukisan berbeda, setiap pelukis yang menggambar Babilonia mengaku telah melukiskan keagungan kota legenda itu.
Namun, hanya mereka yang benar-benar pernah mengunjungi Babilonia, setelah melihat lukisan-lukisan itu, akan segera membuat penilaian tanpa ragu: Tak satu pun lukisan legendaris yang mampu menggambarkan keagungan kota suci legenda ini bahkan sepersepuluh - tidak, seperseratus pun!
Tentu saja, setelah berbagai legenda tak terhitung yang tersebar di seluruh dunia berkumpul, akhirnya tersingkap juga secercah penampakan wajah kota legenda ini.
Di antara semua itu, kalimat yang paling sering disebut-sebut adalah:
Di sana, ada sebuah gunung...
※※※
Mengikuti Chaotic Territory ke arah timur laut, menembus hamparan hutan yang luas nyaris tak berbatas, di antara pepohonan kuno yang telah ada selama sepuluh juta tahun, setelah menempuh jarak sepuluh ribu li, terdapat sebuah gunung tinggi.
Legenda menyebutkan luas gunung ini tidak terlalu besar, dikatakan radiusnya hanya sekitar belasan li, namun menjulang hingga menembus awan! Setiap orang yang pernah melihatnya akan berkata, seolah-olah dewa kuno menancapkan pedang panjangnya langsung ke bumi!
Hamparan hutan secara ajaib terbelah di sini, memperlihatkan dataran seluas puluhan kilometer persegi. Namun gunung ini berdiri tegak di sini, awan putih melingkupi puncaknya, samar-samar terlihat aula berkilauan emas berdiri di sana.
Adapun Kota Suci... juga berada di sini.
Ia tidak berada di kaki gunung, tidak di lereng, maupun di puncak.
Ia, adalah gunung itu sendiri!
Kota Suci adalah gunung ini. Gunung ini adalah Kota Suci.
Tak ada yang tahu bagaimana kota ini dibangun.
Seluruh kota telah menyatu sempurna dengan gunung. Puncak menjulang mulai dari kaki gunung, seolah diukir lapis demi lapis oleh kekuatan dewa yang besar, membentuk undakan raksasa seperti terasering sawah berundak.
Dari kaki gunung hingga puncak, lebih dari seratus sembilan lantai. Setiap lantai dipenuhi berbagai arsitektur memesona - patung raksasa, kamar bak istana, bangunan seperti gereja, hingga jalan-jalan yang seolah dibangun di langit. Jalan-jalan itu melayang di gunung bagai ular gaib tak terhitung yang melilit batang bambu.
Di puncak, air terjun raksasa jatuh dari langit, menghujam gunung lalu berubah menjadi kabut tipis yang menyelubungi kota perbukitan ini. Saat sinar matahari cerah, seluruhnya tampak berkilau seperti disepuh tirai emas.
Tak terhitung bunga langka dan tumbuhan eksotis menghiasi wilayah ini. Bahkan ras spirit yang menyebut diri ahli alam pun akan tertegun melihatnya.
Namun semua ini tersusun rapi. Dari kejauhan, kota perbukitan ini mirip piramida raksasa sempurna. Setiap lantai dengan bangunannya menyatu harmonis.
Berbeda dengan Osgilia, Kota Babilon tidak memiliki tembok kota atau sistem pertahanan.
Tepat di kaki gunung, enam menara putih raksasa berdiri membentuk hexagram sempurna. Jarak antar menara presisi bak diukur jangka sorong, membentuk perisai pelindung bagi kota.
Tak ada markas militer di bawah. Siapapun bisa masuk kota melalui jalan raya lebar yang menakjubkan di bawah salah satu menara putih, langsung menuju jantung perbukitan.
Namun setiap orang yang melewati Menara Putih, dapat melihat jelas kalimat yang terukir di menara itu selama sepuluh juta tahun tanpa perubahan!
"Di bawah kakimu, adalah tanah Kaisar Manusia!"
※※※
Kota seperti ini hanya mengizinkan orang asing masuk pada bulan pertama saat musim semi tiba setiap tahun.
Pada masa ini setiap tahun, beberapa kelompok dagang besar dan kuno dari seluruh dunia baru bisa membawa kafilah mereka, memuat berbagai barang langka di benua ke kota ini untuk mendapatkan kekayaan yang selalu diimpikan.
Hanya saat inilah kota legenda ini mendapatkan sedikit keramaian dunia manusia.
Bagaimanapun, penduduk Kota Suci juga perlu makan, minum alkohol, dan berpakaian.
Meski membawa kebanggaan dan sikap menjaga martabat Kota Suci - bahkan kebanggaan bawaan ini membuat penduduknya bersikap superior terhadap semua kafilah asing - berbagai barang langka dari seluruh benua yang dibawa kafilah-kafilah itu tetap disambut hangat oleh sebagian besar warga kota suci.
Tidak perlu sertifikat apa pun untuk memasuki Kota Babilon - selama kau memiliki kemampuan melewati Hutan luas, melintasi wilayah ras spirit dan raksasa di Chaotic Territory dengan selamat, itu sudah cukup sebagai syarat masuk.
Di sini tidak ada prajurit yang menjaga kota. Hanya di setiap persimpangan jalan menuju pegunungan, terdapat bangunan melingkar di mana Dewan Senator yang menguasai Babilonia mendirikan pos perhentian. Orang-orang dari Kota Suci akan menyambut para pendatang dari berbagai ras di sini.
Baik kamu manusia atau spirit, semua permintaan seperti akomodasi gratis, makanan, tempat menginap, dll akan dipenuhi.
Setiap hari sebelum matahari terbenam, kamu bisa bebas menjelajahi pegunungan, berjalan-jalan di antara lantai-lantai kota yang bertingkat, dari lantai pertama hingga ke-108.
Hanya lantai tertinggi ke-109 yang menjadi Wilayah Terlarang, kediaman pribadi Wali Kota yang legendaris itu.
Ini adalah kota yang makmur.
Setiap orang di Babilonia memancarkan kewibawaan dan ketenangan yang tak tergoyahkan - sebagai tanah legenda yang terpisah dari urusan duniawi, segala peristiwa di dunia seakan tak ada hubungannya dengan tempat ini. Entah itu kebangkitan atau keruntuhan dinasti, maupun persaingan para penguasa di dunia fana, penduduk Kota Suci bagaikan duduk di atas awan, memandangi pasang-surut dunia.
Wajah setiap orang memancarkan kemakmuran dan kenyamanan. Tak ada kemiskinan di sini. Setiap warga Babilonia yang berjalan di jalanan, mengenakan sutra tinggi yang bahkan di Kekaisaran Bizantium hanya bisa dipakai oleh bangsawan.
Di dunia fana, bahkan permata yang dijadikan harta warisan oleh keluarga bangsawan, di sini bisa terlihat tergantung di leher anak-anak kecil yang berlarian di jalanan.
Di sini juga ada toko-toko. Senjata suci hasil tempaan ahli ras kurcaci yang di dunia luar bisa memicu perebutan sengit antar prajurit, hanya tergantung sembarangan di sudut toko - bahkan diperlakukan layaknya kerajinan tangan biasa yang dijual.
Seolah tak ada kejahatan duniawi seperti pencurian di sini. Setiap pendatang, bahkan pemimpin serikat dagang terkaya, akan merasa diri seperti gelandangan miskin seketika melihat penampilan orang Babilonia yang berjalan di jalan.
Penduduk lokal tampaknya telah mencapai keadaan tanpa keinginan. Mereka memiliki kediaman megah, bahkan rumah yang paling sederhana pun setara dengan mansion mewah yang dinikmati bangsawan di dunia luar.
Ada satu fenomena sangat unik di tempat ini.
Kota Suci Babilon seolah tak pernah mengalami cuaca buruk.
Baik badai musim panas maupun badai salju musim dingin, tak pernah menyentuh Babilonia.
Sepanjang tahun kota ini tetap indah seperti musim semi. Meski suhu berubah sesuai musim, tak setitik embun hujan atau serpih salju pernah jatuh dari langit.
“Karena Kota Suci dan para dewa memiliki sebuah perjanjian, rakyat Kota Suci akan setia turun-temurun pada keturunan Kaisar Manusia. Sebagai imbalan, para dewa membuat kota ini takkan pernah menderita serangan hujan atau salju.”——Begitulah klaim orang-orang lokal.
※※※
Saat Char dan rombongannya berkuda keluar dari Lautan Hutan, seluruh kota pegunungan sudah terlihat jelas di depan mata.
Mengikuti jalan setapak yang bagaikan papan giok putih, mereka tiba di bawah menara putih di luar Kota Suci. Char menghentikan kudanya, menatap kalimat raksasa yang terpampang di menara.
"Tanah Kaisar Manusia... Mengandung maksud terselubung."
Si kampungan bergumam sendiri.
Hes Ting di sampingnya tiba-tiba melompat turun dari kuda. Ia mendekati menara putih dan menempelkan tangannya di dinding. Setelah lama berdiam, barulah ia menghela napas perlahan.
"Kekuatan yang luar biasa besar."
Kemudian Hes Ting berbicara bagai menepis debu: "Ada enam menara putih di sini?"
"Ya, enam arah. Masing-masing punya satu, membentuk hexagram."
Yang menjawab adalah pemandu licin dan penakut bernama "Man Cha". Menurut ceritanya, nama ini berasal dari kebun bunga teh milik ayahnya yang pernah memenuhi seluruh halaman rumah.
"Hmph, ternyata formasi pelindung hexagram." Hes Ting menghela napas: "Formasi magis yang tidak rumit, sihir sederhana... tapi sangat kuat..."
Dia menatap Char yang terlihat bingung di matanya, lalu berkata dengan tertawa pahit: "Kamu benar-benar harus memperbaiki pengetahuan umummu. Meskipun kamu seorang prajurit, sebaiknya kamu juga mempelajari sedikit tentang sihir. Apakah ibu angkatmu itu tidak mengajarkanmu hal-hal ini?"
Dia menuding Menara Putih tinggi di sekelilingnya: “Ini sebenarnya adalah formasi pelindung hexagram yang sangat sederhana, setiap Menara Putih adalah pusat formasi dari sebuah formasi magis. Secara teori tidak rumit, seorang penyihir tingkat menengah pun bisa mahir menyiapkan formasi seperti ini. Kehebatan formasi magis ini terletak pada kekuatan sihir yang terkandung di dalamnya yang sangat solid hingga menimbulkan horor! Baru saja aku melakukan pengujian ringan, gelombang aneh dari hubungan magis di dalamnya bahkan membuatku hampir tak bisa mengendalikan gemetar! Kekuatan sihir yang mengerikan!”
“Sehebat itu?” Char mengerutkan kening.
“Menyiapkan formasi magis sekuat ini, tidak tahu berapa banyak kristal magis yang akan dikonsumsi——Begitu formasi magis level ini diaktifkan, bahkan seekor naga raksasa pun bisa dihancurkan menjadi serbuk dengan mudah!” Histen memejamkan mata sejenak, lalu menggelengkan kepala: “Tidak, pasti bukan kristal magis yang digunakan sebagai penggeraknya. Daya simpan energi magis kristal magis sangat terbatas. Sekalipun kristal magis sebanyak gunung, mungkin tidak bisa menyuplai formasi magis sekuat ini. Pasti ada bahan penyimpan energi magis lain yang lebih kuat yang digunakan.”
"Char juga turun dari kudanya, berjalan ke sisi Hesdin. Keduanya berdiri berdampingan, memandang jauh ke arah puncak gunung yang menjulang tinggi di depan, kota ajaib ini...
Seolah waktu berlalu sangat lama, tiba-tiba keduanya membuka mulut secara bersamaan dan menghela napas panjang.
"Apa yang kau pikirkan tadi?" tanya Char pada Hesdin.
"Aku sedang berpikir, bagaimana kota ini dibangun." Hesdin tersenyum pahit, "Osgilia saja sudah sialan besar, tapi setidaknya masih bisa kubayangkan proses pembangunannya. Tembok kota terkutuk itu meski raksasa, tapi dengan ratusan ribu tenaga kerja dan usaha beberapa generasi, akhirnya bisa diselesaikan sedikit demi sedikit. Tapi puncak gunung ini... sialan, lihatlah bangunan di puncaknya, istana itu. Aku berani bertaruh ukurannya lebih besar dari istana kekaisaran Osgilia maupun katedral gereja. Bagaimana caranya bahan-bahan raksasa itu diangkut ke puncak? Selain mukjizat dewa, tak ada jawaban lain yang bisa kubayangkan."
"Mungkin ratusan petarung kuat bekerja sama menggotongnya satu per satu," Char berkata dengan licik, "Kau tahu lah, para petarung kuat kan tenaganya lebih besar dari orang biasa."
"Cih!" Hesdin menyeringai dingin, "Jika Babilon punya ratusan petarung kuat yang mau jadi kuli kasar, kekaisaran manusia purba takkan sampai runtuh dan binasa."
Tiba-tiba Hesdin bertanya, "Kalau kau? Apa yang kau pikirkan saat memandangi kota ini tadi?"
Si kampungan merekah bibirnya sambil tertawa, tetap terlihat polos dan penuh kesetiaan, tapi ucapan yang keluar membuat jantung berdebar.
"Baru saja aku berpikir, kalau aku yang memimpin pasukan, bagaimana caranya menghancurkan kota terkutuk ini."
Sampai di sini, Char seolah dipenuhi rasa penasaran, hampir tak tahan menguraikan: "Di sini tak ada tembok kota atau markas pertahanan, enam jalan tak dibangun benteng. Meski terlihat sederhana, penduduk gunung punya posisi superior. Menyerang dari bawah pasti merugi. Ditambah Lingkaran Sihir Menara Putih ini, kalau menurutmu bahkan naga raksasa bisa dibunuh dengan mudah, menerobos masuk jelas bunuh diri. Caraku adalah mengepung. Pasti mereka kekurangan sumber air. Kota sebesar ini butuh sumber daya cairan untuk beroperasi. Sekalipun ada mata air gunung, mustahil mencukupi kebutuhan populasi kota. Pasti ada cara menyalurkan aliran sungai alami di sekitar. Kalau aku yang menyerang, pertama-tama akan memutus sumber air di pinggiran, lalu mengurung mereka 2-3 bulan sampai penduduk kota jadi orang kering..."
Si kampungan seolah-olah terkena penyakit akibat pekerjaan, semakin bicara semakin bersemangat: "Selain itu, meski ada enam lorong untuk masuk kota, tapi kota sebesar ini pasti bunuh diri jika membagi pasukan ke enam arah! Lawan di dalam kota pasti lebih cepat dan mudah memindahkan pasukan dibanding pihak penyerang. Lebih baik fokuskan semua pasukan, serang satu arah! Lagipula, setelah menembus lantai pertama, terus memaksa menyerang ke gunung itu bodoh. Kota ini bertingkat-tingkat ke atas. Asal kita bisa menyerbu lantai pertama sekaligus, lalu menguasainya, kita bisa membakar di mana-mana di lantai pertama!"
Si kampungan tertawa jahat: "Bahkan jika tidak ada angin di sini, api tetap menjalar ke atas! Lagipula gunung kekurangan air. Asal api yang kubicarkan cukup besar, begitu kobaran apinya mulai menyebar, akan otomatis menjalar ke atas. Saat itu nanti..."
Mendengar kata-kata sembrono Char, Hes tetap tenang, namun Tuan Manchá sang pemandu yang di sampingnya sudah ketakutan sampai wajah pucat pasi!
Ini benar-benar keberanian yang melawan langit!!
Manchá bukan pertama kali ke Babilonia. Setiap orang yang dikenalnya datang ke sini, tak ada yang tidak terpana oleh Kota Suci yang seperti mukjizat di depan mata ini, lalu secara spontan muncul rasa pemujaan yang kuat.
Tapi justru Tuan ini, begitu tiba, pikiran pertamanya adalah mencari cara bagaimana memimpin pasukan untuk membantai habis Kota Suci ini?!
Penghinaan yang keterlaluan!!
“Mereka sebaiknya belum melakukan hal-hal yang memprovokasi saya! Kalau tidak, Api ini pasti akan Laozi nyalakan!”
Si kampungan menggeretak gigi.
※※※
Tiba di pos kaki Gunung Kota Suci, rombongan Char tidak menarik perhatian khusus.
Setiap tahun di musim seperti ini, serikat dagang dari seluruh dunia selalu datang. Meski rombongan Char hanya tiga orang, bagi warga Kota Suci yang angkuh ini bukanlah hal yang aneh.
Hanya bau amis darah menyengat yang melekat pada tubuh Char membuat petugas pos Kota Suci merasa tidak nyaman.
Bajunya penuh bekas darah mengalir! Noda darah di wajahnya seolah sengaja tidak dibersihkan. Satu-satunya keanehan adalah Char membalut kepalanya dengan kain - dia tidak lupa perkataan Saint Roland Garros, rambut hitamnya mungkin akan membocorkan identitasnya!
Petugas pos hanya melakukan registrasi sederhana, lalu memberikan lencana akses masuk Kota Suci kepada tiga orang mereka sebelum pergi - Ini bukan hotel, jangan harap warga Kota Suci yang sombong itu akan menyiapkan teh untuk mereka.
Ada makanan dan kamar penginapan di sini, tapi segalanya harus dikerjakan sendiri.
Kebetulan, pos kaki gunung yang didatangi Char ini sudah lebih dulu diisi kafilah dagang lain.
Dan yang lebih kebetulan lagi, kelompok dagang ini ternyata berasal dari Odin.
Skala kelompok dagang Odin ini sangat besar, lebih dari dua ratus orang. Mereka telah tiba di sini sehari sebelumnya. Orang-orang Odin yang berwatak bengis tanpa tedeng aling-aling menempati separuh lebih ruangan di pos peristirahatan. Kalau bukan karena larangan keras dari Kota Suci yang melarang siapapun membuat masalah di sini, mungkin orang Odin sudah langsung menghabisi tiga orang berpakaian Bizantium seperti Char dan kawan-kawannya.
Meski begitu, setelah petugas Kota Suci yang bertugas menerima tamu meninggalkan pos peristirahatan, di aula megah, para Odin kasar dan liar itu tetap melontarkan sorot mata penuh niat jahat ke arah trio Char.
Seolah sengaja, para Odin garang itu mengeluarkan kapak perang dan menggoyang-goyangkannya. Beberapa bahkan dengan kejam mulai mengasah pisau tepat di depan Char, sementara yang lain memprovokasi dengan melototi Char sambil membuat isyarat tangan menyayat leher.
Keberanian orang-orang Odin ini menembus wilayah Chaos sampai ke sini tentu didukung banyak senjata berotot dengan kemampuan mumpuni. Postur tubuh kekar, otot-otot berlapis, serta kapalan tebal di telapak tangan mereka menjadi cerminan keberanian dalam pertarungan.
Namun Char sama sekali tidak menaruh perhatian pada provokasi kecil ini – dia sendiri sudah tak terhitung berapa Odin yang dibunuhnya.
“Mengenai Histen, meski Dewa Perang Odin termasyhur, namun selama ini Histen selalu mengenakan zirah tebal dengan penutup wajah. Tidak banyak yang mengenali wajah aslinya — setidaknya para prajurit Serikat Dagang Odin ini mustahil punya kesempatan mengenal Dewa Perang Odin yang begitu agung.”
“Satu-satunya yang terus gemetar adalah Tuan Mancha. Pemandu penakut ini tak berani menjauh setengah langkah pun dari Char, bahkan ke kamar mandi pun takut pergi sendiri.”
“Perkumpulan transaksi ini berlangsung sebulan, tapi tidak setiap hari. Hanya tiap tiga hari sekali. Sudah kutanyakan, kalau Tuan ingin melakukan transaksi atau membeli sesuatu di sini, mungkin harus menunggu dua hari lagi.” Dengan sikap menjilat, Manchai melaporkan kabar yang ia dengar kepada Char.
Malam harinya, sekelompok rombongan Landis berjumlah seratus orang tiba di pos. Kedatangan orang Landis ini mengalihkan permusuhan para Odin — bagaimanapun dalam perang ini, Landis awalnya membantu Odin lalu berpindah kubu ke Bizantium. Bagi Odin, ini adalah pengkhianatan.
Tapi orang Landis juga tidak ramah pada ketiganya. Char pun tak berniat berurusan dengan mereka. Setelah menanyai Manchai tentang Kota Babilon, begitu fajar menyingsing, ia pergi sendiri meninggalkan pos menuju gunung untuk memasuki Kota Babilon.
※※※
Meskipun kata-kata Saint Roland Garros sebelumnya membuat Char membenci "Kota Suci" ini, semua yang dilihatnya setelah memasuki Babilonia tetap membuat si kampungan terpana seperti macan tutul masuk kota.
Hanya dalam sekitar satu jam berkeliling di lantai pertama, dia sudah melihat beberapa benda langka di seantero benua.
Jalanan di sini rapi dan lebar, yang terpenting bersih seolah baru dicuci dengan air. Di jalanan ada beberapa kedai minum, meski tatapan dingin penduduk lokal menyambut kedatangan Char, rasa arak yang dibelinya nyaris membuat lidah pemabuk berpengalaman ini tertelan!
Minuman sedemikian nikmat bahkan tak bisa ditemukan di dalam istana Bizantium!!
Tentu harganya juga luar biasa mahal! Sekarung kecil arak langsung mengempiskan dompet Char.
Transaksi penduduk lokal di sini tidak menggunakan mata uang, melainkan mengonsumsi "harta benda" melalui sistem registrasi. Sedangkan pendatang seperti Char harus menukar dengan barang mahal - koin Bizantium, hanya emas yang diterima dengan enggan, sementara perak hanya mendapat tatapan putih.
Setelah bertanya-tanya, Char baru tahu kebanyakan pendatang membayar dengan permata.
Mulai dari batu merah-biru biasa, hingga berlian dan fire diamond kelas tertinggi.
“Kasihan si kampungan kami, yang sebagai Penguasa Lokal Terkuat di Kekaisaran Bizantium saat ini, menguasai tanah tujuh county, warlord dengan lebih dari seratus ribu pasukan, di sini justru dianggap sebagai orang miskin dan dihina.”
“Lewat sebuah toko, Char masuk dan melirik sekilas, langsung melihat beberapa senjata yang tergantung di sudut - pedang panjang prajurit dengan buatan langka, jelas hasil kerajinan kurcaci - dan bukan barang biasa, pasti buatan grandmaster pengrajin terbaik di antara kurcaci.”
“Char mencoba pedang yang selalu dibawanya - pedang di tubuhnya juga dibeli dari tentara bayaran di kafilah dagang, bisa dibilang termasuk senjata tajam yang cukup bagus.”
“Hasil uji cobanya sederhana: pedang toko langsung menghabisi senjata Char seperti memotong kayu, sementara mata pedang lawan bahkan tidak ada celah sebesar butir beras.”
“Pedang bagus!” Char menghela napas. Meski tidak kekurangan senjata - garpu apinya sendiri nyaris seperti senjata legendaris - tapi teman-temannya akan langsung naik level kekuatannya jika punya senjata tajam seperti ini.”
“Sayangnya setelah menanyakan harga, Char langsung menepikan niat membeli.”
“Mahalnya harga membuat Char bahkan kehilangan keberanian untuk terus melihat - si kampungan hampir saja muncul pikiran jadi maling.”
“Orang-orang Babilonia ini, benar-benar bukan sekadar kaya biasa!”
“Si kampungan menggeleng pelan.”
"Setelah keluar dari toko, Char merasakan pandangan dingin dari delapan penjuru yang mengarah padanya meski hanya berdiri sebentar di jalan raya."
"Sebagai orang asing, penampilanku di sini terlalu mencolok."
"Namun Char sudah punya rencana. Dia menyusuri jalur sempit, mengamati lama, lalu melompat dengan mudah melalui jendela terbuka di lantai atas sebuah kamar. Ini jelas rumah keluarga. Dengan santai dia mengambil jubah putih bergaya lokal yang umum."
"Setelah berganti pakaian lokal, perlakuan terhadap Char di jalan raya langsung berubah total."
"Postur tubuh perkasa Char yang mengenakan jubah panjang putih khas Babilonia, ditambah rambut hitamnya yang terbuka setelah melepas kain kepala si kampungan, membuatnya semakin mencolok."
"Semua ini membuat Char yang berjalan di jalanan mendapat perlakuan khusus."
"Setiap warga Babilonia yang lewat tak luput memberikan sorot mata penuh hormat, bahkan ada yang langsung membungkuk memberi salam dari kejauhan."
""Ternyata rambut hitam adalah simbol kehormatan di sini," gumam Char mengingat perkataan Saint Roland Garros. Dia memutuskan untuk langsung menaiki lantai demi lantai dengan cepat."
"Dari daerah lantai pertama hingga ke-108, Char melihat perbedaan halus dalam arsitektur kota."
"Kesenjangan sosial di Kota Babilon hampir tak terlihat, tapi semakin tinggi lantainya, semakin sedikit orang yang terlihat di jalanan."
"Dan yang lebih penting, semakin mendekati puncak bukit, seolah-olah bisa melihat semakin banyak orang berambut hitam."
Orang berambut hitam sangat jarang di sini, tetapi setiap bertemu satu, membuat Char hampir tak tahan merasakan kedekatan alami. Siluet wajah mereka jelas berbeda dengan orang Bizantium, Odin, maupun Landis, lebih mirip dengan rupa Char.
Postur tubuh Char yang tinggi tegap, langsung terlihat sebagai kondisi fisik yang kuat khas prajurit, semakin mendapatkan rasa hormat. Bahkan beberapa orang berambut hitam yang berpapasan, semuanya menundukkan kepala dengan ramah dan hormat.
Char mencoba masuk ke sebuah toko lagi, mendapat sambutan antusias dan penuh keheranan.
Pemilik toko tampak terkejut bahwa "prajurit terhormat berambut hitam" seperti Char mau masuk ke tokonya. Keheranan ini semakin menjadi ketika Char menunjukkan ketertarikan pada senjata di toko.
"Sungguh mengejutkan, anggota kesatuan prajurit terhormat seperti Anda berminat pada barang sembarangan di sini?" Sang bos penuh sikap hormat: "Barang yang Tuan minati ingin langsung dibawa, atau saya kirimkan? Hanya mohon tinggalkan nama mulia, saya akan mengurus pembayaran ke kesatuan prajurit."
