Char tidak berani banyak bicara. Meski mengerti bahasa Babilonia, logat lokal sama sekali tidak dikuasainya. Sekali bicara, bisa-bisa ketahuan bohongnya.
Dia bergumam tidak jelas beberapa patah kata, tidak menghiraukan pemilik toko yang terkejut ini dan langsung pergi.
※※※
Berjalan di jalan puncak bukit Babilonia bagaikan melangkah di atas awan langit. Sebagian jalan dibangun mengikuti lereng gunung, sementara sebagian lain mengandalkan kekuatan sihir untuk melayang di udara.
Char berdiam cukup lama di lantai ke-108, akhirnya berhenti di sebuah persimpangan menuju lantai tertinggi.
Di sini tidak lagi diizinkan untuk masuk atau keluar sesuka hati.
Persimpangan ke atas tidak lagi terbuka, melainkan dipisahkan oleh tembok tinggi dan pintu batu yang tebal——tempat pertama yang Char lihat sejak memasuki Kota Babilon yang memiliki struktur tembok pertahanan.
Meski tanpa penjaga, jelas pintu batu itu tidak bisa didorong sembarangan. Char berdiri lama di belakang sebuah toko, baru setelah menunggu cukup lama muncul sosok berbaju putih berambut hitam memasuki pintu. Saat siluman itu mendekat, papan pintu terbuka otomatis, dan menutup kembali setelah dia masuk.
Char segera mencoba mendekat, namun sayangnya pintu tetap tidak menunjukkan reaksi sama sekali meski sudah berdiri di depannya.
Persis saat berbalik hendak pergi, tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya.
"Hei! Kenapa kamu masih di sini?"
Seorang pria muda berambut hitam melangkah gagah mendekat. Jubah putihnya yang terpotong pas di badan jelas berbeda dengan pakaian Char, sementara di punggungnya tergantung pedang dua tangan berukuran raksasa.
“Rambut hitam panjang diikat menjadi satu, pria yang jelas-jelas seorang prajurit ini mendatangi Char, mengerutkan kening melihat Char: "Waktu berkumpul sudah tiba, kamu masih mau pergi ke mana? Cepat masuk!"
Sampai di sini, dia tampak agak ragu, menatap wajah Char: "Kamu murid guru yang mana? Kok aku belum pernah melihatmu?"
Char sedang bingung bagaimana menjawab, orang ini mengamati pakaian Char beberapa saat, lalu tiba-tiba menunjukkan senyum tipis: "Kamu memakai baju warga biasa... Aku mengerti, kamu pasti 'orang yang kembali' yang baru datang belakangan ini, ya?"
Teringat beberapa perkataan Saint Roland Garros, Char menarik napas lega dan cepat-cepat mengangguk: "Ya."
"Ternyata orang yang kembali." Ekspresi wajah orang ini menjadi aneh dan kompleks: "Logatmu, apakah pulang dari Bizantium? Dengan pelayan istana mana kamu kembali, kenapa tidak mengajarmu aturan di sini dengan baik. Sebagai orang yang kembali, takdirmu pasti akan menjadi anggota prajurit penjaga. Masak pakai pakaian sipil berjalan di jalan raya."
Sambil berkata demikian, orang ini kembali menggelengkan kepala, tapi tetap menunjukkan senyum ramah pada Char: "Margaku Han, nama Han Bi. Kamu bisa langsung memanggil namaku, atau memanggilku Shixiong."
Han Bi? Nama yang aneh.
Dibandingkan orang Bizantium, orang Odin, atau orang Landis yang namanya panjang-panjang, nama pria ini memang sangat aneh. Tidak hanya lebih pendek, pelafalannya juga begitu unik.
"Aku... Xia Ya, Xia Ya Leiming."
Xia Ya tidak menggunakan nama samaran, lagipula di sini tidak ada yang mengenalinya.
"Xia Ya Leiming?" Han Bi terdiam sejenak: "Kau marga ganda? Marga ganda sangat langka, Xia Ya... Marga ini kenapa asing sekali bagiku, aku hanya kenal marga Dongfang dan Situ. Oh ya, ada juga siluman bermarga Ximen, tapi aku jijik padanya."
Xia Ya tertawa kering beberapa kali, tidak tahu bagaimana menjawab.
Syukurlah orang ini tidak terus mempertanyakan - sepertinya di Kota Suci, rambut hitam dan rupa mereka sudah menjadi bukti terbaik, sama sekali tidak menimbulkan kecurigaan.
"Ayo, adik seperguruanku Xia Ya." Han Bi menarik lengan Xia Ya, membawanya ke depan pintu batu yang langsung terbuka otomatis, orang ini menyentak Xia Ya masuk sambil tertawa: "Pelayan yang bertugas menjemputmu pantas dihukum! Berani-berannya membuangmu sembarangan di jalan raya, beri tahu namanya, akan kulanjutkan ke dewan senator agar siluman itu dihukum. Kita orang berambut hitam terhormat, prajurit penjaga mulia!"
Xia Ya masih tertawa kering.
Tapi setelah memasuki lantai seratus sembilan, matanya melotot memandangi segala yang terhampar di hadapannya, tak sempat memikirkan ucapan Han Bi.
Sungguh sebuah aula megah!
※※※
Seluruh Kota Suci di bawah lantai seratus delapan, semua arsitektur dan jalanan, bahkan lempengan batu untuk jalan, terbuat dari bahan batu putih raksasa yang spesial. Konon katanya seperti sesuatu yang disebut "bak giok".
Tapi lantai keseratus sembilan, sangat berbeda.
Di hadapan berdiri aula besar, arsitekturnya tidak terlalu megah, namun tembok istana berwarna merah dengan genteng emas di atapnya, terlihat agung dan penuh Keangkeran.
Penampilan istana juga tak pernah dilihat Char sebelumnya - langit-langit runcing, sisi kanan kiri atap juga meruncing, dengan ujung atap yang melengkung ke atas.
Pilar-pilar bundar berwarna merah, lantai dan tangga keemasan.
Yang paling membuat Char heran adalah ukiran makhluk aneh di pilar-pilar ini yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Makhluk itu seperti ular raksasa dengan sisik keemasan, kepala mirip kuda tapi memiliki sepasang tanduk panjang - seperti tanduk rusa kutub.
Paling aneh, ada empat cakar.
Menguasai gumpalan-gumpalan kabut, menunjukkan Keangkeran liar yang meremehkan segalanya.
Di istana tergantung spanduk panjang dari kayu hitam, dengan tulisan berbentuk persegi-persegi yang tidak mirip aksara apapun yang dikenal Char.
Di bawah aula istana ini, sudah ada ratusan orang berambut hitam berdiri di sana, terbagi menjadi dua kelompok dengan batas yang jelas. Kelompok sebelah kanan mengenakan jubah putih panjang, sementara kelompok sebelah kiri memakai jubah hitam.
Usia mereka bervariasi, tua dan muda, pria dan wanita. Namun tampaknya jumlah orang berambut hitam berpakaian putih sedikit lebih sedikit.
Kelompok berjubah hitam lebih banyak jumlahnya. Tapi saat Han Bi menyeret Char melewati kerumunan orang berbaju hitam, mereka semua mundur beberapa langkah memberi hormat. Han Bi justru berjalan dengan bangga menengadahkan kepala, pandangan lurus ke depan, melangkah gagah melewati kerumunan.
Saat tiba di kelompok berjubah putih, Han Bi ini ternyata sangat populer. Banyak anggota berambut hitam berpakaian putih yang aktif menyapanya dengan sebutan "Shixiong". Terlihat jelas Han Bi memiliki status penting di antara mereka. Dia menarik Char ke sampingnya sambil berkata pada yang lain: "Ini adalah Shidi Char, Sang Pulang yang baru kembali. Kali ini dia masih asing dengan tempat kita. Kalian semua adalah Shixiong dan Shijie-nya, mulai sekarang harus lebih memperhatikan adik junior baru ini."
Ucapannya memicu serangkaian dukungan. Banyak yang antusias menyapa Char, membuatnya tak terhitung sudah berapa kali dipanggil "Shidi".
Saat kerumunan masih saling bersapa, tiba-tiba terdengar suara berisik dari tangga aula istana di atas.
Beberapa genderang kulit raksasa didorong keluar. Beberapa pria berotot besar bertelanjang dada, masing-masing berkepala plontos, memegang tongkat drum di tangan. Enam genderang besar dipukul bersamaan, suara ritme pertarungan yang intens bergema. Ratusan orang di bawah mulai meningkatkan kewaspadaan, bahkan para murid seperguruan di sekitar Han Bi pun berdiri tegak.
Tak lama kemudian, beberapa orang berjubah panjang keluar dari pintu aula. Kebanyakan mereka terlihat sudah berumur, beberapa berjanggut putih, yang termuda terlihat setidaknya berusia empat puluh tahun ke atas.
Jubah yang dikenakan orang-orang ini berwarna-warni - hitam, putih, abu-abu, merah, campur aduk. Namun satu-satunya kesamaan adalah rambut mereka yang hitam legam.
Char menghitung dalam hati: total delapan orang. Tiba-tiba dia mendengar bisikan di sekelilingnya: "Mengapa Tuan Du tidak ada? Tuan Du adalah veteran senior. Bagaimana mungkin rapat dewan tetua hari ini tanpa kehadirannya?"
Dewan Tetua?
Char segera meningkatkan kewaspadaannya.
"Tuan Du itu..." Char hampir tak tahan bertanya.
Seorang pria berbaju putih meliriknya: "Saudara Char kan pendatang baru. Masih belum kenal Tuan Du? Beliau adalah pemimpin resimen prajurit penjaga kita, juga anggota dewan senator. Setiap pertemuan penting pasti membutuhkan kehadiran pemimpin resimen penjaga kita."
Orang di samping juga hampir tak tahan berbisik: "Tidak salah, Tuan Du tidak ada, pekerjaan ini agak aneh! Hmph, para anggota Dewan Tetua ini mungkin mau berbuat siasat lagi, kumpulan parasit Kota Suci ini!"
"Lihat saja mau apa lagi! Bahkan jika Tuan Du kalah berdebat dengan mereka di dewan senator, kita masih punya Yang Mulia Saint Roland Garros! Hmph!"
Yang terakhir berbicara adalah Han Bi, ternyata dia sangat dihormati. Begitu membuka mulut, semua yang lain langsung hening.
Di atas aula, salah satu dari delapan senator tua berbaju hitam itu perlahan melangkah maju, dengan suara serak berkata: "Semua sudah berkumpul di sini, langsung kita umumkan. Peristiwa yang terjadi beberapa bulan lalu meski hanya sedikit yang tahu, tapi sekarang sudah tak bisa disembunyikan lagi. Selama beberapa bulan ini, para pelayan yang dikirim telah menemukan banyak kandidat, beberapa prajurit yang kembali juga telah dibawa. Kami sudah berusaha maksimal, tapi meski begitu, luka Yang Mulia Wali Kota tetap... mungkin sudah saatnya hal tak terelakkan terjadi. Setelah kasus tragis itu, kami telah memilih enam belas calon dengan garis keturunan murni dari semua kandidat. Semua kandidat sudah dilihat dalam pertemuan sebelumnya. Maksud Dewan Tetua jelas, segera putuskan karena kondisi fisik Wali Kota sudah tak bisa ditunda lagi. Maka Dewan Tetua telah memutuskan, kami telah memilih penerus terakhir..."
“Perkataan Tetua ini terputus-putus, lemah karena usia tua, namun setiap orang di bawahnya menyimak dengan hening sampai ia menyebutkan tentang penentuan kandidat. Xia Lian segera melihat Han Bi di sampingnya tiba-tiba menampakkan ekspresi marah, melangkah gagah ke depan dan berteriak: "Prajurit Penjaga Kota Suci Han Bi punya pendapat untuk disampaikan!"
Sang Tetua seolah telah mengantisipasi interupsi. Ia menutup mulut, memandangi Han Bi dari atas dengan tatapan dingin. Setelah beberapa saat, barulah ia berkata dingin: "Hmph, nak dari Keluarga Han, apa yang ingin kau sampaikan?"
“Ini melanggar Aturan!” Han Bi menatap balik lawannya dengan dingin. “Pewarisan posisi Wali Kota selalu ditetapkan langsung oleh Wali Kota sendiri! Sekalipun situasi saat ini istimewa dan Wali Kota tidak mampu menjalankan tugas, jika Dewan Tetua hendak menetapkan kandidat, persetujuan Penjaga Kota Suci tetap wajib! Hari ini adalah penentuan kandidat, mengapa perwakilan resimen prajurit kita, Tuan Du, tidak hadir? Selama Tuan Du belum menyatakan sikap, apapun keputusan yang diambil, Prajurit Penjaga Kota Suci tidak akan mengakuinya!”
Sang Tetua menyorotkan pandangan dingin ke arah Han Bi: “Keputusan ini dibuat secara kolektif oleh dewan senator. Sekalipun Tuan Du adalah anggota dewan senator, suaranya harus mengikuti resolusi kolektif dewan, apapun pilihannya.”
“Jika ini urusan biasa, tentu saja demikian! Tapi suksesi Wali Kota Suci, menurut hukum besi yang berlaku sejak dulu, dalam suksesi luar biasa seperti ini, pemimpin penjaga memiliki hak satu suara veto! Bagaimanapun juga, naiknya seorang wali kota harus mendapatkan sumpah kesetiaan dari semua Penjaga Kota Suci! Jika tidak mendapat pengakuan dari para penjaga, tidak bisa menjadi wali kota!”
Han Bi berdebat dengan alasan kuat.
“Tuan Du sendirian juga tidak bisa mewakili maksud semua prajurit penjaga.” Senator ini berkata datar.
“Tuan Du adalah pemimpin resimen prajurit, dia sudah pasti perwakilan kami!” Han Bi sedikit merendahkan nada suaranya: “Yang Mulia Senator, saya juga tidak ingin menentang keputusan Yang Mulia, hanya... secara hukum dan prosedur, apapun isi keputusan ini, harus dibuat saat Tuan Du hadir.”
“Meski Tuan Du tidak hadir, apa anggota resimen prajurit kalian juga absen?” Tatapan dingin senator ini menyapu Han Bi: “Untuk mendapatkan pengakuan penjaga, caranya sederhana. Saya umumkan keputusan dewan senator, lalu para prajurit yang hadir langsung memilih setuju atau tidak. Jika mayoritas setuju, berarti sah!”
Han Bi terdiam. Meski hatinya merasa ada yang tidak beres, tapi tidak bisa menemukan alasan untuk menolak. Setelah lama ragu, akhirnya berkata: “Tapi Tuan Du...”
“Tuan Du punya urusan penting sehingga tidak bisa hadir. Mengenai alasannya, ini rahasia dewan senator yang tidak boleh diumumkan.” Tetua di atas itu menggeleng.
“......” Han Bi menghela napas, menoleh melihat banyak rekan di belakangnya, akhirnya menutup mulut.
Melihat Han Bi tak lagi berbicara, Tetua di atas seolah sedikit lebih santai, kemudian menatap semua orang di bawah, perlahan berkata: "Keputusan yang dibuat Dewan Senator, penerus Wali Kota untuk peserta baru, kami telah memilih..."
Xia Ya tiba-tiba menangkap detail penting. Tepat saat si kakek tua ini hendak mengumumkan, para senator lain di atas terlihat menunjukkan ekspresi lega di wajah mereka.
Tapi di saat yang sama, sebelum Tetua itu sempat menyebut nama penerus, terdengar suara jernih namun dingin yang datang dari kejauhan.
"Siapa pun nama yang keluar dari mulutmu, aku menolak untuk bersumpah setia pada orang ini."
Siluet merah tiba-tiba melayang dari persimpangan jalan di kejauhan.
Rambut hitamnya yang berkibar-kibar, sosok rampingnya terbungkus jubah merah bagaikan awan merah yang melayang. Dari kejauhan, penampilannya bak dewi!
Teriakan kaget bergema, disusul keriuhan kerumunan!
Hampir semua prajurit berjubah putih bersimpuh serentak, banyak yang berteriak: "Santo Garos!"
Perempuan itu melayang bagai angin sepoi-sepoi melewati kerumunan, akhirnya mendarat di bawah tangga istana. Sorot matanya yang tajam menyapu seluruh ruangan, dingin bagai es!
Para prajurit berjubah putih, dengan Han Bi sebagai pemimpin, tiba-tiba bersemangat. Wajah Han Bi dipenuhi emosi, matanya berbinar-binar penuh kekaguman.
Hanya Char yang langsung berkeringat dingin, segera menundukkan kepala dalam-dalam.
Kedatangan Saint Roland Garros langsung membuat para senator di atas panggung berubah pucat. Beberapa orang refleks hendak membungkuk memberi hormat, namun akhirnya menahan diri. Yang lain bahkan wajahnya pucat bagai mayat.
"Bagus, hari ini hadirinnya cukup lengkap." Tatapan Saint Roland Garros menusuk dingin, menyapu wajah para senator satu per satu. Senyuman sinis mengembang di bibirnya: "Karena kalian semua sudah di sini, sebelum kalian mengumumkan 'keputusan' itu, ada beberapa hal yang harus kuumumkan terlebih dahulu."
Sambil berkata demikian, ia mengangkat tinggi-tinggi tangan kanannya, menuding para tetua dengan jari telunjuk mulai dari orang tua yang berdiri paling depan:
"Aku, sebagai anggota Resimen Penjaga Kota Suci, mengajukan tuduhan resmi kepada Dewan Senator Kota Suci!"
"Kutuduh anggota Dewan Senator: Zhou Zhengdao, Wu Xiangxian, Slater..." Jemarinya menunjuk setiap senator secara bergantian: "Jin Daolin, Larenzo, He Xifeng, Gu Mingteluo, dan... KAMU!"
Ujung jarinya akhirnya berhenti pada senator yang tadi berbicara: "Yang Mulia Ximen!"
Saint Roland Garros menarik napas dalam-dalam, tatapannya semakin membeku:
"Kutuduh kalian delapan senator telah melakukan kejahatan PEMBERONTAKAN terhadap Kota Suci!"
"Kutuduh kalian delapan senator telah merencanakan KUDETA!"
"Kutuduh kalian delapan senator telah BERKONSIPIRASI MEMBUNUH anggota Dewan Tetua!"
“Saya menggugat kalian delapan anggota dewan veteran, atas upaya pembunuhan terhadap Wali Kota kontemporer!”
Setiap kata yang keluar, langsung membuat semua orang yang hadir terpaku seperti patung!
Saint Roland Garros berbicara dengan nada dingin: "Di atas adalah gugatan saya! Lalu..." Dia seolah sengaja berhenti sebentar, melanjutkan: "Atas identitas saya sebagai Penjaga Kota Suci generasi ini Saint Roland Garros, menurut dekrit khusus ketika wali kota tidak bisa menjalankan tugas, saya akan mengambil alih sementara kekuasaan wali kota. Untuk gugatan di atas, saya menjatuhkan hukuman... mati!"
Boom!!
Keramaian di bawah sama sekali tidak bisa tenang, di tengah riuh rendah yang bercampur teriakan kaget, jeritan, amukan kemarahan, pekikan...
Char akhirnya mengangkat kepalanya, menyelinap di antara kerumunan dalam kekacauan, mengintip diam-diam ke arah Saint Roland Garros. Tapi dia menemukan detail yang membuatnya mengerutkan kening.
Meski Saint Roland Garros penuh aura membunuh dengan ekspresi dingin dan tenang, mengangkat tangan kanannya menuding para veteran, tangan kirinya yang tersembunyi di belakang punggung, telapak tangan terselip dalam lengan panjang...
Dan lengan baju itu, sepertinya sedang bergetar halus yang tak terlihat oleh orang lain!
Sebutir mutiara darah merah segar jatuh dari lengan baju, menetes ke lantai seputih giok!
Sorot mata Char langsung berubah!
Apakah Saint Roland Garros ini terluka?
