Gema suara itu bergulung-gulung di atas Kota Suci yang luas, masuk jelas ke telinga setiap orang.
Char dan Saint Roland Garros di altar mendengar semua ini dengan jelas. Wajah si kampungan langsung berubah pucat: "Kenapa monster tua ini?"
Dia kemudian hampir tak tahan menghentakkan kaki. Dirinya sudah mendengar monster tua ini bercerita waktu itu, rencana berikutnya sang monster tua adalah pergi ke Kota Suci Babilon untuk mencari masalah dengan Saint Roland Garros——Di masa lalu, banyak yang kuat di benua itu berkumpul di Kota Suci Odin untuk mengepung Kaisar Suci Odin. Saint Roland Garros ini adalah petarung utamanya. Dengan dirinya sebagai pasukan inti, barulah mereka bisa melawan Kaisar Suci Odin, memaksa sang Kaisar bersumpah racun untuk mengurung diri di Kota Suci Odin selama tiga puluh tahun, tidak akan menginjakkan kaki ke urusan duniawi walau selangkah, bahkan membuat sumpah racun bahwa "Yang Kuat Tidak Akan Berebut Pengaruh dengan Urusan Duniawi".
Kaisar Suci Odin telah bertahan dalam penderitaan dan menjalani pertapaan selama bertahun-tahun akhirnya berhasil menghancurkan sangkar penjara spiritual dalam hatinya, kekuatannya meningkat pesat. Tindakannya mencari dalang utama yang dulu memimpin pengepungan terhadap dirinya ini merupakan hal yang sangat logis.
Tapi tak disangka, justru pertemuan ini terjadi secara kebetulan.
("Ayah mertua murahan ini, kenapa tidak datang lebih awal atau lebih telat, malah datang tepat di saat seperti ini.") Char bergumam dalam hati, tak tahu apakah ini berkah atau malapetaka.
Saint Roland Garros langsung membeku saat mendengar suara itu. Hanya setelah suara itu melayang-layang di langit puncak gunung cukup lama, perempuan ini baru menarik napas dalam-dalam sambil menepuk bahu Char: "Nak, lepaskan aku!"
“Eh？”Char berkata dengan suara pelan：“Bisa nggak kamu? Bentukmu sekarang ini...”
“Lepaskan aku!” Suara Saint Roland Garros terdengar sangat tegas.
"Char diam-diam menurunkannya dari punggung, masih tak tenang, satu tangan memegang lengannya. Saint Roland Garros mendarat dengan kedua kakinya, setelah berhasil berdiri tegak, sedikit merapikan rambut panjangnya yang berantakan, menyeka bekas darah di sudut mulut, menarik napas dalam-dalam, ekspresi wajahnya penuh keanehan: 'Ditakdirkan, benar-benar ditakdirkan!'"
Sambil berkata demikian, ia menatap Char: "Kau tahu suara siapa ini?"
"Tentu saja aku tahu." Char mencibir: "Kaisar Suci Odin, Thor? Hannigan si tua itu."
"Oh? Kau mengenalnya!" Saint Roland Garros mengerutkan kening.
"...Eh, dia bisa dibilang ayah mertua yang murah bagiku." Char menggerakkan bibirnya.
"Ayah mertua murah?"
Char tertawa pahit: "Istri resmiku adalah anak haramnya, tapi... Aku ingat pernah membunuh putra bungsunya, juga melumpuhkan putra sulungnya. Jadi, hubungan ini sangat rumit."
Saint Roland Garros mendengarkan, tidak menunjukkan reaksi berlebihan, hanya menatap Char dalam-dalam, berbisik pelan: "Kau memang hebat."
Tiba-tiba ia terdiam sejenak, berkata dengan suara rendah: "Nak, lokasi Senat sudah kukasih tahu, sekarang carilah Nenei sendiri."
"Lalu kau?" Char menangkap nada tak biasa dalam suara lawannya.
“Aku？”Saint Roland Garros menengadahkan wajahnya, menyambut cahaya perak yang membanjiri langit, tersenyum penuh kebanggaan: “Aku Saint Roland Garros yang megah, musuh sudah datang menjemput, masak mau jadi pengecut?!”
Char terbelalak. Ia menatap perempuan yang bahkan berdiri pun hampir tak mampu ini, tiba-tiba menudingnya sambil berteriak: “Otakmu rusak atau bagaimana! Gila apa? Sekarang jalan dua langkah saja sudah ngos-ngosan, masih mengira diri sebagai Penjaga Legenda zaman dulu? Di luar sana bukanlah orang sembarangan, tapi Sialan Kaisar Suci Odin, yang terhebat sepanjang masa! Bahkan di masa kejayaanmu pun paling hanya bisa seri melawannya. Sekarang kau... jangankan Kaisar Suci Odin, kucing anjing biasa saja mungkin sudah bisa mengalahkanmu! Kau lebih pilih muka daripada nyawa ya?!”
Sambil berkata demikian, ia menangkap kedua lengan Saint Roland Garros. Sang perempuan berseru marah: “Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!”
“Apa yang kulakukan? Menghentikanmu berbuat bodoh.” Tanpa peduli protes, Char langsung menyangga perempuan itu di bahu, melangkah gagah menuruni gunung.
“Lepaskan aku!” Wajah Saint Roland Garros memerah oleh amarah.
“Cih, mau kulepas mencari mati?” Char berlari kencang keluar. Saat ini, para pemberontak di kediaman Wali Kota dan aula sebagian besar sudah terkaget-kaget oleh keributan di luar. Mereka mengikuti para veteran untuk menjaga pertahanan kota dan area Lingkaran sihir. Sepanjang larinya, Char sesekali bertemu beberapa prajurit berzirah. Tapi dengan kecepatan penuh, orang lain hanya melihat bayangan melesat seperti kilat, bahkan tak sempat bereaksi sebelum menghilang.
Sambil berlari, Saint Roland Garros di punggungnya terus memaki. Char hampir tak tahan berteriak: "Kurasa pemulihanmu cukup baik, sampai masih punya tenaga untuk memaki."
“Bocah brengsek! Kau mau membuatku menanggung aib pengecut yang takut bertarung!”
Char tak menjawab lagi. Dengan memikul Saint Roland Garros, ia menerobos keluar dari istana di puncak bukit menuju kota. Berbekal petunjuk sebelumnya, mereka turun ke wilayah lantai 108. Tak lama kemudian, lokasi dewan senator pun ditemukan.
Sarang dewan senator ini tak sebesar bayangan Char. Hanya bangunan tiga lantai yang tampak biasa, bahkan luas lahannya tak terlalu besar. Di ambang pintu hanya ada beberapa prajurit penjaga. Kalau bukan karena tahu ini markas mereka, mungkin benar-benar sulit ditemukan.
Syukurlah sebelumnya Saint Roland Garros telah memberitahu Char bahwa tempat ini hanyalah kantor beberapa tetua dewan senator yang menangani urusan Kota Suci pada hari-hari biasa. Para senator berasal dari klan besar di Kota Suci, dengan kekayaan keluarga yang melimpah, sehingga masing-masing sudah memiliki kediaman mewah dan megah. Kantor dewan senator ini memang tidak terlalu mewah.
Meski tampak biasa dari luar, saat Char membawa Saint Roland Garros bergegas masuk, mereka tetap mendapat halangan.
Beberapa orang berpenampilan sipil yang terlihat seperti staf penerima tamu Kota Suci ternyata adalah pasukan bunuh diri terlatih para senator. Melihat Char menerobos, segera ada yang menghunus pedang menyambut. Char malas bertele-tele, dalam dua tiga kali tepukan sudah melibas selusin lebih musuh. Ia lalu menangkap seorang yang tampak sebagai pemimpin untuk diinterogasi. Karena lawannya bersikap keras kepala, Char langsung memukulnya pingsan dan menangkap orang lain untuk diinterogasi.
Senat gempar bagai ayam kena semburan peluru. Dari luar sampai dalam, siapa sanggup menghentikan Char? Setelah menginterogasi beberapa orang, akhirnya ia mendapat informasi yang dicari.
Char menemukan Nenei di sebuah ruang bawah tanah rahasia milik Senat.
Selain Nenei, masih ada selusin lebih pemuda-pemudi yang dikurung di ruang bawah tanah ini.
Saat menemukan Nenei, dia terlihat tidak terlalu panik, sepertinya juga tidak mendapat perlakuan buruk. Hanya wajahnya agak pucat, semangatnya lesu, dan ekspresinya tampak bingung seperti tidak sepenuhnya sadar.
Begitu pula dengan belasan orang lainnya. Setiap orang terlihat lemah, entah apa yang telah dilakukan para veteran terhadap mereka.
Syukurlah, Saint Roland Garros akhirnya berhasil menahan amarah. Setelah melihat sekilas, dia menjelaskan pada Char bahwa Nenei dan yang lain mungkin diberi obat khusus, tapi tidak sulit untuk dinetralisir.
"Asalkan bukan racun ras spirit sialan itu." Char menarik napas lega.
"Kau pikir racun ras spirit semacam itu semurah sayuran pasar?" Saint Roland Garros menggeleng: "Barang semacam itu adalah senjata tajam untuk menghadapi yang kuat. Buat apa para orang tua itu membuangnya untuk anak-anak kecil?"
Char dengan hati-hati menggendong Nenei ke area ventilasi dekat pintu penjara. Dia juga mengambil semangkuk air dan menyiramkannya perlahan ke wajah Nenei.
Air jernih membersihkan noda di wajah Nenei, memperlihatkan kecantikan yang mempesona. Meski wajahnya pucat, justru semakin menonjolkan pesona yang menyentuh.
Char tak sadar termenung, lalu menggeleng sambil menghela napas.
"Ngapain kau menghela napas?" Saint Roland Garros sengaja menyindir: "Gadis cantik kelas satu seperti ini, apa kau menyesal tidak merawatnya dulu?"
“Kamu tidak mengerti.” Char menggeleng: “Bagiku, rupa perempuan... benar-benar bukan hal yang istimewa. Yang kusesali adalah, Laozi sungguh brengsek. Dulu dia baik-baik saja di sisiku, aku tahu isi hatinya tapi tak mau menerimanya. Kini malah jauh-jauh datang ke tempat terkutuk ini mencari dia...”
Sampai di sini, Nenei yang bersandar pada Char perlahan menunjukkan sorot mata berkilau setelah terkena air dingin. Matanya mulai fokus, dalam kondisi terhipnotis ia menatap wajah Char lama-lama. Tiba-tiba tatapannya memancarkan kejutan, bibirnya bergerak-gerak seolah ingin bicara, namun stamina masih belum pulih sepenuhnya.
“Diam-diam, dia sama lemahnya sepertimu. Bagaimana nanti aku membawa kalian lari? Menggendong satu-satu?” Char tertawa pahit, mengabaikan pandangan dingin Saint Roland Garros. Tangannya mengusap rambut Nenei dengan lembut: “Yang Mulia... Jenderal Nenei, apakah... kau masih mengenali Marsekal ini?”
Ucapannya terdengar kaku, nada bicaranya janggal bukan main. Si kampungan ini bahkan lidahnya hampir terbelit sendiri.
Saint Roland Garros tak bisa menahan tawa plak: “Dasar idiot! Di saat seperti ini masih bicara pangkat jenderal-marsekal!”
“Yang itu... Omong kosong! Nenei adalah pejabat jenderal asli Pasukan Utara. Sebagai komandan Pasukan Utara, jika bawahan saya diculik, tentu saya harus membawa mereka kembali, yang itu...”
Char masih bersikap keras kepala, namun merasakan sorot mata Nenei yang menatapnya tajam. Meski belum bisa bicara, matanya pertama-tama memancarkan kejutan besar, lalu kegembiraan, kemudian curahan kasih sayang tak terbendung dari tatapannya. Gelombang matanya seperti air yang melilit tubuh Char...
Char tak pernah membayangkan ada mata yang bisa 'berbicara' di dunia ini, juga tak pernah menyangka sorot mata seseorang bisa mengekspresikan begitu banyak emosi kompleks.
“Kau... kau akhirnya... akhirnya datang...”
Ini adalah kalimat pertama yang diucapkan Nenei.
Suara lembutnya penuh perasaan yang begitu intens, membuat hati Char seolah meleleh.
Gelombang mata seperti sutra, suara manja bak air, lengan rampingnya menjulur pelan menggenggam leher Char. Kepalanya perlahan bersandar ke tubuh Char...
Menyaksikan si jelita di sampingnya dengan kelembutan seperti air, hati Char berdesir. Suaranya rendah dan lembut: “Ya, aku datang. Kau telah menderita begitu banyak, aku...”
Baru sampai di sini, si kampungan tiba-tiba berubah ekspresi. Segala kelembutannya berubah menjadi jerit kesakitan!
“Aaaaahh!!!”
Si kampungan tubuhnya seperti terkena setrum listrik, tiba-tiba melompat bangkit, kedua tangan tak pantas memeluk area tiga jari di bawah perut, meringkuk sambil terus meloncat-loncat.
Nenei menjatuhkan lutut yang terangkat, madu di matanya berubah jadi kemarahan, melototi Char, meski suaranya lembut jernih tapi tetap berseru marah: "Kau si brengsek ini, melukai hatiku berulang kali, sekarang malah datang ke sini? Sekalipun aku mati, mana perlu kau menyelamatkan!"
Sambil berkata demikian, Nona Besar Nenei juga berjuang berdiri, kembali melayangkan tendangan tanpa ampun ke arah taruhan nyawa si kampungan!
Char hampir pingsan, menghindar dua kali, buru-buru menggenggam pergelangan kaki Nenei, menekan perempuan ini ke tanah sambil meneriakkan: "Gila kau?! Aku datang menyelamatkanmu! Kau ingin mencabut nyawaku?!"
"Cih! Si bajingan Char! Nona perlu diselamatkanmu?! Kau ini siapa bagiku?!"
Char antara ingin tertawa dan menangis.
Baru sekarang ia tersadar.
Sosok cantik nan lemah lembut di hadapannya ini hanyalah topeng! Secara bawaan, Nona Besar Nenei tetaplah si garang yang berani mengayun pedang panjang, memimpin pasukan saudara bertarung melawan orang Odin!
Reuni dua insan yang semula penuh kelembutan dan kasih sayang tiba-tiba berubah menjadi seperti ini. Char tidak marah, menekan Nenei ke lantai sambil memandangi tatapan penuh kebencian dan ekspresi gigit gigi lawannya. Tiba-tiba, justru muncul secercah kebahagiaan dalam hatinya.
Ya! Inilah dia!
Inilah Nenei yang sesungguhnya! Bukan perempuan lemah dan manja seperti pemeran. Berapi-api, semangat membara, meski terkadang saking 'pedas'-nya sampai membuat orang kelelahan!
Tapi, inilah Nenei!
Inilah... Nenei milik Laozi!
Memikirkan ini, Char tertawa terbahak-bahak gila. Dengan tegas ia mengabaikan perlawanan perempuan ini, menekannya dengan kencang, lalu menyatukan bibirnya dengan penuh kekuatan menutupi bibir kemerahan Nenei...
……
Saat bibir mereka bersentuhan, Nenei yang masih berjuang mati-matian tiba-tiba kaku. Matanya melotong penuh keterkejatan, tertancap tajam pada Char seolah tak percaya pria ini benar-benar berani menciumnya, apalagi dengan cara seberani ini?!
Perlahan, sudut mata Nenei mulai mengalirkan setetes air mata. Matanya yang terbuka lebar perlahan terpejam. Kedua tangan yang sebelumnya melawan kini dengan lembut merangkul leher Char. Tubuh kaku itu seketika berubah menjadi cerminan air musim semi penuh kelembutan...
"Ciuman antara dua orang ini, Char tanpa ampun menciumnya sampai puas, baru akhirnya mengangkat kepala sambil menarik napas panjang. Nenei yang ditindihnya di lantai nyaris pingsan karena kehabisan napas."
Char memandang Nenei yang sudah jauh lebih patuh dan tidak berani melawan lagi, dalam hatinya penuh kegembiraan. Ia tertawa terbahak sambil mengusap mulutnya sendiri, lalu membantu Nenei berdiri dan menyandarkannya pada tubuhnya. "Nah gitu dong. Laozi sudah menempuh ribuan li untuk mencarimu, sekarang ikutlah denganku dengan baik."
Wajah cantik Nenei memerah padam. Bibirnya terkunci rapat seolah tak bisa mengucapkan sepatah kata pun, namun kedua tangannya mencengkeram lengan Char dengan erat.
"Batuk!!"
Batuk Saint Roland Garros memecahkan suasana mesra di antara mereka berdua.
Sang Legenda Penjaga Kota Suci itu melotokkan mata ke arah Char, wajahnya pucat seolah hampir pingsan karena marah. "Kalian berdua! Sudah cukup mesra-mesraannya?! Lupa di tempat apa kalian berada? Lupa situasi genting seperti apa yang sedang terjadi?!"
Tanpa perlu diingatkan lagi oleh Saint Roland Garros, di langit atas kepala mereka kembali menghujam bola api menyala-nyala yang ditangkis oleh sinar perak Hexagram. Tabrakan kali ini terasa lebih dahsyat, gemuruh bergemuruh di angkasa seolah seluruh Kota Suci bergetar!
Krak-krak! Satu sudut atap gedung di sekelilingnya tiba-tiba retak di tengah guncangan ini, bahan batu yang pecah berjatuhan ke bawah dengan gemerincing.
Dari udara jauh di kejauhan, tiba-tiba terdengar lengkingan panjang!
Suara lengkingan itu bergema keras dan menusuk, meski berasal dari jauh tapi seolah bergema di telinga pendengar!
Wajah Char langsung berubah: "Masak si orang tua ini mau marah?"
Saint Roland Garros dengan tatapan serius menatap Char: "Kamu sudah menyelamatkan orang, cepat bawa Nenei bersembunyi! Aku..."
"Kamu masih ingin mencari mati?" Char mengerutkan kening: "Apa otakmu benar-benar rusak?"
"Thor datang mencariku. Jika aku tidak muncul, dia takkan berhenti." Ekspresi Saint Roland Garros dingin menusuk.
"Kamu sekarang bahkan tidak bisa mengalahkan kucing anjing sekalipun." Char menghela napas: "Menurutku si orang tua itu masih punya semangat. Meski kamu ingin membela Kota Suci dengan bertarung dengannya, tak perlu mencari mati sekarang. Cukup beri tahu kondisimu saat ini. Si orang tua yang angkuh itu mungkin akan tenang dan menunggumu pulih kekuatan sebelum bertarung lagi."
Analisis Char ini cukup meyakinkan baginya. Kaisar Suci Odin yang sangat angkuh itu, meski membenci lawan lamanya Saint Roland Garros yang dalam kondisi menyedihkan ini, pasti akan merasa terlalu hina untuk membunuhnya sekarang.
"Lagipula, Kaisar Suci Odin datang untuk duel melawan Saint Roland Garros adalah untuk menyelesaikan simpul di hati yang belum bisa mengalahkan lawannya di masa lalu. Hanya melalui duel frontal yang adil dan mengalahkan lawannya, Kaisar Suci Odin baru bisa benar-benar menghancurkan kurungan terakhir dalam hatinya."
"Logika ini, Char paham. Lalu bagaimana mungkin Saint Roland Garros tidak mengerti?"
"Dia justru tertawa pahit sambil menggelengkan kepala: 'Char, kamu tidak mengerti.'"
"Wajahnya suram dengan nada suara yang kompleks: 'Jika bicara tentang kebanggaan Kaisar Suci Odin, itu benar. Kalau sekarang ada petarung kuat zaman ini yang menghadapi Thor, meski memutuskan untuk kalah, Thor tidak akan sembarangan membunuh lawannya. Tapi aku berbeda! Jika di dunia ini ada orang yang benar-benar Thor benci sampai ke tulang sumsum... maka orang itu pastilah aku.'"
"Sambil berkata demikian, Saint Roland Garros berbisik: 'Kedatangan Thor kali ini bukan sekedar duel biasa, tapi untuk memenuhi sumpahnya di masa lalu!'"
"'Sumpah? Sumpah apa?' Wajah Char perlahan mulai berubah pucat."
"Saint Roland Garros hanya tersenyum samar, tidak langsung menjawab, matanya menatap jauh ke arah awan..."
"Di balik sinar Lingkaran Sihir Menara Putih yang jauh, sosok itu masih terlihat samar-samar di langit."
"Saint Roland Garros memandang sosok itu dari kejauhan, hatinya seolah kembali ke momen itu di masa lalu."
……
“Saint Roland Garros, jika suatu hari nanti aku bisa lolos dari kurungan, aku pasti akan menyerbu Kota Suci-mu dan menghancurkannya sedikit demi sedikit di depan matamu! Membantai setiap orang di kota terkutuk itu! Membuat gelar penjaga kota suci yang kau banggakan itu menjadi lelucon abadi!!”
Malam yang sudah kabur dalam ingatan bertahun-tahun silam. Saat itu, Thor Hannigan yang penuh luka di sekujur tubuhnya, memegang pedang panjang, menatap tajam ke arahnya sambil mengucapkan sumpah berdarah yang sarat dendam!
……
“Dulu aku pernah menghancurkan kebanggaannya, meruntuhkan fondasi yang dibanggakannya selama setengah hidup. Bahkan memaksanya mengurung diri selama tiga puluh tahun... Semua ini sudah cukup untuk menumbuhkan kebencian yang mendalam.” Saint Roland Garros tersenyum tipis sambil memandang Char: “Kau takkan mengerti.”
“......” Char menyadari keanehan, ia mengerutkan kening: “Duel kalian dulu juga kudengar, bukannya kalian cuma seri? Kenapa dia begitu membencimu?”
