Merlin tersulut amarah. Syukurlah Sophia berhasil mendekati Merlin dari belakang dan menahan penyihir yang sedang murka itu. Meski hubungan antara Merlin dan Sophia sendiri sangat buruk, kali ini Merlin hanya melirik dingin ke arah Sophia sebelum akhirnya menutup mulutnya.
Nyonya Sophia malah perlahan mendekati Xia Ya. Dari pelukannya ia mengeluarkan sehelai sapu tangan, lalu dengan lembut membersihkan bekas darah di wajah Xia Ya. Kemudian dengan tenang ia menghadap langsung ke Thor Hannigan. Keduanya saling bertatapan beberapa saat, sebelum Nyonya Sophia mengulurkan tangan mencoba meraih garpu api di genggaman Thor Hannigan.
Thor Hannigan tersenyum tipis, dengan tegas menyerahkan garpu api itu ke Nyonya Sophia. Sophia tertegun sejenak, berbisik pelan, "Terima kasih."
Thor Hannigan memandangi Nyonya Sophia, ekspresi wajahnya penuh kelembutan. Perlahan ia berkata, "Selama ini tak ada kesempatan bertanya langsung padamu... Bertahun-tahun ini, apa kabarmu?"
“Baik.” Bibi Sofia mengangguk: “Aku menikahi pria yang sangat Normal, hidup setiap hari penuh kebahagiaan.”
“Kalau begitu baiklah.” Thor Hannigan sepertinya mengerutkan kening berpikir sejenak, baru perlahan berkata: “Meski bukan maksudku, tapi setelah kupikirkan, kurasa aku masih berhutang permintaan maaf padamu.”
“Kalau memang bukan niatmu, maka permintaan maaf itu tak perlu diucapkan.” Bibi Sofia berpikir sebentar, lalu berkata: “Peristiwa masa lalu sudah kulepaskan. Sejak ayahku mulai mengajarmu, seharusnya dia sudah tahu bahwa suatu hari nanti kau akan mengalahkanku dalam ujian.”
“Terima kasih.” Nada suara Thor Hannigan terdengar sangat serius.
Bibi Sofia berbalik dan kembali ke sisi Char, memasukkan garpu api kembali ke tangan Char, berbisik: “Senjata peninggalan ayah angkatmu, jangan sampai kau lepaskan lagi dengan mudah.”
Char tersenyum getir.
Merlin sudah dengan gesit mulai membacakan mantra sihir, beberapa aura sihir penyembuhan segera menyelimuti tubuh Char.
Bahkan Histen dan kawan-kawannya pun mendapat bantuan Merlin. Jari Merlin menunjuk-nunjuk kosong, beberapa aura sihir terlempar, serta merta ekspresi ketiga orang itu terlihat lebih lega.
Yaslan di samping memandangi tadi Bibi Sophia berjalan mendekati Thor Hannigan, berdua mengobrol kenangan lama. Wajah si kakek tua langsung berubah sangat masam, dia batuk keras sekali, segera berjalan ke tengah antara Bibi Sophia dan Thor Hannigan, mengepal gigi memandangi Thor Hannigan.
Thor Hannigan mana peduli sorot mata penuh niat jahat Yaslan? Dia tersenyum memandangi para hadirin di depannya, sorot matanya tak bisa menyembunyikan duka: "Situasi di lapangan sekarang ini mirip dengan tiga puluh tahun yang lalu. Meski beberapa kenalan lama telah tiada, tapi ada juga anak muda seperti Char."
Sambil berkata demikian, sorot mata Thor Hannigan justru tertuju pada Bibi Sophia: "Kalian datang ke sini, jangan-jangan ingin mengulangi peristiwa tiga puluh tahun silam?"
Di antara para hadirin, ekspresi Bibi Sophia justru paling tenang - dialah yang paling lama mengenal Thor Hannigan, persahabatan terdalam, hubungan yang sangat kompleks. Memandangi wajah familiar Thor Hannigan, Bibi Sophia menghela napas halus: "Tiga puluh tahun... Permusuhan tiga puluh tahun silam sudah berlalu. Urusan lama itu tak perlu diungkit lagi."
"Kamu berpikir begitu, belum tentu semua orang sepikiran." Thor Hannigan menggeleng: "Permusuhan tiga puluh tahun, kami para orang tua ini justru berkumpul di sini, bukankah ini ulah takdir terkutuk yang mempermainkan kita?"
Merlin mendengus, menatap Thor Hannigan: "Bukan urusanku bagaimana pikiran orang lain, tapi aku tidak keberatan untuk menantang Kaisar Suci Odin yang tak terkalahkan di dunia ini."
Thor Hannigan menyipitkan matanya: "Oh? Kau benar-benar ingin bertarung denganku?"
"Ingin, sangat ingin." Merlin menggigit giginya: "Selama bertahun-tahun, orang yang paling ingin kutantang selain perempuan yang membuat dirinya seperti orang suci itu, adalah kamu Thor Hannigan... Kalau dibandingkan, hasratku untuk berkelahi denganmu justru lebih besar."
"Benarkah?"
"Tentu!" Wajah Merlin tiba-tiba memerah karena amarah: "Pertarungan tiga puluh tahun lalu itu, hanya kami segelintir orang tua yang tahu, jelas-jelas yang memaksamu menundukkan kepala waktu itu adalah Saint Roland! Tapi dunia malah memujiku, mengira aku Merlin yang bisa menghadang Kaisar Suci Odin! Hmph, aku Merlin bukan tipe orang yang mau mencuri jasa orang lain!"
"Jadi kau selalu ingin benar-benar mengalahkanku." Thor Hannigan berkata datar: "Makanya kau menyiksa diri dengan 'Blood Fury' itu, menyakiti diri berulang kali, menghancurkan diri berulang kali, membangun kembali berulang kali, demi mencari terobosan kekuatan?"
"Bahkan jika ada cara yang lebih menyakitkan, aku akan mencobanya." Merlin menyeringai dingin.
Thor Hannigan mengangguk: "Baiklah, jika ini yang kau inginkan, akan kubantu mewujudkan keinginanmu."
Ia menoleh ke Yaslan: "Bagaimana denganmu?"
Yaslan berubah sedikit ekspresinya, namun akhirnya menghela napas: "Kekalahan telak di Wildfire Town kala itu, aku sadar seumur hidup takkan bisa mengejar langkahmu. Untuk apa meminta penghinaan lagi dengan sia-sia."
Thor Hannigan tanpa ekspresi, menatap yang lain: "Bagaimana dengan kalian?"
Yè Lín, serta paruh baya itu sama-sama tenang, serempak berkata: "Kami menyerah."
Paruh baya itu berkata datar: "Baru saja menerima bimbingan Sang Kaisar, meski kalah telak, tapi cukup banyak pelajaran yang kudapat."
Yè Lín juga mengangguk: "Aku tidak takut mati, juga tidak takut kalah. Tapi karena sudah mendapat pencerahan, terus mengganggu bukan lagi keberanian, melainkan kelakuan preman." Setelah terdiam sejenak, Yè Lín tak tahan menambahkan: "Terima kasih atas kekalahan telak yang kau berikan. Pertarungan tadi akan kukenang baik-baik. Nanti bila ada kemajuan, pasti akan kudatangimu lagi!"
Thor Hannigan tak peduli, sorot matanya tetap tertuju pada Char dan Histen.
Sebelum Char sempat bicara, Merlin sudah tak tahan mendengus dingin: "Apa? Pertarungan kita, apa masih kurang? Mau suruh orang lain ikut campur?"
Thor Hannigan tersenyum tanpa kata.
Merlin mengatupkan giginya: "Kau pikir Merlin sendirian tak cukup jadi lawanmu?"
Ia melirik Char, membentak keras: "Yang lain jangan ikut campur! Thor, dalam pertarungan kita, mereka takkan bisa membantu."
Thor Hannigan mendengar ini malah terdiam sejenak, tak disangka mengangguk menyetujui ucapan Merlin.
"Tidak salah juga, pertarungan antara kita berdua memang tidak bisa diintervensi oleh mereka yang level Kuat."
Ucapan ini terdengar agak sombong——meski memang dia punya modal untuk bersikap seperti itu, namun makna tersirat dalam kata-katanya membuat orang membayangkan hal-hal mengerikan.
Level Kuat tidak bisa ikut campur?
Maksud dari perkataan itu jelas-jelas menunjukkan bahwa Thor Hannigan sudah bukan lagi berada di tingkat pencapaian Kuat.
Selain itu, ada makna lain dalam ucapannya: bahkan Merlin pun sudah tidak lagi berada di level Kuat!
……
"Kalau begitu mari kita mulai." Thor Hannigan menatap Merlin: "Biarkan aku lihat sampai sejauh mana kekuatan yang kau dapatkan dengan menukar Blood Fury."
"Baiklah." Jubah Merlin sudah mulai berkibar tanpa suara, ekspresinya dingin: "Awalnya tidak kusangka akan bertemu di sini... Tapi bagaimanapun cepat atau lambat kita harus bertarung, lokasinya tidak penting."
Sambil berkata demikian, dia berhenti sejenak: "Jangan ada yang berani ikut campur! Jika tidak, itu berarti menghina Merlin!"
Sebelum yang lain sempat bicara, Merlin dan Thor Hannigan saling berpandangan. Dengan kompak, mereka melompat ke udara dan saling berhadapan.
Lengan baju Merlin berkibar-kibar. Dengan kedua tangan terbuka dan jari-jari menunjuk ke udara, di bawah kakinya tiba-tiba muncul awan yang melayang-layang, membuatnya tampak berdiri di atas kabut tersebut.
Thor Hannigan berdiri tegak di udara, memandang Merlin sambil berkata perlahan: "Di mana tongkat sihirmu?"
“Merlin mendengar, menggelengkan kepala: ‘Sudah bertahun-tahun hamba tidak menggunakan tongkat sihir.’”
Thor Hannigan tiba-tiba matanya berbinar, hampir tak tahan berbisik: “Tidak terikat benda? !”
……
Di bawah, Sophia mendengar percakapan mereka, sorot matanya berubah: “Tidak terikat benda... Tidak terikat benda... Merlin ini, ternyata sudah jauh melampaui kami.”
Char menatap Sophia, tak kuasa bertanya: “Bibi, apa maksud tidak terikat benda?”
“Itu Domain Yuan.” Ekspresi Sophia menjadi serius, perlahan menjelaskan: “Di atas yang Kuat adalah Yuan! Konsep ‘Kuat’ hanyalah meminjam paksa kekuatan dunia, tapi di tingkat Yuan sudah tidak terikat. Semua kekuatan adalah sama, tak ada pembagian atribut! Penyihir menggunakan tongkat untuk merasakan dan mengendalikan elemen magis. Di tingkat Yuan, semua kekuatan hanyalah kekuatan. Tak perlu tongkat lagi, ahli Yuan bisa langsung merasakan dan mengendalikan... Inilah perbedaannya.”
Char mendengar setengah paham, hanya refleks mengangguk.
Penjelasan Sophia terdengar jelas oleh semua yang hadir. Selain Yaslan tetap tenang, Histen, Yè Lín, dan pria paruh baya itu terlihat termenung.
Sementara Char meminta penjelasan Sophia di bawah, kedua sosok di langit mulai bertindak!
……
Yang pertama bertindak adalah Merlin.
Dengan kebanggaan Thor Hannigan, secara alami ia meremehkan serangan mendadak. Merlin yang memahami temperamen Thor dan menyadari posisi inferiornya dalam hal kekuatan, tentu takkan berpura-pura bermurah hati.
Merlin hanya mengangkat tangannya - langit yang semula cerah tiba-tiba menjadi gelap!
Merlin tak mengucapkan mantra apa pun. Karena di tingkat pencapaiannya, segala sesuatu di dunia telah menjadi kekuatan murni yang paling hakiki!
Elemen magis dan gelombang kekuatan magis, di mata Master Yuanjing, hanyalah "kekuatan" yang polos!
Alasan penyihir membutuhkan tongkat sihir dan mantra adalah karena sebelum mencapai tingkat ini, elemen magis dan kekuatan magis di dunia memiliki berbagai atribut berbeda. Diperlukan bahan tongkat dengan atribut spesifik untuk adhesi magis yang lebih baik, serta mantra sihir sesuai atribut untuk memobilisasi kekuatan tersebut.
Namun di Domain Yuan, semua ini sirna!
"Tak terikat oleh materi" - inilah maknanya!
