“Makanlah.”
Char merobek separuh ayam hutan panggang dan memberikannya kepada Thor Hannigan. Thor menerimanya lalu menggigit tanpa melihat.
“Kau… tidak takut aku meracunimu?” Char menyipitkan matanya.
“Racun yang bisa melumpuhkanku mungkin tak banyak.” Thor terus mengunyah daging ayam sambil bergumam: “Sayang, andai ada minuman keras.”
Char menatap Thor Hannigan sejenak, berkata datar: “Ras spirit punya racun khusus untuk menangani yang kuat, efeknya bagus. Histen kena jurus itu… Saint Roland… Ibuku juga pernah keracunan.”
Thor Hannigan meletakkan daging ayam, menggeleng: “Kurasa kau bukan tipe yang membawa racun—sejak keluar dari Kota Suci kau selalu bersamaku, mana sempat cari racun.”
Char sengaja menghela napas, menunggu Thor menghabiskan separuh ayam panggang. Lalu tertawa terbahak: “Kau benar, aku memang tak meracunimu—karena tak membawa benda itu. Tapi…”
Di sini Char sengaja berhenti sejenak, berbisik: “Sebelumnya Laozi kencing BAB di pinggir sungai tak cuci tangan.”
Thor mendengar, gerakannya langsung kaku, melototi Char.
Char mengira orang ini akan langsung menyerang dengan satu pukulan——tapi tak disangka Thor Hannigan hanya melototinya beberapa kali, lalu memalingkan wajah dan melanjutkan memakan sisa setengah ayam hutan hingga habis sama sekali.
"……Kamu masih bisa makan?" Char hampir tak tahan bertanya.
"Sudah dimakan juga. Bahkan jika kubuang sekarang, yang sudah masuk perut tak bisa dimuntahkan——biarkan saja hal yang sudah terjadi." Thor Hannigan dengan tidak sopan menghisap tulang paha ayam, lalu melemparkannya sambil menghela napas: "Andai ada minuman keras sekarang."
Tatapan Char yang mengamati gerakan malas dan keluhan Thor tiba-tiba menjadi dingin.
Sruuut!!
Tanpa pertanda apapun, Char tiba-tiba mengeluarkan garpu api dan membelah ke arah Thor Hannigan!
Kilatan Api Chi dengan aura mengerikan merah menyala, garpu api menyapu udara membentuk garis merah terang...
Tapi Thor Hannigan bahkan tak menoleh, hanya dengan santai menjulurkan tangan kiri, dua jarinya menjepit ujung garpu api dengan lembut. Aura merah itu pun langsung menghilang.
Char menghela napas, lalu langsung menarik kembali garpu api dan mundur sambil menyerah.
“Masih terlalu jauh.” Thor Hannigan menggelengkan kepala: "Tusukan terakhirmu di puncak Kota Suci, saat itu masih sedikit memiliki makna. Tapi seranganmu sekarang masih jauh tertinggal."
Char menunduk berpikir sejenak, lalu berkata: "Tusukan saat itu, sekarang bagaimana pun aku berusaha mengingat, tak bisa menemukan kembali perasaan itu."
"Jangan terburu-buru." Thor Hannigan berkata datar: "Karena kamu sudah bisa melancarkan serangan seperti itu, artinya kamu telah mencapai pencerahan. Hanya saja pencerahan ini masih jauh dari penguasaan sempurna. Tapi karena kamu sudah mencapai pencerahan, berarti kamu sudah melewati ujian kualifikasi, menerobos lapisan kertas jendela tipis itu. Yang perlu kamu lakukan sekarang adalah mencari cara untuk menemukan kembali perasaan itu, lalu perlahan-lahan mengingat dan menguasainya dengan kuat."
"Berapa lama waktu yang dibutuhkan?"
"Siapa yang tahu? Mungkin sekejap lagi, mungkin beberapa tahun kemudian." Thor Hannigan menggeleng: "Ini tergantung bakat individu - tentu saja, terkadang keberuntungan juga sangat penting."
Char termenung dalam-dalam.
Malam itu, Char total menyerang Thor Hannigan empat kali.
Sayangnya, setiap kali gagal menemukan kembali perasaan seperti di Kota Suci itu.
Thor Hannigan awalnya masih bersikap toleran terhadap serangan Char. Tapi setelah keempat kalinya, Thor Hannigan akhirnya mulai geram, ia menampar Char hingga terjatuh: "Aku tak masalah dengan kegigihanmu meski terus kalah, tapi Laozi juga butuh tidur. Cukup untuk malam ini!"
Sambil berkata demikian, ia menyentil jarinya, mengirimkan semburan energi tajam yang membuat Char pingsan.
……
Keesokan harinya, mereka berdua melanjutkan perjalanan.
Berjalan ke barat melalui hamparan hutan luas ini, Char terus-menerus meminta nasihat pada Thor Hannigan sepanjang perjalanan, sembari tetap melancarkan serangan berkali-kali.
Saat Thor makan, saat Thor tidur, saat Thor mandi——tentu saja Thor Hannigan juga bukan sosok yang sepenuhnya toleran, bahkan petarung top pun punya urusan privasi. Maka di saat-saat seperti itu, ia selalu memukul Char hingga pingsan terlebih dahulu.
Demikianlah mereka berjalan selama belasan hari.
Di tengah hutan luas ini mereka berjalan sambil bertarung, satu mengajar dan satu belajar. Terkadang dalam sehari hanya berjalan belasan li, terkadang saat adu kemampuan, hentakan kaki saja bisa membuat mereka melesat ratusan li.
Selama belasan hari itu, tak terhitung sudah seberapa jauh mereka menjelajahi hutan.
Semakin hari, Char semakin memahami kekuatan Thor Hannigan yang sesungguhnya di dalam hati, dan rasa kagumnya pun kian membesar.
Pemahaman Thor Hannigan terhadap kekuatan memang pantas menyandang gelar "terhebat sepanjang masa". Sebelumnya, meski Char sempat mendapat bimbingan dari mentor berpengalaman—Merlin yang merupakan jago tingkat Xiao Yuanjing, dan juga mendapat petunjuk dari Santo Pedang Yaslan.
Tapi jika dibandingkan dengan Thor Hannigan, Char hampir tak tahan mengakui bahwa gaya mengajar Kaisar Suci Odin ini sangat sesuai dengan celah untuk membela dirinya.
Kadang mereka berdua bisa berdiskusi selama setengah hari, kadang tiba-tiba bersemangat lalu langsung bertarung, lalu tiba-tiba juga berhenti.
Saat kesabaran Thor Hannigan sedang baik, dia sengaja menyimpan kekuatan dan hanya menggunakan kekuatan tingkat dasar untuk memancing Char menyerang, lalu bertarung PING PANG dengannya sampai puas.
Saat kesabaran habis, dia langsung menghajar Char tanpa ampun.
Tapi Char terpaksa mengakui, setelah lebih dari sepuluh hari ini, pemahamannya terhadap kekuatan memang naik ke tingkat yang lebih tinggi.
Kapan bisa mencapai tingkat serangan tusukan yang pernah dia lakukan di Kota Suci? Tidak ada yang tahu—mungkin harus menunggu suatu pencerahan di hari yang tak tentu.
Seperti kata Thor Hannigan: sebenarnya dia sudah lolos ujian kualifikasi, selanjutnya tidak perlu terlalu panik.
Setelah 36 hari berjalan, akhirnya mereka berdua keluar dari lautan hutan ini.
Keluar dari lautan hutan berarti meninggalkan Chaotic Territory dan memasuki wilayah Kekaisaran Bizantium.
Di tengah Hutan, kedua orang itu tidak mengalami serangan apa pun sepanjang perjalanan——para spirit legendaris, kurcaci, raksasa, dan sejenisnya dari legenda tidak berani mengganggu kedua setan kecil ini——justru gerak-gerik akibat pertarungan rutin antara mereka berdua sering membuat ras-ras asing yang berada agak dekat di hutan ketakutan dan lari menjauh.
Setelah keluar dari hutan, Char tak bisa menahan napas panjangnya.
Meski hutan yang luas itu sangat cantik——tapi melihat pepohonan terus-menerus dari pagi hingga malam, lama-lama benar-benar membuat orang jengah.
Setelah melewati hutan, yang menyambut mereka adalah padang terbuka datar, di kejauhan terdapat bukit-bukit rendah dengan desa-desa kecil yang tersebar di antaranya——hanya saja jaraknya cukup jauh.
Pertama-tama mereka menemukan sebuah kota kecil, mandi dan berganti baju di hotel dengan lega, lalu Thor Hannigan yang sudah lama diidamkan akhirnya bisa pesta minuman keras——kali ini Char benar-benar menunjukkan kemampuan yang membuat Kaisar Suci Odin kagum: kemampuan minumnya.
Harus diakui, kemampuan minum yang terasah sejak kecil oleh si pemabuk tua memang luar biasa.
Meski jika bertarung kekuatan dan tingkat pencapaian, sepuluh Char sekalipun takkan sanggup melawan satu tangan Thor Hannigan.
Tapi dalam hal minuman keras, Char benar-benar bisa sejajar dengan Kaisar Suci Odin!
Dengan syarat sang lawan tidak menggunakan kekuatan dewa yang nyaris curang itu.
Syukurlah, Kaisar Suci Odin masih merendahkan tindakan seperti itu.
“Jadi… Malam itu, kedua orang itu sedang mabuk. Mereka berdua memeluk meja di kedai minum sambil muntah berantakan, akhirnya diusir keluar oleh pemilik kedai yang marah menggunakan sapu.
Pemilik kedai itu pasti tidak tahu bahwa sebenarnya tanpa disadari, dia baru saja melewati gerbang kematian.
Dua monster besar dan kecil ini—jika salah satunya sedang mabuk, seujung jari saja bisa menghancurkan semua orang di kedai itu.
Saat Char dan Thor Hannigan bangun, hari sudah pagi. Mereka berdua terbaring di sebelah pagar kayu yang rusak di pinggir jalan besar dekat pintu masuk kota.
“Sayang sekali baju bersih yang baru diganti tadi malam.” Char menghela napas melihat bajunya yang kotor.
Baru saja selesai bicara, seorang pejalan kaki melirik Char lalu melempar sebuah koin tembaga tepat di depannya.
Char terdiam sejenak, mengambil koin itu dengan ekspresi tak percaya.
“Apa aku terlihat seperti gelandangan?!” Char berteriak pada Thor Hannigan, yakin Kaisar Suci Odin itu sudah bangun sejak tadi.
“Kamu sangat memperhatikan hal seperti ini?” Jawaban Thor Hannigan terdengar aneh.
“Kenapa tidak? Aku sampai dikira gelandangan… Kamu juga!” Char menatap Thor Hannigan: “Kamu kan Kaisar Suci Odin!”
“Dulu.” Thor Hannigan berkata dengan datar: “Di dunia ini… Tapi kalau bukan di dunia ini?”
Char terbelalak.
“Sudah kubilang, harus membuang buku yang ada di hatimu itu.” Thor menguap: “Tapi setiap gerak-gerikmu masih terikat buku itu, kapan kau bisa benar-benar melepaskannya?”
Char diam-diam mencerna kata-kata ini, sementara Thor Hannigan sudah merebut koin tembaga di tangan Char, lalu dengan congkak pergi ke kios makanan kecil di pinggir jalan untuk menukar koin itu dengan sepotong roti pipih.
Memandangi jagoan tingkat dewa zaman sekarang, mantan Kaisar Suci Odin ini yang berdiri di depannya dengan baju kotor, asyik mengunyah roti pipih——Char benar-benar merasakan keabsurdan yang dalam.
“Bagaimana caranya?” Ia menarik napas dalam-dalam, bertanya dengan nada hampir religius.
“Sederhana... Kalau ingin melampaui aturan dunia ini, pertama-tama harus mengabaikan segalanya di dunia ini.”
“Mengabaikan... segalanya?” Char hampir tak tahan: “Segalanya?”
“Segalanya.” Thor Hannigan menggigit rotinya: “Segalanya, urusan duniawi, belenggu kekuasaan ikatan keluarga... Buang saja semuanya. Aku berhenti menganggap diri sebagai kaisar suci, lalu menyadari bahwa aku benar-benar bukan lagi kaisar suci.”
“Jika semua itu dibuang, bukankah itu berarti bukan manusia lagi?”
Thor mengangkat kelopak matanya, memandangi Char dengan tatapan aneh: “Kalau ingin mencapai tingkat di atas Yuan... tentu saja sudah bukan manusia lagi.”
Saat berdua meninggalkan kota ini, Char masih terdiam.
Thor Hannigan justru terlihat antusias, ia memandangi Char seolah teringat sesuatu: "Ngomong-ngomong, Kekaisaran Bizantium kalian konon sudah hampir binasa... Aku melihat langsung sebuah kudeta di Kota Kekaisaran. Aku ingat kekuatanmu di Utara cukup kuat, masak tidak berniat bangkit mendirikan dinasti kerajaan baru?"
Char terkejut, melirik Kaisar Suci Odin: "Kamu... bukannya sudah keluar dari dunia ini, mengabaikan segalanya? Kok bisa teringat membahas ini?"
"Karena aku sudah keluar. Di mataku, semua ini hanyalah papan catur." Sorot mata Thor Hannigan pada Char bagai melihat idiot: "Pernahkah kau lihat pemain catur atau penonton yang menyamakan diri mereka dengan pion dalam level yang sama?"
Char terdiam.
Namun setelah berpikir, ia tetap menjawab: "Kau bicara mudah... Kenyataannya rumit. Pusat Osgilia masih ada, Kaisar juga masih hidup. Adipati Minas di Selatan sudah terpecah. Utara masih banyak faksi gubernur warlord. Pasukan Utaraku meski kekuatannya kelas satu, tapi situasi sekarang seperti menarik satu helai rambut menggerakkan seluruh tubuh. Menembus kebekuan ini tidak semudah itu."
“Lihat, ini adalah borgol...” Thor Hannigan menatap Char dengan dingin, “Orang biasa seperti kalian, selalu membawa berbagai macam beban borgol di tubuh setiap saat... Jika terus seperti ini, kapan bisa mencapai terobosan?”
“Borgol... Kau bicara mudah.” Char berkata dingin, “Kau adalah Kaisar Suci Odin, tentu mudah memecahkan situasi. Aku...”
“Tapi kau juga termasuk yang kuat.” Kaisar Suci Odin tersenyum sinis.
Tiba-tiba hati Char berdesir——Benar, yang kuat!
Saint Roland Garros telah mati, semua pihak kuat telah kalah telak dari Kaisar Suci Odin.
Maka, sumpah 'yang kuat tidak berebut pengaruh dengan urusan duniawi' itu, sebenarnya sudah hancur!
Tanpa ikatan sumpah ini, aku bisa sepenuhnya menggunakan kekuatanku untuk terlibat dalam perebutan kekuasaan kekaisaran ini...
“Tapi... tetap tidak semudah itu.” Char berpikir berulang kali, “Urusan kenegaraan, sehebat apapun keberanian individu dalam pertarungan, seorang komandan tak terkalahkan takkan bisa benar-benar menguasai segalanya...”
“Terlalu banyak keraguan, selalu menjadi ciri khas pihak yang lemah.” Thor Hannigan tiba-tiba berhenti.
Dia menggoreskan kakinya membentuk lingkaran kecil di tanah: “Di sini, sarang utaramu Kota Danzeer.” Lalu menggambar lingkaran besar di sebelahnya: “Di sini, Osgilia.”
Terakhir dia langsung menggambar garis lurus tajam di antara dua lingkaran itu!
“Jika aku jadi kau, abaikan semua, langsung bawa pasukan menyusuri garis lurus ini dan serang saja sampai tujuan.”
“Tidak, tidak perlu memikirkan masalah lain? Logistik dan persediaan... Dan jika pasukan besar kita turun ke medan perang, warlord lain menyambar jalur mundur kita atau menyergap sarangku... Aku harus menghancurkan dulu musuh kuat yang mengelilingi wilayah utara satu per satu, baru kemudian..."
"Bodoh." Thor Hannigan menatap Xia Ya, tiba-tiba menghela napas: "Jelas, kau bukan penguasa yang kompeten."
"Dari awal memang bukan." Xia Ya mencibir.
"Tak perlu banyak keraguan, bawa saja pasukan elitmu dan serang terus ke selatan." Thor berkata datar: "Selama seranganmu tak terbendung seperti bambu terbelah, menghancurkan semua musuh yang menghadang, maka segala rencana licik bisa diabaikan. Saat kau tunjukkan tekad baja untuk membunuh siapa pun yang menghalangi - dewa sekalipun, dan saat kau buktikan kekuatanmu yang sebenarnya... Siapa berani menyentuh kumis harimaumu? Hmph... Menyergap sarangmu? Masak mereka tidak takir kau akan membantai seluruh keluarganya nanti?"
Dengan nada dingin ia melanjutkan: "Jika jadi dirimu, kubawa puluhan ribu pasukan pilihan ke selatan. Siapa menghalangi, kuhabisi! Cukup biarkan aku menerjang sampai ke Kota Kekaisaran Osthia dan menancapkan benderaku di puncak tembok kota... Separuh kerajaan sudah dalam genggaman!"
"Kau! Bagaimana kau bisa mengatakannya dengan santai?!" Xia Ya tak tahan mengerutkan kening: "Hal sebesar ini kau anggap remeh, bisa menelan korban jutaan nyawa, kau..."
“Aku bicara santai, karena di mataku ini hanyalah papan catur, sekadar game.” Thor menyela dingin ucapan Char.
