Ucapan ini hanya meluncur spontan, kemudian si gemuk menyadari dirinya sedang dilanda amarah yang tak terkendali.
Siapa pelakunya?
Masih ada siapa lagi selain dia!
Selain si bajingan kampungan itu, siapa lagi?! Sial!
Ruhr tentu tak lupa, dulu dia pernah diam-diam mencoba menyusup ke istana untuk membunuh Dafeny, tapi dicegah si kampungan - saat itu dia sudah tahu pasti ada hubungan gelap antara si kampungan dengan Permaisuri, hmph!
Si gemuk ingin sekali menengadah ke langit meratapi nasib... Pertama, meratapi takdirnya yang malang terjebak dalam rahasia besar ini - skandal kerajaan sebesar ini, betapa dahsyat daya hancurnya?
Yang Mulia Permaisuri, sungguh kau anggap tinggi kemampuanku. Bahu kecilku mana sanggup memikul tanggung jawab seberat ini?
Kedua, tentu saja dalam hati sedang mengutuk habis-habisan si kampungan tak tahu malu itu!
Sial, si bajingan kecil ini, berani benar kau berbuat nekat!
Kau menggoda Permaisuri saja sudah keterlaluan — soal urusan makan diam-diam, kalau memang sudah melakukannya, setidaknya bersihkan mulutmu!! Takkan ada yang menggunjingkanmu. Lagi pula Permaisuri dan Kaisar memang tak pernah berhubungan layaknya suami istri. Di kalangan bangsawan, hubungan ambigu seperti embun pagi pun hal biasa. Beberapa bangsawan tinggi yang berstatus mulia, punya beberapa kekasih gelap juga hal lumrah.
Tapi masalahnya, kau sialan sampai bikin ada nyawa tercipta, ini namanya cari mati!!
Semua orang tahu, begitu urusan menyangkut garis keturunan, sangat sulit dipalsukan—apalagi yang menyangkut keluarga kerajaan.
Kaisar itu suka main dengan sesama jenis, semua lingkaran bangsawan di Kota Kekaisaran tahu. Kali ini Permaisuri tiba-tiba mengabarkan kehamilan, bukankah ini jelas-jalem menjungkalkan topi hijau ke kepala Yang Mulia?
Kaisar tak menyentuh perempuan, semua orang sudah tahu. Sekarang meski kau ingin mengaku bahwa anak ini darah daging Kaisar, mustahil!
Brengsek! Dasar bajingan kampungan!
Kau tahu betapa rumitnya hubungan antara Klan Minas dengan keluarga kerajaan! Kau tahu betapa pentingnya identitas Permaisuri ini! Masih berani melakukan hal seperti ini.
Kau berbuat begini saja sudah keterlaluan — kenapa malah menyuruhku yang harus membanting tulang membereskan masalah ini?!
Dalam hati Ruhr ingin menangis tapi tak keluar air mata.
“Dafeny？” Dafeny hanya memandangi Jenderal Gemuk di hadapannya, mengamati perubahan sorot mata dan ekspresi Ruhr. Setelah sekian lama, barulah dia berkata pelan: "Ruhr, maukah kau membantuku?"
"Bisakah ku menolak?" Suara Ruhr nyaris menangis, dia membuka kedua telapak tangannya: "Rahasia sepenting ini, Yang Mulia tidak mencari orang lain tapi malah memanggilku. Setelah memberitahuku semuanya, mana mungkin aku bisa menjauh dari masalah ini? Mau tidak mau harus kubantu."
Dafeny menunjukkan sedikit rasa bersalah di matanya: "Maaf, Paman Ruhr. Aku..."
"Yang Mulia." Ruhr segera menyelanya: "Tolong hentikan panggilan 'Paman' itu!"
"......" Dafeny menatap si gemuk dengan sorot mata kompleks, berbisik: "Dia... dia pernah bilang padaku, jika ada kesulitan di Kota Kekaisaran, aku bisa mencarimu. Jadi..."
"Ternyata anak itu ya." Ruhr menggeretak gigi, matanya tak sengaja mengamati perut buncit Permaisuri Kekaisaran yang cantik itu. Setelah membuat kalkulasi cepat, dia mengumpat: "Bajingan kecil itu."
Mata Dafeny memerah, air mata berlinang: "Sekarang dia tidak ada di ibu kota, aku sendirian di sini. Ayah dan kakak juga jauh di selatan. Aku... benar-benar bingung harus bagaimana. Setelah melihat ke sekeliling, hanya Anda yang bisa kupercaya, aku..."
"Ah, Yang Mulia, kita harus merencanakan ini dengan matang." Ruhr menghela napas: "Pertama, jamin keamananmu dulu!"
“Kaisar bahkan berani membunuh Dai Wei kecil, jelas-jelas sudah berkhianat dengan Klan Minas.”
Syukurlah Adrik mengirim pasukan pusat untuk melindungi keselamatan permaisuri.
Tapi masalahnya, kalau Kaisar tahu dirinya dikenakan topi hijau, maka coba tanya——siapa yang bisa tahan aib seperti ini? Sekalipun Kaisar Garcia si anak itu seekor kelinci, tapi sebagai Kaisar, muncul skandal memalukan seperti ini, pasti akan segera membunuh permaisuri.
Saat itu tiba, mungkin Adrik tidak punya alasan untuk menghalangi.
Begitu skandal ini terbongkar, Kaisar pasti punya alasan resmi untuk mengambil langkah terhadap permaisuri. Sebagai bawahan, Adrik sama sekali tidak masuk akal untuk mencegahnya.
“Masalah ini bisa disembunyikan sementara, tapi mustahil disembunyikan selamanya.” Setelah berpikir sejenak, Ruhr cepat mengambil penilaian, melirik Dafeny: “Yang Mulia, meski ada pasukan pusat yang berjaga di luar, tapi bagaimanapun di dunia ini tidak ada dinding yang kedap angin.”
“Benar, akhir-akhir ini aku hidup tertutup, selain 2-3 orang kepercayaan dari keluarga inti, tidak menemui siapa pun... Lama-kelamaan, sudah mulai ada yang curiga.” Dafeny mengerutkan kening: “Meski yang kutinggal sudah kubersihkan satu per satu, tapi tak bisa jamin apakah ada mata-mata keluarga kerajaan di antara mereka. Bahkan...”
“Bahkan pasukan pusat yang berjaga di luar sana, belum tentu tidak ada pasir kerajaan di dalamnya.” Ruhr tersenyum tipis, mengungkapkan kekhawatiran terbesar Dafeny, lalu wajahnya berubah serius: “Jadi, seiring waktu, kabar ini pasti tidak bisa dirahasiakan, apalagi... begitu Anda melahirkan, akan ada anak tambahan di paviliun terpisah. Kebutuhan bayi, persediaan harian, pasti akan meninggalkan jejak samar yang bisa dilacak. Menurutku, masalah ini harus dipersiapkan sejak dini.”
Si gemuk berpikir lama, lalu menghela napas dan berkata serius pada Dafeny: “Untuk masalah ini, aku tidak bisa menemukan solusi bagus dalam waktu singkat. Aku perlu kembali dan mempertimbangkan matang-matang semua implikasi dan merencanakan strategi.”
Setelah terdiam sejenak, Ruhr berbisik: “Malam ini aku akan memindahkan beberapa anggota tua pengawal pribadi langsungku untuk disusupkan ke pasukan penjaga pusat di luar - tenang saja, orang yang kukirim adalah veteran Kavaleri Rodrian. Secara emosional, mereka cenderung mendukung... anak itu.”
Dafeny dengan mata merah: “Aku... aku khawatir apakah masih ada kesempatan bertemu dengannya lagi, dia...”
“Kesempatan itu pasti ada.”
Karena bahkan urusan dosa besar pemenggalan kepala seperti ini sudah terseret masuk, orang gemuk itu pun akhirnya melepaskan semua keraguan. Dia langsung berlari ke ambang pintu, menyendengkan telinga untuk mendengarkan, memastikan tidak ada aktivitas mencurigakan di luar, baru kemudian berbalik dan kembali. Pertama-tama menopang Dafeny untuk duduk kembali, lalu ia sendiri duduk di hadapan Dafeny, berkata dengan serius: "Yang Mulia, karena Anda sudah begitu mempercayai saya, maka ada beberapa hal yang perlu saya jelaskan secara terbuka."
Dia menuding perut Dafeny, berkata: “Akal pertama yang terpikir olehku adalah membuat kabar palsu bahwa kamu meninggal karena sakit mendadak, lalu diam-diam mengirimmu keluar dari Kota Kekaisaran ke Utara… Tapi situasi kali ini spesial, selain metode ini mungkin tidak bisa dilakukan, situasi pertarungan saat ini—begitu kabar kematianmu tersebar, mungkin Ayahanda akan memulai pemberontakan di Selatan. Ucapanmu… pasti Anda juga mengerti.”
Wajah Dafeny memucat, tapi dia tetap mengangguk.
“Hmph, anak dalam kandunganmu adalah keturunan biologis anak itu, maka… identitas anak ini menjadi agak spesial.”
“Bagaimana?” Dafeny bertanya.
"Sangat sederhana, karena ayah anak ini." Ruhr tertawa pahit: "Kekaisaran Bizantium sudah di ujung tanduk, bahkan Si Tunanetra pun bisa melihatnya. Sekarang semua orang hanya menunggu bagaimana kerajaan ini bisa mengakhiri dengan martabat - tentu saja, si Adrik masih berpegangan pada khayalan, Yang Mulia Garcia juga masih belum mau lepas. Tapi situasi besar sudah begini, tak perlu dibahas lagi. Namun jika bicara masa depan - justru si nak kampungan itu yang punya kesempatan terbesar meraih puncak! Sekarang wilayah kekuasaannya terluas, sumber daya manusia terbanyak, punya uang, kekuatan momentum, dan reputasi gemilang. Dengan sedikit kurang ajar, dalam sepuluh tahun dia bahkan mungkin mengenakan mahkota! Karena anak ini adalah ikatan darahnya, maka harus ditangani dengan serius."
"...Aku..."
"Kau adalah putri keluarga Minas." Ruhr tersenyum: "Ambisi Ayahanda sudah diketahui umum. Jika ingin memperebutkan kerajaan ini, di masa depan pasti akan terjadi pertempuran antara Ayahanda dan ayah anak ini. Sejujurnya, aku sangat menganggap istimewa si nak itu. Dan jika Ayahanda mengetahui kabar kehamilanmu, mungkin situasi malah jadi lebih mudah."
Si GEMUK sampai di sini lalu menggeleng: "Ini semua kisah selanjutnya, untuk sini tak perlu dibahas dulu. Kali ini yang penting menjamin keamananmu, kabar sementara disembunyikan. Setelah aku menyusun rencana menyeluruh, baru akan menghadap Yang Mulia."
Sambil berkata demikian, Ruhr berdiri dan pamit membawa barang bawaan. Dafeny tampak masih khawatir, memandangi kepergian Ruhr, hampir tak tahan ia berbisik: "Kau... Ada kabar tentang dia?"
Ruhr menoleh memandangi Dafeny, tersenyum: "Saat ini belum ada, tapi... Aku akan menyusun strategi untuk membocorkan kabar ini padanya. Dari pemahamanku akan temperamennya, senjata ini pasti akan riang gembira begitu tahu—hm, mungkin ini justru hal baik, bisa membantu menguatkan tekad terakhirnya."
Ruhr kemudian benar-benar pamit pergi.
Sepanjang jalan keluar dari paviliun terpisah, si gemuk merasakan berbagai pikiran melintas cepat dalam hatinya, membuatnya pusing sesaat.
Setelah meninggalkan paviliun itu, dia naik kuda bersama pengawalnya sambil mulai merencanakan.
Orang lain tak tahu, tapi Ruhr paham—kelompok dagang Garos di Kota Kekaisaran memiliki hubungan erat dengan Pasukan Utara Xia Ya.
Kabar bisa disalurkan melalui jalur ini.
Semakin Ruhr berpikir, semakin yakin ini adalah hal baik—paling tidak, menambah variabel pada situasi Chaos dan memperbanyak pilihan yang mungkin.
"Harus cari cara agar siluman bernama Dax tahu. Meski licik dan berbelit-belit, dia tulus pada majikannya. Begitu kabar ini sampai, pasti ada reaksi—nanti akan banyak ruang untuk operasi."
"Hanya penasaran, ekspresi apa yang akan ditunjukkan Adipati Minas jika tahu putrinya diperbesar perut oleh nak Xia Ya itu."
“Kalau bisa meminjam urusan ini untuk menyatukan Pasukan Utara dengan faksi Adipati Minas, itu akan bagus. Tapi... Ah, ini mungkin akan menyakiti Adipati Tua Adeline yang malang itu.”
Jika permaisuri bisa melahirkan putra, lalu Char menunjuk anak itu sebagai penerus... Seorang anak dengan garis keturunan Klan Minas dan Char, pasti bisa mewakili kepentingan kedua faksi di masa depan!
Saat itu datang... Buat apa lagi bertarung! Lebih baik kita langsung duduk bersama minum-minum merayakan!
Cuma perlu menurunkan Kaisar, Char bisa langsung naik tahta. Lalu tunjuk anak itu sebagai Putra Mahkota... calon Kaisar.
Klan Minas berjuang merebut kerajaan untuk apa? Adipati Tua sudah setengah masuk liang kubur, tentu bukan untuk dirinya jadi Kaisar. Bukankah tujuannya agar Klan Minas bisa berkuasa? Kalau calon Kaisar punya separuh darah Klan Minas, buat apa bertarung lagi? Pasti Adipati Tua akan menerima dengan senyuman!
Anak yang belum lahir itu adalah cucu Adipati Minas. Saat cucunya naik tahta, mana mungkin Adipati Minas menolak?
Ruhr semakin yakin dengan kemungkinan ini, sampai-sampai tertawa terbahak-bahak di atas punggung kudanya.
“Brengsek nak, ulahmu ini!”
……
“Ruhr segera menemui Adrik, hanya saja sebelum bertemu Ad, Sang Orang Gemuk sudah mempertimbangkan matang-matang. Masalah permaisuri yang sedang hamil, dia tidak memberitahu Adrik——dia terlalu paham sifat keras kepala orang ini.”
“Tian tahu apa yang akan dilakukan Adrik.”
“Dan lagi...”
“Rencana yang dipikirkan Ruhr dalam hati pasti bertentangan dengan konsep Adrik.”
“Yang terus diingat Adrik dalam hati tetaplah bagaimana menyelamatkan Kekaisaran ini——meski kecewa pada keluarga kerajaan, Adrik masih ingin menjadi pejabat berjasa yang menyelamatkan seluruh kosmos, bukan pejabat berkuasa.”
“Lebih baik sembunyikan dulu darinya.”
“Ruhr memutuskan, saat bertemu Adrik sengaja tidak menyinggung hal itu. Tapi dia mengkhawatirkan Kaisar Garcia akan main-main, Sang Orang Gemuk mengajukan usulan untuk mengambil alih penjagaan paviliun terpisah kerajaan.”
“Adrik juga tidak curiga. Situasi kali ini memburuk, keamanan permaisuri adalah urusan besar. Gerakan sekecil apapun mungkin akan menggoyang 'jantung rapuh' Adipati Minas di selatan.”
“Karena Sang Orang Gemuk aktif mengajukan diri mengurus ini, Adrik tentu tidak punya alasan untuk melarang.”
“Langsung malam itu juga Sang Orang Gemuk membawa sperkakas tidurnya, ditemani beberapa veteran kepercayaan menuju paviliun kerajaan. Setelah mengambil alih penjagaan, dia memilih tinggal di markas militer di luar.”
“Di siang hari, si orang gemuk masih sempat pergi ke Serikat Dagang Garros di kota. Melalui beberapa [Implikasi], dia menyebarkan kabar: Ada hal penting yang ingin dibicarakan dengan mengundang perwakilan berwenang dari pihak mereka.”
“Di dalam hati, Ruhl menebak bahwa orang yang dikirim untuk berunding pasti siluman Dax itu.”
“Ternyata, hanya dalam beberapa hari, Ruhl mendapat balasan. Malam itu, di sebuah kedai minum kumuh di area pelabuhan dan dermaga, Ruhl akhirnya bertemu Dax.”
“Area pelabuhan masih dikuasai orang Landis. Maka, kedai itu dipenuhi awak kapal dan pasukan Landis di malam hari.”
“Dengan panduan khusus, Ruhl naik ke lantai dua kedai. Di sebuah ruangan kecil, dia bertatap muka dengan Dax.”
“Jenderal Ruhl! Berpisah di Selatan belum lama, tak disangka bisa bertemu Anda lagi secepat ini. Sungguh menyenangkan!”
“Dax mengangkat piala minuman di tangannya, memberi isyarat ke arah Ruhl yang baru saja masuk pintu kamar.”
“Si gemuk sengaja memasang wajah tegang. Dengan langkah gagah dia menghadap Dax, menatap kepala intelijen utama sistem Pasukan Utara ini, lalu berseru kata demi kata: 'Bersenang-senang apaan! Dax, saat aku menyebarkan kabar ingin menemuimu, ada satu hal penting—aku harus tahu dulu seberapa besar empedumu! Ini soal kekayaan sebesar langit! Jika berhasil, bosmu bisa naik jabatan lebih cepat. Dalam beberapa tahun, menduduki posisi di istana hanya perlu satu kata saja!'”
“Setelah mengucapkan ini, ekspresi heran sekilas terlihat di wajah Dax. Tapi sebagai elit terkuat dari sistem intelijen Pasukan Utara, Dax hanya tersenyum tipis: "Jenderal, empeduku memang besar... Tapi jika urusan yang kau sebut ini terlalu mahal harganya, Pasukan Utara mungkin tak berminat. Soal bosku naik jabatan atau tidak—kita berdua orang bijak. Dengan kekuatan Pasukan Utara, bahkan dengan mengerahkan tenaga untuk bertarung sungguhan, mengobarkan perang penyatuan, paling hanya membuang beberapa tahun tambahan saja. Perlahan-lahan, satu langkah satu jejak kaki, posisi itu cepat atau lambat pasti jadi milik bosku. Buat apa kami terburu-buru?"
Ruhr terdiam sejenak, lalu tertawa terbahak sambil menuding Dax: "Licik benar makhluk ini! Pantas jadi dalang di balik kasus pembunuhan di Kota Kekaisaran!"
"Terlalu dipuji." Dax tersenyum tipis.
Tapi tak lama si orang gemuk itu menyeringai jahat: "Aku jamin transaksi ini kalau diungkap, pasti takkan kau tolak."
"Itu juga harus didengar dulu." Ekspresi Dax tetap santai.
Si gemuk segera mendekat, bibirnya hampir menyentuh telinga Dax, berbisik satu kalimat.
Begitu mendengarnya, wajah Dax langsung berubah drastis. Gelas di tangannya tumpah, matanya kosong menatap si gemuk sambil berteriak: "Kau... kau serius?!"
"Ini urusan memenggal kepala, beraninya aku menipumu?" Ruhr tetap berwajah datar.
Dax menarik napas dalam-dalam, cahaya aneh tiba-tiba mekar di matanya: "Bosku itu, benar-benar bukan orang biasa! Kami yang setiap hari menguras pikiran untuk memecahkan kebuntuan ini... Ternyata bos malah melakukan hal ini, sialan! Andai tahu ada urusan seperti ini, banyak rencanaku tidak perlu dibuat serumit ini!!"
Sambil berkata demikian, Dax hampir tak tahan tertawa terbahak beberapa kali, lalu tiba-tiba meredakan suara tawanya: "Anak itu... Perkiraan waktu kelahirannya mungkin sudah dihitung tepat?"
Ruhl memutar matanya: "Meski pertahanan kediaman permaisuri ada di bawah kendaliku, tapi di Kota Kekaisaran terlalu banyak mata yang mengawasi. Aku tidak berani memanggil dokter untuk diagnosis, syukurlah di sekeliling permaisuri ada pelayan wanita senior kepercayaan yang paham hal-hal semacam ini, tapi waktunya juga tidak bisa dipastikan."
"Benar juga... Hal sepenting ini tidak boleh bocor sekarang." Dax mengangguk: "Kewaspadaanmu tepat, Jenderal Ruhl."
Kemudian berdua berdiskusi lama di ruang tertutup ini, si gemuk juga tegas menjelaskan seluruh pemikirannya tanpa reserve.
Dax setelah mendengar semuanya, berpikir sebentar lalu tertawa: "Ini jalan yang baik. Adipati Minas memang orang pintar, lagipula pemberontakannya bukan untuk dirinya sendiri jadi kaisar. Jika nanti anak ini bisa ditetapkan sebagai penerus tahta... Meski Adipati Minas sendiri tidak jadi kaisar, cucunya yang jadi kaisar juga sama saja. Dua klan ini tidak perlu bentrok senjata, malah bisa bekerja sama menyapu seluruh kerajaan!"
Setelah terdiam sejenak, si licin ini tiba-tiba matanya berbinar: "Aku punya satu ide lagi, kalau pekerjaan ini sudah harus dilakukan, lebih baik kita lakukan dengan maksimal!"
Ruhr menatap Dax: "Apa lagi ide yang kau punya?"
"Identitas anak kandung ini juga bisa dijadikan artikel yang menarik." Dax tersenyum tipis.
Ia memandangi si gemuk dengan nada suara aneh: "Menurutmu... mungkinkah kita membuat Kaisar Kelinci Garcia itu mengakui anak ini dengan gerutu?"
"Apa?!"
Ruhr terdiam kaku.
……
Si kampungan yang masih belum sadar telah menjadi ayah dadakan ini, saat itu masih sedang mengembara tanpa tujuan bersama Thor Hannigan di wilayah Kekaisaran Bizantium.
Setelah keluar dari Chaotic Territory, mereka berdua terus berjalan ke arah barat. Sepanjang perjalanan, meski Kekaisaran saat ini dalam keadaan terpecah belah dengan banyak wilayah masih berperang dan perselisihan antar warlord, mereka berhasil merampas beberapa kuda dari pasukan penjarah yang diserang Char, sehingga terbebas dari penderitaan berjalan kaki.
Dengan kemampuan mereka yang luar biasa, berbagai malapetaka perang sama sekali tidak memengaruhi keduanya.
Thor Hannigan sama sekali tidak peduli tujuan mereka - bagi sang kuat ini, target terbesarnya sudah tercapai. Tujuan jangka panjang hidupnya tinggal terus mengejar Jalan Penguatan.
Dengan mengembara secara acak di seantero benua ini, setidaknya bisa menambah wawasan dan mencari pencerahan spiritual untuk meningkatkan tingkat pencapaian mereka.
“Adapun Char… Si kampungan ini diam-diam merencanakan siasatnya sendiri, hanya saja ia menyembunyikannya dengan baik. Sepanjang perjalanan, ia terus meminta nasihat Thor Hannigan tentang berbagai masalah dalam kultivasi, dan memperoleh banyak pengetahuan. Yang lebih penting, perlahan ia mulai yakin akan tingkat pencapaian kekuatan Thor Hannigan.
Meski di matanya bagai gunung tinggi yang tak terjangkau.
Tapi, menurut pengakuan Thor Hannigan sendiri, dia sudah berada di atas tingkat Yuan Besar—yang berarti mencapai apa yang disebut sebagai Domain Dewa.
Domain Dewa… Aku sama sekali tak mungkin mengalahkannya.
Tapi syukurlah, Laozi masih punya satu aset berharga yang belum digunakan.
……
Akhirnya, pada suatu hari, mereka berdua memasuki wilayah utara Kekaisaran Bizantium. Mereka menyusup dari Chaotic Territory, bergerak ke barat laut, menghindari Kota Kekaisaran Osthia dari jauh, juga menghindari para penguasa lokal di utara. Diam-diam melewati Kesatuan Militer Bestar, diam-diam terus ke utara, lalu memasuki wilayah pendudukan Pasukan Utara Char.
Tapi Char tetap tidak mengganggu daerah setempat. Bersama Thor Hannigan, mereka menyembunyikan identitas dan terus bergerak ke utara—melewati Kota Baru, melewati Kota Danzeer di County Moore tanpa menarik perhatian siapa pun.
Hingga mereka tiba di Wildfire Town di Wildfire Plains, barulah Thor Hannigan akhirnya berbicara kepada Char.
“Sepanjang perjalanan kau sengaja memancingku ke utara… Masak kau ingin menipuku kembali ke Odin?”
Char tertawa Haha, "Untuk apa aku ke Odin? Lagipula kamu tidak punya pekerjaan lain, anggap saja menemani aku menjelajahi benua. Ayah angkatku si pemabuk tua bilang, membaca buku tidak sebaik berjalan sepuluh ribu li. Kultivasi sepuluh tahun di kamar tidak sebanding setahun berpetualang di Jianghu. Pencerahan sering datang secara tiba-tiba."
Thor tahu anak ini sedang mengoceh, tapi toh dia tidak peduli, hanya tersenyum tipis.
Keduanya tidak masuk ke Wildfire Town, langsung melewati gerbang kota melanjutkan perjalanan ke utara, memasuki Padang Merah di Wildfire Plain!
Memandangi hamparan tanah merah tak berujung, perasaan campur aduk muncul di hati Char.
Kedatangan dua manusia di Padang Merah tentu mengundang perhatian para perampok lokal.
Para goblin pengembara di Wildfire Plain segera mengincar kedua manusia yang berjalan sendirian ini.
Meski awalnya tidak berani langsung menghadang, saat malam tiba dan mereka berkemah di api unggun, teriakan "Ook-Ook" para goblin terus terdengar dari kejauhan.
Thor Hannigan akhirnya berbicara: "Sekarang, bisakah kau jelaskan rencanamu? Kau menipuku ke Padang Merah, hanya untuk menunjukkan para goblin ini?"
Char tersenyum tipis memandangi Kaisar Suci: "Kalau kubilang... aku benar-benar membawamu untuk bertemu seorang goblin - percayakah kau?"
