Kali ini datang ke Kota Kekaisaran, Junker hanya membawa satu pengawal, yaitu Nygull.
Nygull sekarang sudah bukan lagi "Empat Elit Kota Raja" yang sembrono dulu. Setelah melewati baptis darah Pertahanan Osgilia, dan ditempa selama bertugas di Pasukan Utara, anak pejabat yang awalnya sembrono ini telah menjadi matang dan kompeten.
Seiring kembalinya Junker ke Kota Kekaisaran, ia pertama-tama diam-diam menghubungi beberapa pion awak lama Pengawal Senja yang masih di ibu kota, kemudian mulai menjalin hubungan dengan Serikat Dagang Garros di kawasan pelabuhan, termasuk menghubungi Dax, dan akhirnya mendapat bantuan dari Vya.
Pada saat ini, Junker berada di kedai minum kecil di kawasan pelabuhan. Di ruang tertutup di lantai dua kedai minum itu, Dax sedang duduk sambil menatapnya dengan senyum: "Ada banyak cara untuk membunuh seseorang, Jenderal Junker. Menurutmu mana yang paling sederhana?"
Junker tersenyum tipis: "Tuan Dax, Anda terlalu sopan. Sebagai mantan perwira intelijen elit nomor satu Kerajaan Landis yang hadir di sini, mana mungkin saya berani bersikap sombong. Pengawal Senja hanyalah pelaksana pekerjaan kotor keluarga kerajaan. Mana mungkin saya berani membandingkan diri dengan ahli sepertimu..."
Tatapan Dax berkilau: "Kita sama-sama mengabdi pada Tuan Char. Mengapa merendahkan diri? Pasti... Komandan Sofie telah menyusun rencana untuk kedatangan Tuan Junker ke ibu kota kali ini?"
"Tidak ada rencana." Junker tersenyum datar: "Anda harus pahami, terlepas dari berhasil atau tidaknya, Pasukan Utara takkan pernah mengakui keterlibatan sedikitpun dalam urusan ini. Kedatanganku ke sini hanyalah bertindak sesuai situasi semata."
Sambil berkata demikian, Junker mencelupkan sebentar jarinya ke dalam minuman keras, lalu menggores-gores di atas meja sambil tertawa ringan: "Pertama, menyebarkan kabar Permaisuri hamil ke pasukan Rody untuk memancing Rody kembali ke Kota Kekaisaran. Kemudian mengalirkan kabar itu ke istana agar Kaisar tahu kalau Rody berada di markas besar... Bersamaan itu, mengundang Vya untuk menghalangi Adrik! Heh, satu-satunya yang bisa menahan Adrik di Kota Kekaisaran hanyalah Vya. Tuan Dax, di depan ahli Strategi seperti Anda, mana berani aku bicara soal rencana."
“Anda sedang menertawakan saya.” Dax seolah menyembunyikan ekspresi di wajahnya, sedikit memalingkan mukanya sebelum berkata pelan: “Begitu Kaisar mengetahui Adrik melindungi Rody, itu akan berakhir dengan pemutusan total semua hubungan! Bagaimanapun, si pencuriga itu, begitu tahu Adrik diam-diam bergandengan dengan Tuan Muda dari Klan Minas, dia pasti akan menjadi gila. Saat itu tiba... Adrik bahkan tidak punya cara untuk membela diri sekalipun ingin.”
“Rencanamu ini, targetnya adalah Adrik?” Junker mengerutkan kening: “Tahukah kau, Adrik adalah orang yang paling dihormati Tuan Char. Jika Tuan Char tahu kau menjebak Adrik, mungkin...”
“Mengerjakan hal besar tak perlu terpaku pada detail.” Dax memancarkan kilau dingin di matanya, berkata dingin: “Sifat Tuan kita ini, kita semua tahu. Memang tegas dalam membunuh, tapi juga tak bisa melepaskan ikatan perasaan! Hmph... Pasukan Utara kita sekarang dalam kondisi prima, menguasai delapan county dengan pasukan bersenjata seratus ribu dan populasi jutaan. Dengan kekuatan seperti ini, jika Tuan bertekad memimpin pasukan ke selatan, siapa di kerajaan ini yang bisa saingi kita! Tapi selama Adrik masih bertugas di Kota Kekaisaran, Tuan takkan bergerak satu langkah pun! Hmph...”
Sampai di sini, Dax menurunkan suaranya: “Pernah dengar satu hal?”
“Apa?”
Dax tertawa pahit: “Konon, saat Tuan Char memimpin pasukan ke Kota Kekaisaran untuk membela Raja dulu, dia pernah berjanji langsung ke Adrik: Selama Adrik masih hidup, dia takkan pernah memberontak pada Kekaisaran. Selama Adrik masih berkuasa, Pasukan Utara akan dengan sukarela menjaga perbatasan utara untuk Kekaisaran!”
Setelah mengucapkan, dia tak tahan menambahkan: “Betapa bodohnya janji itu!”
“Jadi kau berani main api, Dax.” Junker menyeringai: “Membiarkan Duoduo Luo berpura-pura jadi Penyihir Besar di istana, menghasut Kaisar untuk membunuh David si Tuan Muda keluarga Minas. Semua ini untuk memaksa keluarga Minas memberontak! Lalu dapat kabar Permaisuri hamil... Langkah demi langkah kau atur strategi, ingin memojokkan Adrik sampai tak punya jalan keluar! Begitu keseimbangan ini hancur, itulah kesempatan Pasukan Utara kita.”
“Junker menghela napas, menatap dalam-dalam ke arah Dax: "Tak heran Sofie bilang, senjata ini ibarat ular berbisa yang berbahaya!"”
“Ekspresi Dax tetap datar, ia menatap langit di luar jendela dan berkata dengan tenang: "Sekarang Adrik seharusnya sudah kembali ke markas besar. Kutebak pasti diam-diam mengantar Rody keluar kota. Langkah selanjutnya, kita hanya perlu menyebarkan kabar bahwa Adrik melindungi Rody di Kota Kekaisaran, lalu... Kaisar akhirnya tak bisa tidak akan berkhianat. Saat itu tiba, lihat saja pilihan Adrik: tegas menjadi pejabat berkuasa atau berkompromi... Bagaimanapun, ini cukup untuk menghancurkan keseimbangan ibu kota."”
“"Lalu?"”
“"Begitu Kaisar berkhianat, apa yang bisa dilakukan ratusan pengawalnya? Justru ini kesempatan kita untuk bertindak. Asal bisa merencanakan pembunuhan sang Kaisar cilik... kesalahan ini bisa kita lemparkan ke pundak Adrik. Saat itu, sekalipun Adrik punya mulut di sekujur tubuhnya, takkan mampu membela diri - dia melindungi Rody duluan, Kaisar yang berkhianat belakangan. Begitu Kaisar tewas, siapa yang percaya bukan dia pelakunya?"”
“"Kejam sekali!" Junker tersenyum tipis.”
“"Hanya saja aku penasaran, Tuan Junker, berapa persen peluang keberhasilan pembunuhan di dalam istana untuk menghabisi nyawa Kaisar ini."”
Junker berpikir sejenak: "50-60% pasti ada. Pengawal Senja selalu memiliki beberapa langkah rahasia yang mengendap di dalam istana, di antara para pelayan biasa juga ada anggota lamaku. Meskipun beberapa telah dibersihkan, yang masih bisa digunakan pasti masih ada beberapa."
Saat mereka berdua sedang berdiskusi, tiba-tiba terdengar ketukan keras dari luar, kemudian Nygull yang panik berlari terburu-buru masuk.
Junker mengangkat kepala dan mengerutkan kening: "Nygull, kau sudah cukup dewasa, kenapa masih bertindak sembrono seperti ini?!"
Nygull dengan ekspresi getir cepat-cepat berkata: "Tuan, ada kabar dari istana! Terjadi peristiwa besar!"
"Peristiwa besar?"
Junker tiba-tiba berubah ekspresi: "Apakah Adrik dipaksa memutuskan untuk menurunkan kaisar?"
"Tidak, bukan itu!" Nygull menarik napas dalam-dalam: "Langkah rahasia di istana mengirimkan kabar... Baru saja, Adrik masuk istana menghadap kaisar untuk membela diri, dibunuh secara tersembunyi di ruang sidang oleh Garcia dengan prajurit berzirah istana! Kepala Adrik saat ini sudah digantung di luar! Puluhan pengawal besi yang dibawa Adrik ke istana juga dikepung oleh pasukan pengawal kerajaan dan semuanya tewas!"
"...Apa?!!!"
Bang! Junker melompat bangun, tubuhnya menabrak meja minum di depannya, wajahnya terpana!
Adrik? Mati?! Dibunuh secara tersembunyi oleh kaisar di dalam istana?!
Di otaknya berputar beberapa hitungan, dia langsung mencengkeram Nygull: "Bagaimana mungkin! Kabar ini akurat? Kaisar bukan idiot, membunuh Adrik saat ini, apa dia ingin memicu pemberontakan total tentara? Apa dia ingin mencari mati sendiri?!"
Dia berteriak histeris, wajah Nygull memerah padat, tapi tak satu katapun bisa keluar.
"...Ini, sebenarnya tidak terlalu aneh juga."
Dari belakang, helaan napas berat terdengar. Dax telah mendekat, menekan bahu Junker dengan lembut, berbisik: "Ah..."
Tidak!
Junker tiba-tiba melepaskan Nygull, berbalik melototi Dax: "Kau... Ini rencanamu? Sudah kau perhitungkan begini dari awal?"
Dax tidak menjawab, hanya berkata dingin dengan ekspresi datar: "Tuan Junker, apa Tuan sedang menuduhku?"
"Kau! Dax! Berani sekali kau!!!" Junker murka: "Jenderal Adrik adalah pilar negara Kekaisaran, penyelamat Osgilia, pahlawan Kekaisaran Bizantium kita..."
"Cukup! Junker!" Dax tiba-tiba meraung memotong umpatan Junker, otot sudut matanya berdenyut, suaranya membeku: "Pertama, dengarkan baik-baik, Laozi bukan orang Bizantium! Jadi tak punya rasa hormat pada Adrik! Kedua... Junker, kau lupa identitasmu sekarang! Kau bagian Pasukan Utara, apapun yang kau lakukan, utamakan keuntungan Pasukan Utara!"
Sampai di sini, Dax menarik napas dalam-dalam, lalu berkata pelan: "Aku... juga tidak menyangka Kaisar justru gila sampai seperti ini. Aku memang ingin memanfaatkan momentum untuk memicu perpecahan total antara Kaisar dan Adrik, tapi tak kusangka Kaisar sudah kehilangan akal sampai segini! Hei! Adrik menghadap Kaisar untuk membela diri - orang ini otaknya bermasalah! Kaisar sudah tahu dia melindungi Tuan Muda dari Klan Minas, Kaisar yang memang berwatak penuh curiga, ditambah pernah dikudeta olehnya, sejak awal sudah mendendam pada Adrik. Sekarang tahu pula Adrik membawa Rody ke markas besar tentara untuk dilindungi - Dalam situasi seperti ini, apa yang akan dipikirkan seorang Kaisar yang sudah mendendam dan penuh kecurigaan? Dia masih berani menghadap Kaisar untuk membela diri?! Sungguh nekat!"
"Mungkin... dia mengira Kaisar tidak akan membunuhnya. Lagi pula jika dia mati, siapa yang akan menstabilkan situasi? Tentara pasti memberontak, dan..."
"Kaisar sudah terpojok di ujung tanduk. Dalam kondisi begini siapa yang masih mempedulikan konsekuensi?" Dax tertawa pahit: "Cukup! Jangan buang waktu di sini! Dengan Adrik terbunuh, situasi pasti kacau balau... Semua rencana kita sebelumnya batal. Yang penting sekarang bagaimana memanfaatkan momentum ini untuk menyusun strategi!"
Junker menatap Dax, ragu sejenak lalu berseru kejam: "Rencana membunuh Kaisar..."
“Tidak perlu melakukan pembunuhan.” Dax tertawa pahit: “Jika Tuan Char mengetahui kabar ini, dia pasti sangat berharap bisa memenggal kepala Kaisar Kelinci itu sendiri! Kita orang lain ini tak perlu mengambil alih tugasnya.”
Junker mendengus.
“Bergerak terpisah.” Dax mengerutkan kening: “Kamu segera temui Ruhr... Pembunuhan Adrik yang tiba-tiba pasti membuat markas besar kacau balau! Saat ini hanya Ruhr yang bisa menstabilkan situasi di pasukan! Asal si gemuk ini muncul, pasti bisa mengumpulkan pasukan! Kota Kekaisaran harus kita kendalikan dulu! Distrik Militer Armenia sangat dekat, jika ibu kota kacau, Hughes pasti datang mengambil keuntungan. Bagaimanapun juga, Ruhr harus mengumpulkan sebagian pasukan untuk mempertahankan pertahanan kota!”
“Kewibawaan Ruhr tidak cukup, mungkin pasukan pusat tidak mau mendengarkannya.”
“Kumpulkan sebanyak mungkin orang.” Dax tegas seperti memenggal: “Pasukan lainnya... Biarkan saja memberontak, yang penting kita jaga istana, itu sudah kemenangan! Aku segera menyebarkan kabar ini ke daerah utara. Begitu Tuan mengetahui kabar ini... Sekalipun ada yang menghalangi, dia pasti segera memimpin pasukan ke selatan.”
Junker mengangkat tangan, hendak pergi. Sebelum berangkat, tiba-tiba menoleh dan menatap dalam-dalam Dax: “Dax! Aku tanya secara pribadi... Pembunuhan Adrik, benarkah ini bukan jebakanmu dari awal?”
Dax menatap mata Junker, berkata dengan datar: “Jika kubilang bukan, apa kau percaya?”
Junker mendengarnya, ekspresinya berubah, diam-diam berbalik dan keluar pintu.
Di dalam hati, diam-diam bergumam satu kalimat.
Laozi tidak percaya!
……
Memandangi Junker pergi, Dax baru duduk dengan berat di kursi. Di wajah yang semula tenang, keringat perlahan mengalir keluar.
"Sial, Laozi rasa pekerjaan ini tidak akan bertahan lama." Dax tertawa pahit, mengambil piala dan menuangkan minuman keras untuk dirinya sendiri, menghabiskannya dalam diam.
Jika Char tahu semua yang terjadi di Kota Kekaisaran adalah rencanaku di balik layar - kematian Adrik pasti akan dia curigai padaku.
Ah, bos ini sebenarnya sangat baik. Akan sulit menemukan bos seperti ini di masa depan.
……
Junker memiliki saluran informasi dari dalam istana, namun para pejabat berkuasa di Kota Kekaisaran, beberapa di antaranya juga memiliki jalur informasi dari dalam istana.
Kabar kematian Adrik yang disergap cepat tersebar - peristiwa berdarah di lingkungan istana itu, pada dasarnya mustahil disembunyikan.
Namun gerakan Kaisar lebih cepat. Setelah Garcia membunuh Adrik, segera memerintahkan pengawal keluar dari istana langsung menyerbu markas besar.
Dalam hati Kaisar masih tersisa secercah harapan, berharap dengan serangan mendadak pengawal bisa menguasai komando tertinggi militer, membunuh Rody, lalu dengan kecepatan halilintar menguasai komando dan mencekik kekacauan pasukan sejak awal.
Sayangnya... cara berpikir ini terlalu naif.
Pasukan Pengawal Senja yang berangkat dari istana, baru sampai di luar markas komando militer langsung dihadang oleh penjaga Pasukan Pusat. Kedua pihak pun langsung bersitegang. Ratusan pasukan pengawal bertempur habis-habisan melawan Pasukan Pusat yang menjaga markas - meski jumlah pasukan penjaga markas tidak banyak, tapi mereka semua adalah veteran elit pilihan Pasukan Pusat. Mana mungkin bisa disamakan dengan pasukan pengawal yang hanya bagus di tampilan?
Pasukan Pengawal Senja dipukul mundur, terusir kembali ke dalam istana.
Sang Kaisar Kecil justru menunjukkan sikap teguh di saat kritis ini - toh perbuatan sudah dilakukan! Saat memutuskan membunuh Adrik, sang Kaisar sudah siap mati bersama negaranya! Membunuh Adrik hanyalah aksi terakhirnya untuk meluapkan keputusasaan dan amarah yang memuncak.
Sayangnya... Rody tidak ikut terbunuh, meninggalkan sedikit penyesalan.
Di sisi lain, Ruhr yang mendapat kabar kematian Adrik langsung membeku seperti patung.
Awalnya dia mengira berita itu palsu - bukankah Adrik seharusnya membawa pasukan kembali ke markas untuk melindungi Rody? Kenapa malah berbalik arah ke istana?
Apa sih orang bermuka parut itu bodoh?! Di situasi genting begini, Kaisar sudah tahu kau melindungi Rody, pasti sudah yakin kau akan berkhianat. Masih berani mendatangi istana, apa ini bukan bunuh diri?!
Ruhr yang bergegas ke markas besar dengan kecepatan tertinggi justru menyaksikan langsung Pasukan Pengawal Senja menyerang markas komando.
Ruhr, sebagai seorang jenderal berpengalaman di pasukan, kedatangannya langsung membuat perwira-perwira lain di markas besar dengan sukarela menyerahkan komando. Si gemuk mengambil alih pasukan penjaga, memukul mundur Pengawal Senja, lalu segera mengirim orang untuk memastikan kabar tersebut.
Kabar yang didapat membuat si gemuk benar-benar putus asa!
Pengakuan dari tawanan Pengawal Senja membuktikan bahwa pembantaian di istana memang bukan kabar bohong! Bahkan puluhan pengawal yang dibawa Adrik ke dalam istana, ketika Adrik dibunuh secara tersembunyi di istana, juga dikepung oleh Pengawal Senja di luar dan tak satu pun yang selamat.
Kepala manusia Adrik bahkan sudah digantung di tembok istana!
Ruhr yang mendengar kabar pasti ini langsung menjerit kesakitan, memuntahkan darah dan pingsan di tempat, hatinya tersayat sangat dalam.
Akhirnya setelah para hadirin berhasil menyelamatkan dan membangunkan Ruhr, orang gemuk itu tampak sangat sedih dengan air mata panas membanjiri wajahnya, lalu marah-marah memaki Kaisar Garcia.
Pada titik ini, di dalam pimpinan tertinggi semua orang meneteskan air mata, marah karena keadilan, tak terhitung orang meneriakkan "Memberontak! Memberontak!!"
Semangat berkobar-kobar seketika.
Ruhr dengan gesit mengeluarkan perintah. Ia mengirim orang untuk menyampaikan instruksi: pengejaran terhadap pasukan pengawal kerajaan yang mundur dalam kekacauan tidak boleh terlalu ketat, cukup memaksa lawan mundur kembali ke istana. Secara bersamaan dikeluarkan larangan keras untuk memasuki istana tanpa izin, hanya diperbolehkan melakukan pengepungan.
Sementara itu Ruhr mengirim utusan ke kediaman perdana menteri untuk mengundang Yang Mulia Perdana Menteri Salemboniri.
“Bahkan jika dia sakit, harus diusung juga ke sini!” Raoh mengaum dengan aura mengerikan.
Akhirnya, Raoh sendiri memimpin semua perwira level jenderal yang tersisa di markas besar, bersama-sama keluar kota menuju kamp utama pasukan pusat di luar tembok!
Di tengah jalan, mereka bertemu dengan Junker yang membawa pasukan untuk meminta audiensi. Raoh memandang Junker dengan tatapan dingin, tiba-tiba meraih leher Junker dan berseru kejam: “Junker! Semakin kupikir rencana ini, semakin membuat hatiku membeku! Kalian... dari awal sudah menjebak Adrik untuk mati, bukan?!”
Junker melepaskan genggaman tangan gemuk Raoh dengan kasar, bersuara deras: “Rencana awal memang seperti itu... Jika bicara soal membunuh Adrik, Gendut, kau juga terlibat!”
Raoh gemetar, penuh penyesalan berteriak: “Aku hanya ingin membuatnya sadar, tapi tak menyangka dia begitu naif, malah lari ke istana untuk membela diri!! Aku... Aku...”
Junker mengedipkan air mata, berbisik: “Raoh, Jenderal Adrik adalah teladan tentara Kekaisaran. Kematiannya juga menyakitiku, tapi saat ini bukan waktunya. Prioritas kita adalah ke kamp luar kota untuk menstabilkan situasi, sebelum pemberontakan pasukan Hauser pecah... Semuanya benar-benar akan berakhir!”
Mata Raoh memancarkan aura maut: “Dax... Dax! Aku pasti akan membunuh siluman itu!! Dalam hal ini, dia juga menjebakku. Sungguh cara yang tak kenal ampun!!”
Di markas luar kota, kekacauan memang telah terjadi.
Kabar kematian Adrik dan pertarungan sengit antara Pasukan Pengawal di kota dengan markas besar komando telah menyebar keluar kota.
Utusan khusus yang dikirim Garcia dari istana ke markas untuk mengambil alih pasukan justru dihancurkan oleh perwira marah menjadi fragmen di tempat.
Pasukan sentral 20.000 ini hampir memberontak. Jika mereka mengamuk dan menerobos masuk Kota Kekaisaran... Istana mungkin akan dilanda Banjir Darah!!
Kedatangan Ruhr sedikit meredakan kerusuhan, meski kewibawaannya tak sebanding Adrik. Banyak perwira meragukan perintahnya - reputasi Adrik selama Pertahanan Osgilia terlalu mengakar! Terompet pantang menyerah di Gerbang Kemenangan dan kemenangan besar dalam serangan balik telah menjadikannya idola pasukan.
Meski senior, Ruhr belum tentu diterima semua orang dengan tulus.
Ternyata meski didukung sebagian perwira, beberapa unit menolak perintah. Perpecahan segera terjadi di markas.
Sejumlah perwira emosional ingin memimpin pasukan masuk kota mencari Kaisar.
Ruhr hanya menguasai separuh pasukan sentral, sekitar 10.000 personel.
Akhirnya kedua pihak berhadap-hadapan di markas.
Para perwira yang menentang Ruhr sangat emosional, secara langsung memarahi Ruhr: "Tuan Adrik sudah tewas, kau brengsek ini biasanya sangat diandalkan Jenderal, sekarang tidak memikirkan balas dendam untuk Jenderal, malah masih ingin melindungi kaisar brengsek yang dungu di istana itu!!"
Ruhr diam seribu bahasa menghadapi hinaan ini, juga tidak membalas, hanya memerintahkan untuk menghentikan pemberontakan tentara ini.
Kemudian, malam itu juga, Ruhr memimpin pasukan mundur perlahan kembali ke pertahanan Kota Osgilia, mengosongkan markas untuk diberikan kepada pasukan yang memberontak.
Pasukan pemberontak, setelah kacau semalaman, keesokan paginya segelintir orang akhirnya memilih masuk kota untuk menerima perintah Ruhr.
Sedangkan sebagian besar pemberontak, setelah kacau sesaat, langsung bubar berlarian.
Sebelumnya di pasukan masih ada sosok berwibawa seperti Adrik yang bertugas, meski situasi buruk, semua masih mau mengabdi untuk Adrik. Kini Adrik sudah tiada - tentara-tentara ini bukan orang bodoh, siapa yang tidak melihat situasi sebenarnya? Menggunakan satu ibu kota untuk melawan penguasa lokal seluruh kekaisaran... itu pun untuk mengabdi pada kaisar brengsek itu? Siapa yang mau?
Sepuluh ribu pasukan bubar tak karuan, bahkan ada beberapa kelompok kecil yang justru menuju Distrik Militer Armenia, pergi bergabung dengan warlord terdekat dari ibu kota.
Ruhr di atas tembok kota memandangi markas di luar yang perlahan kosong, dalam hatinya semakin meneteskan darah.
Ini adalah hasil jerih payah Adrik yang mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mempertahankan pasukan pusat terakhir!
“Ada kabar apa dari dalam istana?” Ruhr menyeringai dingin sambil bertanya pada bawahannya.
Yang menjawab adalah seorang perwira komandan dari markas besar, menggigit gigi dengan penuh dendam: “Konon, kaisar sudah menyiapkan kayu bakar sejak kemarin, berniat membakar diri. Tapi pasukan pengawal yang mundur berhasil menghentikannya.”
“Brengsek kecil itu masih punya kesadaran diri.” Ruhr bergumam penuh kebencian: “Dia membunuh Adrik, secara alurin takhta kaisar sudah di ujung tanduk!”
“Kami mengirim Perdana Menteri Salemboniri ke dalam istana. Belakangan suasana di dalam jadi sepi, katanya si kaisar tolol tidak lagi merencanakan apa-apa, tapi tidak tahu apa yang sedang dia persiapkan di sana.”
“Sudah terlambat baginya untuk melakukan persiapan apapun sekarang.” Ruhr menggeleng.
“Yang Mulia.” Perwira ini hampir tak tahan: “Mengapa kita tidak...”
“Kau ingin bertanya, mengapa kita tidak menyerbu istana untuk membalas dendam buat Jenderal Adrik?”
Ruhr menatap bawahan di sampingnya——faktanya, meski banyak orang di markas besar menerima komandonya, masih ada yang menyimpan keberatan dalam hati. Atas penolakan Ruhr untuk menyerang dan menyelesaikan urusan dengan kaisar, banyak yang masih tidak puas.
"Kaisar bodoh itu dilempar di istana, kapan saja kita bisa membunuhnya?" Ruhr menghela napas: "Lagipula, ada orang yang lebih ingin dia mati daripada kita. Untuk kaisar bodoh ini, pasti ada cara yang lebih baik untuk menghukumnya. Membunuhnya langsung dengan sekali tebas malah menguntungkannya. Apalagi..." Ruhr tersenyum pahit: "Adrik sudah mati, jika kaisar juga kita bunuh, kita orang-orang di Kota Kekaisaran ini benar-benar akan menjadi air tanpa akar."
"Kaisar itu..."
"Harus dibunuh, dia pasti mati." Ruhr berkata datar.
……
