Melihatnya seperti ini, sorot mata Wen Mingyun perlahan menjadi dingin.
Perubahan emosi Cai Yaohui begitu cepat, meski jelas-jelas ingin segera melihatnya mati, namun masih bisa menyesuaikan ekspresi dan tersenyum pada sang kakak kedua. Wen Mingyun bersikeras tidak mau membiarkan orang picik seperti ini mendapat pengaruh, kalau tidak masalah tak berujung akan terjadi.
Wen Mingxia mendengus dingin, langsung menatapnya: "Aku bukan datang untukmu, aku mencari sang nenek tua!"
"Aah— aah—!" Nenek Cai melihat menantu perempuannya, keberaniannya bertambah. Dia mulai berbicara sambil memperagakan gerakan tangan.
Hanya saja ucapannya tetap tak ada yang paham.
Di ruang baca ternyata ada dayang junior berwajah asing yang terus mengawasi kedua tangan nyonya tua, saat ini tampak ragu-ragu.
"Apa yang diperagakan nenek tua? Kalau kau paham, langsung katakan!" Wen Mingxia menganggukkan dagu ke arah gadis itu.
“Nyonya tua bertanya urusan apa yang Ibu cari dengannya, apakah akan melahirkan cucu untuknya?” Dayang berpakaian merah muda ragu sejenak, berbicara dengan gemetar.
Kedua saudari Wen mendengar ini, serempak memutar mata mereka.
Wen Mingyun tidak bisa menahan diri memonyongkan bibir, nenek tua ini sudah begini keadaannya, masih tak lupa urusan cucu?
Dia sampai dibuat bisu karena hal ini, tapi sama sekali tidak mendapat teguran, malah berani langsung menanyakan di depan Wen Mingxia, benar-benar menyampaikan hal sensitif!
“Cucu apa yang kau mau, pergilah ke alam baka minta cucumu!” Wen Mingxia berkata dengan kesal.
“Nyonya, jangan buru-buru dulu? Kondisi kesehatanmu belum pulih total, jangan sampai emosi. Jika tidak, kondisi tubuhmu akan semakin memburuk. Sekalipun kau tidak memperdulikanku, tapi jika ayah mertua dan ibu mertua mengetahuinya, pasti mereka juga akan sedih. Ibu memang tidak pantas membicarakan cucu di saat seperti ini, dia sudah mulai pikun. Sebenarnya ini karena kerinduannya yang mendalam akan cucu, biar aku yang berbicara dengannya——” Cai Yaohui berpura-pura sangat prihatin, segera menyandarkan tubuhnya seolah ingin menghadang sang istri.
Wen Mingyun kembali mengerlingkan matanya sekuat tenaga. Ah, orang picik ini benar-benar jago berpura-pura.
Bisa dikatakan sebagian besar kemampuan yang dipelajarinya selama belasan tahun belajar keras, digunakan untuk membohongi istri. Pantas saja kakak kedua dulu mau menerimanya. Dengan kemampuan retorika seperti ini, berapa banyak gadis kecil yang bisa dibuai pusing tujuh keliling.
“Omong kosong! Lihat ini, benda apa ini!” Wen Mingxia mundur dua langkah, menghindari sanggahan tubuhnya. Dari balik lengan bajunya, dia meraih sesuatu dan langsung melemparkannya ke wajah suaminya.
“Apa ini!”
Sesuatu berguling-guling terjatuh dari wajahnya ke tanah, dia terkena di hidung, meninggalkan rasa sakit, bahkan air mata pun keluar.
Namun dia sama sekali tak berani menyalahkan, hanya cepat-cepat mengusap air mata dengan lengan baju, memunguti benda di tanah, lalu memeriksanya dengan detail.
Ini adalah sepotong giok dengan pengerjaan cukup baik, teknik ukirannya juga bagus, jelas terlihat sapi bertanduk panjang, di atasnya terukir Bazi.
Cai Yaohui memicingkan mata, dalam hatinya sudah mulai menebak sesuatu.
Bazi sangat berarti bagi mereka, baik untuk meramal nasib maupun saat prosesi tunangan, semua harus menggunakannya.
Tapi ada juga yang memanfaatkan Bazi untuk menyakiti orang, contohnya dengan ritual aneh, makanya mereka sangat menghargai Bazi.
Perilaku mengukir Bazi di giok seperti ini, biasanya bertujuan membawa giok ke kuil untuk disucikan, memohon berkah dewa atau bersujud ke Buddha.
Tapi giok ini dikeluarkan oleh Wen Mingxia. Kebencian Wen Mingxia padanya belum reda, sama sekali tidak mungkin memohon berkah Buddha untuknya. Saat ini malah terlihat garang membawanya untuk menghitung utang, maka hanya ada satu kemungkinan lain - ini melibatkan Nenek Cai.
Nenek Cai juga percaya pada dewa. Sebelumnya, dia meminta bantuan "Daxian" untuk mengubah bayi perempuan dalam kandungan Wen Mingxia menjadi bayi laki-laki, lalu membuat benda ini.
Dengan sikap sopan pada sekelompok "orang suci", tentu perak juga ditaburi tak sedikit. Salah seorang biksu palsu merancang rencana: menghitung Bazi bayi dalam kandungan Wen Mingxia, mengukir shio bayi pada giok lengkap dengan Bazi, lalu mempersembahkannya di samping arca dewa disertai obat dewa, maka keinginan akan terwujud.
Untuk hal-hal memohon dewa dan bersujud ke Buddha ini, Wen Mingxia tidak mempercayainya. Terutama Nenek Cai yang demi mencapai tujuannya, menyembah dewa-dewi tanpa pola teratur - biksu dan pendeta semua disembah, berbagai dukun pun tak dilepaskan.
Jangan kata Wen Mingxia yang sudah dewasa, bahkan dua anak mereka Min Jie'er dan Wei Jie'er pun tahu Nenek Cai tidak bisa dipercaya.
Saat mereka pergi bersujud kepada guru spiritual, dalam periode yang sama tidak boleh menyembah dua orang sekaligus, kalau tidak ini menunjukkan ketidakpercayaan pada guru tersebut.
Apalagi dalam hal memohon dewa dan bersujud ke Buddha, tindakan Nenek Cai ini semakin sulit diterima.
Melihat Wen Mingxia menolak hal ini, Nenek Cai tidak banyak bicara dengan menantu perempuannya. Malah, ia kerap mencari anaknya Cai Yaohui untuk menggerutu. Meski Cai Yaohui juga merasa ibunya tidak bisa dipercaya, tapi baginya tidak ada kerugian. Asal sang nenek tua tidak membuat keributan, ditambah ia sendiri biasanya tidak berada di kediaman marquis, ia cuma mendengar dari telinga kiri lalu keluar dari telinga kanan, sekadar mendengarkan lalu melupakannya.
Bahkan dia masih sedikit sadar, untung saja urusan bersujud ke dewa-dewa ini membuat sang nenek tua sibuk, sehingga tidak lagi loncat-loncat membuat keributan seperti dulu.
"Mingxia, ada apa dengan giok ini?" Dia pura-pura tidak mengerti, wajahnya memperlihatkan kebingungan.
Dia menyuruh orang membunuh sekelompok jalan sesat itu, meskipun akhirnya klannya yang celaka. Para penipu itu entah dibawa kemana, tapi dengan perasaan beruntung, dia mengira Wen Mingxia yang saat itu terbaring pingsan di ranjang, sama sekali tidak sempat mencari mereka.
Wen Mingxia memandang sikap pura-pura linglungnya, wajahnya menampakkan dengus dingin penuh sindiran.
"Cai Yaohui, tak perlu berpura-pura sekarang. Aku datang membawa barang ini karena sudah punya pertimbangan. Ini dari adik perempuanku. Berapa dalam informasi yang kau sembunyikan, sanggupkah bertahan dari investigasi pengawal keluarga Cheng?"
“Nyonya, jangan buru-buru. Mari bicara pelan-pelan, aku tidak berpura-pura. Giok ini pernah kulihat versi lain di tempat ibu sebelumnya, tapi berbentuk ular kecil yang sangat berbeda dengan kepingan ini. Apa ini juga bikinan ibu?” Melihat Wen Mingxia kehilangan kesabaran, ia segera berhenti berpura-pura tak tahu apa-apa.
Tapi ia tetap menyimpan separuh informasi, separuh lagi ditahan, jelas-jelas sedang menguji seberapa banyak Wen Mingxia tahu.
“Sudahlah. Kalau kau mau terus berpura-pura bingung, aku malas membongkar kebohonganmu. Lagipula yang jadi perhatian nenek tua kali ini bukan aku.”
Ia melambaikan tangan, menghentikan perdebatan tentang hal ini.
Wen Mingxia mendekati meja tulis, mengetuk-ngetuk mangkuk kosong di atasnya sambil berkata dingin: “Ini sup yang dikirim nenek?”
“Setuju, dia mengalami kerugian besar sebelumnya, sekarang sudah paham hal, tidak lagi berulah seenaknya, hanya ingin seluruh keluarga hidup bersama dengan baik-baik. Dia khawatir kesehatanku buruk, lalu menyuruh dapur menyiapkan sup nutrisi. Sebelumnya bahkan mengajakmu makan bersama, tapi kutolak. Kondisimu masih lemah, nutrisi berlebihan malah tidak baik, harus tetap ikuti saran dokter...”
Cai Yaohui mengangguk dengan keraguan. Meski tak mengerti mengapa istrinya memperhatikan semangkuk sup, dia dengan cerdas menyambar kesempatan untuk mulai menanyakan kabar Wen Mingxia.
Sikap kehati-hatian ini ditambah perhatian yang membahas semua aspek, jika orang tak tahu kisah sebenarnya, pasti mengira dia adalah suami baik langka seratus tahun.
“Pelan-pelan makannya. Nanti saat mengambil mayat, jangan sampai orang menyangka aku yang meracunimu.” Ujarnya dengan tenang.
Saat mengucapkan kalimat ini, Wen Mingxia mengangkat wajah. Tatapan mereka bertaut.
Ini adalah salah satu dari sedikit kali pasangan suami-istri ini saling memandang setelah kegugurannya, dan hal yang dikomunikasikan lewat tatapan bukanlah kebencian tak berujung, melainkan bercanda yang disertai senyuman samar.
Hanya saja Cai Yaohui sama sekali tidak merasa ini memberinya keuntungan, sebalikkan justru membuat keringat dingin mengalir di punggungnya.
Apa maksut tersembunyi dari ucapan perempuan ini?
"Adik perempuan, ayo kita pergi!" Wen Mingxia menarik pandangannya, langsung ingin mengajak sang adik meninggalkan tempat.
"Nyonya, Nyonya, jangan pergi! Pembicaraan kita belum selesai!" Ia bergegas mengejar dan refleks meraih tangan Wen Mingxia.
Wen Mingxia langsung melepas genggamannya, saat menoleh ke belakang, wajahnya dipenuhi ekspresi jijik yang tak tersamar.
"Maaf, aku panik tadi. Dari mana asal giok ini? Apa maksud ucapanmu barusan?" Cai Yaohui mundur selangkah dengan proaktif, mengangkat kedua tangan sebagai isyarat tak akan menyentuhnya lagi.
“Aah, aaaah——” Nenek Cai yang selama ini diam seribu bahasa tiba-tiba menjadi sangat antusias, langsung melompat ke hadapan Wen Mingxia sambil mengangkat tangan menunjuk hidungnya sambil berteriak.
Wen Mingyun mengernyitkan alisnya, langsung menyandarkan diri mendekat, bersiap mendorongnya pergi.
Tak disangka sebelum sempat mengangkat tangan, Nenek Cai yang melihatnya langsung mundur ketakutan seperti tikus melihat kucing, sama sekali tak berani bersikap kurang ajar.
Nenek Cai telah mengalami banyak penderitaan di rumah bordil.
Pekerjaan paling kotor dan melelahkan setiap hari pasti menjadi tanggungannya.
Sebelum fajar menyingsing, ia sudah harus membuang teko malam dari semua kamar, lalu mulai mencuci pakaian dan seprai. Hanya waktu makan dan tidur yang menjadi jeda, hampir tak ada hentinya.
Lebih menderita dibanding hidupnya di kampung dulu, tentu saja cacian dan pukulan pun tak kalah sering. Bayangan psikologis yang tertinggal bukan sekadar setitik, sehingga saat melihat Wen Mingyun si biang keladi, ketakutannya pun memuncak.
“Apa yang dia katakan?” Wen Mingxia bertanya kepada dayang junior yang bertugas menerjemahkan di sebelahnya.
“Nenek tua bilang, kamu sendiri tidak bisa melahirkan anak laki-laki, masih berani mengutuk anakku! Tak punya hati nurani!”
Begitu kata-kata dayang berbaju merah muda itu terdengar, beberapa pasang mata di ruangan itu langsung tertuju padanya.
Terutama Cai Yaohui, tatapannya nyaris bisa menyemburkan pisau——seperti tatapan mematikan.
Menghadapi tekanan ini, dayang merah muda itu langsung menundukkan kepala, tak berani bersuara.
“Jangan takut. Apa pun yang dikatakan nenek, laporkan sesuai fakta. Setelah ini aku akan beri hadiah besar.” Wen Mingxia mencoba menenangkannya.
“Budak... budak...” Dayang itu gagap-gagap mengucapkan empat kata itu, tapi tak bisa melanjutkan. Hanya terus menggelengkan kepala, jelas-jelas tak mau.
Dia lebih pintar dari dayang-dayang sebelumnya. Dia tahu mungkin bisa mengambil hadiah itu, tapi tidak bisa menikmatinya——nyawanya bisa melayang.
Bagaimanapun dia adalah dayang yang ditemukan Cai Yaohui, sangat paham siapa yang berhak menentukan hidup-matinya.
"Dayang ini kuambil, tidak masalah kan?" Wen Mingxia menatap Cai Yaohui.
"Tidak masalah." Meski enggan, Cai Yaohui sama sekali tak bisa menolak permintaannya.
"Katakanlah."
"Baik. Budak pasti jujur bercerita." Dayang bergaun merah muda tiba-tiba tersenyum lebar.
"Nenek tua, kudengar setelah diberi obat perusak suara, kau sama sekali bisu tak bisa bersuara. Kini masih bisa membuka mulut berteriak 'Ah-Ah', ini karena anakmu berbakti yang mengundang banyak dokter untukmu?" Wen Mingyun berkata dingin.
Meski nenek tua itu tak berani bersuara lagi, matanya melototi tajam ke arahnya.
"Sepertinya dosis berikutnya harus ditambah sampai dewa pun tak bisa menyelamatkan, biar kau berhenti menjadi bahan tertawaan dengan ucapan-ucapan tak pantas." Ancaman itu diucapkannya tanpa basa-basi.
“Wen Mingyun, jangan terlalu berlebihan!” Cai Yaohui meraih erat-erat tinjunya. Raut wajahnya sesaat terlihat mengerikan, jelas menunjukkan kebencian yang mendalam meski tak bisa melawan.
“Sangu, budak ini juga tak paham apa yang nenek tua katakan. Nenek belajar bahasa isyarat, jadi budak harus mengawasi tangannya. Sebelumnya saat ia tak bisa bicara, gerakan tangannya pun tak ada yang mengerti sehingga tak bisa berinteraksi dengan Tuan. Karena khawatir, Tuan membeli budak ini untuk mengajarinya.”
Dayang berbaju merah muda ini proaktif menjelaskan, bahkan dengan cerdik memuntahkan seluruh prosesnya.
Kedua saudari Wen saling memandang, tak bisa menahan dengus dingin.
Pantas saja nenek tua yang paling tak sabar belajar ini bisa cepat menguasai bahasa isyarat. Asalnya agar bisa berkomunikasi dengan anak kandungnya, kalau tidak si anak kesayangan takkan paham maksudnya.
Cai Yaohui menahan amarah, melirik dayang berbaju merah muda dengan tatapan tajam, lalu segera mengalihkan topik pembicaraan.
"Mingxia, jangan hiraukan dayang ini. Apakah ada bahan tak pantas dalam sup tonik ini?" tanyanya dengan gugup.
Terhadap perkataan Wen Mingxia sebelumnya, ia sangat ingin mengetahui alasannya. Bagaimanapun, siapa pun yang mendengar topik kematian pasti akan merasa merinding dalam hati.
"Hah, aku mana tahu? Yang kuketahui hanyalah Bazi yang terukir pada giok ini adalah milikmu. Adikku sengaja mengantarkannya padaku, khawatir aku terseret masalah lagi. Jadi aku bertanya. Kalau mau tahu, tanyalah pada ibumu sendiri!" Wen Mingxia menyeringai dengan sikap meremehkan.
Cai Yaohui terkejut. Saat melihat giok tadi, ia sudah menduga hubungannya dengan Nenek Cai. Karena merasa bersalah, ia hanya memikirkan cara membohongi Wen Mingxia, sama sekali tidak memeriksanya secara detail.
Kini setelah diingatkannya, ia mengambil kembali dan mengamati dengan seksama. Ternyata Bazi yang terukir di sana memang miliknya, dan ia juga bershio sapi.
Tidak hanya itu, di bagian belakang giok terpahat langsung nama lengkapnya, jelas-jelas dibuat khusus untuknya.
"Ibu, ini karya Ibu?" teriak Cai Yaohui dengan kegesaan kepada Nenek Cai.
"Aaaa——" Kedua tangan Nenek Cai terus-menerus memperagakan gerakan, hampir menciptakan bayangan samar.
"Nak, jangan dengarkan omong kosong mereka. Dua saudari itu kalau bersatu, penuh akal busuk. Aku ini ibumu, mana mungkin menyakitimu..." Dayang berbaju merah muda itu kecepatan bicaranya ikut meningkat, berbicara penuh emosi.
"Jawab pertanyaanku! Giok ini kan buatanmu?" Cai Yaohui berusaha tenang, memaksa bertanya padanya.
Gadis berbaju merah muda melihat gerakan Nenek Cai, lalu melanjutkan: "Anak, ibu sudah tua, tak tahan kau menakuti-nakutinya seperti ini. Semua ini untuk kebaikanmu, Nak. Sup nutrisi ini bagus, giok ini juga bagus, pasti tak akan membahayakanmu. Kau adalah daging yang jatuh dari tubuh ibu setelah mengandung sepuluh bulan, mana mungkin ibu tega menyakitimu..."
Wen Mingyun memperhatikan gadis itu terus memanggil "Anak" membuat Cai Yaohui mengernyitkan alis, hampir tak bisa menahan tawa.
Gadis ini tidak hanya pintar, tapi juga tahu cara menyalahgunakan kekuasaan.
Sebelumnya dia tidak berani begitu kurang ajar, sampai Wen Mingxia memindahkannya ke sini, barulah dia berani diam-diam mencari keuntungan.
Bahkan frasa "kata nenek tua" dihilangkan, langsung memanggil Cai Yaohui sebagai anak, menciptakan efek komedi yang kental.
Nenek Cai melihat Cai Yaohui dengan wajah dingin, kedua matanya memerah karena menahan diri, jelas-jelas terlihat kaget.
Terus menerus berkata ini untuk kebaikannya, mengatakan giok dan sup nutrisi semuanya baik, tidak mungkin menyakitinya, tapi tetap tak berani mengakui langsung bahwa ini semua hasil darinya.
Entah Cai Yaohui menahan sifat sambil bertanya dengan tenang, memaksa dengan histeris, atau membujuk lembut dengan bisikan, semuanya tak berhasil membuat sang nenek berbicara.
Bahkan di akhirnya Nenek Cai mulai kesadarannya belum pulih, terus mengulang ucapan yang berputar-putar, memanggilnya "anak" tanpa henti, informasi penting sama sekali tak mau diungkap.
Cai Yaohui begitu marah sampai ubun-ubunnya hampir mengeluarkan asap, tapi menghadapi ibu kandung sendiri, bahkan memaksa dengan kasar pun tak bisa, akhirnya terpaksa bertanya pada Wen Mingxia.
“Mingxia, Ibu sudah usia sangat lanjut, sebelumnya juga menderita sengsara, terus-terusan dalam kejutan mengerikan, sama sekali tak bisa diinterogasi. Bisakah kau menjawab teka-tekiku?”
“Tidak bisa.” Wen Mingxia langsung menolaknya, saat menoleh melihat Wen Mingyun memberinya kode mata, dia pun berganti ucapan: “Giok ini dibawa adik perempuan, detailnya kau harus tanya dia.”
Cai Yaohui menarik napas dalam-dalam. Setelah mempersiapkan diri secara psikologis, barulah dengan enggan berkata kepada Wen Mingyun: “Nyonya Cheng, tolong jelaskan pada saya.”
“Siapa kau? Dasar apa aku harus jelaskan? Kau berani lakukan perbuatan hantu begini, aku malah berharap kau cepat mati agar bersih! Kalau bukan takut beban ibu-anakmu merepotkan kakak kedua, aku sama sekali takkan datang kesini!” Wen Mingyun menyeringai, memposisikan diri dengan sangat tinggi.
Urat hijau di dahi Cai Yaohui hampir meledak. Dia sudah tahu.
Segala hal yang melibatkan Wen Mingyun langsung jadi seratus kali lebih sulit.
Setelah menyinggung perasaannya, membuatnya mengangguk setuju itu lebih susah daripada memanjat langit.
“Sebelumnya banyak kata-kata yang menyinggung perasaan, saya mohon maaf.” Dia segera memberi hormat dengan kedua tangan, tata krama yang sempurna.
Wen Mingyun memandangnya yang menunduk, pandangan merendahkannya hampir naik ke langit.
Sama sekali tidak merasakan kebahagiaan, malah merasa mual.
“Permintaan maafmu ini apa artinya? Masih banyak orang yang kau sakiti, haruskah mereka datang dari berbagai penjuru?”
Meski tak menghargai, dia sengaja menyulitkannya terus-menerus, tak ingin pria ini lolos dengan mudah.
Pria Phoenix licik seperti Cai Yaohui, meski berasal dari keluarga petani miskin, namun karena selalu studi literatur hingga seluruh keluarga mengencangkan ikat pinggang untuk membiayainya, memiliki keangkuhan kaum terpelajar sekaligus dimanja layaknya dewa oleh keluarga. Kini setelah menikahi putri bangsawan terpelajar dan hidup mewah, semakin angkuh dan sulit merendahkan diri.
Setelah menikahi putri kandung keluarga bangsawan dan hidup berkecukupan, sifat sombongnya semakin menjadi-jadi, hampir mustahil melihatnya merendahkan diri.
Terutama terhadap Wen Mingyun yang punya dendam, memaksanya memberi hormat sesuai aturan merupakan penghinaan besar baginya, apalagi harus dilakukan ke berbagai penjuru.
“Wen Mingyun, jangan kau terlalu kejam!”
“Hey hey hey, siapa yang memperlakukanmu tidak adil? Jelas-jelas kau yang meminta bantuanku, malah dikambinghitamkan! Kau tidak bersujud pun tak ada yang bisa berbuat apa, ada pertanyaan tanyakan saja pada ibumu lah!” Wen Mingyun meremehkan.
Tidak bertanya justru lebih baik, menghemat tenaganya untuk mengarang alasan.
“Aaaa——” Nyonya tua kembali bicara dengan kegesaan, bahkan meraih lengan baju Cai Yaohui agar tidak bersujud.
“Anakku, jangan bersujud padanya! Ibu benar-benar tidak menyakitimu. Hanya master yang bilang sebelum urusan selesai, tidak boleh memberi tahu orang lain, kalau tidak keberuntungan akan bubar dan hal ini akan gagal. Waktu itu soal janin laki-laki juga begitu. Kalau bukan karena Wen Mingxia nekat menjamin dan terus memancing-mancing, membuat marah para dewa, sekarang Ibu sudah punya cucu!” Dayang berbaju merah muda mengejar mereka sambil menerjemahkan gestur ibu dan anak ini tanpa salah satu kata pun. Tapi melihat semangatnya yang berkobar-kobar, mungkin dia juga menambah bumbu cerita.
Singkatnya meski Nenek Cai tidak bisa bicara, tapi ucapannya terus muncul di mana-mana. Berbagai macam ucapan menjengkelkan terus bermunculan.
“Kau tidak salah dengar kan? Ibuku benar-benar berkata begitu?” Cai Yaohui mendengar kata "master", langsung raut wajahnya gelap.
Bukankah ini mengaku sendiri tanpa disuruh? Ternyata memang ada hubungan dengan jalan sesat. Kali ini bahkan ada syarat-syarat tambahan: tidak boleh bocorkan lebih awal, semakin tercium bau konspirasi jahat untuk merampas harta dan nyawa.
“Anak, bagaimana mungkin ibu menipumu!” Dayang gaun merah muda yang terbiasa memanggil "Anak", tanpa sengaja terucap.
Langsung saling pandang, bahkan Nenek Cai pun menoleh memandangnya. Jelas kalimat ini tidak diberikan gestur oleh Nyonya tua.
“Eh, ucapan ini belum dikatakan nenek tua, tapi berdasarkan pengetahuan budak tentang beliau, pasti kalimat berikutnya seperti ini. Lagipula Tuan bisa tanyakan langsung pada nenek tua, budak mana yang bohong? Semuanya persis seperti gestur nenek tua, tanpa sedikit pun kebohongan.” Wajah dayang gaun merah muda memucat, sadar dirinya terlalu tinggi hati.
Bola matanya berputar, cepat-cepat menjelaskan masalah tersebut.
Cai Yaohui menatap Nenek Cai, “Ibu, apakah semua yang diperagakan ibu sebelumnya sesuai dengan ucapannya?”
mengangguk, meski dia tidak puas karena dayang ini direbut Wen Mingxia, tapi gadis ini memang pintar, tidak pernah melakukan hal menipu orang. Saat mengajari bahasa isyarat sangat telaten, melihat ingatannya buruk, terus-menerus membuatnya terbayang untuk memudahkan hafalan.
"Aduh pemandangan ibu dan anak yang harmonis sekali! Kakak kedua, lebih baik kita pergi dari sini biar tidak mengganggu." Wen Mingyun susah payah menahan ejekan, pura-pura bercanda.
Cai Yaohui langsung tersadar, menjauh dari Nenek Cai.
Sudah disebutkan tentang master-master itu, itu membuktikan mereka pasti terlibat. Sangat mungkin dia sudah dalam bahaya.
Bagaimanapun dia tidak waspada terhadap ibunya. Nenek Cai mencintainya sampai ke tulang sumsum, itu dia tahu.
Tapi Nenek Cai juga bodoh. Terkadang kasih sayang yang bodoh lebih menyakitkan daripada disakiti, dan sulit diwaspadai.
Dia berdiri tegak, dengan penuh kesungguhan membungkuk memberi hormat. Setelah itu tubuhnya berputar 90 derajat ke kanan, kembali memberi hormat. Proses ini diulang tiga kali hingga memberikan penghormatan ke semua penjuru mata angin, baru kemudian berbalik kembali.
"Sudah kulakukan sesuai permintaan Nyonya Cheng. Kini bisakah kau bicara?"
"Hmm, siapa bilang dengan meniru gerakanku, aku pasti akan memberitahu?" Wen Mingyun menjawab dengan nada yang sengaja memancing amarah.
Ternyata dugaannya tepat. Begitu ucapan itu meluncur, raut wajah Cai Yaohui langsung berubah. Mulutnya terbuka seolah hendak memaki-maki, namun karena keberadaan Wen Mingxia di sebelahnya, akhirnya tak berani membalas kasar.
"Sudahlah, aku bukan picik sepertimu yang ingkar janji. Akan kukabarkan." Wen Mingyun tak ingin berdebat lagi. Tanpa berkedip sedikit pun, dia mulai mengarang cerita sembarangan.
“Kakak kedua saya menjadi korban seperti ini, aku tentu tidak bisa berhenti begitu saja. Aku menyuruh orang menyelidiki para master yang dulu diminta ibumu. Hasilnya setelah mencari berhari-hari, tidak ada jejak. Saat itu kupikir pasti kaulah yang membunuh mereka. Bagaimanapun kau ini orang picik, meski tiap hari membaca kitab suci, di hati hanya ada Hal yang MEMALUKAN seperti membunuh dan merampok!” Wen Mingyun memanfaatkan kesempatan untuk menginjak beberapa kali.
Baru memulai pembicaraan saja, wajah Cai Yaohui sudah menghijau.
Dia sudah tahu dari tiga gadis Keluarga Wen, bibi muda inilah yang paling sulit dikalahkan. Kalau orang lain hanya memukul anjing yang sudah jatuh ke air, dia tanpa peduli anjing itu jatuh atau tidak, selama anjing itu tidak enak dipandang matanya, meski tak ada kesempatan pasti menciptakan cara untuk menendangnya.
Saat ini dialah anjing yang tidak enak dipandang itu.
“Aaaa——” Nenek Cai yang pertama tidak menyetujui, jelas-jelas kembali memaki.
"Kali ini tanpa menunggu dayang berbaju merah muda menerjemahkan, Wen Mingyun langsung proaktif berkata: "Ucapan yang dia sampaikan padaku tak perlu kau ulangi, semuanya omong kosong tak berguna, aku tak ingin mendengarnya."
"Nyonya Cheng silakan lanjutkan." Cai Yaohui nyaris memaksakan kalimat itu keluar dari gigi yang dikatupkannya.
Dia sudah memohon ke berbagai penjuru, cercaan pun ditelan, masa sampai di akhir malah tak didengarkan. Lalu untuk apa semua penderitaan yang kualami sebelumnya?
"Saat itu aku sangat marah, lalu berkata pada pengawal yang bertugas: Sekalipun harus menggali tanah sedalam tiga meter, carilah orang-orang itu. Aku bersikeras takkan membiarkan pelaku yang menyakiti kakak kedua bebas berkeliaran. Berhari-hari berlalu, tetap tak ditemukan, harapanku pun pupus. Tapi tak disangka terjadi keajaiban—beberapa hari lalu pengawal menemukan biksu palsu yang mirip deskripsi pelayan kakak kedua. Kuseret dia ke sini, dan di tempat tinggalnya kami menemukan ruang persembahyangan untuk dewa. Di atas meja tersimpan giok kekaisaran ini."
“Mereka meskipun adalah pendeta palsu, tetapi persembahan yang dilakukan akhirnya menyangkut dewa. Aku tak berani menggerakkannya, hanya mengambil giok ini. Lagipula Bazi yang tertera di atasnya bukan anggota Keluarga Wen. Hidup atau mati mereka tidak ada hubungannya denganku.”
Wen Mingyun hampir tak perlu menggunakan otak, langsung mengarang cerita.
Saat itu orang-orang yang menangkap pendeta palsu semuanya adalah pengawal Keluarga Cheng. Meski kemudian diserahkan pada Wen Mingxia untuk ditangani, Cai Yaohui tidak mungkin mengetahui detailnya. Jadi meski dia mengarang cerita, tak akan ada celah kelemahan yang bisa ditemukan.
“Adik perempuan segera memaksa (bertanya) pendeta palsu itu tentang kegunaan giok ini. Dia tidak tahan hukuman, akhirnya mengaku semua, termasuk giok yang dulu dipakai untuk memohon perlindungan bagi kandunganku. Dia bergegas memberitahuku semua ini, mana mungkin aku bisa menahan diri! Cai Yaohui, apa kau sudah tahu tentang giok semacam ini sejak lama?”
Wen Mingxia mengambil alih pembicaraan. Meski adik perempuannya mengarang cerita dengan baik, untuk mencegah Cai Yaohui bertanya tentang berbagai hal yang mungkin mengekspos kebohongan, dia langsung mengontrol panggung percakapan.
Mengaitkan masalah keguguran agar Cai Yaohui sama sekali tak sempat mengejar lagi.
Begitu mendengar ini, wajah Cai Yaohui langsung berubah, jelas dia masih merasa bersalah.
"Kak, perlu ditanya lagi? Ibunya melakukan apa pun pasti memberitahunya, masa mungkin dia tidak tahu? Serahkan saja dia ke pemerintah, lebih baik laporkan ke atasan, biarkan Dali yang menginterogasinya!" Ancaman setengah jujur setengah palsu Wen Mingyun hanya bisa lewat mulut.
Sebenarnya urusan internal keluarga seperti ini sama sekali tak akan diurusi Dali.
Meski menyangkut nyawa bayi yang akan lahir, tapi yang menyakitinya adalah nenek kandungnya sendiri. Nanti Cai Yaohui dan Nenek Cai cukup lempar kesalahan ke dukun palsu, mereka bisa mundur dengan selamat.
“Seandainya Cai Yaohui lebih tidak tahu malu, menyebarkan rumor untuk menggambarkan Nenek Cai sebagai wanita tua yang merindukan cucu, sementara Wen Mingxia dijadikan ayam betina tak berguna yang tak bisa bertelur emas—pasti situasi akan berbalik. Semua hinaan akan menghujani Wen Mingxia.”
Di zaman kuno yang menganggap "tidak punya keturunan sebagai dosa terbesar", situasi Wen Mingxia sudah sulit. Apalagi jika pendamping tidurnya sendiri menusuk dari belakang—dia takkan mampu bertahan.
“Aaaa——” Nenek Cai langsung bereaksi, Ternyata kembali menyerang.
Tapi dayang berbaju merah muda itu hanya melirik beberapa kali, tetap diam seribu bahasa. Jelas ini semua adalah kata-kata makian.
Nenek Cai marah menunjuk-nunjuk dayang sambil berteriak, sayangnya sejak pindah tuan, dayang itu sama sekali tidak mendengarkannya lagi.
Dia mulai bertindak ingin memukul, tapi dayang merah muda itu lari lebih cepat dari siapa pun, sama sekali tidak bisa disentuhnya.
“Ibu, janganlah ibu merepotkan lagi. Ibu sebenarnya bagaimana cara menghubungi para penipu itu? Mingxia sampai keguguran karena ulah mereka, ibu masih tidak takut? Di dalam sup nutrisi ini, apakah ibu menaruh sesuatu lagi?” Cai Yaohui jelas-jelas masih takut mati. Ia menghantam meja dengan kasar, suaranya penuh dengan nada yang tak terbantahkan.
Nenek Cai tak lagi berteriak. Ia menatapnya dengan pengecut, jelas terlihat ketakutan.
“Bicaralah, Ibu. Sudah sampai segini, apa lagi yang ibu sembunyikan? Sekali pun itu racun, biarkan anakmu mati dengan membahagiakan!” Cai Yaohui memejamkan mata sebentar, wajahnya memperlihatkan ekspresi rentan.
Seketika hati Nenek Cai melembut. Ia segera mulai memperagakan gerakan-gerakan lagi. Kali ini jelas tidak ada makian.
“Anakku, ibu sungguh tidak membohongimu. Tinggal beberapa hari lagi! Jika gagal, semua usaha sebelumnya sia-sia. Ibu sudah menghabiskan banyak uang!” Dayang gaun merah muda menerjemahkan.
“Bicara panjang lebar juga percuma, giok sudah diambil, sejak lama gagal. Kau benar-benar mau aku menyerahkan pendeta palsu itu ke Pemerintah?”
“Aaaa——”
Dayang merah muda: "Tak perlu diserahkan, aku akan jelaskan. Sup tonik ini adalah ramuan sepuluh keutuhan besar. Setelah memakannya, tidak hanya kesehatanmu membaik, tapi juga bisa membuat perempuan hamil anak laki-laki. Resep sup tonik sepuluh keutuhan ini benar-benar asli, ayam jantan itu setelah memakannya, semua ayam betina yang bersamanya mengerami telur, menetas semuanya jadi anak ayam jantan, mutlak tak mungkin salah..."
Saat Nenek Cai mengatakan ini, matanya berbinar-binar, wajahnya penuh semangat, seolah sudah melihat dirinya menggendong cucu laki-laki.
Wen Mingyun mendengar ini, namun hatinya menjadi dingin.
Seberapa bodohnya orang ini sampai segitunya.
“Mingming sebelumnya menggunakan ayam jantan dan betina sebagai alasan untuk mengubah janin menjadi laki-laki melalui Taois palsu. Nenek Cai mempercayainya, tapi hasilnya obat itu diberikan pada Wen Mingxia. Perut yang begitu besar langsung mengalami keguguran.”
“Tapi kini menghadapi Cai Yaohui, Taois palsu masih menggunakan alasan yang sama. Nenek Cai kembali mempercayainya tanpa sama sekali tidak pernah meragukannya.”
“Kau sudah keterlaluan! Cepat panggil dokter ke sini!” Cai Yaohui marah hingga mendorongnya pergi, langsung menjatuhkan mangkok kosong di meja ke lantai sambil berteriak meminta orang memanggil dokter.
Jelas ketika menyangkut nyawanya sendiri, dia lebih khawatir daripada siapapun.
Kedua saudari Wen saling memandang. Sudut mulut Wen Mingxia sedikit terangkat menunjukkan senyum kemenangan, tapi cepat diredam kembali.
“Nyonya Cheng, apa Taois palsu itu menyebutkan sesuatu yang dimasukkan ke dalam sup nutrisi?” Cai Yaohui langsung bertanya.
“Aku sudah tanya, dia secara Adil mengatakan itu barang bagus, sama persis dengan alasan nenek tua di rumahmu. Bisa memberimu kekuatan dewata bawaan alami, bahkan membuatmu bisa mewakili perempuan melahirkan bayi laki-laki.” Wen Mingyun berkata dengan santai.
“Oh, tidak asli, maksudku membuat wanita-wanitamu melahirkan bayi laki-laki. Tsk!” Dia berusaha menjelaskan, lalu menyadari kalimatnya sangat kacau.
“Ah, lagipula kesehatan kakak kedua belum pulih, sama sekali tidak mungkin memberimu anak. Sup nutrisi juga kau yang minum—sampai mati pun aku tak takut. Jadi aku tak banyak bertanya lagi, asalkan tidak menyakiti kakak kedua dan dua keponakan perempuanku, keluarga Cai kalian mana aku peduli!” Dia melepas niatnya dalam sekejap.
“Mana si dukun palsu itu? Aku akan menugaskan orang untuk membawanya ke sini, akan kuperiksa secara pribadi. Ini menyangkut nyawaku, kuharap kau memberikan keringanan!” Cai Yaohui melihat sikapnya yang tidak acuh ini semakin terdesak, perutnya penuh api kemarahan yang tak berani diluapkan padanya.
“Hei, Dibebaskan. Dukun palsu ini sebelumnya sudah menyakiti kakaku, hasilnya ada yang melaporkan ke mereka sehingga semua kabur. Susah payah menemukan satu ini, aku masih harus membela keadilan untuk kakak kedua. Kalau kuserahkan padamu, demi ibumu, kau pasti akan membungkam orang yang tahu. Tidak mungkin, lupakan saja niatmu itu!” Wen Mingyun langsung menolak.
Dukun palsu ini sudah diambil Wen Mingxia, tapi masih bisa menghubungi Nenek Cai. Jelas ini adalah hasil pemanasan situasi oleh Wen Mingxia.
Ditambah permintaannya hari ini untuk menonton drama, jelas Wen Mingxia merasa persiapan sudah rapi. Hari ini sudah waktunya operasi penangkapan, jadi dia mengajakku menyaksikan hasil akhir.
Dia tak mungkin menyerahkan dukun palsu itu. Soalnya dukun itu bukan prajurit bunuh diri. Cuma perlu hajar beberapa kali papan, pasti akan membocorkan segalanya.
“Aku tidak akan membungkam orang. Cuma ingin bertanya isi sup penguat itu - sebenarnya ada campuran apa? Beracun tidak?” Cai Yaohui menahan diri menjelaskan.
“Kalau ada racun, itu juga racun yang bekerja lambat. Kau tak perlu khawatir, dalam waktu dekat nggak bakal mati. Tunggu dokter mendiagnosa dulu baru bicara!” Wen Mingyun tidak bisa dipengaruhi, sama sekali tak ingin banyak bicara dengannya.
“Sudahlah! Aku sudah memberitahumu hal ini, itu sudah upaya maksimal. Obat yang membuatku keguguran waktu itu, kan kau yang mengantarkannya secara pribadi. Urus sendiri saja!”
Wen Mingxia tidak lagi memberinya kesempatan untuk terus-menerus mengejar, langsung menarik tangan adik perempuan dan pergi.
Setelah kembali ke halaman Wen Mingxia, kedua saudari saling memandang lalu tertawa terbahak-bahak serempak.
Wen Mingyun bahkan menepuk-nepuk tangan memuji: "Kakak kedua, ini hasil perencanaanmu?"
"Tentu! Kecuali aku, siapa lagi yang mau melihat ibu dan anak ini!" Wen Mingxia menyebut keluarga Cai, raut wajahnya tetap muram.
“Balas perbuatan seseorang dengan caranya sendiri. Nenek Cai berusaha keras untuk mendapatkan bayi laki-laki, menyuruhnya mengambilkan obat ke hadapanku yang menyebabkan keguguranku. Aku pun harus membuat Cai Yaohui merasakan penderitaan yang sama. Ibunya sendiri menganggapnya seperti mutiara di mata - dihisapnya sampai meleleh di mulut, dimanjakan di telapak tangan. Dia pasti tak menyangka bahwa sup nutrisi yang selalu dihidangkan ibunya itu, suatu hari justru mengandung sesuatu yang akan membuatnya menyesal seumur hidup!”
Suara Wen Mingxia semakin bergetar hingga setiap katanya terasa menyakitkan.
Dia rela mengorbankan kesehatannya demi mengandung anak laki-laki, tapi sama sekali tak mau membiarkan siapapun menyakiti anaknya demi kelahiran bayi laki-laki.
Dibanding Nenek Cai, kebenciannya lebih tertuju pada Cai Yaohui.
Meski tahu Nenek Cai menganut jalan sesat, Cai Yaohui hanya berpura-pura menegur sepatah dua patah kata setelah Wen Mingyun mengeluh, tanpa tindakan nyata untuk menghentikannya.
Sebenarnya Nenek Cai begitu menyayangi anaknya, bila Cai Yaohui benar-benar menentang, Nenek Cai tidak mungkin punya ruang untuk melawan.
Tapi dia tidak melakukan ini, bahkan dia merasa bahwa ritual minta dewa-dewa ini telah menarik perhatian ibunya, membuatnya tidak lagi gaduh seperti sebelumnya, tidak lagi bertingkah seperti wanita desa kasar yang membuatnya kehilangan muka di depan orang lain. Dalam hatinya dia justru merasa lega.
Karena dia tahu bahwa ritual putar janin laki-laki itu menyasar anak dalam perut Wen Mingxia, tidak ada hubungannya dengannya.
Para pendeta palsu itu akan menggunakan taktik apapun, tidak akan mengarah padanya, hanya akan menyerang Wen Mingxia, sama sekali tidak menyakitinya. Maka dia memilih bersikap acuh tak acuh.
Dan kini, Wen Mingxia akan membuatnya merasakan penderitaan ketika dosa-dosa ini berbalik menyakiti tubuhnya sendiri.
Wen Mingyun segera menyandarkan diri mendekat, memeluknya dengan lembut.
"Kakak kedua, jenis kelamin anak tidak ada hubungannya dengan perempuan, tapi sangat terkait dengan pria. Lagipula kalau melahirkan anak seperti Cai Yaohui si anjing ini, lebih baik tidak usah punya! Lihatlah Kakak Min dan Wei Jie'er yang sangat patuh, aku sampai iri, rela memberikan apapun untuk mengangkat mereka jadi putriku sendiri..." Dia sedang menenangkannya.
Menyebalkan ini zaman kuno. Kalau di zaman modern, orang yang pernah belajar biologi SMP pasti sudah mengerti bahwa jenis kelamin anak ditentukan oleh ayah.
"Apa sebenarnya yang dimasukkan ke dalam sup nutrisi sepuluh sempurna itu? Bisa membuatnya menyesal seumur hidup?" Wen Mingyun melihat emosinya mulai tenang, segera mengalihkan topik.
"Kau akan segera tahu. Tenang saja, masih ada pertunjukan drama besar yang akan kita tonton!" Wen Mingxia mengeringkan air mata, berkata dengan keyakinan penuh.
Tak lama kemudian tabib datang ke Kediaman Cai. Tapi Cai Yaohui tampak tidak percaya padanya. Setelah mengantar tabib pergi, dia menyuruh orang mengundang beberapa tabib lain, bahkan sampai menitipkan permohonan untuk meminta bantuan tabib istana.
"Tentu saja dia juga tahu Hakim Jiang sudah lama mengenal Wen Mingyun. Seolah-olah takut dia mengetahui rahasia, dengan sengaja menegaskan ingin memanggil tabib istana selain Hakim Jiang. Semakin dihindari, semakin membuktikan bahan dalam sup nutrisi itu asal-usulnya luar biasa—persis seperti pepatah 'tidak ada perak 300 tael di sini'."
Cai Yaohui sangat khawatir. Dengan segala hubungan yang bisa digerakkan, keesokan harinya di pagi hari, tabib istana pun berhasil dijemput ke kediaman.
Namun hampir bersamaan, kereta kuda Keluarga Wen tiba. Bukan hanya Chen Jie yang datang, Wen Qingli juga ikut serta.
Beberapa orang itu masuk ke Kediaman Cai berurutan. Cai Yaohui yang awalnya keluar untuk menyambut tabib, saat melihat ibu dan anak dari Keluarga Wen ini datang, langsung merasakan puncak kepalanya berdenyut-denyut.
"Ibu, adik, kalian datang." Wen Mingxia juga menyambut keluar.
Cai Yaohui menoleh sambil terkekuk-kekuk bertanya: "Mingxia, kau yang menjemput ibu dan adik ke sini?"
