"Nyonya, aku sudah menyerahkan nyawa dan harta ke tanganmu. Kau tidak bisa kabur." Cheng Tingyu memanfaatkan kesempatan menariknya lebih dekat, hampir seluruh tubuhnya terjatuh menindihnya.
Wen Mingyun mengangkat pandangan melototi dia: "Rahasia sebesar ini, kau berani mengatakannya padaku."
"Ini kan kau yang tanya." Cheng Tingyu terlihat sedikit sedih.
"Yang kutanyakan adalah penjelasan hal-hal yang bisa kau bicarakan. Siapa suruh mengungkap urusan besar seperti ini?" Suara Wen Mingyun semakin meninggi, jelas emosinya memuncak.
“Nilai tak terkira? Hal yang menyangkut garisan keturunan keluarga kerajaan ini bisa membuat kepala terpenggal, kau memberitahuku begitu saja, apakah kau ingin aku mati?” Saat menyebut "nilai tak terkira", suaranya tiba-tiba melirih, khawatir terdengar orang lain sehingga langsung mengalami nasib buruk.
“Harta keluargaku kuserahkan padamu, anak-anak pun kupercayakan ke tanganmu, sudah sepantasnya aku jujur tanpa reserve. Tapi kau benar, kalimat barusan tidak berlaku, anggap saja aku tak pernah bicara dan kau tak pernah mendengarnya.” Pria itu berkata dengan penuh kesungguhan.
Nada bicaranya terdengar tersakiti, seolah wanita di depannya adalah playgirl super yang mempermainkannya habis-habisan lalu kabur begitu saja sambil mengangkat rok.
Wen Mingyun batuk kecil, seketika merasa canggung.
Mendengar pengaduan ini, dia memang seperti playgirl era baru, menipu harta dan keturunan pria, di akhir malah ingin tahu rahasia besar keluarga orang. Pria itu tak menyembunyikan apapun, tapi setelah mengetahuinya, baru sadar rahasia ini terlalu besar. Mengetahuinya justru jadi beban, seketika dia menyesal. Semakin dipikir semakin terasa kejam.
"Aku dengar tadi. Aku pasti jaga rahasia ini." Wen Mingyun jelas tak bisa pura-pura tak dengar, serius berjanji padanya.
"Aku percaya pada Nyonya. Masih ada rahasia besar lain, mau dengar?" Cheng Tingyu semakin menjadi-jadi.
"Minggir!" Wen Mingyun melambaikan tangan ingin mendorongnya, tapi pria ini malah melekat erat seperti gurita kecil yang melilit tubuhnya.
"Jauh-jauh dariku!" Dia melambaikan tangan protes.
Sayangnya protes tak digubris. Wen Mingyun langsung dikurung dalam dekapannya, diusap-usap tak henti seolah tak puas.
"Meskipun cuaca sangat dingin, kehadirannya yang membara di sampingnya membuatnya berkeringat."
***
Di Kota Wangjing, perseteruan dua cabang Keluarga Cheng dan kisah dilucuti gelar kebangsawanan tersebar luas, menjadi bahan perbincangan ramai.
Namun dinamika zaman selalu berubah cepat. Tak lama kemudian perhatian para klan bangsawan beralih karena Kaisar akan mengambil Putri Wei Utara Yelisha ke istana, langsung diangkat sebagai pejabat tingkat dua. Kabarnya gelar resminya sudah disiapkan.
Informasi istana seperti ini tak lagi bisa diterima Keluarga Wen yang sudah benar-benar keluar dari kalangan bangsawan. Wen Mingyun hanya tahu karena sering diberitahu Cheng Tingyu.
"Nyonya, Putri Kelima datang." Hongfeng berbisik memberi tahu.
Wen Mingyun yang sedang bersantai di kursi malas segera bangun mendengar kabar ini.
"Cepat persilakan masuk——"
"Aku sudah masuk." Sang Putri bergegas mendekat, jelas tak menganggap diri sebagai tamu.
Begitu melihatnya, senyum merekah di wajah Wen Mingyun. Ia segera menyambut dan menggenggam tangan sang Putri.
“Ini ada masalah apa? Berkeringat semua.” Wen Mingyun mengeluarkan sapu tangan brokat, dengan hati-hati mengeringkan keringatnya.
Putri Kelima berkuda dengan kencang sepanjang jalan, masih memegang cambuk di tangan, ujung hidungnya berkeringat halus, pipinya merah merona, seolah seluruh tubuhnya hampir mengeluarkan uap panas.
“Aku bertengkar hebat dengan Kaisar, hatiku tidak nyaman, langsung menunggang kuda dari istana ke sini.” Putri Kelima mengangkat pantatnya sambil berkata dengan nada kesal.
Wen Mingyun mengangkat alisnya, dalam hati sudah bisa menebak masalahnya.
“Untuk Yelisha?”
“Ya, selain dia siapa lagi.” Putri Kelima mengangguk, menjawab dengan kesal.
“Dia benar-benar orang yang otaknya ada lubang! Dulu jelas-jelas meremehkan semua orang, bersikap seolah tak satu pun pria di yang bisa menyaingi bahkan jari kaki prajurit Wei Utara mereka. Angkuh, , sampai berani merendahkanku. Katanya lebih suka pria ala !”
“Tapi sekarang? Dengan tinggi itu, tiba-tiba dia sudah ku! Padahal ini , dia sendiri yang . Cih——”
dan sama-sama putri dari , dengan tak kenal ampun. Ditambah campur tangan di antara mereka, permusuhan kedua putri ini ibarat ditambah —saling memandang pun sudah dianggap .
sekarang berhasil . nya sudah berbeda. dia pasti akan masuk . Jika masih tinggal di , pertemuan rutin sudah bisa dipastikan.
“Dia bisa itu caranya?” bertanya.
Cheng Tingyu tidak punya kesan baik pada Yelisha, jadi tentang seluruh proses ini, dia hampir tidak menyinggung, hanya memberitahukan hasilnya.
"Ah, perundingan damai kedua negara memasuki masa stagnasi, Kaisar lalu mengadakan pesta untuk mencairkan suasana. Saat jamuan malam itu, Ye Liyang mengatakan Wei Utara telah menyiapkan tarian persembahan untuk Kaisar. Seluruh penari mengenakan cadar dan pakaian tradisional Wei Utara, memancarkan pesona eksotis yang kental. Kebetulan aku hadir saat itu, bahkan sempat berpikir baju ini akan terlihat lebih cantik jika tidak dikenakan Yelisha."
"Meski melanggar aturan Dinasti Daye dan membuat kaum konservatif itu muka mereka membiru, menurutku tariannya indah. Penari utamanya memiliki tubuh yang sangat lentur, bergoyang bak ular air. Dia bahkan mendekati area takhta Kaisar dengan gerakan itu. Tentu saja, karena ada pengawal di aula, Wei Utara tak berani membiarkan penari langsung mendekat, agar tidak terjadi kesalahpahaman seperti upaya pembunuhan."
“Hanya saja saat cadar dibuka, aku sama sekali tak menyangka ternyata Yelisha. Dia jelas-jelas ular berbisa, sorot matanya nyaris menyemburkan api.” Baru saja Putri Kelima mulai mengeluh, langsung tak bisa berhenti, mulutnya hampir kering karena terus berbicara.
Wen Mingyun segera menuangkan secangkir teh untuknya. Putri itu mengangkat cangkir tinggi-tinggi lalu "gluk-gluk" meneguk dua kali besar.
“Dia menari sebentar, lalu Kaisar langsung merekrutnya?” Wen Mingyun bertanya lagi.
Kaisar yang berkuasa sekarang meski bukan penguasa heroik, tapi juga bukan tipe yang tergesa-gesa dalam urusan wanita. Di istana sudah ada begitu banyak selir cantik, tak hanya ahli menari, yang mahir qin, catur, kaligrafi, lukisan, puisi, hingga nyanyi dan menari pun tak sedikit. Kaisar kan sudah berpengalaman, masa mungkin karena satu tarian langsung tergoda oleh putri negara musuh.
“Tidak ada, Kaisar bukan tidak pernah melihat tarian yang lebih baik darinya. Tapi anehnya di sini, Kaisar langsung menolak, bahkan ketika Ye Liyang menarik Wei Utara, mengusulkan pernikahan politik kedua negara, dia juga tidak setuju. Namun di tengah pesta, Kaisar meninggalkan tempat duduk, dan setelah kembali, dia malah secara proaktif menyebutkan ingin merekrut Yelisha, plus sorot matanya ke arahnya sangat——”
Putri Kelima mengingat adegan saat itu, wajahnya berkerut seperti pare pahit, ekspresi jijik yang teramat sangat.
“Tidak jelas.”
“Saat itu pandangan Kaisar ke Yelisha adalah pandangan pria kepada perempuan, penuh dengan nafsu primitif. Aku tidak mungkin salah melihat.” Putri Kelima menambahkan dengan sangat serius.
Dia sendiri bukan orang yang benar-benar serius, sudah bertahun-tahun memelihara pemuda idaman, sehingga sangat familiar dengan sorot mata penuh nafsu seperti ini. Maka saat itu juga dia paham, alasan Kaisar merekrut Yelisha berasal dari hasrat fisik semata.
Wen Mingyun menarik napas perlahan, memutar otak dengan cermat, dan seketika itu juga paham.
“Saat Baginda meninggalkan tempat duduk, Yelisha juga ikut pergi?”
“Ya, aku terus mengawasinya ketat. Melihat dia pergi, kusuruh pelayan istana mengikuti, agar rencananya gagal. Tapi pelayanku justru diusir kembali. Mereka tetap bertemu.” Putri Kelima menggenggam tinju, emosinya tersulut saat mengingat kejadian itu.
“Di istana, siapa berani mengusir pelayanmu? Yelisha seharusnya tak punya kemampuan itu. Apa dia langsung bertindak?” Wen Mingyun kebingungan.
Putri Kelima adalah anak paling dimanjakan Baginda. Meski berstatus putri, posisinya bahkan lebih tinggi dari pangeran biasa. Pengawal kerajaan pun menghindar saat melihatnya.
Wei Utara kini sedang gencar berunding damai. Ditambah tekanan dari Jenderal Wu Ming, sikap mereka sudah tak lagi kurang ajar seperti dulu. Yelisha seharusnya tak berani memulai konflik langsung.
“Bukan Yelisha, yang mengusir adalah Kaisar. Pelayan istana saya berkata, saat itu Kaisar juga menolak Yelisha, tapi setelah beberapa kalimat diucapkan, sikap Kaisar berubah. Langsung mengusir pelayan pergi, malah mengajak Yelisha ke ruang samping. Setelah itu apa yang terjadi, saya tidak tahu, tapi bisa ditebak.” Putri Kelima menggelengkan kepala, menghela napas pelan, seolah penuh kekecewaan.
Saat mengucapkan kalimat terakhir, dia menyeringai, nada sindirannya sangat kental.
Wen Mingyun semakin penasaran: “Apa yang mereka bicarakan? Bisa membuat Kaisar langsung mengubah ide?”
“Yang penting di sini, ucapannya justru tak penting. Su Rou, ceritakan detail situasi saat itu kepada Ruyi.” Putri Kelima mengangkat tangan.
Dayang istana senior yang tetap melayani di sini adalah Su Rou.
Su Rou membungkuk hormat, lalu mulai menggambarkan situasi saat itu dengan suara lembut: "Budak menghadang Putri Wei Utara, Baginda juga ketahuan, lalu menasihatinya untuk kembali. Tapi Putri Wei Utara berkata tentang kekagumannya pada wawasan luas Baginda. Katanya dia sama sekali tak tahu apa-apa, bahkan bunga haitang di pelipisnya baru dikenalnya setelah memasuki ibukota."
"Setelah bicara, dia melepas bunga haitang itu dan hendak menyerahkannya untuk dilihat Baginda yang menolak. Putri Wei Utara lalu memuji-muji bunga haitang lagi, bahkan mencoba melantunkan puisi cendekiawan yang belum dikuasainya. Saat terbata-bata, Baginda yang melengkapi puisinya. Budak mengira dia sudah cukup, tapi dia malah menghela napas mengatakan kelopaknya sudah berkerut tak secantik awal."
“Selesai bicara dia pamit undur diri, namun Baginda malah menghadangnya. Baginda berkata di ruang samping ada bunga haitang baru mekar, akan memetikkan satu untuknya. Putri Wei Utara menatap budak dengan raut menyulitkan, lalu Baginda menyuruh budak kembali.”
Su Rou benar-benar terlatih. Saat berbicaranya detail dan ringkas, menggambarkan situasi saat itu jelas-jelas.
Wen Mingyun semakin mendengar, alisnya semakin dikerutkan.
“Ada keistimewaan apa pada tangkai bunga haitang itu?”
“Budak periksa detail. Bunga haitang tidak mekar di musim dingin. Yang di kepalanya mungkin hasil paksaan tukang kebun di rumah kaca. Bunga itu belum mekar sempurna, ukurannya pun kecil, pasti kalah dengan yang musimnya.” Su Rou menjawab detail.
“Apakah kau mencium bau aneh?” Wen Mingyun bertanya lagi.
“Tidak.” Su Rou menggelengkan kepala.
Putri Kelima langsung paham: “Kau curiga bunga haitang itu ada masalah?”
Wen Mingyun mengangguk: "Baginda adalah penguasa negara, jika benar-benar ingin merekrut Yelisha, saat Wei Utara mengusulkan sebelumnya, Beliau tak perlu menolak, langsung meneruskan momentum dan menyetujui saja. Tapi justru menolak di depan para hadirin, setelah itu malah bersama Yelisha——"
Ia sengaja berhenti sejenak di sini. Meski Putri Kelima takkan menyebarkan, beberapa ucapan tetap tak bisa dipanggilkannya.
"Memang agak tidak wajar."
Putri Kelima mendengar dukungannya, langsung menepuk paha: "Kau juga merasa aku benar! Aku sungguh merasa Kaisar aneh. Tapi bunga haitang itu tak terlihat istimewa, Su Rou bukan dokter. Bagaimana kalau kucarikan cara mendapatkannya, lalu diperiksa tabib? Kurasa sepuluh dari sembilan kali pasti ada sesuatu aneh di sana, semacam obat perangsang yang bisa memikat hati."
"Memikat hati, apakah efeknya bertahan lama?" Wen Mingyun membalas bertanya.
Putri Kelima mengedipkan mata, mana mungkin ia bisa memastikan?
Apalagi obat yang bisa menggoda hati manusia, tidak diminum, hanya kontak sesaat seperti itu, apakah bisa efektif? Itu juga sama sekali tidak ada buktinya, hampir sama saja dengan mengarang.
"Aku tidak tahu, seharusnya sulit." Putri Kelima langsung kehilangan semangat, dia kembali duduk di kursi dengan sikap santai.
"Mungkin tidak ada obat sama sekali, murni Kaisar tergila-gila padanya. Bagaimanapun sebelumnya di istana dia menolak dengan blak-blakan, saat itu mereka berdua berjarak jauh, mungkin Kaisar tidak melihat jelas. Tapi selama jeda acara, ketika berdekatan, barulah Kaisar menyadari Yelisha sebenarnya cantik, timbul nafsu juga wajar." Putri Kelima membelalakkan mata ke langit, terlihat sangat lesu seperti baru mengalami pukulan berat.
Wen Mingyun mendengar ucapan putus asa yang tidak tulus ini, wajahnya menampakkan senyum getir.
“Kau bisa mengamatinya lagi. Jika dia benar-benar menggunakan obat aneh, nantinya juga akan menampakkan kekurangannya.” Wen Mingyun mencoba menenangkan.
Putri Kelima mengernyitkan alis, wajahnya penuh keengganan.
“Mengamatinya berarti aku harus terus tinggal di istana. Kalau dia nanti menjadi Selir Tercinta ayah, benar-benar tak bisa menghindari pertemuan. Apalagi harus merasakan langsung bagaimana dia merampas Kaisar dariku, itu terlalu menyakitkan.”
“Ah, tidak boleh dipikirkan. Aku pasti akan mati kesepian!” Putri Kelima memeluk kepalanya dengan putus asa.
Wen Mingyun juga tidak punya cara lain, hanya bisa mengalihkan topik.
“Untuk sementara jangan pikirkan ini. Mungkin Baginda punya rencana lain. Di mana buku catatan gambarmu? Apa perlu kuantarkan untuk merilekskan diri?” Ia menepuk bahu Putri Kelima.
“Ah, tidak kubawa. Saat itu aku naik darah, langsung pergi buru-buru. Akan kusuruh orang mengambilnya.” Perhatian Putri Kelima memang langsung teralihkan, bahkan ia menepuk-nepuk ubun-ubunnya dengan kesal.
“Kalau dikirim orang ambil begitu, seandainya ketahuan tidak baik.” Wen Mingyun segera menghadangnya.
“Lalu di rumahmu ada tidak?” tanya Putri Kelima.
“Yang bertema nonaku murah hati membantu pelajar, pasti ada. Tapi yang hidup dan memesona tidak ada.” Wen Mingyun langsung tersenyum.
Ia sebenarnya ingin punya, tapi sebelumnya dua cabang keluarga Cheng bertarung seperti ayam jago yang saling serang, ia sama sekali tak berani menyimpan celah. Semua novel itu sudah dikemasnya dan diberikan kepada kakak kedua.
Wen Mingxia kebetulan baru bercerai secara damai. Di tempatnya sangat aman, sekaligus bisa menambah wawasan untuk mengusir kesepian di kamar pribadi.
“Tsk, kalau Cheng Tingyu punya tidak?”
“Tidak ada.” Wen Mingyun mengangkat tangan.
“Bagaimana mungkin dia tidak punya, apa kamu tidak mencari dengan teliti? Pria yang tampak luarannya elegan seperti dia, justru secara diam-diam paling bernafsu. Pasti ada, cuma kamu tidak menyimak dengan seksama.” Putri Kelima tidak percaya.
Terhadap pria-pria jenis ini, ia sudah terlalu paham. Semakin terlihat seperti gentleman, bisa jadi justru koleksi buku asmaranya semakin banyak.
“Benar-benar tidak ada.” Wen Mingyun berkata tegas, lalu menambahkan khawatir sang putri tak percaya: “Niatnya ada, tapi tenaganya kurang.”
Putri Kelima yang awalnya hendak membantah, langsung terpengaruh setelah mendengar kalimat itu.
“Kamu benar. Dengan tubuhnya yang sudah rusak ini, melihat pun percuma. Malah bisa memicu aura api. Tidak punya justru wajar.”
Wen Mingyun menarik napas lega melihat sang putri akhirnya tak lagi mendesak.
“Lalu Cheng Yan? Di usia mudanya yang penuh gejolak, lagi masa penasaran akan hal-hal seperti ini. Kalau sudah melek asmara lebih awal, seharusnya sudah ada selir tidak resmi. Masa iya tidak punya?”
Jelas Wen Mingyun masih terlalu cepat merasa lega, Putri Kelima kembali mengalihkan perhatiannya ke Cheng Yan.
Wen Mingyun hampir ingin memutar matanya, ini bahkan lebih buruk daripada terus-menerus menanyai Cheng Tingyu.
"Dia juga tidak punya." Jawabnya langsung tanpa pikir panjang.
"Tsk, kau menipu orang dengan terlalu jelas. Tenang saja, aku hanya penasaran bertanya, takkan merebut buku itu dari anak ini." Putri Kelima buru-buru menenangkannya.
"Dia anak tiriku, mana mungkin aku tahu apakah dia punya buku semacam itu? Lagipula dia belum paham hal-hal romantis, lebih tertarik pada menunggang kuda dan memanah daripada urusan seperti ini." Wen Mingyun sudah pusing tujuh keliling.
Sama sekali tak ingin tahu apakah Cheng Yan membaca buku porno, rasanya sungguh tidak nyaman membayangkannya.
“Anak tiri kenapa? Kau ini ibunya, wajar tahu hal-hal ini. Nantinya perjodohannya juga kau yang menentukan! Lebih baik kau tahu tipe perempuan yang disukainya dari sekarang, biar nggak sampai menantu perempuan yang dipilih nanti malah tidak disukainya.” Putri Kelima bahkan mengangkat urusan perjodohan demi memuaskan rasa penasarannya, seolah-olah argumennya sangat sistematis dan berdasar.
Wen Mingyun menghela napas memandanginya, tersenyum getir. "Sudahlah, dia memang tidak punya. Kalau tidak percaya, panggil saja dia kemari untuk ditanyakan langsung."
Putri Kelima mengedipkan mata, diam sejenak. Sepertinya benar-benar mempertimbangkan dalam hati apakah usulan ini bisa dilakukan.
"Sudahlah. Aku ini teman dekatmu, otomatis termasuk kerabat seniornya. Meski aku tidak peduli harga diri, tapi tidak mungkin mempermalukanmu."
"Sayang sekali," ucap Putri Kelima dengan ekspresi kecewa. Jelas ini karena khawatir merusak reputasi gemilang Wen Mingyun. Kalau tidak, pasti dia sudah bertindak gegabah menanyakan langsung.
Tak sampai beberapa hari, Yelisha sudah dijemput masuk ke istana. Kaisar jelas sangat menghargainya, bukan hanya mengirimkan tandu biasa, tapi khusus menyiapkan upacara peresmian untuknya dengan julukan "Li".
Para pejabat gempar, banyak yang mengajukan petisi.
Dalam situasi perundingan perdamaian kedua negara saat ini, pernikahan aliansi memang pertanda persahabatan. Jadi para pejabat sebenarnya tidak menentang penerimaannya ke istana, hanya kecewa dengan pangkat tinggi yang langsung diberikan padanya.
Dalam sidang istana, seorang pejabat berkata: "Wei Utara punya ambisi licik, mempersembahkan putri untuk menyenangkan Baginda hanyalah strategi mengulur waktu. Masa depan pasti menyimpan rencana besar. Sekarang kita harus waspada, pangkat putri Wei Utara ini sebaiknya diturunkan ke selir kelas lima saja."
Ucapan ini langsung mendapat banyak dukungan. Bahkan politisi sipil yang pro-perdamaian pun kini setuju bulat, ramai-ramai mengajukan surat permohonan.
Cendekiawan minta muka. Putri ini kan dipersembahkan secara sukarela oleh Wei Utara, dan kita berada di wilayah Dinasti Daye sendiri. Sudah seharusnya kita berikan ancaman terselubung secepatnya.
“Sayangnya Kaisar tidak berpikir demikian. Dengan sikap teguh beliau berkata, 'Dekret sudah diturunkan, para menteri tak perlu menasihati lagi. Keputusan Sang Kaisar sudah final.'”
“Li Fei berpendidikan yang paham tata krama, baik hati. Ditambah saat ini sedang masa perundingan damai kedua negara, tentu Sang Kaisar harus menunjukkan ketulusan untuk mencerminkan keluhuran Dinasti Ye dan meninggikan wibawa negara.”
Sang penguasa tertinggi terlihat sangat segar, jelas permaisuri Li Fei merawatnya dengan baik semalam. Ucapan yang mulia dan resmi ini justru mengungkap sikap tak terbantahkan dari Sang Kaisar.
Di dalam istana sunyi senyap sejenak. Tak ada yang berani membahas hal ini lagi. Beberapa menteri bahkan sudah mulai mengubah topik dengan memuji-muji prestasi kekaisaran.
Lebih banyak lagi pejabat istana yang terbenam dalam diam.
Mengangkat putri negara musuh menjadi permaisuri kelas dua - wibawa negara macam apa yang ditinggikan ini?
Wen Bohon yang berdiri di kerumunan menteri sampai tak enak bersuara, bahkan dalam hati diam-diam memaki.
Untung dulu kakeknya lebih banyak mengajarinya mantan Putra Mahkota Zhanhuai. Kaisar ini sebenarnya dipaksa naik takhta. Kakeknya hanya menjadi guru dengan gelar kehormatan, mengajar dalam waktu singkat lalu pensiun dini. Kalau tidak, sekarang pasti mati kaget, sampai peti matinya tidak bisa ditahan.
Sungguh memalukan seorang penguasa tertinggi bisa mengucapkan kalimat semacam ini.
Setelah sidang bubar, Yu Zhong langsung tidak bisa menahan diri dan memaki keras.
"Bajingan brengsek, cepat atau lambat mati di perut perempuan!" Meski tidak menyebut nama, Wu Ming dan dia sama-sama menyadari maksudnya.
"Sudah, nanti saja dibahas setelah kembali." Wu Ming meliriknya.
Sejak kembali dari Perbatasan Utara, mereka tetap menghadiri sidang setiap hari. Namun selain debat sengit dengan utusan Wei Utara, mereka sama sekali tidak memberi pendapat tentang urusan negara - tentu saja ini strategi menghindari kecurigaan.
Baru tidak memberi pendapat saja Baginda sudah takut prestasi Wu Ming melampaui dirinya. Kalau berani bicara lebih, Sang Penguasa pasti akan begadang semalaman.
Setelah rapat pagi bubar, para menteri lainnya pergi ke berbagai tempat untuk menangani urusan resmi. Hanya mereka berdua yang tidak memiliki tempat kerja, terpaksa kembali ke pos perhentian.
"Si bos, menurutku dia sudah kehilangan akal. Kalau bukan karena kita kembali dari Perbatasan Utara dan menekan gerombolan perampok Wei Utara itu, cuma mengandalkan para brengsek tua di ibukota ini, pasti kita sudah diinjak-injak seperti buang hajat. Sekarang mereka mengirim perempuan ke sini, jelas-jelas niatnya jahat. Dia malah mengira ini untuk meninggikan wibawa negara? Wibawa macam apa? Wibawa saat dia 'berjaya' di ranjang malam nanti? Di usianya yang sepuh itu, berhubungan intim pasti harus minum obat dulu. Jangan sampai malah mati keracunan..."
Yu Zhong jelas-jelas punya pendapat tentang kaisar anjing itu. Setelah menyerahkan kudanya ke pelayan, mulailah dia mengumpat.
"Ini urusan bagus," Wu Ming berkata pelan.
Kedua orang itu melangkah besar masuk ke ruang baca. Begitu pintu ditutup, ucapan Yu Zhong menjadi semakin terang-terangan.
“Apa urusan bagus? Situasi yang para prajurit kita rebut dengan nyawa, malah ditempatkan di Putri negara musuh, bahkan dia dipuji setinggi langit. Aku bermimpi ingin membelahnya.”
Benarlah pepatah pikiran siang menjadi mimpi malam, setiap hari dia menghitung perhitungan untuk memberontak.
“Tian ingin ia binasa, pasti membuatnya arogan. Dia memuji-muji Yelisha, seratus bahaya tak ada untungnya, seperti katamu, mungkin makan obat bantu gairah pun bisa mati. Kau terburu apa? Yang panik mestinya orang lain, kita tunggulah pertunjukan bagus.” Wu Ming berkata dengan tenang..
Saat semangatnya memuncak, nada suaranya naik perlahan, seperti perasaannya detik ini, tak bisa menahan diri ingin terbang tinggi.
Yu Zhong yang semula sesak dan tergesa-gesa, mendengar ini langsung terkagum seketika.
“Benar juga, ngapain aku buru-buru? Semakin bobrok si tua bangka ini semakin baik. Pilihan terbaik adalah seluruh rakyat dunia kecewa padanya. Nanti kita buat alasan bagus, satu seruan disambut ribuan tanggapan, membantai Kota Istana. Tak perlu orang lain turun tangan, para kasim dan dayang istana pasti akan menyerahkan nyawa kaisar anjing itu!” Yu Zhong bertepuk tangan spontan. Saat mengucapkan paruh kedua kalimat, matanya yang mirip harimau berkilau, jelas-jelas sangat menanti kedatangan hari itu.
Dia lahir di Perbatasan Utara yang bisa disamakan dengan neraka. Urusan pemberontakan hampir jadi hal yang cukup familiar. Demi menyelamatkan nyawa, setiap hari orang-orang di sana melakukan hal ini.
Meski kebanyakan cuma kedok untuk mengeruk harta, di zaman kacau ini rakyat Perbatasan Utara sama sekali tidak punya rasa segan pada kekuasaan kerajaan. Malah menganggap kaisar anjing yang tak bisa membuat mereka kenyang ini, lebih baik dipatahkan.
