“Baginda, hamba-hamba mendengar rombongan suci diserang beruang hitam, langsung mengerahkan pasukan bergegas ke sini. Tak tahu bahwa di tengah jalan dihadang oleh sekelompok orang berbaju hitam, mendapat serangan hebat. Gerakan tubuh mereka sangat aneh, jelas-jelas ingin menghambat kami menyelamatkan Baginda.” Pimpinan rombongan segera menjelaskan.
Kaisar yang sedang murka langsung mengerutkan alis mendengar ini: "Siapa yang berani menghadang?"
"Mereka ahli bela diri. Pengawal hanya berhasil menangkap dua orang, tapi sebelum sempat diinterogasi, mereka sudah menelan racun bunuh diri. Kantung racunnya disembunyikan di mulut - ini jelas pekerjaan pasukan bunuh diri."
"Gagal menyelamatkan Kaisar, dihadang sampai tak tahu siapa dalangnya. Untuk apa kalian Kubawa? Atau kalian sengaja membiarkan Aku celaka, mau memberontak?" Bentak Kaisar dengan kemarahan yang nyata.
“Baginda, tenanglah. Jika ada yang sengaja menghalangi hamba-hamba sebelum waktunya, pasti mereka menyimpan niat tersembunyi agar kami tak bisa menyelamatkan Baginda dan menggagalkan rencana busuk mereka. Cukup selidiki siapa yang diuntungkan dari hal ini, pada dasarnya kita sudah bisa menentukan tersangkanya.”
Rombongan ini jelas-jelas sudah menyiapkan jalur mundur sebelumnya, bahkan alasan pengelak pun sudah mereka pertimbangkan matang.
Baginda mengerutkan alis: “Apa maksudmu? Kalian terlambat menyelamatkan Kaisar, aku disergap, siapa yang diuntungkan dari ini?”
“Berani hamba bertanya, siapakah yang berhasil menyelamatkan Baginda?”
Begitu kata-kata ini terlontar, suasana sekitar langsung terbenam dalam kesunyian. Baginda pun larut dalam lamunan.
“Xue De, jelaskan situasinya pada mereka.” Baginda melambaikan tangan.
Xue De segera berbicara, mulai dari kemunculan beruang hitam, teriakan Li Fei, kedatangan orang Wei Utara, hingga penyelamatan terakhir oleh sekelompok pemuda – seluruh proses ini pada dasarnya telah ia sebutkan.
Meskipun para menteri yang terlambat datang menyelamatkan Kaisar ini tidak melihat langsung, namun setelah mendengar penuturan Xue De, seolah-olah mereka mengalami situasi tersebut sendiri.
"Baginda, dua kelompok yang bergegas datang menyelamatkan adalah delegasi Wei Utara dan sekelompok remaja setengah baya ini. Cukup dengan mengutus orang untuk menanyai cara mereka mengetahui hal ini dan waktu kedatangannya, pasti akan terungkap keadaan sebenarnya." Pemimpin keluarga bangsawan ini adalah Marquis Cai. Saat ini beliau berbicara dengan wibawa yang tak bisa dianggap enteng.
Delegasi Wei Utara yang selama ini diam langsung tak tahan mendengar pernyataan ini. Mereka seketika membuka suara dengan nada menantang.
"Apa maksud Tuan Marquis Cai? Jangan-jangan kalian mencurigai kami? Ini urusan dalam negeri Dinasti Ye kalian! Kami hanya kebetulan lewat dan melihat Kaisar Ye dalam bahaya. Mengingat hubungan diplomatik kedua negara, barulah kami turun tangan membantu. Mengapa sekarang bukannya mendapat imbalan, malah terkena imbas buruk?" Ye Liyang membela diri dengan logika. Wajahnya memerah karena amarah.
“Yang Mulia Pangeran, harap tetap tenang. Saya hanya menyebutkan kemungkinan, lagipula dengan menanyakan hal ini sampai jelas justru untuk membersihkan nama baik kalian. Tadi Anda bilang lewat secara kebetulan, saya ingat arah masuk delegasi Wei Utara ke hutan tidak berada di sini, kenapa bisa berputar-putar sampai ke tempat ini? Kapan tiba persisnya, apakah langsung membantu begitu sampai atau menunggu momen tertentu baru muncul?”
Marquis Cai sebelumnya pernah bertugas di Kementerian Hukuman, kini jelas kebiasaan profesinya kambuh. Langsung mulai menginterogasi, seolah-olah benar-benar memperlakukan mereka sebagai tahanan.
“Kami bukan tahananmu, atas dasar apa kau berhak menginterogasi kami? Lagipula adikku juga ada di sini, jika sedikit saja ragu, nyawanya bisa melayang di mulut beruang. Mana mungkin aku tinggal diam mencari-cari momen?” Ye Liyang tidak menjawab langsung, namun telapak tangannya mulai berkeringat.
Baru sekali bentrok, dia sudah merasakan betapa sulitnya menghadapi Marquis Cai ini. Pantas saja para keluarga bangsawan dan menteri yang berkolusi itu akhirnya menyerahkan urusan besar seperti menangani Yelisha kepada marga Cai.
Wen Mingyun diantar Putri Kelima beristirahat di bawah pohon. Seorang dayang istana menyuguhkan secangkir teh panas yang dia peluk erat, sambil menonton drama ini dengan santai.
Menurutnya, Marquis Cai ini termasuk orang pintar yang langka. Meski terlambat menyelamatkan Kaisar dan seharusnya merasa bersalah, tapi kini dia berhasil mengalihkan fokus pembicaraan dan mengendalikan situasi sepenuhnya.
Bahkan berhasil menjadikan orang Wei Utara sebagai kambing hitam. Benar-benar ahli dalam membawa ritme negatif.
Mendengar pertanyaan itu, alis Marquis Cai langsung terangkat. Dengan gesit dia mengubah arah pembicaraan dan mulai memaksa Yelisha menjawab.
“Permaisuri Li Fei, saat beruang hitam datang, semua orang sibuk melarikan diri, mengapa Nona terus panik berteriak bahkan beberapa kali terjatuh? Apakah Nona sengaja mengulur waktu demi menciptakan situasi berbahaya guna memberi delegasi Wei Utara kesempatan menyelamatkan Kaisar?”
Beberapa pertanyaan dilontarkannya sekaligus. Meski mengucapkan ini dengan menunduk dan sikap yang tampak sopan, namun dari nada bicaranya yang agresif jelas terlihat kerendahan hatinya hanya sandiwara belaka.
“Berani! Kapan giliranmu bertanya pada istana ini?” Yelisha membentak dengan suara melengking.
Putri Kelima seketika menyeringai: “Kenapa? Kau merasa bersalah sampai tak berani menjawab?”
“Siapa yang bersalah? Aku hanya merasa pria ini sangat tidak sopan. Baginda belum menyerahkan urusan ini padanya, tapi dia sudah semena-mena mengajukan pertanyaan. Siapa yang memberinya hak? Ini jelas-jadar penghinaan pada Kaisar!”
“Cukup! Jangan pakai topi besar. Dari mana kau belajar selalu menyangkutkan Kaisar dalam segala hal? Marquis Cai bersikap penuh hormat pada Kaisar, mana ada niat merendahkan? Paling-paling yang direndahkan itu kau. Sudah tidak memberi kontribusi pada Dinasti Ye, malah jadi beban saat melarikan diri tadi, hampir membahayakan Kaisar. Pantas saja kau direndahkan! Ngapain juga merengek-rengek!” Putri Kelima langsung memotong pembicaraan Li Fei yang berusaha memanfaatkan nama harimau, lalu melanjutkan serangannya tanpa ampun.
Sebelum Li Fei sempat merajuk pada Kaisar, Sang Kaisar sudah bicara: “Li Fei, katakan saja apa adanya. Masalah ini sangat serius karena menyangkut rencana pembunuhan terhadap Kaisar. Marquis Cai sebelumnya pernah bertugas di Kementerian Hukuman, dia tidak akan menuduh orang baik secara tidak adil.”
Mendengar ini, Yelisha langsung tegang, namun berusaha mati-matian menyembunyikan kecemasannya.
“Awalnya aku terlalu takut, kemunculan beruang itu terlalu tiba-tiba, ini juga pertama kalinya aku melihat beruang sebesar itu. Lagi pula beruang itu datang dengan pengaruh besar, baru muncul langsung membunuh banyak orang. Tapi nanti aku tidak sengaja terjatuh, sepenuhnya karena ditarik kaki belakang oleh perempuan ini.”
Ia mengangkat tangan menunjuk, langsung mengarah ke Wen Mingyun yang sedang minum teh menonton drama.
Wen Mingyun masih agak linglung, Astaga, dia hanya ingin duduk di gunung menyaksikan harimau bertarung saja, sama sekali tak menyangka akhirnya ikut terseret juga.
“Tuduhan tidak adil! Saya melihat Nona Li Fei terus menjadi beban, berteriak-teriak tak henti sehingga membuat beruang itu semakin tak waras. Ia juga selalu nempel di dekat Baginda. Saya tahu kalau sesuatu terjadi pada Baginda, semua yang hadir di situ mungkin takkan selamat. Saya tak ingin mati. Jadi saya tarik Nona Li Fei ke depan, meminta Putri Kelima memimpin pengawal melindungi Baginda agar tidak jadi korban beban Li Fei. Lagipula saya ini orang sakit parah yang kapan saja bisa masuk peti mati. Menukar nyawa saya dengan keselamatan Baginda, matipun pantas.”
Wen Mingyun segera meletakkan cangkir teh, membuat ekspresi ngeri luar biasa. Setelah berteriak tuduhan tidak adil, ia mulai berbicara tanpa henti menggambarkan kondisi psikologisnya saat itu.
Tentu saja dalam deskripsinya ada yang terlalu berlebihan. Tidak hanya mencela Yelisha beberapa kali, tapi juga menonjolkan sikap tidak mementingkan diri sendiri.
“Tapi Li Fei Niangniang juga tidak tahu apa yang terjadi, malah lebih penakut dibanding wanita sakit-sakitan sepertiku. Terus-terusan menjerit, seolah khawatir beruang itu tidak menemukannya. Lagipula Li Fei Niangniang sangat tidak patuh, Baginda sudah memerintahkan kita lari berpencar dan jangan berkumpul agar perhatian beruang terpecah. Tapi Li Fei Niangniang malah berlari ke arah Baginda, bahkan hendak menyergapnya.”
“Aku berpikir, dalam situasi seperti itu, kalau dia sampai menjatuhkan Baginda ke tanah, bukankah itu akan jadi sasaran jadi? Lari pun tidak bisa. Pasti beruang itu sangat senang melihatnya. 'Ah, ada orang yang sengaja berbaring di tanah, ini seperti masakan yang sudah dimasak dan disuapkan ke mulut!' Saat melihat itu, langsung kusarungkan Li Fei Niangniang kembali. Tidak boleh dia merepotkan Baginda.” Wen Mingyun menirukan suara beruang dengan sengaja mempertebal suaranya, sangat mirip aslinya.
"Jangan bilang Yelisha sampai kepalanya mengeluarkan asap marah, bahkan Marquis Cai pun tidak bisa menahan kedutan di sudut mulutnya. Logika Nyonya Cheng ini benar-benar gesit, dalam situasi berbahaya seperti itu masih bisa mempertimbangkan sudut pandang beruang."
"Tapi Permaisuri Li Fei terlalu berat, langsung menabrakku sampai terjatuh. Kami berdua berguling beberapa kali di tanah. Aku juga ikut berguling, sama sekali tidak ada unsur kesengajaan merepotkan dia seperti yang dituduhkan Permaisuri Li. Semua ucapan ini bisa dibuktikan oleh pengawal-pengawal di sekitar." Wen Mingyun mengakhiri kalimatnya dengan memonyongkan bibir sedih, seolah-olah menyalahkan Yelisha yang terlalu berat sehingga akhirnya merepotkannya juga.
"Berani sekali kau berani mengatakan aku gendut?!" Yelisha menggertakkan giginya marah.
Wen Mingyun kaget mendengar teriakannya tiba-tiba. Saat bertatapan dengan tatapan tajamnya, ia mengkerutkan lehernya ketakutan, jelas-jelas menunjukkan ketakutannya pada Yelisha.
“Salah ucap. Bukan Nona Li Fei yang berat, tapi saya terlalu sakit-sakitan tak bertenaga, tidak bisa mentolerir benturan seperti itu, tidak stabil di tempat.” Wanita itu langsung mengganti sebutannya, sepenuhnya menampakkan sosok menantu kecil yang tertindas.
“Wen Mingyun, berhenti berpura-pura lemah! Kau sudah bocor sebelumnya! Saat anak tirimu hampir dipukul mati beruang, kau langsung mendorongku sampai hampir memuntahkan darah. Tenaga sebesar itu mana mungkin orang sakit? Kurasa kau bahkan bisa adu fisik dengan si beruang hitam itu! Marquis Cai, jangan dengarkan perkataan sepihaknya! Perempuan ini paling jago berakting pura-pura lemah!” Yelisha berteriak keras-keras.
Ia rela mengerahkan tenaga purba untuk merobek topeng palsu Wen Mingyun.
Tapi lukanya masih ada. Teriakan parau ini membuat luka di tubuhnya ikut sakit, langsung mengerang lemah lagi.
“Hah, Yelisha, kau yang sebenarnya jangan berpura-pura lagi! Teriakanmu tadi cukup untuk memanggil beruang lain, suara lantang begitu. Setelah berteriak baru sadar isiannya bocor, lalu pura-pura kesakitan lagi. Menurutmu siapa yang mau percaya? Marquis Cai, bukalah matamu lebar-lebar. Beberapa orang sejak kecil sudah mahir berbohong dan merampok, tak ada kejahatan yang tak dilakukan.” Putri Kelima mendengus dingin dengan nada sinis.
Setiap ucapannya ke arah Yelisha bernada mengejek, memaksimalkan gaya bicara sarkastik.
“Baginda, Permaisuri Li Fei hanya panik sesaat. Dia tidak berpura-pura. Semua hadirin melihat seberapa keras dia terjatuh tadi. Jika masih meragukan lukanya, tunggu tabib datang dan periksalah.” Ye Liyang segera bicara membantu adiknya yang terisolasi tanpa bantuan.
“Yang Mulia Pangeran, perkataan Anda sangat tepat. Baginda, hamba jatuh lebih parah dari Permaisuri Li. Saat tabib tiba, Setuju untuk diperiksa bersama.” Wen Mingyun langsung menyusul, tidak hanya menyetujui ucapan Ye Liyang tetapi juga menyatakan kesediaannya menjalani pemeriksaan.
Alis dan matanya menundukkan diri, menampilkan sosok yang tidak membahayakan manusia atau hewan. Namun sebenarnya sikap ini hampir bisa disebut sebagai memprovokasi.
Siapa bilang tidak ada yang terluka? Luka yang dideritanya pasti lebih parah dari Yelisha. Bahkan jika tidak terluka, dia akan berpura-pura terluka. Panggil tabib! Dia sama sekali tidak takut!
“Mengenai ucapan Nona bahwa wanita biasa ini mendorongnya dengan kekuatan super, kata-kata tersebut sungguh berpihak. Sesungguhnya saya hanyalah wanita lemah yang sakit-sakitan dan tak berdaya. Saat itu saya hampir tertekan oleh Nona Li Fei sampai tak bisa bernapas. Ketika seseorang hampir mati kehabisan nafas, naluri bertahan hidup pasti muncul, sehingga saya berusaha mendorongnya untuk sekadar menghirup udara. Semua ini bisa dibuktikan oleh para penjaga yang ada di sekitar, sama sekali tidak ada dusta.”
Dengan susah payah ia bangkit, lalu bersujud di lantai memberikan penghormatan besar kepada Baginda, penuh ketulusan hati.
“Kalian yang waktu itu berjaga di sebelah, katakan semua yang kalian lihat.” Baginda menunjuk beberapa orang, persis para pengawal yang saat itu hadir.
“Baginda，Nyonya Cheng memang tidak berbohong. Beliau benar-benar berusaha menyelamatkan Li Fei. Saat Li Fei berlari ke arah Baginda, Nyonya Cheng panik lalu menariknya kembali. Namun tenaga tarikannya terlalu kuat hingga keduanya terjatuh dan berguling beberapa kali. Masing-masing saling menjadi bantalan tubuh, jika ada luka seharusnya hampir sama parahnya. Adapun tindakan mendorong Li Fei setelahnya tidak menggunakan tenaga besar, Sang Permaisuri hanya menahan Nyonya Cheng hingga posisinya berubah berbaring di tanah.”
Beberapa pengawal saling memandang, akhirnya seorang pemimpin regu kecil yang berbicara.
“Benar, yang kami lihat juga demikian. Setelah berguling di tanah, Nyonya Cheng terus-menerus batuk hingga akhirnya mengeluarkan darah, tapi diam-diam beliau mengeringkannya.”
Seorang lagi menambahkan, melukiskan image Wen Mingyun yang tegar dan mulia secara sempurna. Dibandingkan dengannya, Yelisha tampak begitu hina.
Wen Mingyun setelah mendengar itu, mulai batuk tak henti-henti. Ia buru-buru mengeluarkan sapu tangan bordir dan menutupi mulutnya.
Sebenarnya ia khawatir tidak bisa menyembunyikan sudut mulut yang naik. Ternyata sebelumnya ia sengaja melebih-lebihkan cerita yang ternyata efektif. Klaimnya tentang mencegah Li Fei menjadi beban - "Jika Baginda mati, kita semua tak akan selamat" - langsung memicu resonansi kuat di antara para pelayan istana dan pengawal.
Jika Kaisar tewas, Putri Kelima dan Li Fei pasti tetap hidup damai. Meski Wen Mingyun hanyalah rakyat biasa, masalah ini tidak terkait dengannya. Ditambah perlindungan dari Putri Kelima, ia jelas takkan tersentuh.
Namun semua pelayan dan pengawal yang mendampingi saat itu pasti dihukum mati. Kematian Kaisar berarti kegagalan proteksi - sebagian besar akan dikuburkan hidup-hidup sebagai tumbal.
Jika ada beberapa orang dengan latar belakang keluarga yang membara, mungkin bisa menyelamatkan nyawa. Tapi di kemudian hari sama sekali tidak mungkin naik pangkat, bekerja sampai mati seumur hidup, bahkan tanpa prestasi hingga dipecat dan diselidiki, selamanya tidak bisa masuk ke karier politik.
Orang-orang ini sangat berterima kasih pada Wen Mingyun yang berani maju. Mereka tidak menganggapnya sedang mengganggu atau menghalangi Li Fei, sebaliknya justru menganggapnya sebagai penyelamat.
Para pengawal semuanya adalah tamu laki-laki, meski bisa bereaksi, sama sekali tak berani menyentuh Li Fei.
Adapun para Kasim, mereka bahkan lebih bersyukur.
Karena itu ketika diminta menjadi saksi, ucapan mereka tanpa sadar akan terbawa oleh perkataan Wen Mingyun. Dalam hati mereka sudah pilih kubu, Li Fei yang suka ikut campur jelas-jelas orang yang tidak disukai.
"Kalian ini omong kosong! Apa Putri Kelima yang menyuruh kalian berkata begitu? Kalian semua satu tim!" Yelisha berputar-putar karena panik.
“Dia berusaha keras ingin bangun pagi-pagi, dayang istana di sekitarnya juga mengejan menyangganya, tapi pinggang terasa seperti patah, tak berani sama sekali menggunakan tenaga, akhirnya menyerah dan kembali berbaring.”
“Para tabib membawa kotak obat mereka tiba, segera mulai memeriksa para tuan.”
“Hakim Jiang, kau periksa Li Fei dulu, lalu periksa denyut nadi Nyonya Cheng. Lihat mana yang lebih parah lukanya.” Baginda langsung memerintahkan.
“Di Rumah Sakit Istana, yang paling ahli pengobatan tradisional Tiongkok adalah Hakim Jiang, Kaisar secara alami paling mempercayainya.”
“Hakim Jiang sesuai perintah, memeriksa denyut nadi keduanya secara terpisah, lalu menyuruh tabib wanita mengajak mereka ke tempat rahasia untuk pemeriksaan menyeluruh, melihat ada luka luar atau tidak.”
“Baginda, hamba dan perawat wanita telah melakukan pemeriksaan terpisah. Keduanya mengalami jatuh yang cukup parah, tidak hanya memiliki luka eksternal yang akan menyebabkan memar dan rasa sakit menusuk kemudian, tapi juga kerusakan internal. Nyonya Cheng yang memang sejak awal kondisi tubuhnya lemah, lukanya lebih serius hingga melukai paru-paru dan jantung, dikhawatirkan akan muncul gejala batuk darah. Pengobatannya cukup rumit, memerlukan konsumsi obat oral dan aplikasi eksternal, serta pergantian resep obat setiap beberapa hari. Sedangkan Permaisuri Li Fei lukanya jauh lebih ringan, hanya perlu mengonsumsi masakan herbal bernutrisi dan beristirahat beberapa waktu.”
Hakim Jiang membungkukkan tangan memberikan penghormatan, lalu menyampaikan hasil pemeriksaan dengan seksama.
Begitu ucapannya berakhir, Li Fei langsung berseru tak sabar: "Apakah pemeriksaanmu keliru? Hamba tak percaya! Setelah terjatuh, Wen Mingyun benar-benar mendorong hamba dengan kekuatan luar biasa. Sikapnya sama sekali tidak seperti orang sakit. Baginda, percayalah pada kata-kata hamba!"
Baginda memencet alisnya, menunjukkan ekspresi jengkel yang jelas. Ia kemudian memerintahkan tabib lain untuk memeriksa, namun hasilnya tetap sama.
“Tapi Yelisha masih belum menyerah, bukan karena keras kepala, tapi karena saat itu dia benar-benar merasakan tenaga dorongan Wen Mingyun yang sepenuhnya kekuatan seperti banteng, sama sekali tidak mungkin berbohong.”
Dia lebih mempercayai penglihatan dan firasatnya sendiri, para tabib ini pasti tertipu oleh perempuan ini.
“Baginda, pengawal kerajaan terlambat datang, mohon Baginda menghukum kami.” Deputi Wakil Komandan mengajak dua orang bergegas ke sini.
Hari ini pengawal kerajaan punya urusan resmi, hanya menugaskan tiga orang mereka untuk mempercantik penampilan. Jumlah personel yang sedikit namun harus berburu—jika tidak mendapat peringkat, bukan hanya mereka yang malu, Baginda pasti juga akan menyalahkan.
Karena itu ketiganya memilih masuk lebih dalam ke hutan lebat, fokus berburu.
Saat menerima kabar Baginda bertemu beruang, mereka baru tahu saat sedang keluar dari hutan. Waktu sudah lama berlalu, mangsa pun tidak sempat diurus, langsung bergegas ke sini, tapi hampir semua sudah berakhir.
Baginda tentu mengerti kondisi mereka, segera melambaikan tangan menyuruh mereka bangkit.
“Baginda, pengawal kerajaan sedang ada urusan. Cao Bingzhou sebelumnya telah memohon maaf pada hamba. Tak perlu khawatir berlebihan, hal ini tidak ada hubungannya dengan kalian. Pergilah berkoordinasi dengan Marquis Cai untuk menyelidiki kasus ini.”
Kaisar menyerahkan pasukan pengawal kerajaan untuk digunakan Marquis Cai. Tanpa sungkan, Marquis Cai langsung memerintahkan ketiganya untuk memeriksa bangkai beruang tersebut.
“Beruang hitam ini seharusnya tidak muncul di hutan lebat. Pengurus hewan tidak melepaskan beruang keluar. Sekalipun ia tidak sengaja keluar sendiri, menghadapi begitu banyak panah, seharusnya tidak seagresif ini. Kepala Pelayan Xue mengatakan ia seperti gila. Hamba curiga ada yang sengaja memberinya obat. Tiga tuan adalah ahli di bidang ini, mohon bantuannya.”
“Marquis Cai terlalu bermurah hati. Pasti tidak akan mengecewakan kepercayaan ini.” Deputi Wakil Komandan segera membungkukkan tangan, langsung mengajak bawahannya mulai menyelidiki.
Lembaga Dali lebih ahli dalam penyelidikan kasus resmi dan hal-hal yang ditampilkan di permukaan. Tapi untuk urusan licik seperti pemberian obat rahasia ini, pengawal kerajaan memang lebih mumpuni.
“Marquis Cai, prediksi Tuan tepat. Beruang ini diberi Sanxian San secara paksa dalam jumlah besar, berada dalam kondisi menggebu dan tak waras. Jika diserang, akan melawan balik tanpa pandang bulu. Tapi ini mengorbankan umurnya - sekalipun tak ada yang menebasnya, binatang ini tetap tak akan bertahan lama.” Deputi Wakil Komandan menyuruh orang memotong perut beruang, lalu mengambil kepala beruang dan membuka mulutnya untuk pemeriksaan detail.
Akhirnya dia melaporkan hasil investigasi. Baginda Kaisar yang mendengar jelas semua ini, raut wajahnya semakin serius.
Sanxian San sudah lama dilarang resmi oleh Dinasti Ye. Saat pertama kali dibuat, konsumsi sedikit bisa menyegarkan pikiran dan membuat tubuh berenergi, sehingga dinamakan "ramuan dewa" seolah berkah para dewa.
Tapi setelah konsumsi berlebihan, racun menumpuk - sebagian besar pengguna akhirnya mati. Ternyata efek penyegar itu semua mengorbankan usia. Rakyat kemudian bercanda: "Setelah menelannya, dewa pun tak bisa menyelamatkanmu."
“Beruang secara alami tidak mungkin menemukan sendiri serbuk dewa untuk dimakan, melainkan ada yang sengaja memberinya makan, kemudian mengarahkannya ke dekat Rombongan Suci. Ini jelas merupakan upaya pembunuhan.”
Sejak mendengar tiga kata "serbuk dewa", Yelisha tak berani bersuara lagi. Ia tahu hal ini bukan main-main.
Apalagi situasi saat ini tidak menguntungkan mereka. Semakin banyak bicara, semakin besar risiko melakukan kesalahan. Lebih baik ia tutup mulut.
Sayangnya keinginannya untuk tak terlibat ditolak Marquis Cai yang langsung menunjuk dan mempertanyakan.
“Permaisuri Li, dalam menangani kasus kami mengutamakan bukti. Saat ini saksi dan barang bukti semuanya menunjukkan bahwa pernyataan Yang Mulia palsu. Dengan segala hormat, hamba berani bertanya sekali lagi: Apakah ini rencana Wei Utara? Apakah Yang Mulia sengaja mengulur waktu agar Wei Utara sempat membunuh beruang, sementara Yang Mulia bisa bergegas menyelamatkan Baginda dengan mengorbankan diri? Dengan cara ini, Yang Mulia memancing rasa haru Baginda akan ketulusan hati, sekaligus membuat Wei Utara sukses menyelamatkan Kaisar. Di sisi lain, ini juga mempermalukan ketidakmampuan ratusan pejabat dan pengawal Dinasti Daye. Benar-benar strategi satu panah tiga mangsa!”
"Keluarga bangsawan dan ratusan pejabat bekerja sama merencanakan skenario ini, awalnya memang bertujuan membunuh Li Fei. Kini Li Fei belum mati, tetapi orang Wei Utara yang serakah tak puas, jelas-jelas mengetahui rencana keluarga bangsawan namun tidak membongkar kebohongan, malah memanfaatkan rencana mereka sendiri untuk mendapatkan keuntungan."
"Marquis Cai pun tidak sungkan. Kini setiap kasus sangat merugikan orang Wei Utara, dia secara alamiah memanfaatkan momentum untuk membebankan semua kesalahan ke pundak Wei Utara, termasuk beruang yang dipaksa diberi obat ini."
"Kau mengada-ada! Bagaimana ini bisa terkait dengan kami? Omonganmu tentang 'satu panah tiga elang' itu, Wei Utara sama sekali tidak mendapat keuntungan! Aku gagal menyelamatkan Kaisar, pembunuh beruang pun orang lain. Tentang keterlambatan ratusan pejabatmu menyelamatkan Kaisar, itu sama sekali bukan urusan kami!" Yelisha langsung panik. Dia buru-buru menjelaskan, namun karena tergesa-gesa, gagal memperbaiki posisinya sendiri.
Ucapannya ini jelas masih menggunakan identitas Putri Wei Utara, padahal sekarang statusnya adalah Selir Tercinta Kaisar Dinasti Daye. Apapun yang ada dalam hatinya, secara lisan tidak boleh diucapkan.
Seperti diduga, wajah Kaisar semakin muram mendengar perkataannya. Beliau memandanginya dengan sorot mata tajam, jelas-jelas mencatat kesalahan ini dalam hati.
"Marquis Cai, jangan kau memfitnah! Ini adalah wilayah ibukota Dinasti Daye, arena berburu kerajaan. Bagaimana mungkin kami dari Wei Utara bisa menyelundupkan beruang, memberinya Sanctuary Powder, lalu mengantarkannya diam-diam ke dekat Kaisar? Yang mampu melakukan ini pasti orang berpengaruh seluas langit di Dinastimu. Kurasa kaulah pencuri yang teriak maling! Kelompok bangsawan dan pejabat ibukota di belakangmu ini, jika bersatu energinya begitu dahsyat - hal apa yang tidak bisa mereka wujudkan?"
Ye Liyang segera menerima pembicaraan. Dibandingkan Yelisha, dia jauh lebih terstruktur. Dia mengerti bahwa pembelaan membabi-buta sama sekali tidak berguna. Kini beberapa bukti yang mengarah semuanya merugikan Wei Utara. Saat ini harus mencari cara untuk menjelekkan pihak lain.
Kekuatan di belakang Marquis Cai adalah pilihan terbaik. Kelompok ini mewakili pengaruh yang sangat besar. Kaisar Dinasti Ye paling takut pada pejabat berpengaruh yang prestasinya melampaui atasan. Cheng Zongran dulu begitu, Wu Ming sekarang juga demikian.
Kekuatan yang diwakili Marquis Cai jauh lebih besar dibanding Cheng Zongran dan Wu Ming. Dia tidak percaya Kaisar Ye tidak akan takut.
