Naluri Mencari Harta
Ketukan pintu menggema di ruangan sunyi. Hei Wuchang bermuka kuda dengan mata sipit melirik bawahannya.
Shao Fu Hen Run (wanita paruh baya beraura seksi yang segar) mendekati pintu dengan hati-hati, berbisik: "Siapa?"
Suara berat yang familiar terdengar: "Aku!"
Raut wajah Shao Fu Hen Run berseri, buru-buru membuka pintu.
Dia punya hubungan baik dengan Tian Dao Bu Gong. Dalam kelompok kecil Hei Wuchang, hobi orang-orang seperti Hengxingwuji sudah terasimilasi oleh sang bos, perlahan kehilangan minat pada wanita normal.
"Hanya Tian Dao Bu Gong dan Nyonya Segar yang masih memiliki ketertarikan seksual kuat pada lawan jenis berkaki dua, sementara menghindari binatang betina."
Di kegelapan luar pintu, Tian Dao Bu Gong berdiam diri, matanya menyapu dingin Hei Wuchang dan Nyonya Segar, seolah memverifikasi sesuatu.
Melihat raut wajah dingin dan tatapan asing sang rekan, hati Nyonya Segar mendadak ciut. Kemudian ia melihat "Tian Dao Bu Gong" mengeluarkan patung tanah liat sebesar telapak tangan dari sakunya.
Patung itu menggambarkan raksasa bertelanjang dada yang sedang memikul gunung besar dengan susah payah.
Di bawah tatapan terkejut Hei Wuchang dan Nyonya Segar, Tian Dao Bu Gong melemparkan patung itu ke dalam kantor.
Dung!
Patung menghantam lantai dengan dentuman berat.
Seketika, Hei Wuchang dan Nyonya Segar terkunci di tempat. Tubuh mereka bergetar, bahu seolah menggendong gunung besar, tak bisa bergerak.
Tian Dao Bu Gong di luar pintu mencabut pistol dari pinggangnya, mengarahkannya ke kepala Nyonya Segar, lalu dengan tenang menarik pelatuk.
"Braak... braak... braak..."
Peluru menembus tengkorak, merontokkan tempurung kepala. Darah dan jaringan otak menyembur.
Saat itu, tubuh Nyonya Segar baru separuh tertutup lapisan tanduk keras ketika nyawanya direnggut.
Tian Dao Bu Gong di ambang pintu mengalihkan laras senjata ke Hei Wuchang di sudur terdalam. Braak... braak... Sisa peluru dihujamkan ke tubuh Hei Wuchang.
“Tapi sulit melukai Saint ini sedikitpun, bahkan tanpa mengubah racun, hanya mengandalkan kekuatan fisik, Gu Sorcerer bisa dengan mudah menahan peluru.”
“Melihat peluru tidak efektif, Tian Dao Bu Gong yang berdiri di pintu langsung terjatuh kaku. Dari kegelapan di luar pintu, siluet putih perlahan mendekat.”
Hei Wuchang memandang bayangan putih yang semakin mendekat, berkata:
“Holy Grail ada di inventory-ku. Bunuh aku, itu akan direklamasi Lingjing.”
Fu Qingyang meraih udara, pedang perunggu delapan sisi muncul di tangannya, berkata datar: “Sama saja.”
Kembali ke Lingjing berarti dalam waktu lama di masa depan, tidak akan ada Gu Sorcerer yang mendapatkan artefak bertipe aturan ini.
Hei Wuchang mendengus dingin, berseru keras: “Dengar itu? Aliansi Lima Unsur ingin Holy Grail kembali ke Lingjing.”
……
Di toko serba ada, Zhang Yuanqing menghabiskan mi instan lalu memesan oden. Ia bersandar di konter, bercanda dengan ibu-ibu profesional penjaga toko.
“Oh, putra Ibu di fakultas bisnis ya? Fakultas bisnis bagus, banyak bu yang cantik. Pasti pacarnya tampan sekali ya?” Zhang Yuanqing berkata penuh kekaguman.
“Ah, biasa-biasa saja,” ibu itu menghela napas, merasa pemuda ini pandai bicara. “Anak muda, kamu kuliah di mana?”
Zhang Yuanqing dengan wajah penuh penyesalan berkata: “Saya tidak kuliah. Lulus SMA langsung kerja. Jadi saya anggap orang yang kuliah itu elit. Dulu mimpi saya masuk Universitas Songhai.”
“Universitas Songhai ya, itu sekolah yang sangat luar biasa.” Ibu-ibu profesional itu berkata sambil menghibur: “Sekarang gelar sarjana sudah tidak berharga lagi, ijazah juga tidak begitu dihargai. Setelah masuk masyarakat, tetap harus mengandalkan usaha sendiri.”
Entah mengapa, meskipun putranya hanya mahasiswa biasa, tiba-tiba muncul perasaan bangga dalam hatinya, suasana hatinya pun menjadi lebih riang.
“Iya iya, Ibu benar. Ibu sudah berpengalaman.” Zhang Yuanqing mengangguk-angguk terus, lalu berkata: “Bolehkah Ibu menambahkan semangkuk sup untukku?”
Ibu-ibu itu pun memberinya semangkuk tambahan.
“Terima kasih. Masakan Ibu sangat enak. Bolehkah Ibu memberiku seikat rumput laut?”
Ibu-ibu itu ragu sejenak, lalu memberinya seikat.
Zhang Yuanqing menyeruput sup pedas hangat sambil mengobrol ngalor-ngidul dengan si ibu-ibu. Tiba-tiba, perasaan berdebar-debar hebat menyergapnya.
Pertarungan dimulai!
Hei Wuchang ternyata bersembunyi di SD Negeri Ketiga Songhai... Zhang Yuanqing tetap tenang di luar sambil diam-diam memanggil si orang lucu dan konyol, menyuruhnya mengintai pertarungan.
Dia berencana mengamati pertarungan melalui perspektif pelayan arwah. Situasi di luar pengawasan ini terlalu mengerikan. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, memahami situasi secepatnya akan membantunya menyusun strategi.
Selain itu, dia sangat ingin menyaksikan pertarungan antar Spirit Realm Walker level tinggi.
Orang lucu dan konyol itu merangkak di lantai, mengangkat kepala. Matanya yang besar berwarna hitam mengkilap langsung tertarik pada camilan dan minuman di rak pajangan, penuh kerinduan.
Kamu kan tidak bisa makan, cepat pergi bekerja! Zhang Yuanqing memberikan perintah padanya.
"Nanti aku akan membeli camilan dan memakannya di depanmu, biar kamu bisa melihat dan merasa puas..." tambahnya dalam hati.
Si orang lucu dan konyol itu dengan berat hati merayap keluar dari minimarket, menghilang dalam kegelapan malam.
……
Bersamaan dengan teriakan Hei Wuchang, semburan api merah melesat dari kejauhan dan meledak di samping Fu Qingyang.
Bagai kembang api yang meletus, kampus yang sepi tiba-tiba terang benderang.
Di antara percikan api yang berhamburan, sosok tinggi besar muncul. Alih-alih menyerang Tuan muda dari keluarga Fu yang dijuluki tak terkalahkan di bawah level Dominator, ia mengulurkan tangan dan mengepal keras.
Percikan api di udara mengkristal menjadi anak panah berapi, ujungnya mengarah ke bawah menghadap Fu Qingyang.
Melawan Pengintai kelas Saint puncak, pertarungan jarak dekat bukan pilihan bijak, sekalipun ia adalah fire master.
"Kamu petugas cabang mana dari Aliansi Lima Unsur? Atau fire master yang diam-diam dilatih Mawar Malam?"
Fu Qingyang bersandar pada pedangnya, wajah tetap tenang meski terjebak dalam bahaya.
Pria bermasker itu bersuara serak dan tak jelas: "Tak perlu kamu tahu."
Kepalan tangan kanannya diayunkan ke bawah, hujan anak panah api menyambar ganas.
Fu Qingyang berjalan santun di tengah "hujan panah", menghindar dengan memiringkan badan, melangkah, atau mundur. Pedang perunggu delapan sisinya meliuk membentuk bayangan-bayangan, menghancurkan panah api menjadi percikan menyilaukan.
Ia bagai komputer dengan kemampuan kalkulasi super, memprediksi lintasan setiap anak panah yang jatuh.
"Pada saat ini, Hei Wuchang menyambar kesempatan, langkah demi langkah dengan gemetar, keluar dari kantor."
Fire Master Mawar Malam telah membelikannya waktu berharga.
"Aku lengah, tak menyangka kalian diam-diam sudah mengontrol 'Ketidakadilan Langit'." Hei Wuchang mendengus dingin, perutnya mengembung seperti bola, perlahan naik ke atas dan tersangkut di tenggorokan.
"Euak~" Hei Wuchang mulai muntah kering hebat, mengeluarkan seekor kodok sebesar bola sepak.
"Kotekok..." Kodok itu mengembungkan perut, mengeluarkan suara keras. Kemudian membuka mulut lebar yang mengerikan, menyemburkan kabut ungu pekat.
Kabut ungu ini seperti asap tebal menyebar di atas kampus, berkumpul membentuk "lapisan awan rendah". Vegetasi di dalam kampus segera layu, kehilangan kehidupan.
Fu Qingyang mengerutkan kening. Seorang Pengintai tidak memiliki ketahanan terhadap racun, sementara gas beracun tidak bisa dihindari hanya dengan mengelak.
Tiba-tiba kabut ungu yang menyelimuti kampus mulai "mengalir" ke sudut tertentu, seperti air yang dibuang melalui saluran pembuangan, menghilang dengan cepat.
Raut wajah Hei Wuchang berubah. Ia menoleh ke arah "saluran pembuangan", melihat sosok makhluk daging manusia setinggi tiga meter sedang membuka mulut lebar, rakus menelan kabut ungu.
Racun yang bahkan ditakuti Saint ini sama sekali tidak berpengaruh padanya.
"Raja Racun Serangga?!"
Suara Hei Wuchang menjadi melengking: "Bagaimana mungkin kau di sini... Fu Qingyang, kau berani berhubungan gelap dengan Raja Racun Serangga! Bagus, sungguh pantas disebut Putra Mahkota Keluarga Fu, petugas Aliansi Lima Unsur yang hebat!"
Sang Fire Master menyeringai sinis: "Fu, kita setali tiga uang. Mawar Malam setidaknya masih di kubu tatanan, batas bawahmu lebih rendah dariku."
……Fu Qingyang tak sudi menjelaskan, memilih diam.
Raja Racun Serangga tertawa terbahak: "Kau benar, Fu Qingyang! Terima kasih untuk intelmu, akan kubalas budi ini!"
Di tengah tawa gila itu, tubuh Raja Racun Serangga menggelembung bak balon darah. Seketika, kabut jarum-jarum halus menyembur dari pori-porinya.
Alih-alih menyelimuti kampus, kabut darah itu membentuk raksasa setinggi lima meter dengan wajah samar.
Sebagai Gu Sorcerer Tingkat Dominator, Raja Racun Serangga bisa meracuni seluruh distrik Songhai jika mau. Tapi bagi ahli sejati, presisi dalam mengendalikan kabut adalah seni sebenarnya.
Dalam hal ini, Hei Wuchang yang masih Tingkat Sage tak ada bandingannya.
Raksasa kabut darah melangkah ringan mendekati Hei Wuchang.
Tiba-tiba, pilar cahaya keemasan menerobos kegelapan malam, menghujam tepat ke tubuh Raja Racun Serangga.
"Berdesis~"
Kabut darah menguap dalam sinar suci. Raja Racun Serangga menjerit kesakitan.
Kekuatan Dewa Matahari!
Saat pilar cahaya muncul, sosok bertopeng hitam di atap gedung kuliah itu terpapar.
Jubah hitamnya berkibar, mata dinginnya menyapu semua orang di bawah.
"Dalam angin malam, sehelai benang merah tipis merayap seperti tentakel. Tiba-tiba, ribuan benang merah meledak bagai sinar radioaktif yang padat, menjerat tubuh Sang Pelindung."
Sumber benang merah itu adalah seorang wanita berbaju panjang bergaya Dinasti Song bermasker perak. Ia melayang anggun di udara dengan rok berkibar-kibar.
Sang Pelindung tiba-tiba menghilang, lalu muncul kembali di udara. Di pergelangan kakinya terlilit benang merah setipis rambut sapi yang menariknya keluar dari [Night Roaming].
"Hmph!"
Suara dengusan keluar dari hidung Sang Pelindung.
Seketika benang merah itu menyala dengan api emas yang mudah memutuskannya.
Tiba-tiba terdengar suara mendesah di langit malam: "Hari ini benar-benar semua 'hantu sapi dan ular dewa' bermunculan..."
Begitu suara itu berakhir, vegetasi mati di halaman sekolah tiba-tiba hidup kembali. Rumput hijau bermekaran, tunas pohon menembus beton dan dalam hitungan detik menjadi raksasa.
Sekolah dasar itu seketika berubah menjadi hutan lebat penuh kehidupan.
Tak hanya itu, bayangan-bayangan binatang turun dari langit: kawanan monyet, beruang cokelat setinggi dua meter, gajah raksasa seputih permata, harimau loreng penyendiri...
Mata semua binatang itu kosong dan dingin, memandang tajam makhluk-makhluk di lapangan.
Di pagar besi luar sekolah, arwah bayi yang montok dan menggemaskan merayap di celah pagar, gemetaran sambil mengintip ke dalam.
Di dalam tubuh pelayan arwah terdapat kesadaran Zhang Yuanqing.
Saat ini, hanya ada satu pikiran di benaknya: saya tidak mengerti tapi sangat terkesima.
Bukan hanya kekuatan penghancur dunia yang menentukan seorang petarung sejati. Beberapa Spirit Realm Walker tingkat tinggi di sekolah ini, aura yang mereka pancarkan dan skill yang digunakan, membuat Zhang Yuanqing gemetar dari lubuk hati.
Terutama ketika hutan turun dan hewan-hewan muncul, Zhang Yuanqing dengan tajam menyadari sekolah dasar ini terkunci.
Tirai cahaya kehijauan menyelimutinya.
"Elder dari Baihua Hui ternyata levelnya lebih tinggi dari perkiraanku. Ini bagus, tapi sekaligus buruk..."
Bagus karena Hei Wuchang dan anggota Mawar Malam akan sulit kabur untuk sementara waktu.
Buruknya, jika pihak resmi menguasai kendali, meski Ketua Zhi Sha Gong mendapatkan daftar nama, dia harus berkompromi. Semoga dia cukup cerdik untuk menghancurkannya.
Tiba-tiba, Zhang Yuanqing merasakan si orang lucu dan konyol menjauh dari pagar dan merangkak ke persimpangan empat jalan di luar sekolah.
Ini bukan kendali Zhang Yuanqing maupun keinginan si kecil, lebih seperti insting...
Setelah terkejut sejenak, Zhang Yuanqing segera paham. Di momen genting ini, insting pencari harta karun si kecil aktif.
Arwah bayi ini masih kecil, bahkan kemampuan bertukar baru dikuasai, skill pencari harta di level lebih tinggi belum bisa dikendalikan.
"Sepertinya ada harta berharga di sekitar sini, yang menarik perhatiannya dan memicu naluri pencarian harta karunnya."
……
