Serangan
"Video tidak senonoh yang disebutkan wanita ini seharusnya cukup menjadi bukti. Tujuan selanjutnya sederhana: tangkap hidup-hidup Tuan Wu, temukan video atau buku catatan itu... Ngomong-ngomong, Tuan Wu yang hanya orang biasa berani mengancam Spirit Realm Walker dengan video?"
"Mungkin juga hanya merekam pejabat biasa, tidak menyimpan milik Spirit Realm Walker. Untuk menjerat Chi Yue'an, para wanita di gedung ini adalah saksi."
"Tuan Wu ini benar-benar tak kenal hukum! Memperlakukan orang seperti budak, ternak, mencari keuntungan, kolusi pejabat-preman, membunuh dan membakar..."
Meski sudah mempersiapkan mental, setelah mendengar penuturan Cao Jing, Zhang Yuanqing tidak bisa menahan kemarahan dan sorot mata membunuh di hatinya.
Hanya ingin menghancurkan semua binatang di gedung itu dengan cara manusiawi.
Target berikutnya sudah dipilih: Kapten satpam Lai Wan.
Menurut Cao Jing, Lai Wan adalah salah satu tangan kanan Tuan Wu yang bertugas menjaga "ketertiban" di Paviliun Burung Tembaga. Para wanita di sini sangat takut padanya karena hampir semua pernah dipukulinya.
Bagi yang melawan seperti Cao Jing, Tuan Wu menyuruh Lai Wan memperkosanya dan melatihnya. Sungguh bajingan yang pantas mati.
"Aku punya 138 nilai moral, cukup untuk membunuh delapan orang. Nilai moral yang dikumpulkan dua bulan ini, kalau tidak dipakai sekarang kapan lagi?"
Zhang Yuanqing keluar dari tubuh pria paruh baya, membungkus Liu Ren, lalu meninggalkan ruangan.
……
Lantai satu, ruang satpam.
Kapten satpam Lai Wan bersandar nyaman di kursi kerjanya, di depannya beberapa kotak makanan laut bumbu, di samping kaki sekarung bir kaleng.
Di usia yang masih sangat muda, Lai Wan sudah mengikuti Tuan Wu di dunia hitam. Dia jago berkelahi, tak ragu mengayunkan parang semangka untuk menebas orang.
Awal abad ini, demi memperebutkan wilayah dan wanita untuk Tuan Wu, dia pernah membunuh dua orang. Tuan Wu mengeluarkan usaha besar untuk membereskan kasusnya. Alih-alih marah, Tuan Wu malah semakin mengagumi Lai Wan.
Setelah Tuan Wu mulai "memutihkan" bisnisnya, Lai Wan ditempatkan sebagai kapten keamanan di Gedung Queque. Rekan-rekan lamanya dari masa lalu hampir semua berkumpul di sini.
Lai Wan sangat menikmati kondisi sekarang: gaji besar, pekerjaan ringan. Setiap hari dia bernostalgia dengan anak buah lama, bergosip, main dengan perempuan – hidup penuh kebahagiaan.
Benar, di Gedung Queque, kecuali beberapa gadis papan atas yang sangat cantik, semua perempuan bisa dia mainkan sesuka hati.
Perempuan-perempuan itu adalah "budak" peliharaan Tuan Wu. Awalnya tak ada yang patuh. Cara Tuan Wu menjinakkan mereka sederhana: dipukuli dengan kejam, diperkosa, disiksa beberapa waktu – langsung jadi penurut.
Yang bertugas melakukan semua ini adalah Lai Wan.
"Byur-byur..." Lai Wan meludahkan tulang sayap ayam, bergumam: "Tuan Wu semakin tua jadi semakin penakut. Masalah kecil saja sudah heboh."
Pacar gelapnya malam ini tidak ada tamu. Seharusnya mereka janji bermalam bersama. Tapi tiba-tiba siang tadi Tuan Wu memanggil semua staf keamanan, memerintahkan patroli diperketat.
Personel ditingkatkan dari biasanya 6 orang menjadi 12 orang. Dua orang per grup, jaga bergiliran 24 jam.
Sebagai kapten, Lai Wan juga harus begadang lembur.
Saat itu, seorang pria berbadan kekar mengenakan seragam satpam masuk.
Lai Wan menoleh sekilas, terus minum arak, berkata:
"Lao Yang, ada urusan. Gantikan jaga selama setengah jam... tidak, satu jam. Aku mau cari Qu Xiu main."
Sudah beberapa hari dia tidak menyentuh wanita. Setelah minum, gejolak nafsu itu semakin tak terbendung.
Lao Yang mendekat, berhenti di samping Lai Wan, memandang dingin dari atas.
"Hmm?" Lai Wan menelan cairan pahit di kerongkongan, hidungnya mengeluarkan suara dengusan.
Tiba-tiba, dia melihat Lao Yang mengeluarkan pisau Liu Ren berkilau dari belakang dan menyambar lehernya. Alkohol membuat sarafnya tumpul, reaksinya terlambat. Saat ototnya menegang untuk melawan, semburan darah deras menyembur dari arteri leher.
Lao Yang menutup mulut Lai Wan, lalu menikam dada beberapa kali hingga korban tak lagi bergerak dan tubuhnya lemas sepenuhnya.
Bersamaan itu, Zhang Yuanqing mendengar pengumuman sistem tentang pengurangan 10 nilai moral.
Dia tidak terkejut. Membunuh memang otomatis mengurangi nilai moral, tak peduli baik atau jahat targetnya.
Tapi berbuat baik seharusnya memberi bonus nilai moral. Secara logika, membunuh penjahat seperti Lai Wan adalah perbuatan baik.
Namun bonus nilai moral tak kunjung datang.
Seharusnya Lingjing tidak punya bug primitif seperti ini. Jika dilihat dalam skala lebih besar, memang ini perbuatan baik tapi masih tahap awal. Tunggu sampai kasus ini tuntas, baru lihat apakah ada bonus nilai moral...
Zhang Yuanqing tidak berpikir panjang lagi, kegelapan di matanya bergelora, membangunkan tubuh spiritual yang tersisa dalam mayat, membuka mulut lalu menghirup dan menelannya ke dalam perut.
Memori asing membanjiri laut kesadaran, bagai aliran kecil yang menyatu dengan samudera, dampak yang ditimbulkan hanya riak kecil yang beriak.
Satu per satu gambaran muncul, ada yang berurutan, ada yang melompat-lompat, berkedip seperti lentera putar.
Ia melihat Lai Wan pertama kali membunuh seseorang, gemetar memegang pisau buah; melihat Lai Wan masuk ke salon, menghabiskan 50 yuan untuk mengakhiri masa anak laki-laki; melihat Lai Wan mengayunkan tongkat pendek, mencambuk wanita berulang kali hingga menjerit kesakitan, memegangi bagian yang sakit sambil gemetar; melihatnya membawa tiga anak buah menekan wanita yang menangis di ranjang, beberapa pria tersenyum mengerikan sambil memuaskan nafsu binatang, berteriak: "Tidak mau melayani tamu? Laozi akan menyuruh orang mainkanmu berkali-kali sampai terbiasa."
Melihat sosok Wu Ye setinggi sekitar 1,8 meter, berjanggut lebat, dengan tahi lalat di pipi kanan, memberi perintah dengan suara berat:
"Beberapa hari ini harus siaga, mungkin akan ada yang datang ribut."
"Ribut? Siapa yang berani ribut?"
"Kalian tidak perlu urus itu."
Gambaran berganti, Zhang Yuanqing melihat Wu Ye dengan sopan dan rendah hati menyambut tiga tamu penting masuk ke kasino.
Kapten keamanan menemani, dialog kedua pihak:
"Beberapa hari ini merepotkan kalian. Semua konsumsi di kasino akan ditanggung Wu. Gadis-gadis di sini bisa dipilih, yang mana disuka, Wu akan suruh temani kalian."
“Tenang saja, kalau ada yang berani datang, kami akan menyelesaikannya. Kami semua bekerja untuk Tuan Chi, tidak perlu sungkan.”
Zhang Yuanqing keluar dari kondisi Soul Devour, menarik napas dalam-dalam menahan amarah yang bergolak. Dari fragmen ingatan terakhir, dia menyaring satu informasi kunci:
Semua bekerja untuk Tuan Chi?
Ungkapan ini mengandung dua makna: Mereka dikirim Chi Yue'an untuk melindungi Tuan Wu; Pelindung di balik Tuan Wu adalah Chi Yue'an sendiri.
“Chi Yue'an adalah pelindung Tuan Wu, makanya gedung Tongque bisa bertahun-tahun berdiri di bayang-bayang ketertiban Songhai. Chi Yue'an memanfaatkan Tuan Wu untuk mengeruk kekayaan dan memuaskan fetish seksualnya yang aneh...”
Jadi yang bertindak setelah Kou Yusi kabur pasti Chi Yue'an.
Urat-urat di dahi Zhang Yuanqing mulai menonjol satu persatu lagi.
Profesi Tertib tak menjamin kebaikan. Dia sudah paham, tapi tetap sulit menahan gejolak di hati.
“Chi Yue'an memang waspada, mengirim Spirit Realm Walker untuk menjaga Tuan Wu. Tiga Spirit Realm Walker dengan level tidak diketahui, tapi mungkin masih di level Transcendent. Saint level kecil kemungkinan. Chi Yue'an pernah bertarung dengan Kou Beiyue jadi tahu kekuatannya. Dari tiga ini, mungkin dua Level 3 atau satu Level 3 dengan artefak kuat di antara mereka. Hanya begitu bisa menghadapi serangan Iblis Peracun level 3.”
Dengan kekuatan saya dan Kou Beiyue, seharusnya cukup untuk menghadapi mereka. Tak perlu minta bantuan Guan Ya dan Kepala Regu... Tapi untuk antisipasi, tetap harus beri tahu mereka datang, jaga-jaga kalau ada sesuatu yang tidak diinginkan...
Tubuh spiritual Zhang Yuanqing melayang keluar dari tubuh satpam, membiarkannya terjatuh tak sadarkan diri.
Dia melayang keluar dari Paviliun Burung Tembaga dan dengan cepat kembali ke tempat jasadnya berada.
Di bawah tanaman hijau, Zhang Yuanqing membuka matanya.
Kou Beiyue yang berjaga di samping segera menoleh, melihatnya "sadar", buru-buru bertanya:
"Bagaimana situasi di dalam? Bisa bertindak sekarang? Sudah bertemu Tuan Wu?"
"Bisa bertindak!" Zhang Yuanqing bangkit sambil diam-diam menarik kembali orang lucu dan konyol kecil, berkata: "Sekarang, segera bergerak."
Kou Beiyue menjilat bibirnya dengan penuh semangat.
……
Lampu terang membanjiri aula rumah dua lantai.
Bangunan dua lantai ini adalah kasino milik Tuan Wu. Selain pilar penyangga, semua dinding dirobohkan untuk menciptakan ruang luas yang bisa menampung 200 orang.
Aula megah berkilauan emas dipenuhi berbagai mesin judi - kebanyakan tak pernah dilihat orang biasa, meski ada juga yang familiar seperti meja mahjong dan kartu.
Para tamu tersebar di berbagai area, ada yang bermain mesin judi, ada yang main mahjong, ada yang bermain Texas Hold'em dengan bandar seksi yang membagikan kartu.
Wanita-wanita setengah telanjang mendampingi tamu masing-masing, menyajikan arak dan minuman. Mereka masih muda dengan riasan tebal, terlihat mati rasa atau berpura-pura merayu.
Tapi para tamu tak menghormati mereka, diperlakukan semena-mena. Jika kalah, para wanita diseret ke sudut sepi untuk disiksa.
Di dekat jendela, Tuan Wu setinggi 180 cm mengisap rokok sambil melirik kartunya. Ia menggeleng kecewa dan membuang kartunya.
“Malam ini, dia sudah kalah hampir satu juta, tapi tidak masalah. Permainan kartu ini sendiri memang untuk memberikan uang.”
Tuan Wu melihat ke pria botak di sebelah kirinya, tersenyum: “Direktur Dao, hari ini hoki sekali. Sayang kalau tidak main sampai pagi.”
Direktur Dao nama aslinya Tujuh Pisau, umur sekitar empat puluh tahun, botak, tinggi 1,6 meter, memakai kaos oblong putih. Otot kekar dan postur tubuh pendek membuatnya terlihat seperti balok besi.
Orang ini suka berjudi, serakah akan uang, tidak dekat dengan perempuan. Tumpukan chip di depannya setinggi gunung, sejak duduk belum pernah kalah.
Tujuh Pisau mengusap kepala botaknya yang memantulkan cahaya, terkekah: “Kalau gitu jangan kabur. Hari ini Laozi akan membuatmu kalah sampai jual celana dalam!”
Tuan Wu mengusap tahi lalat di pipinya, menggeleng: “Salah hitung, salah hitung. Hari ini seharusnya tidak bertaruh denganmu.”
Dia lalu menoleh ke pemuda berwajah kuda di sebelah pria botak itu, meledek:
“Adik Qing Song, kasihanilah mulut gadis itu. Meski mulutnya tidak capek, jongkok terus juga pasti kesemutan. Begini, ganti yang lain ya?”
Pemuda berwajah kuda itu melirik kartu dengan acuh, mendengar ini matanya langsung berbinar melihat wanita di sebelah Tuan Wu:
“Aku mau dia.”
Gadis berusia awal dua puluhan yang baru ditipu ke Menara Burung Tembaga ini mengatupkan bibir, tetap duduk diam.
Tuan Wu meliriknya dengan tatapan dingin.
Gadis muda itu gemetar hebat, kilau ketakutan melintas di matanya. Ia buru-buru berdiri, berjalan ke pemuda berwajah panjang mirip kuda, lalu merunduk masuk ke bawah meja. Di sisi lain pria itu, seorang wanita memegangi mulutnya merayap keluar, terhuyung-huyung menuju toilet.
Pemuda berwajah kuda itu bernama Qing Song. Ia pencinta wanita, memiliki energi tak habis-habis setiap hari. Satu dua perempuan tak mampu memuaskannya.
Tuan Wu memberinya kartu akses yang bisa membuka pintu kamar wanita mana pun di gedung ini.
Pria ketiga adalah pemuda berambut dicat kuning dengan jaket kulit mengilap. Parasnya tampan, riasan smokey eye menambah kesan feminin. Dengan kostum panggung seperti ini, orang awam mungkin mengira dia penyanyi.
Namanya Shen Le. Narkoba, judi, dan prostitusi semua dijalaninya. Untuk memuaskannya, Tuan Wu cukup memberinya uang, wanita, dan beberapa bungkus "daging besar".
Ketiganya adalah pengawal berkemampuan supernatural yang diatur oleh penyokong belakang bernama Chi Yue'an. Tuan Wu tak tahu musuh apa yang dihadapi Chi Yue'an, tetapi dengan dikirimnya tiga penjaga sekaliber ini, jelas lawannya sangat kuat.
Karena itu sejak kemarin, dia menghentikan semua pekerjaan dan mengurung diri di Menara Hongque menanti kabar.
Tuan Wu tak takut tekanan resmi. Jaringan penyokong dan klien Menara Hongque cukup untuk mengatasi sanksi hukum.
Yang ditakutkannya justru musuh berkemampuan supernatural seperti ini. Terutama setelah Chi Yue'an memberitahu bahwa musuh tersebut adalah adik Kou Yusi.
"Siapa Kou Yusi?" Tuan Wu sudah lama lupa, setelah bertanya pada orang kepercayaannya Lai Wan baru ingat, itu wanita yang dibunuh Chi Yue'an dua tahun lalu.
Wanita itu benar-benar tragis, baru masuk sudah langsung dilirik Chi Yue'an, disiksa setiap hari, disiksa terus-menerus. Dirinya sendiri menyiksa belum cukup, kadang mengajak beberapa satpam ikut serta.
Sekarang adik laki-lakinya datang menuntut.
Untungnya, kasus tahun lalu sudah ditutup, bukti-bukti juga sudah dihancurkan. Pihak lawan belum tentu bisa melacak ke sini.
Kalau punya kemampuan, pasti sudah datang dari dulu.
"Bagikan kartu!" Tuan Wu memberi perintah ke Bandar, lalu menatap Tujuh Pisau sambil tersenyum:
"CEO Dao, malam ini anak buahku akan menemanimu begadang..."
Tiba-tiba, Tuan Wu melihat pisau Liu Ren sepanjang 40cm muncul di belakang Tujuh Pisau, bilau berkilau menyambar arteri leher.
Pupil matanya menyempit, ekspresinya membeku.
Saat bilau tajam hendak menyayat arteri leher Tujuh Pisau, pemuda berpenampilan panggung dengan aura feminin menarik napas dalam, menelan banyak oksigen. Detik berikutnya, suara lumba-lumba bernada tinggi meledak dari tenggorokannya.
Nada lumba-lumba berirama khusus itu bergema di aula megah, membawa dampak yang mengguncang jiwa.
Para penjudi di ruangan itu kaget tidak berkutik, menjerit kesakitan sambil memegangi kepala.
Tuan Wu merasakan penglihatan gelap seketika, cairan hangat mengalir dari hidungnya. Ia melihat tombak Liu Ren kehilangan tenaga, jatuh perlahan ke lantai. Namun seketika, benda itu diangkat kembali oleh kekuatan tak kasatmata dan menghilang.
Pemuda beraura dingin itu menghentikan nyanyiannya, matanya menyapu ruangan dengan tajam sambil berkata dengan suara rendah:
"Dia pergi."
"Apa... apa yang terjadi..." Tuan Wu menahan sakit kepala, bertanya dengan suara berat.
Shenyue berkata datar: "Tuan Wu, sembunyilah dulu di sudut, hubungi Tuan Chi lewat telepon."
Ia lalu menatap Qingsong dan Seven Blades, raut wajahnya serius: "Ini Night Wanderer, Night Wanderer yang bisa melepaskan tubuh spiritual."
Pemusik memiliki inspirasi super, bisa merasakan kehadiran tubuh spiritual.
Level 3?!
Qingsong dan Seven Blades mengernyit, terutama yang terakhir, punggungnya terasa dingin membeku diselimuti keringat.
Qingsong langsung berdiri, menggesper celananya, masuk ke mode tempur.
Serangan tubuh spiritual musuh gagal, mundur sementara. Tapi pasti akan ada aksi lanjutan.
"Brak!"
Saat itu, pintu kayu ganda kasino ditendang terbuka. Dua pria bertopi baseball dan bermasker masuk. Salah satu mengacungkan pistol kaliber besar, menembak langit-langit sambil berteriak:
"Razia prostitusi dan perjudian! Orang tak terkait minggir dari kasino!"
……
