Wang Xiao Er
Menurut EXP Zhang Yuanqing, dungeon bertahan 24 jam seperti ini paling ditakuti jika jadi lalat tanpa kepala, mondar-mandir tanpa arah lalu krisis datang dan kembali ke Lingjing.
Tidak seperti dungeon dengan tujuan jelas yang langsung memberi tahu apa yang harus dilakukan atau dicari.
Jadi sekarang Zhang Yuanqing harus tahu dulu bahaya apa saja di dungeon ini. Dengan mengetahui itu, semuanya akan jadi sederhana.
"Tidak perlu buru-buru cari Xiao Er, tanya dulu apa yang Cat King Speaker tahu..." Zhang Yuanqing yang berdiri di kejauhan mengeluarkan Cat King Speaker mini dari saku celananya.
"Kamu pernah ke sini kan? Ada informasi yang mau kamu berikan, misalnya tentang dungeon?" tanya Zhang Yuanqing.
Yang menjawabnya hanya keheningan.
Dasar perangkat kalau tidak dipukul tidak mau kooperatif... Zhang Yuanqing mengangkat tangan dan memberikan dua tamparan keras: "Coba pikir baik-baik!"
Cat King Speaker yang dipukul mengeluarkan suara "derit" gangguan listrik, kemudian tiba-tiba memutar efek suara surround 3D:
"Aaaaa... Junjungan Mo, tolong pelan-pelan..."
"Prak! Prak! Prak! Prak!"
Sudut mulut Zhang Yuanqing berkedut. Diam-diam ia meletakkan Cat King Speaker di dekat kakinya, lalu mengeluarkan Pisau Peminum Darah yang ujungnya retak. Menodongkan pisau ke speaker, ia berkata dengan wajah datar:
"Jadi ini pesan terakhirmu? Baik, sekarang aku akan mengantarmu bertemu mantan majikanmu!"
Tangannya mengerahkan tenaga diam-diam. Ujung pisau meninggalkan goresan kecil pada casing logam hitam speaker.
Suara mesum tiba-tiba tergantikan oleh "derit" listrik.
Cat King Speaker akhirnya menyerah dan mulai mempersiapkan audio berikutnya.
Sambil tetap menjaga pose mengancam, Zhang Yuanqing dalam hati lega: "Sebenarnya aku penasaran siapa heroine kali ini..."
Selain itu, dari suara yang terdengar, Mo Jun rupanya lagi jadi simpanan di belakang selir lagi... Zhang Yuanqing yang sudah berpengalaman ini berpikir dalam hati.
Tiba-tiba speaker Cat King Speaker memutar nyanyian gadis kecil bernuansa mistis:
“Kamu memotret satu, aku memotret satu, main permainan sebelum hari gelap.”
“Kamu memotret dua, aku memotret dua, usap-usap lidah usap-usap telinga.”
“Kamu memotret tiga, aku memotret tiga, tambah bayangan jadi bertiga.”
Lagu dinyanyikan dengan irama monoton yang semakin didengar semakin membuat merinding.
Paling polos tapi juga paling menyeramkan.
Ini apa sih lagu anak neraka... Zhang Yuanqing mendengarkan sampai selesai, memastikan audio sudah berhenti, lalu menyelipkan Cat King Speaker ke saku celana sambil mencerna lagu ini.
"Main permainan sebelum hari gelap, ini petunjuk jelas - setelah gelap akan ada bahaya, bermain game adalah cara menghindarinya. Tapi game apa... Kalau tidak salah, lagu ini sendiri menggambarkan sebuah permainan, seperti permainan sapu tangan hilang."
"Jadi kita harus main 'kamu memotret satu aku memotret satu'? Kalimat kedua tentang mengusap lidah dan telinga cukup mudah dipahami..."
"Kalimat ketiga, 'dengan bayangan jadi bertiga', angka tiga ini mungkin merujuk jumlah pemain."
Hiss～
Zhang Yuanqing tiba-tiba merasa ada yang salah. Kalimat "dengan bayangan jadi bertiga" terdengar mengerikan.
Bagaimana bayangan bisa ikut bermain? Jika bayangan benar-benar bergabung, ini akan menjadi game horor.
Menurut pemahamannya, kalimat ketiga seharusnya sebuah peringatan: jika tidak mengumpulkan tiga orang, maka bayangan akan masuk ke dalam permainan.
Sang mungkin bayangan itu sendiri adalah sumber bahaya.
"Aku sendiri plus mayat yin bisa dihitung dua orang. Si kecil yang konyol adalah tubuh spiritual, tidak bisa bicara, jadi tidak memenuhi syarat. Harus cari satu orang lagi."
Ada ide!
Zhang Yuanqing menatap ke arah rumah tanah, dalam hati berkata: "Bukannya ada Tuan tua yang sudah siap di sini?"
"Tapi..." Zhang Yuanqing tergugah dalam hati, mengendalikan mayat yin untuk memasuki kembali rumah tanah yang dipadatkan. Mengabaikan perlawanan sang Tuan, ia membuka paksa mulutnya.
Di dalam mulut Tuan itu tidak ada lidah—telah dipotong.
"Ternyata tidak sesederhana itu. Kalimat kedua 'usap-usap lidah usap-usap telinga' langsung menyumbat jalan ini... Tunggu, mungkin ini petunjuk untuk langkah selanjutnya."
Cari lidah!
Atau dengan kata lain, kembalikan lidah Tuan tua.
"Mari kita verifikasi dulu ide ini. Dungeon tanpa petunjuk jelas seperti ini mengharuskan kita mencari jalan keluar melalui eksplorasi dan kesimpulan berulang."
"Aku juga tak punya pilihan. Jika ide ini salah, terpaksa harus berhadapan langsung dengan keanehan desa ini."
Ia menatap langit.
Lapisan awan tipis menyelimuti desa pegunungan yang bobrok. Tanpa sang Surya, persepsi waktu mudah hilang.
"Malam hari akan membawa bahaya. Waktuku tidak banyak. Kelainan di desa ini bermula dari Wang Xiao Er, berarti dia kunci untuk mencari lidah." Pikiran Zhang Yuanqing jernih sekali.
Desa ini tidak terlalu besar tapi juga tidak kecil. Mencari tempat tinggal Wang Xiao Er jelas tahap untuk mengulur waktu dan meningkatkan kesulitan.
Jika terlalu lama di tahap ini, lidah tak akan ditemukan sebelum gelap.
Mau tak mau harus menghadapi bahaya.
Bagaimana cepat menemukan Wang Xiao Er? Setelah berpikir sejenak, Zhang Yuanqing mendapat ide.
"Prak!"
Nomor Satu yang Mati melompati tembok tanah, menggendong Tuan tua yang meronta-rona di pundaknya, kembali ke sang majikan.
"Aaargh..."
Tuan tua itu berteriak marah sambil memukuli Nomor Satu yang Mati.
“Dia tampak sangat marah, padahal tadi bilang pamit.”
“Tuan tua, Anda harus mengantar kami menemui Wang Xiao Er.” Zhang Yuanqing berkata.
Tuan tua tidak menghiraukan, terus menerus berontak.
Zhang Yuanqing sudah memahami pola interaksi yang benar dengan tuan tua dari percakapan sebelumnya, langsung menempelkan Pisau Peminum Darah ke lehernya.
Tuan tua langsung diam.
Dua manusia dan satu mayat mencapai kesepakatan, berjalan menuju barat desa.
Berjalan di desa terpencil yang sunyi sepi, tanpa gonggongan anjing atau kicau burung, suasana mencekam dan mistis terasa di mana-mana.
Diam-diam Zhang Yuanqing memanggil orang lucu dan konyol, menyuruhnya masuk secara acak ke rumah-rumah pinggir jalan untuk mengintai. Ditemukan warga desa di setiap rumah, mereka bersembunyi dengan wajah panik, terus memandang ke jendela dan pintu seolah takut sesuatu.
Agak aneh, penduduk desa ini ternyata masih hidup semua?
Meski ini berarti Wang Xiao Er mungkin juga masih hidup (kabar baik), tapi tetap terasa ganjil... Mereka takut pada sesuatu. Sayangnya tidak bisa berkomunikasi, tak bisa bicara, mustahil mendapat informasi...
Selain itu, di mana hantu perempuannya? Aku tidak merasakan aura arwah dendam sama sekali.
Setelah berjalan sekitar 10 menit, tuan tua yang digendong bahu Nomor Satu yang Mati tiba-tiba mengeluarkan suara "aah-aah".
Saat itu mereka berhenti di depan kompleks kecil di barat desa, pagarnya terbuat dari batu-batu tak beraturan.
Pintu gerbang tidak dikunci, setengah terbuka.
“Di sini?” Zhang Yuanqing mengangkat Pisau Peminum Darah.
Tuan tua mengangguk ketakutan.
Zhang Yuanqing segera membagi kesadarannya menjadi dua, sebagian tetap di tubuh asli, sebagian masuk ke mayat yin. Kemudian ia mengendalikan Nomor Satu yang Mati untuk menurunkan Tuan tua, lalu berjalan sendirian ke pintu gerbang. Dengan suara "ciiiik", pintu halaman terbuka.
Begitu Nomor Satu yang Mati masuk ke pekarangan, terdengar suara batuk dari rumah batu, diikuti suara dahak menggelantung di tenggorokan:
"Siapa?"
Dia bisa bicara... Nomor Satu yang Mati mengangkat alis, lalu mengeluarkan suara serak berdahak:
"Apakah Anda Wang Xiao Er? Saya orang pendatang, mendengar kejadian di desa ini jadi datang melihat-lihat."
Ucapannya sangat hati-hati, takut satu kata salah akan memicu bahaya tersembunyi. Karena itu ia menghindari kata-kata seperti makam kuno, hantu perempuan, bahkan tidak menyebut peristiwa apa yang terjadi di desa.
Begitu mendengar suara dari dalam rumah, Zhang Yuanqing tahu jalur pikirannya benar.
Wang Xiao Er ini karakter penting di dungeon. Warga lain tak bisa diajak komunikasi, tapi Xiao Er bisa.
Orang di dalam rumah terdiam beberapa detik, lalu bertanya:
"Apa yang ingin Anda ketahui?"
Zhang Yuanqing mencoba menguji: "Mengapa warga desa tidak bisa bicara?"
"...Beberapa waktu lalu, saya bertemu seorang pendeta pengembara. Katanya, gunung belakang adalah tanah fengshui bagus, pasti ada makam besar di sana. Dia benar, sejak kecil saya dengar orang tua desa bercerita, di gunung belakang ada makam dari Dinasti Ming."
"Makam itu menguburkan seorang Putri berstatus mulia, dengan banyak barang kuburan. Tapi tak pernah ada yang bisa temukan lokasi titik meridian makam. Pendeta itu memberiku segulung uang, bilang butuh pemandu yang hafal jalan gunung. Akupun menyetujui."
“Kami memasuki gunung saat tengah hari, berputar-putar seharian penuh. Saat hari gelap, ternyata sang Taois benar-benar menemukan makam.”
Taois itu juga bisa menentukan lokasi dengan teknik feng shui? Dia dari aliran mana... Zhang Yuanqing bergumam dalam hati.
Wang Xiao Er melanjutkan: "Taois itu berkata padaku, harta kuburan tidak akan diambilnya sepeserpun, semuanya untukku. Dia hanya ingin kitab kuno di dalam makam, jika ada."
“Jadi keesokan harinya, aku menyiapkan peralatan, makanan, dan air. Bersama Taois, kami menggali makam kuno selama sehari semalam.”
Mendengar ini, Zhang Yuanqing menyela:
“Kitab kuno? Apa yang ingin dia cari?”
Suara dahak di tenggorokan merespons:
“Taois bilang, Putri itu semasa hidupnya adalah praktisi spiritual yang hidup 120 tahun. Keluarga kerajaan mengumpulkan rahasia dunia, termasuk kitab-kitab kuno. Pasti ada metode rahasia dalam harta kuburannya. Umurnya hampir habis, ingin mencoba nasib di makam... Benar-benar bangsawan berparas sempurna yang bodoh! Jika Putri tahu cara hidup abadi, mana mungkin dia mati?
“Kitab kuno dan metode rahasia mana bisa dibandingkan dengan emas dan harta nyata.”
Lagi-lagi yang ingin hidup abadi, praktisi Dinasti Ming sepertinya semua ingin panjang umur. Zhang Yuanqing bertanya:
“Lalu bagaimana? Apa hubungannya dengan penduduk desa yang tidak bisa bicara?”
“Tentu ada hubungannya...” Wang Xiao Er di rumah batu berkata: “Kondisi tubuhku lemah, sulit bicara dari jarak jauh. Masuklah, baru akan kuceritakan.”
……
Arena pertarungan.
Yin Ji yang bermantel kerudung hitam mengerutkan kening mendengar percakapan anggota sekte: “Desa Bisu...”
Dia merasa nama desa itu terdengar familiar.
Beberapa detik kemudian, dia teringat di mana pernah mendengar nama itu.
Yin Ji menatap Fu Qingyang yang serba putih, suaranya lembut:
“Desa Bisu sangat berbahaya.”
Fu Qingyang berbalik memandang, sorot matanya dalam dan tenang: “Bagaimana kamu tahu?”
Yin Ji berkata: “Aku ingat Mo Jun pernah bilang, Desa Bisu adalah satu-satunya dungeon di tahap Transenden yang nyaris membuatnya tewas dan terluka parah. Sebelum Desa Bisu, bahkan dungeon Level S pun tak pernah membuatnya sekacau itu.”
Saat menyebut Mo Jun, nada bicaranya natural, ekspresinya santai, seolah hubungan terlarang mereka bukan aib yang harus ditutupi, melainkan kenangan indah yang bisa diceritakan terang-terangan.
Mendengar ini, para Elder segera menoleh ke arahnya.
Elder Anjing membuka mata kancingnya lebar-lebar, bertanya keras: “Apa maksudmu?”
……
