Panggilan Fu Qingyang
“Keluar!”
Guan Ya meletakkan kedua tangan di setir, menatap lurus ke depan. Sisi wajahnya yang elegan dan mempesona terlihat dingin saat membentak.
Ini adalah malam yang buruk. Meski sempat ragu-ragu menolak datang, pakaiannya yang cenderung kekanak-kanakan justru mencerminkan isi hatinya yang sebenarnya.
Di lubuk hati, sebenarnya dia berharap pada jamuan malam ini.
Tapi semakin besar harapan, semakin besar kekecewaannya. Bintang utama jamuan malam ini bukan dirinya, melainkan mayat yin yang tak jelas. Dia juga tidak mendapat sambutan hangat dari keluarga pacarnya seperti kebanyakan gadis saat pertama kali berkunjung.
Mereka bahkan malas menanyakan usianya atau latar belakang keluarganya.
Kalau gadis biasa, mungkin sudah menangis di dalam mobil sekarang. Guan Ya bukan gadis biasa, tapi tetap saja hatinya merasa tersakiti.
“Keluar!”
Melihat Zhang Yuanqing masih diam, Guan Ya mengulangi perintahnya dengan nada lebih tegas.
Setelah meluapkan amarah, dia menarik napas dalam dan berkata:
“Maaf, Yuan Shi. Aku sedang tidak mood. Tolong keluar. Urusan apa pun kita bicarakan besok saja.”
Ekspresi dan nada suara Guan Ya telah kembali normal. Dia berhasil mengendalikan emosinya dengan baik.
Tapi semakin dia tenang, Zhang Yuanqing justru tidak bisa pergi. Menurut Mentor Kehidupan, hubungan "mesra" mereka saat ini hanyalah sisa efek samping dari set lengkap yang digunakan sebelumnya.
"Sisa panas" ini bisa semakin membara atau mereda seiring waktu, tergantung pada manuver yang dilakukannya.
Jika masalah hari ini tidak diselesaikan, besok ketika dia mencoba menggandeng tangan Guan Ya lagi, pasti akan ditolak. Lusa jika mencoba menggoda, dia pasti akan mengalihkan topik dengan senyuman.
Semua usaha akan sia-sia.
Guan Ya mungkin tidak akan mengurangi kesukaannya padanya, tapi dia akan berpikir: citranya di mata keluarga pria ini begitu buruk.
Apakah ada masa depan dalam berpacaran dengan pria ini?
Begitu cinta mulai dipertimbangkan secara rasional, hubungan pasti akan semakin renggang dan akhirnya menjadi sekadar teman biasa.
——Ini adalah perkataan asli Mentor Kehidupan.
"Kakak Guan Ya, yang tadi merasuki mayat yin adalah Nyonya Gunung Tiga Jalan. Saat dia muncul di dungeon pembunuhan, dia diam-diam meninggalkan jejak di Fu Mo Chu. Begitu aku mengeluarkannya dari dunia nyata, rohnya bisa langsung turun..."
Zhang Yuanqing menceritakan seluruh proses turunnya si tua bangka itu tanpa reserve.
Dia yakin dengan kewaspadaan Guan Ya, pasti sudah menangkap beberapa petunjuk.
"Nyonya Gunung Tiga Jalan?" Alis Guan Ya berkerut, raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran. "Apakah keberadaannya berpotensi mengancam keselamatanmu?"
Zhang Yuanqing menggelengkan kepala:
"Sementara tidak akan. Centurion hari ini keluar dari dungeon, besok dia dan Elder Anjing mungkin akan mencariku. Nanti aku akan berkonsultasi dengan pendapat mereka."
Dia berhenti sejenak, menggenggam tangan Guan Ya, berbisik pelan:
"Masalah Nenek dan Kakek, aku yang akan menjelaskan. Tidak akan membiarkan mereka salah paham padamu."
Huh... Lega setelah penjelasan... Dalam hati ia menghela napas, lalu mendengar Guan Ya menarik tangannya, berkata dengan nada datar:
"Lebih baik tidak berurusan dengan entitas level seperti ini, meskipun dia terlihat baik. Terserah rencanamu. Yuan Shi, turunlah dulu. Aku harus pulang."
Hah? Masih belum mempan? Zhang Yuanqing tertegun, lalu tersenyum genit:
"Aku tidak mau pergi, Kakak Guan Ya. Jangan marah dong. Kita belum makan. Ayo ikut aku ke atas, akan kujelaskan ke Nenek."
"Tidak perlu. Sekarang naik hanya akan canggung. Yuan Shi, jika benar peduli padaku, turunlah. Kau sudah dewasa, bersikaplah lebih matang." Guan Ya tetap datar.
"Kakak, ini cuma salah paham. Nenekku tidak membencimu, mereka hanya mengira aku mengayuh dua perahu. Semua salahku..."
Meski Zhang Yuanqing terus menjelaskan, raut wajah Guan Ya tetap dingin.
Kehabisan kata. Bagaimana cara menghibur cewek dalam situasi begini? Zhang Yuanqing menggeram dalam hati.
Ia baru sadar, berteman dengan cewek dan menjalin hubungan itu berbeda.
Beberapa hal tidak bisa diselesaikan hanya dengan kecerdasan emosional, tapi butuh pengalaman.
Pengalaman... Benar! Tanya Mentor Kehidupan... Diam-diam ia mengeluarkan ponsel, membuka aplikasi chat, mengirim pesan minta tolong ke Ling Jun.
——Ponsel ini dibawanya saat mengambil Fu Mo Chu tadi, kebetulan terselip di saku.
Yuan Shi Tian Zun: "Hubunganku dengan Guan Ya sedang bermasalah. Aku mengajaknya makan malam di rumah hari ini. Karena sesuatu yang tidak diinginkan, ada teman perempuan lain yang ikut hadir. Keluargaku mengira aku bermain dua hati dan tidak bersikap hangat padanya. Lalu, karena beberapa hal lagi, pandangan keluarga terhadapnya semakin tidak baik. Situasinya sangat canggung, susah dijelaskan dalam dua tiga kalimat."
Yuan Shi Tian Zun: "Aku sudah menjelaskan masalah teman perempuan itu padanya, dan berjanji akan menjelaskan pada keluargaku untuk memperbaiki citranya. Tapi sepertinya tidak mempan. Sikapnya sangat dingin. Aku tidak tahu cara menghiburnya. Gimana nih? Online nunggu, buruan!"
Dia mengirim dua pesan berturut-turut.
Beberapa belas detik kemudian, ponsel bergetar dengan balasan dari Ling Jun.
Ling Jun: "Kebanyakan pria di dunia ini selalu berpikir bisa berdebat logis dengan pacar. Mengira kalau punya alasan benar, pacar tidak boleh marah. Tapi lupa bahwa emosi itu seperti waktu kita kecil ngambek. Orang tua memberi nasihat, efektifkah? Tidak. Anak yang mau dengar nasihat orang tua, itu hanya karena takut rotan di tangan mereka."
Yuan Shi Tian Zun: "Jangan ngomong kosong lah!"
Ling Jun: "Deskripsimu terlalu samar. Pertama, pastikan masalah teman perempuan itu benar-benar sudah jelas? Apa dia percaya? Atau cuma asal menjawabmu? Jika emosinya kebablasan karena kesalahanmu, saranku: minta maaf dengan tulus atau menangis penuh penyesalan. Tunjukkan sikap dulu, lalu pergi tanpa memaksa. Karena saat ini, wanita tidak ingin melihatmu. Dia butuh ketenangan."
Yuan Shi Tian Zun: "Pasti bukan masalahku. Selain itu, urusan dengan teman perempuanku sudah dijelaskan dengan jelas."
Ling Jun: "Kalau begitu, alasan emosinya terganggu adalah karena penilaian keluargamu yang buruk terhadapnya. Dia panik, bahkan muncul pikiran untuk menyerah, hanya ingin cepat-cepat kabur. Lebih pesimis lagi, mungkin bahkan ingin memutuskan hubungan denganmu."
Yuan Shi Tian Zun: "Sudah kukatakan, aku akan menjelaskan untuknya."
Ling Jun: "Tidak, tidak. Menjelaskan untuknya hanya dasar. Bayangkan pesta makan malam yang dinanti-nantikan jadi berantakan seperti ini. Menurutmu apa yang paling dia butuhkan sekarang? Janjimu, penenanganmu, perhatianmu. Kebanyakan wanita sebenarnya bisa berpikir rasional, tapi dalam hal perasaan, mereka mudah terbawa emosi. Jadi pria harus menjelaskan dulu, baru menenangkan perasaan mereka."
Yuan Shi Tian Zun: "Aku tahu, harus menghiburnya. Tapi tidak mempan."
Ling Jun: "Lebih agresif, cium dia. Biarkan dia tahu perasaanmu, buat dia pahami emosimu. Jika bualan manis tak mempan, ekspresikan cintamu dengan cara lebih berani. Ayo, pemuda. Cukup dulu, aku sedang makan bersama pacar."
Cium dia?
Zhang Yuanqing tak sengaja melirik Guan Ya. Selain saat meninggalkan dungeon pembunuhan kemarin saat tak bisa menahan diri mencium supir tua itu, dia sama sekali tidak punya pengalaman atau nyali dalam hal berciuman.
Bisa mencium gadis seenaknya tanpa tekanan mental, itu hanya bisa dilakukan oleh penyimpang atau playboy ulung.
Zhang Yuanqing bukan termasuk keduanya.
Saat dia masih ragu-ragu, Guan Ya tiba-tiba meledak, menggigit gigi sambil berkata:
“Sungguh merepotkanmu sampai mengejar sampai ke sini. Sekarang sudah tidak apa-apa, aku tidak marah lagi. Silakan Tuan Zhang kembali ke rumah untuk bermain ponsel saja...”
Baru saja selesai bicara, dia melihat Zhang Yuanqing sepertinya mengambil keputusan dengan ekspresi nekad mendekat, mengangkat tangan menyangga wajahnya lalu langsung menggigit bibirnya.
Mata Guan Ya langsung terbelalak, keterkejutan, kebingungan dan kaget membuatnya lupa melawan. Beberapa detik kemudian, sorot matanya bergetar sebelum akhirnya sadar.
Dia mendorong dan memukul bahu serta dada pemuda ini sekuat tenaga. Untung mereka sama-sama berada di Tingkat Sage, kalau pria biasa mungkin tulang dada dan bahunya sudah remuk akibat pukulan Guan Ya.
Masih sama lembutnya, sama harumnya. Tapi pukulannya jauh lebih keras dari sebelumnya... Zhang Yuanqing menggigit bibir supir tua itu, menarik napas dalam lalu menghisap lebih kuat. Mengingat posisinya dipaksa dan tidak ikhlas, dia tidak berani menjulurkan lidah takut digigit.
Tapi kelembaban dan kelembutan bibir perempuan itu sudah melebihi segala hidangan lezat di dunia.
Guan Ya akhirnya tidak tega menggunakan "kekerasan" padanya. Sebenarnya satu tusukan qi bisa membuat Yuan Shi Tian Zun langsung gagal.
Kedua tangannya menekan dada Zhang Yuanqing, kepalanya berusaha mundur untuk kabur.
Semakin dia mundur, Zhang Yuanqing semakin maju, menggigit bibir Guan Ya tak mau lepas.
"Sampai Guan Ya yang sudah tidak bisa mundur lagi kepalanya menyentuh jendela, posisinya setengah terjatuh setengah berbaring, sementara Zhang Yuanqing bagian atas tubuhnya sudah terjatuh ke kursi pengemudi, kedua tangan menahan sandaran kursi."
"Wu, wuwu......"
"Guan Ya malu dan marah, dari tenggorokannya keluar rintihan rendah."
"Di dalam kabin mobil yang gelap dan sempit, napas tersengal kedua orang itu bergema, sesekali terdengar suara 'derit' isapan."
"Tubuh Guan Ya perlahan melunak, pukulan dan dorongannya melemah, kemerahan merambat ke pipi dan pangkal telinga, tatapan galaknya berubah samar-samar tertutup kabut air, sorot mata menggoda."
"Beberapa menit kemudian, Zhang Yuanqing mengangkat kepala, melepaskan mulut kecil Guan Ya."
"Guan Ya setengah bersandar setengah berbaring di pintu mobil, pipinya membara, dari mulut kecilnya yang sedikit bengkak mengeluarkan napas tersengal, payudara dan perutnya yang montok naik turun dengan hebat."
"Sementara Zhang Yuanqing setuduk menahan sandaran kursi, tubuh condong ke depan, kepala menekan atap mobil, bernapas agak tersengal."
"Kedua orang itu saling bertatapan, satu dengan sorot mata menggoda, satu lagi dengan tatapan membara."
"Sekali lagi...... Zhang Yuanqing menelan ludah, mengangkat satu tangan menyelip di bawah pantat Guan Ya, mengangkatnya perlahan dari kursi."
"Dia menjatuhkan tubuhnya, membawa Guan Ya kembali ke kursi penumpang depan."
Ruang mobil sport terlalu sempit, tubuh mereka berdesakan. Zhang Yuanqing bisa merasakan dengan jelas kelembutan dan kemontokan payudara Guan Ya. Ia menurunkan sandaran kursi, berusaha memperluas ruang agar tubuh atas Guan Ya benar-benar menempel padanya.
Satu tangannya menopang pantat montok Guan Ya, meremas daging pantat yang elastis namun lembut. Tangan lainnya menyusup ke dalam kaos, membelai punggung giok yang halus, menyentuh tali kutang kecil.
Dari awal hingga akhir, Guan Ya sama sekali tidak menolak.
Zhang Yuanqing kembali menyedot bibir Guan Ya. Kali ini, ia berani menjulurkan lidahnya, menggoda lidah mungil di balik gigi mutiaranya.
Awalnya Guan Ya enggan, menghindar dengan kikuk. Namun seiring belaiannya, hormon perlahan mulai membanjiri tubuh. Gairahnya terbangun, perlahan mulai menyerah, hingga akhirnya membalas gairah itu dengan liar.
Entah berapa lama, Zhang Yuanqing merasa bibir dan lidahnya kebas. Akhirnya ia mengangkat wajah Guan Ya, mengakhiri ciuman panjang itu.
Sang supir tua yang sorot matanya setengah terpejam membuka sedikit matanya, seolah masih belum puas. Kepalanya kemudian menempel di dada Zhang Yuanqing, nafas mereka tersengal-sengal.
Setelah hening sekitar belasan detik, Zhang Yuanqing memeluk pinggang ramping Guan Ya, berbisik lembut:
"Kakak Guan Ya, bawalah aku pulang. Kakek dan Nenek pasti sudah menyiapkan alat penyiksaan, menunggu aku kembali seperti tikus masuk perangkap. Ah, Kakek yang jadi kapolda seumur hidup itu takkan bisa menerima alasan tentang Nyonya Gunung Tiga Jalan."
“Guan Ya mendengus pelan.”
“Zhang Yuanqing merasakan bahwa di hatinya sudah tidak ada lagi dendam, tepatnya kehangatan dan manisnya hubungan kekasih telah meredam amarah dan kekesalan.”
“Ling Jun memang benar, ciuman yang menggairahkan jauh lebih efektif daripada penjelasan, lebih bisa membuatnya memahami perasaan sang pria.”
“Tapi penghiburan melalui kata-kata juga perlu,” kata Zhang Yuanqing:
“Nenek dan Kakekku orang yang bijaksana, nanti kita naik ke atas dan jelaskan semuanya.”
“Kau saja yang pergi, aku tidak mau!” Guan Ya memutar matanya.
“Nada bicaranya sudah berubah drastis, sebelumnya dingin dan menjauh, sekarang merajuk.”
“Boleh juga!”
“Zhang Yuanqing mengelus-elus pinggang ramping Guan Ya yang halus. Kaosnya tanpa sadar tersingkap hingga ke dada, memperlihatkan kulit putih yang mulus.”
“Pinggangnya ramping dan kecil, garis pinggangnya menggoda, kadar lemak yang sangat rendah membuat tekstur kulitnya terasa kencang dan licin.”
“Guan Ya teringat sesuatu, mengangkat wajah segitiganya yang memikat lalu melototi Zhang Yuanqing:”
“Kenapa Bibimu mengincar aku?”
“Ada?” Zhang Yuanqing berpura-pura bingung: “Aku pikir dia tidak bohong, kan waktu itu kau memang bilang begitu padanya.”
“Guan Ya mendengus dingin:”
“Aku ini Pengintai. Tipu muslihat kecilnya mana mungkin lolos dari mataku? Dia ingin mengusirku, membuat Nenek dan Kakekmu membenciku.”
“Zhang Yuanqing langsung meledak marah:”
"Bagus, Jiang Yuer ini diam-diam menjatuhkanmu. Karena dirinya tidak laku, jadi iri melihatku dapat pacar cantik dan baik. Nanti pulang akan kugantung dan kupukul dia."
Guan Ya menatapnya beberapa saat, lalu mencibir:
"Sama sekali tidak tulus."
Sudahlah, bibi termasuk kategori sanak keluarga yang tidak diinginkan. Memang tugas sanak keluarga adalah untuk dijauhi.
Tiba-tiba matanya yang indah membelalak, marah:
"Jangan tusuk aku dengan pusaka warisanmu yang tiga senti itu!"
Sambil bicara, dia mengubah posisi mencoba menghindar. Tapi ruang mobil sport terbatas, posturnya yang jenjang membuatnya tak bisa lepas dari benda menyebalkan itu.
Zhang Yuanqing membela diri:
"Ini jelas pusaka warisan tiga puluh senti!"
"Hah, jarum tiga puluh senti... Hmm~ Kamu... kalau masih menusuk aku benar-benar marah..."
"Kalau begitu jangan bergerak. Kalau terus bergerak, kursi empuk ini akan jadi stopkontak."
Setelah beberapa saat tenang, Guan Ya tiba-tiba bertanya:
"Lalu hantu perempuan yang memanggilmu 'suami' itu bagaimana?"
Zhang Yuanqing dalam hati: Akhirnya ditanyakan juga. Mengungkit masa lalu memang skill wajib perempuan.
"Itu bos tingkat rumah hantu di Lingjing Taman Hiburan Air Emas. Setelah dikalahkan kujadikan pelayan arwah. Memanggilku suami itu bagian dari setting karakternya, tapi hubungan kami benar-benar bersih."
"Benarkah?"
"Kenapa tatapanmu penuh keraguan begini? Margaku Zhang, bukan Ning." Zhang Yuanqing berargumentasi dengan yakin.
Hubungannya dengan pengantin hantu memang benar-benar murni.
“Kalau mayat yin-mu? Pelayan arwah merasuki mayat yin……” Guan Ya berhenti bicara, dia yakin Yuan Shi bisa menangkap maksudnya.
“Aku melihat keliaran, penyimpangan, dan kejahatan di matamu. Manusia seharusnya tidak bisa, setidaknya tidak seharusnya. Lagipula, margaku Zhang bukan Xu.”
“Apa hubungannya dengan si Xu ini?”
“Kamu tak perlu tahu.”
Setelah bergumam beberapa menit sambil menempel di tubuhnya, Guan Ya bangkit dari tubuh pria muda itu, kembali ke kursi pengemudi. Dia menarik ujung kaos ke bawah, membuka cermin rias di sun visor. Sambil merapikan pakaian, pandangannya tertuju pada cermin - baru sadar mulutnya bengkak.
Merah dan bengkak, pantas saja terasa kebas.
Ciuman kedua dalam hidupnya, hasilnya malah jadi mengerikan seperti hantu.
“Cepat minggir, Ibu mau pulang!”
Guan Ya membentak.
……
Dengan hati berdebar, Zhang Yuanqing memasukkan password dan membuka pintu baja.
Lampu ruang tamu menyala terang. Makan malam telah usai. Kakek duduk di kursi utama sambil menunduk minum teh diam-diam. Keluarga paman juga belum pulang. Bibi menemani Xiao Yi nonton TV di ruang tamu, sementara paman dan kakak sepupu menemani Kakek minum teh.
Nenek sedang mencuci mangkuk di dapur.
Makanan habis, tapi orang-orang belum bubar. Tujuannya jelas.
Suara pintu baja yang terbuka membuat tiga pria di meja makan dan dua wanita di ruang tamu menoleh serempak.
Kakek memandang cucunya yang masuk ke ruang tamu dengan wajah datar, suaranya dingin dan berwibawa: “Kemari!”
Zhang Yuanqing mendekat dengan patuh.
Kakek raut wajah menjadi serius: “Apa yang terjadi dengan kedua gadis itu, sebenarnya mana yang pacarmu?”
“Guan Ya adalah pacarku, yang satu lagi benar-benar hanya teman biasa.” Zhang Yuanqing menjelaskan.
“Kenapa teman biasa bisa datang ke rumah? Dia bahkan bisa masuk ke dalam, kalau bukan kamu yang membawanya, berarti kamu memberitahunya password. Teman biasa kok kasih tahu password kunci?”
Nenek keluar dari dapur, melontarkan rentetan pertanyaan.
Ini, ini, Kakek yang sudah sepuh, logikanya terlalu tajam ya? Zhang Yuanqing sejenak bingung mencari alasan.
Kalau hal ini bisa dibohongi, berarti terlalu meremehkan kecerdasan emosional mantan kapolda sekaligus istri kapolda.
Zhang Yuanqing terpaksa berkata:
“Guan Ya memang pacarku, tapi dia agak pemalu. Karena sebelumnya pernah bertemu Kakek, jadi dia malu-malu tidak mau datang. Akhirnya aku berpikir untuk mengajak teman dekat ke rumah sebagai pengganti. Tapi tak disangka, Guan Ya malah datang sendiri...”
“Hanya teman dekat?” Kakek menyeringai dingin: “Pasti yang hubungannya tidak jelas denganmu.”
Zhang Yuanqing menundukkan kepala, berpura-pura terkespos kecerdikannya.
Pacar resmi tidak mau datang, jadi cari yang hubungannya ambigu untuk dipalsukan... Melihat sikapnya, semua pun paham.
Bibi istri paman yang duduk di sofa langsung menegur:
“Yuanzi, ini tidak benar. Kalau pacaran ya pacaran yang serius. Anak muda tidak boleh plin-plan, tahu tidak!”
“Tahu, Bibi.” Zhang Yuanqing menjawab, lalu berjanji pada Kakek:
“Aku tidak akan mengulangi lagi.”
Raut wajah Kakek mulai membaik, bergumam:
“Lain kali kalau ketahuan lagi begini, kaki kamu aku patahkan.”
"Orang tua memang selalu pilih kasih dan memiliki standar ganda. Bahkan mantan kapolda yang tegas dan berintegritas pun hanya bisa memberi peringatan keras."
Nenek bahkan lebih pilih kasih. Dia langsung mengabaikan kesalahan cucunya yang bermain dua hati, lalu bertanya:
"Bagaimana dengan Guan Ya itu? Apa yang dikatakan Yu'er benar?"
Zhang Yuanqing menoleh ke arah Bibi dengan wajah marah:
"Nek, jangan dengarkan omongannya! Aku memang kenal Guan Ya dari kasus Kakak Bing. Kami ada kontak pribadi, tapi waktu di Rumah Sakit Pingtai, dia sedang menyelidiki kasus."
"Waktu itu, ada laporan buronan terlihat di Rumah Sakit Pingtai, diduga punya kaki tangan yang bekerja di sana. Karena dia petugas keamanan, dia pura-pura merencanakan kehamilan untuk mengorek informasi dari dokter di rumah sakit."
Nenek teringat insiden teror di Rumah Sakit Pingtai, "Yuanjun, benarkah ini?"
Chen Yuanjun menggosok garis-garis vertikal di antara alisnya: "Kami berbeda divisi, tapi sepertinya yang dikatakan Yuanzi benar."
"Oh begitu..." Nenek melototi putrinya: "Dasar mulut sembarangan! Udah gede masih bicara nggak pake mikir."
Jiang Yu'er tidak menghiraukan omelan ibunya. Matanya yang hitam berkilau menatap Zhang Yuanqing tanpa ekspresi, tapi di kedalaman pandangannya tersimpan sesuatu - kesedihan, kepasrahan, penderitaan, ketidakrelaan... Zhang Yuanqing tiba-tiba merasa gelisah.
Tiba-tiba nenek berkata dengan suara malu dan bersalah:
“Kalau begitu, lain kali kita undang dia makan di rumah saja, Yuanzi. Makan malammu belum dimakan, aku akan menghangatkannya untukmu.”
“Tidak perlu, cuaca sedang panas, makan seperti ini saja.” Zhang Yuanqing duduk sambil mengambil nasi yang baru dimakan dua suap—sudah dingin, lauknya juga dingin.
“Suami...”
Sebelum sempat menikmati makan malamnya, pengantin hantu yang menyaksikan seluruh keributan di ruang tamu tadi melayang mendekat dengan suara melankolis dan penuh keluhan:
“Apakah wanita itu tunanganmu?”
... Zhang Yuanqing menutup mulutnya, berbisik pelan:
“Selir, selir...”
Benar-benar, setelah membujuk manusia, masih harus membohongi hantu.
……
Tengah malam.
Di atap sebuah gedung apartemen, angin malam berhembus lembut menggerai rambut hitam dan mengibaskan rok merah menyala.
Di tepi atap, duduk seorang wanita bertopeng perak mengenakan gaun panjang bergaya Dinasti Song yang rumit dan megah, lengan bajunya serta dada dihiasi motif awan berbenang emas.
Sorot mata di balik topeng perak itu menatap kosong ke pemandangan malam yang gemerlap di bawah. Siang yang gerah dan hiruk-pikuk telah berakhir, tapi malam tak membawa kedamaian bagi kota ini.
Lampu neon membentuk jalan-jalan berkelok, mobil-mobil dengan lampu jauh berlalu-lalang di bawah lampu jalan.
Di antara jalan-jalan yang terbentuk dari lampu neon itu, menjulang gedung-gedung tinggi dengan pejalan kaki yang sibuk di bawahnya.
Orang-orang di dalam gedung dan di jalanan sama-sama menikmati waktu mereka sendiri.
Ketua Zhi Sha Gong menggoyang-goyangkan kaki mungilnya yang putih bak giok dari balik gaun, termenung memandangi pemandangan malam.
Hingga langkah kaki halus terdengar dari mulut tangga, seorang paman paruh baya berambut eksplosif, berperut gendut, dan berpenampilan acak-acakan naik tangga menuju atap.
"Ketua Istana!"
Cinta Gila Raja Kera melakukan salaman protokoler sambil berkata: "Informasi tentang anggota Tim 2 Daerah Kangyang, Guan Ya yang Anda cari, telah selesai dikumpulkan."
Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan:
"Guan Ya adalah anggota keluarga Lingjing dari klan Fu, memiliki hubungan sepupu dengan Fu Qingyang. Ibunya adalah adik dari kepala keluarga Fu saat ini, dengan ID Spirit Realm Fu Xue.
"Ayahnya adalah jaksa tingkat dua organisasi Heavenly Punishment yang memegang kekuasaan nyata. Saat ini mereka telah bercerai namun belum menikah lagi. Selain itu, jaksa ini masih memiliki banyak hubungan bisnis dengan keluarga Fu, termasuk dalam kategori sekutu dengan ikatan kuat.
"Alasan Guan Ya bertugas di Songhai masih belum jelas, tetapi hamba melalui kontak internal Aliansi Lima Unsur telah memeriksa data pribadinya dan menemukan bahwa kredit personalnya masuk daftar hitam.
"Dia tampaknya tidak disukai oleh orang tua keluarga Fu, dan di Songhai hidupnya sepenuhnya bergantung pada bantuan Fu Qingyang. Alasan spesifik belum bisa diverifikasi karena waktu investigasi yang terbatas."
Ketua Zhi Sha Gong membelakanginya, berkata dengan datar:
"Cukup! Kembalilah dulu."
Cinta Gila Raja Kera membungkuk lalu mundur.
Saat langkah kakinya yang ringan semakin menjauh hingga hilang, Ketua Zhi Sha Gong memandang pemandangan malam dan tiba-tiba berseru:
"Dia sudah naik level menjadi Saint."
Dari mulut tangga yang gelap gulita, terdengar suara tertawa malas:
"Aku tahu, ini berarti rencana kita mulai berjalan sesuai jalur."
Ketua Zhi Sha Gong menyangga tubuhnya di tepi atap dengan kedua tangan, tetap tidak menoleh, bergumam pelan:
"Aku sering berpikir, apakah memberikan kartu karakter Mo Jun padanya adalah keputusan yang tepat. Mungkin dia bisa hidup lebih bahagia, lebih ringan."
Suara dari mulut tangga menarik kembali senda gurau yang malas, berbicara dengan nada sangat serius:
"Takdir Mo Jun hanya bisa dia cerna. Dia adalah Night Wanderer bawaan lahir, mewarisi bakat ayahnya."
"Tapi mungkin juga mengulangi kesalahan ayahnya," bisik Ketua Zhi Sha Gong.
"Ada apa denganmu hari ini?" suara itu bergemuruh berat.
Ketua Zhi Sha Gong tidak menjawab.
Setelah keheningan singkat, suara itu berkata:
"Kau menggunakan kekuatan mental sebagai jarum, jiwa sendiri sebagai benang, menjahit tubuh spiritualnya yang rusak. Tapi ini hanya solusi sementara. Tanpa mewarisi kartu karakter Mo Jun, dia tidak akan bertahan. Ini takdirnya."
"Untuk menyelamatkannya, jiwamu rusak, watakmu berubah drastis. Jatuh dari level Dominator ke Saint. Susah payah memulihkan sebagian kekuatan. Setelah berbuat sebanyak ini, sekarang kau menyesali pemberian kehidupan tenang padanya?"
Ketua Zhi Sha Gong berbisik lembut:
"Aku hanya merasa dia tiba-tiba dewasa. Mungkin... yang mendampinginya tak harus selalu aku."
"Masukkan pikiran bodohmu itu!" suara dari mulut tangga menyergah:
"Saat dia mewarisi segalanya dari Mo Jun, ramalan Kompas Cahaya akan terwujud. Hari-hari damai takkan lama. Dalam perang antar kubu, hanya ada hidup atau mati. Tidak ada jalan mundur untuknya. Juga untuk kita."
“Aku mengerti,” Ketua Zhi Sha Gong mengangkat pergelangan tangan putihnya yang berkilau seperti salju, melambai, “Pergi!!”
Mulut tangga yang gelap gulita tak lagi mengeluarkan suara.
……
Keesokan harinya, Zhang Yuanqing bangun sambil menguap, dengan gembira meraba ponselnya berniat mengirim pesan selamat pagi ke Guan Ya.
Tapi saat membuka aplikasi chat, yang pertama ia lihat adalah foto profil putih bersih seperti salju, dan satu pesan belum dibaca:
“Datang ke Kawasan Fu Family!”
Fu Qingyang sedang memanggilnya.
Apakah Centurion sudah selesai beristirahat? Zhang Yuanqing diam-diam keluar dari aplikasi chat, login ke forum resmi, memeriksa post-post forum.
Hmm, tidak ada bocoran dari Yuan Ting.
Tidak masalah besar!
Dengan mood baik ia mengenakan pakaian.
……
