Jendral Dewa Nafsu Kembali ke Lingjing
Begitu Wang Tai menyebut lokasi, Zhang Yuanqing langsung mengeluarkan ponselnya, membuka peta, mencari posisi perusahaan logistik Xunda di Kota Jiangxin, lalu menyodorkannya ke Fu Qingyang.
Kota Jiangxin terletak di pinggiran Provinsi Jiangnan, sekitar 100 li dari Kota Songhai.
Fu Qingyang melirik peta itu lalu mengangguk:
"Kota ini kecil. Kemampuan kewaspadaanku bisa mencakup sepertiga area sekaligus. Tiga kali penggunaan sudah cukup untuk menemukan si Jendral Nafsu."
Ia menatap sesosok tua berambut merah panjang dan seekor Poodle Keriting yang sedang jongkok di meja studi, berkata:
“Kita tidak bisa memastikan apakah ini jebakan Pasukan Militer. Untuk keamanan, panggil juga Elder Luo Shen. Suara naganya bisa mengendalikan semua skill kontrol berbasis jiwa. Yuan Shi, kamu beritahu Ketua Zhi Sha Gong untuk ikut bergerak bersama kami.”
Pangeran Uang menatap beberapa petugas, berkata:
“Kalian bertugas memblokir rute luar untuk mencegah Nafsu Kabur.”
Hati-hati sekali. Dengan lima Sovereign bekerja sama, bahkan jika ada Raja Surga yang disergap, kita bisa menghadapinya... Zhang Yuanqing meraba ponsel sambil berjalan keluar ruang studi.
Saat seperti ini, harus bersyukur pada cloud backup. Meski ponsel rusak, data seperti kontak, gambar, SMS masih tersimpan di backup cloud.
Nomor ponsel Ketua Gila tidak hilang.
Zhang Yuanqing mendorong pintu kayu coklat, lalu menghubungi nomor si gila.
Ringback tone berbunyi beberapa kali, lalu sambungan terbuka. Suara menggoda masuk ke telinganya:
“Hmm, jarang sekali kamu yang menghubungi duluan. Rindu ya?”
Suaranya lembut namun magnetis, seperti witch yang sedang menggoda kekasih gelapnya.
Dia selalu suka menggodaku... Zhang Yuanqing belum punya nyali untuk bercanda dengan si gila, menjawab serius:
“Kami sudah melacak posisi Nafsu. Fu Qingyang mengundangmu untuk bergabung.”
Ketua Zhi Sha Gong menghilangkan senyumannya:
“Cuma Nafsu doang? Tidak mungkin Fu Qingyang sampai mengundangku. Ada musuh lain?”
Ahli diplomasi Zhang Yuanqing segera menjilat: “Ketua memang cerdas dan peka. Tepat seperti dugaannya, begini ceritanya...”
Dia menjelaskan kekhawatiran Fu Qingyang.
Setelah mendengar, Ketua Zhi Sha Gong langsung berkata:
“10 menit!”
Zhang Yuanqing menutup telepon, kembali ke ruang studi, dan di bawah tatapan semua orang, berkata:
“Ketua Istana akan tiba dalam 10 menit.”
Fu Qingyang, Elder Api Surgawi, dan Elder Anjing mengangguk ringan, menunggu dalam keheningan.
Suasana di ruang studi menjadi hening, tak ada yang berbicara, seperti pasukan yang akan menuju medan perang.
Semoga aksi hari ini berjalan lancar, menyelesaikan ancaman laten Nafsu secara tuntas. Jika monster ini tidak mati, aku bahkan tidak bisa tidur nyenyak, juga tidak akan rela... Zhang Yuanqing duduk di sebelah Guan Ya dengan raut wajah tegang.
Guan Ya menggigit bibirnya, lalu diam-diam menggenggam tangan Zhang Yuanqing dari sudut yang tak terlihat orang lain.
“Dengan formasi tim kita, Nafsu hanya seperti serangga kecil,” katanya sambil tersenyum.
Zhang Yuanqing mengangguk, perasaannya sedikit lega.
Tangan gadis itu terasa dingin, lembut dan licin, nyaman untuk diraba.
Lima menit kemudian, angin puyuh menerpa halaman villa, membuat jendela bergetar "denting-denting". Pintu kayu ganda coklat ruang studi "terbuka dengan keras" diterjang angin kencang.
Semua orang memalingkan muka dan mengangkat lengan untuk menahan terpaan angin.
Setelah angin mereda, di karpet merah yang membentang hingga pintu ruang studi, berdiri seorang wanita jangkung berbaju hitam. Dia mengenakan cadar hitam dengan rambut sehitam tinta terjuntai.
Elder Luo Shen dari Istana Dewa Air, apakah dia Elder yang pernah menyelamatkanku di Universitas Songhai? Aku ingat Fu Qingyang pernah bilang, di Universitas Songhai tersembunyi seorang Elder... Zhang Yuanqing mengamati Elder ini sambil memilah-milah ingatan tentang mahasiswi dan dosen wanita yang dikenalnya, berusaha mengidentifikasi identitas Luo Shen.
Postur tubuhnya sangat jenjang, sekitar 1,73 meter. Kulit di balik kerudung hitamnya putih bersinar. Dari balik lengan baju hitam terlihat sepenggal lengan putih yang halus, dengan telapak tangan proporsional yang sangat anggun.
Kerudung menutupi dua pertiga wajahnya, namun sorot matanya yang berkabut seperti embun pagi di pegunungan setelah hujan, teramat memesona.
Zhang Yuanqing berpikir lama, mengingat-ingat semua dosen dan mahasiswi yang dikenalnya, semakin bingung. Dalam hati dia bergumam: "Wanita secantik ini, tapi selama hampir setahun aku berkeliaran di Universitas Songhai, tak ada sedikitpun kesan?"
Ini benar-benar penghinaan bagiku.
Elder Luo Shen menyapu pandangannya ke semua orang di ruang studi, mengangguk ringan ke Elder Anjing. Sementara Fu Qingyang dan Elder Tianhuo sama sekali diabaikannya.
Yang pertama beberapa hari lalu masih mengritiknya di ruang rapat, sedangkan yang kedua sejak dulu sudah seperti air dan api yang tak akur.
Setelah menunggu sekitar lima menit, Fu Qingyang seperti merasakan sesuatu dan menoleh ke jendela kiri. Sebelum dia sempat bereaksi, tiga Elder lainnya sudah memandang ke arah itu.
Dari celah jendela, terlihat helai-helai benang merah merayap masuk. Benang-benang itu semakin banyak, mengalir seperti air terjun kecil membanjiri ruangan, lalu menggelembung dan berubah menjadi sosok wanita berbusana mewah ala Dinasti Song dengan topeng perak.
“Satu hitam satu merah, dua Sovereign perempuan saling bersinar.”
Fu Qingyang berkata dengan datar:
“Sudah lengkap, saya akan singkat. Sepuluh menit lalu, kami melacak Jendral Dewa Nafsu di Kota Jiangxin. Untuk mencegah jebakan Pasukan Militer, kami mengundang semua untuk bergerak bersama.
“Jendral Nafsu tidak akan tinggal lama di satu tempat, bahkan mungkin pergi hari ini. Kecepatan adalah kunci, kita tidak perlu kendaraan. Kami para Sovereign akan langsung membawa mereka ke sana.”
Saat berkata demikian, ia melirik lima Saint di ruang studi.
Ketua Zhi Sha Gong tersenyum manis melihat Zhang Yuanqing:
“Pramuria kecil, kemarilah!”
Pramuria kecil... Para pejalan Lingjing resmi di ruang studi memandang Yuan Shi Tian Zun diam-diam.
Sang Pangeran Uang yang dingin pun tertegun.
...Zhang Yuanqing buru-buru batuk palsu: “Ketua, jangan bercanda.”
Gila betul ini!
Pacarku ada di sini!!
Adik iparku juga di sini, kau ingin membunuhku?!!
Di bawah tatapan melankolis Guan Ya, Zhang Yuanqing berjalan mendekati Fu Qingyang, “Saya ikut Elder Fu...”
Ketua Zhi Sha Gong menyeringai sinis, tidak memaksa.
Guan Ya dengan kompak mendekati Elder Luo Shen. Saint lainnya memilih elder sesuai profesi dan faksi mereka.
Fu Qingyang langsung menggenggam bahu bawahannya, membuka jendela, dan melesat ke langit dengan pedang cahaya.
Zhang Yuanqing tergantung di udara, angin puyuh menderu di telinganya. Hatinya berdesir, secara naluri memeluk pinggang Fu Qingyang erat-erat, kedua kaki mengait paha atasnya.
“Sungguh ajaib, seperti legenda dewa pedang yang terbang mengendarai pedang. Bedanya, para dewa pedang perlu menginjak pedang, sedangkan Fu Qingyang sepertinya langsung menginjak energi pedang...” Zhang Yuanqing menunduk, memandang gedung-gedung kota yang kecil seperti balok mainan, penuh keheranan.
Saat itu, dia mendengar suara Fu Qingyang yang berat dan kesal: “Bisakah kau tidak memelukku seperti ini?”
Sang Pangeran Uang yang mulia tak pernah melakukan kontak intim sesama jenis seperti ini, apalagi dengan lawan jenis.
“Aku agak takut ketinggian, takut jatuh, Pemimpin Faksi. Kita sama-sama pria, berpelukan sedikit tidak masalah.” Zhang Yuanqing memaksimalkan kemampuan sosialnya.
Fu Qingyang tidak bicara lagi, sepertinya malas menanggapi dia.
……
Kota Jiangxin, sebuah gedung apartemen.
Gorden kamar tidur tertutup rapat, cahaya redup, AC mendesis menghembuskan udara dingin.
Ranjang ganda bergoyang keras, tangisan dan permohonan ampun wanita terdengar terpotong-potong.
Di atas ranjang, siluet punggung kurus membungkuk, bahunya menggendong dua kaki panjang, menyerbu dengan frekuensi sangat tinggi. Bunyi tabrakan keras bergema di kamar.
Dua betis yang tergantung kadang menegang, kadang berayun tak karuan.
Wajah muda wanita itu menyeringai kesakitan. Dia sudah tak tahu berapa kali terbangun setelah pingsan. Sangat menderita, tapi meski terus memohon, sang majikan sama sekali tak punya niat menghargai keindahan.
Seolah dia hanya alat yang bisa dibuang setelah dipakai, mainan untuk melampiaskan nafsu.
“Kegaduhanmu keterlaluan!” Jendral Dewa Nafsu bersuara dingin.
Ia meraih pakaian dalam yang tergeletak sembarangan di sisi ranjang, lalu menyumpalnya ke dalam mulut wanita itu.
Tangisan dan erangan seketika berubah menjadi suara "huu huu".
Berbeda dengan kolam arak dan hutan daging miliknya, di gedung apartemen padat penduduk ini, para budak yang menjerit hingga suaranya parau pun takkan ada yang peduli.
Tapi di sini, teriakan wanita bisa memicu masalah yang tidak diinginkan, seperti tetangga yang melapor ke polisi.
Jendral Dewa Nafsu tidak ingin mencari masalah selama masa persembunyian.
Memandangi wanita muda yang wajahnya basah oleh air mata dan kesakitan, Jendral Dewa Nafsu menyeringai sinis:
"Pengantin baru yang cengeng. Suamimu benar-benar tak becus. Setelah kuhabiskan kau, barulah dia akan tahu bagaimana keperkasaan pria sejati."
Setelah gagal membunuh Yuan Shi Tian Zun, ia pertama-tama bersembunyi di sebuah desa terpencil jauh dari Songhai, memilih beberapa wanita desa untuk hiburan selama dua hari, lalu pindah ke Kota Jiangxin.
Kelebihan daerah kecil adalah kerahasiaannya, tapi sumber daya kecantikan di sini sangat minim. Wanita yang diincarnya ini masih muda, baru menikah, dengan postur dan wajah menawan - dianggap sebagai kecantikan yang mencolok di Kota Jiangxin yang berpenduduk sedikit.
Karena itu Jendral Dewa Nafsu berencana tinggal beberapa hari di keluarga ini, baru pergi setelah bosan.
Untuk tujuan berikutnya, ia sudah punya rencana: situs wisata di Provinsi Jiangnan, sebuah kota kuno.
Tempat itu sering dikunjungi selebriti internet dan wanita muda untuk berfoto. Bagi Jendral Dewa Nafsu, mereka semua adalah bunga liar yang siap dipetik.
Kekurangannya adalah kurangnya penyamaran, tapi dibandingkan dengan Songhai, dibandingkan dengan kota, jelas lebih aman karena tempat wisata tidak ada kantor cabang resmi yang berjaga.
Setelah situasi yang ketat mereda, dia akan kembali ke Songhai.
Kota Songhai penuh dengan kemewahan, sumber daya wanita seperti ini sangat melimpah. Dia akan belajar dari pengalaman kali ini, membangun kembali kolam arak dan hutan daging, menjaring wanita cantik dengan cara yang lebih tersembunyi.
Pihak resmi tidak akan terus mengawasinya. Setelah penangkapan gagal, paling-paling hanya mengeluarkan surat buronan. Sebagai Jendral Dewa yang berpengalaman bertahun-tahun, apakah dia kekurangan surat buronan?
Setelah serangan cepat seperti hujan deras, Jendral Dewa Nafsu dengan nyaman melepaskan nafsunya.
Melemparkan kaki panjang yang bertumpu di bahunya, dia mengambil jubah tidur pria dan berjalan ke jendela. Membuka gorden, membiarkan sinar matahari cerah membanjiri kamar, membawa terang.
Satu wanita tidak bisa memuaskanku, tiga adalah batas minimum. Mungkin aku harus memilih kelompok yang memiliki villa pribadi, lalu mengumpulkan mainan yang telah dipilih di sana, tapi ini kurang penyamaran...
Jendral Dewa Nafsu menatap langit biru, menghela napas dengan gelisah.
Meski bisa bermain-main dengan target yang dilihatnya kapan saja, tinggal di rumah orang lain setiap hari menjadi pengantin baru, berganti pengantin wanita tiap malam, semua ini tetap tidak memenuhi kebutuhannya.
Dia membutuhkan budak, banyak sekali budak.
Saat itu juga, Jendral Dewa Nafsu secara tajam merasakan gelombang tak kasat mata datang dari kejauhan, menyapu gedung apartemen terdekat seperti riak, lalu menyebar ke wilayah yang lebih jauh.
Keterampilan kewaspadaan Pengintai?!
Skala dan jangkauan keterampilan kewaspadaan seperti ini, minimal level Sovereign. Apakah pihak resmi datang? Raut wajah Jendral Dewa Nafsu berubah drastis. Dia tidak percaya orang-orang sampah Aliansi Lima Unsur bisa menemukannya, tapi sekarang bukan saatnya bingung.
Saat keterampilan kewaspadaan menyapu area ini, dia langsung sadar bahwa dirinya telah terbongkar.
Apakah yang datang Fu Qingyang atau Huangsha Baizhan? Sistem Yanshi unggul dalam pertempuran tapi minim skill pengurungan. Mereka tidak berani bertarung hidup-mati di area padat penduduk. Jika hanya satu Sovereign yang datang, meski kalah, aku bisa menggunakan nyawa warga sipil untuk menguras stamina lawan dan mencari kesempatan kabur... Pikiran Jendral Dewa Nafsu berputar cepat menyusun rencana pelarian - menyelinap ke tepi Kota Jiangxin, mencari titik terlemah pengepungan untuk menerobos.
Tanpa ragu, Jendral Dewa Nafsu meraih selembar jubah hitam legam dari inventory, mengibaskannya, lalu mengenakannya.
Tubuhnya segera menghilang di udara, memasuki status siluman.
Kemudian, dengan jubah hitam yang dikenakan, dia melompat dari jendela lantai empat ke taman di bawah.
Artefak ini bernama "Jubah Night Roaming", milik profesi Night Wanderer. Fungsinya adalah "Night Roaming". Mengenakan jubah ini sama dengan memiliki skill inti Night Wanderer, tapi hanya bisa dipertahankan 15 menit dengan jeda 30 menit setiap pemakaian.
Efek sampingnya ada dua: pertama, selama mengenakan jubah tidak bisa bertarung atau menggunakan skill; kedua, setelah 15 menit, tubuh spiritual akan melemah selama 30 menit.
Jendral Dewa Nafsu yang telah berkeliaran bertahun-tahun tentu memiliki banyak metode penyelamatan diri dan pelarian.
"Jendral Dewa Nafsu melompat keluar dari jalur hijau, hendak melarikan diri dari Kompleks Jiangxin, tiba-tiba berhenti dan mengamati kompleks perumahan dengan penuh kewaspadaan."
"Kompleks yang sebelumnya ramai kini sepi tak berpenghuni, sunyi senyap."
"Ini bukan dunia nyata, tapi juga bukan ilusi... Aku tidak bisa merasakan Marking yang kutinggalkan pada wanita itu..." Jendral Dewa Nafsu yang mengenakan jubah memandang sekeliling dengan ragu.
"Baru saja ia menyadari tidak bisa merasakan 'posisi mainan'-nya, padahal ilusi sang Illusionist seharusnya tidak bisa memutus hubungannya dengan mangsa."
"Keluar, Jendral Nafsu! Di dunia cerminku, kau tidak bisa kabur."
Suara wanita dingin namun merdu bergema.
Dalam status night patrol, Jendral Nafsu menoleh dan melihat siluet anggun melayang di atas kompleks, rok dan rambut indahnya berkibar ditiup angin.
"Apa Elder dari Istana Dewa Air datang dua orang?" Hatinya terasa berat. Sebelum sempat bereaksi, angin puyuh dan hujan deras mulai mengguyur dunia cermin ini.
Dalam rintik hujan, siluet Jendral Nafsu mulai terlihat samar.
——Skill tidak bisa sepenuhnya menghapus eksistensi seseorang.
"Syuut!"
Tiba-tiba tirai hujan terbelah oleh pedang tak kasat mata yang menyambar ke arahnya.
Jendral itu segera melepas jubah night roaming-nya, memasukkan ke inventory sambil terjungkal ke samping.
Nyaris terhindar dari semburan energi pedang.
Ia segera melompat sambil menatap ke arah datangnya serangan...
Pandangan itu membuat pupil matanya menyempit drastis, wajahnya pucat bagai mayat.
Arah datangnya aura pedang bukan dari satu orang, melainkan sekelompok orang.
Seorang pemuda berbaju putih formal dengan raut dingin yang tak suka bercanda; lelaki tua berpostur gagah dengan rampendek merah menyala yang terlihat masih perkasa; Poodle Keriting yang mengendarai singa putih samar; wanita bertopeng perak dengan gaun merah menjuntai ke tanah.
Ditambah lagi wanita berbaju hitam yang mengendarai angin puyuh di udara...
Lima Sovereign!
“Satu-satunya yang bukan Sovereign, Yuan Shi Tian Zun, yang menemani para penguasa, sama sekali tidak sadar dirinya hanya daun hijau, berkata sambil tertawa:
"Bagaimana rasanya menjadi mangsa? Jendral Dewa Nafsu!"
Ini adalah kalimat yang dulu ditanyakan Jendral Dewa Nafsu kepadanya dengan nada mengejek di tepi waduk.
Zhang Yuanqing sekarang mengembalikannya.
Wajah Jendral Dewa Nafsu berkedut keras, dia mengaum penuh amarah:
"Bagaimana kalian menemukanku? Tidak mungkin kalian bisa menemukanku!"
Keputusasaan meledak dalam hatinya. Jendral Dewa Nafsu sangat paham situasinya: mustahil melarikan diri kecuali Sang Penguasa Tertinggi Empat Raja Langit turun tangan. Tanpa itu, tidak mungkin lolos dari kepungan lima Sovereign.
“Masih harus berterima kasih pada Jendral Dewa Murka yang melaporkan pelanggaran hukummu di Kota Jiangxin.” Zhang Yuanqing memanfaatkan kesempatan untuk memberi tusukan tambahan.
“Murka?!” Urat-urat menonjol di wajah kurus Jendral Dewa Nafsu, “Mengapa dia ingin menghancurkan aku, dia...”
Zhang Yuanqing mengangkat alis: “Tebakanmu benar. Hubunganmu dengan istrinya sudah terbongkar. Hm, akulah yang memberitahunya.”
Jendral Dewa Nafsu memandang Yuan Shi Tian Zun dengan terkejut, wajahnya berubah drastis.
Detik berikutnya, dia menyimpan semua amarah dan ketidakpuasan, menatap para Elder dari pihak resmi, berseru keras:
“Aku bersedia ditahan oleh Aliansi Lima Unsur, aku akan bekerja sama, akan mengungkap semua informasi tentang Pasukan Militer.”
Ini adalah perjuangan terakhirnya.
Hati Zhang Yuanqing terasa berat.
Jendral Dewa Nafsu adalah petinggi Pasukan Militer, nilai informasi dan intelijen yang dimilikinya tak perlu diragukan. Sangat mungkin para Elder akan memilih untuk menahannya.
Zhang Yuanqing tak ingin melihat brengsek seperti ini hanya ditahan, dia hanya ingin Jendral Nafsu mati.
“Kau tak layak!” Fu Qingyang berkata dingin.
“Ngapain banyak bicara dengannya!” Elder Tianhuo yang merupakan fire master sejati, langsung bertindak tanpa banyak omong. Telapak tangannya mengeluarkan suara “Cih”, menyemburkan api yang membentuk pedang panjang berkilauan.
Dia mengangkat kaki, menginjak keras ke depan dengan suara “Dung”, tubuhnya berubah menjadi percikan api, seketika mendekati Jendral Dewa Nafsu.
Bergerak cepat bagai kobaran api!
Dalam hal kecepatan gerak, fire master tak tertandingi di antara berbagai profesi.
Jendral Dewa Nafsu memanggil perisai besi hitam, menangkis ke depan.
Kilatan cahaya merah menyambar sekejap di langit.
Bayangan Elder Tianhuo muncul di belakang Jendral Nafsu.
Pada perisai besi hitam di tangan Jendral Nafsu, muncul bekas tebasan berwarna lava. Perisai terbelah mengikuti garis tebasan, sementara di dadanya terlihat luka bakar hitam dalam hingga organ dalam, daging darah di perut dan dada terkarbonisasi.
Tebasan Elder Tianhuo tidak hanya menghancurkan artefak pertahanan berkualitas tinggi, tetapi juga menembus kulit tembaga tulang besi sang Mist Lord, meluluhlantakkan organ dalam Jendral Nafsu.
"Jendral Dewa Nafsu memegangi dadanya sambil mundur. Pertahanan yang ia banggakan justru menjadi yang pertama hancur."
Namun dengan energi hidup yang tangguh, ia tidak langsung mati. Dalam rintihan sakratulmaut, ia menyemburkan kabut abu-abu pucat yang menyebar ke segala penjuru.
Mist Lord bisa teleportasi dalam kabut tebal, tubuhnya bisa berubah menjadi kabut, mengabaikan serangan fisik.
"Huu～"
Angin puyuh tiba-tiba muncul, menerbangkan kabut ke langit hingga memperlihatkan tubuh hangus Jendral Dewa Nafsu.
Kemampuan Elder Luo Shen memanggil angin puyuh secara tepat mengendalikan Mist Lord.
Wajah Jendral Dewa Nafsu dipenuhi keputusasaan.
Ketua Zhi Sha Gong melayang anggun, roknya berkibar-kibar. Di belakangnya "brak!" meletus ribuan benang merah yang menutupi langit dan bumi, menyergap Jendral Dewa Nafsu.
Mata Jendral Dewa Nafsu tiba-tiba menyala merah menyala, membentuk mantra kuno yang terdistorsi.
Sebagai pemusik, Ketua Zhi Sha Gong juga ahli dalam kontrol jiwa. Di bawah tekanan level, Temptation sang Jendral tidak mempan.
Tapi benang-benang merah itu memberontak.
Mereka seolah memiliki nyawa dan pikiran sendiri, berbalik menyerang Ketua Zhi Sha Gong.
Benang merah Siming berbeda dengan artefak. Mereka memang hidup, terbentuk dari energi hidup dan kekuatan mental Siming.
"Ang～"
Dentuman naga yang jernih menggema tepat waktu, menyucikan jiwa dan memecahkan semua kontrol mental.
Benang merah yang memberontak kembali "sadar", lalu merayap masuk ke luka di dada Jendral Dewa Nafsu.
Di bawah kulit Jendral Dewa Nafsu, muncul garis-garis halus yang bergerak liar ke segala arah.
“Ah……”
Dia menjerit kesakitan, darah merah segar mengalir dari sudut mata, hidung, sudut bibir, dan daun telinganya.
Tiba-tiba, kulit kepala Jendral Dewa Nafsu retak. Benang merah seperti cacing merayap keluar, merobek kulit sekeras baja. Perlahan-lahan mereka menguliti dari kepala - pertama kulit wajah terkelupas, lalu leher, dada... Semakin banyak kulit yang terlepas dari tubuh. Dalam beberapa puluh detik, seluruh kulit manusia telah terkupas.
Jendral Dewa Nafsu meraung-raung dalam kesakitan. Tubuh berdarahnya berguling-guling di tanah, darah meresap ke tanah sementara otot yang terkuliti dipenuhi debu dan reruntuhan.
Dia belum mati!
Benang merah menggulung kulit manusia kembali ke Ketua Zhi Sha Gong. Dengan elegan dia menerima kulit itu, menikmati jeritan kesakitan Jendral Nafsu sambil menyunggingkan senyum kejam di bibir merahnya.
Astaga, betapa mengerikannya si gila ini... Zhang Yuanqing merinding menyaksikan pemandangan mengerikan itu.
Dia pernah membayangkan bagaimana menyiksa Jendral Nafsu - brengsek seperti ini memang pantas dipotong-potong seribu kali. Tapi tak disangka, Ketua Zhi Sha Gong malah menguliti kulitnya.
Elder Anjing berkata dengan suara berat:
"Berikan dia akhir yang cepat!"
Dia dan Fu Qingyang sengaja tidak ikut campur sejak awal, karena tahu Jendral Nafsu pernah memperkosa dan membunuh anggota Zhi Sha Gong. Mereka sengaja memberikan kesempatan balas dendam pada Ketua Zhi Sha Gong.
Tapi metode wanita ini membuat Elder Anjing tak tahan untuk mengingatkan.
Ketua Istana "Ha", mengibaskan lengan panjangnya, ribuan benang merah membungkus Jendral Dewa Nafsu dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
Dia mengangkat pergelangan tangan seputih salju, lima jarinya tiba-tiba mengepal erat.
Benang-benang merah yang berjatuhan itu tiba-tiba mengerahkan kekuatan, bagian betis, lengan, badan, hingga leher Jendral Dewa Nafsu terurai dengan mulus.
Pak-pak!
Jantung yang masih berdenyut, anggota tubuh yang tak utuh, usus besar yang penuh, lambung yang rusak, hati... berceceran di tanah.
Darah menyembur seperti tinta yang terciprat ke tanah.
Jendral Dewa Nafsu dari Pasukan Militer, kembali ke Lingjing!
Elder Anjing melompat ringan dari punggung singa putih, tubuhnya tampak samar-samar seperti ilusi. Raja padang rumput yang tak nyata ini berjalan anggun mendekati jasad tak utuh, lalu dengan diam-diam mulai menjilati hingga tak tersisa sedikitpun "sisa" Jendral Dewa Nafsu.
"Luoshen, hentikan dunia cermin."
Elder Anjing mengangkat pandangannya.
Elder Luo Shen di udara menggerakkan tangannya, ruang di sekitar mereka retak seperti kaca yang pecah.
Seketika, Zhang Yuanqing melihat munculnya warga di kompleks perumahan: ada yang duduk mengobrol di gazebo, mengendarai motor listrik terburu-buru pulang, atau berjalan-jalan dengan anjing di bawah pepohonan...
Mereka sibuk dengan urusan masing-masing, sama sekali mengabaikan kehadiran para Sovereign yang tiba-tiba muncul, seolah tak bisa melihatnya.
Zhang Yuanqing memandang ke tempat Jendral Dewa Nafsu mati. Hanya tersisa noda darah samar yang segera akan mengering diterpa mentari terbit musim panas.
“Huh, akhirnya berhasil mengalahkan Si Nafsu, krisis Songhai teratasi, aku bisa memperluas tim dan merekrut bawahan...” Zhang Yuanqing menghilangkan bayangan kesedihan.
Saat itu, Elder Anjing berkata:
“Biarkan beberapa petugas yang menangani urusan ini, kita pulang dulu. Oh ya, Ketua Istana, mohon bantuannya untuk melakukan hipnosis pada korban-korban Si Nafsu di Kota Jiangxin.”
Ketua Zhi Sha Gong menjawab:
“Orang biasa yang terkena Temptation, jiwanya sudah berbeda dari manusia normal. Hipnosis tidak bisa menyembuhkan, hanya membuat mereka terlihat seperti pasien jiwa yang normal.”
Elder Anjing menghela nafas:
“Setidaknya begini mereka masih bisa hidup normal.”
Ketua Zhi Sha Gong mengangguk halus, menyetujui permintaan tersebut.
……
Saat berangkat dengan gaya dewa mengarungi awan, pulangnya tidak semewah itu. Fu Qingyang dengan dingin meninggalkan Yuan Shi Tian Zun yang “lengket” dan menyuruhnya naik mobil umum kembali ke Songhai.
Di mobil kepolisian Kota Jiangxin, Zhang Yuanqing dan Guan Ya duduk di baris belakang. Masalah besar telah teratasi, suasana hati mereka mulai rileks.
Setelah lama memandangi pemandangan yang berlarian di luar jendela, Guan Ya memalingkan pandangan ke Yuan Shi Tian Zun di sampingnya, tersenyum lembut:
“Apa kamu dekat dengan ketua istana itu?”
Nada bicara dan ekspresinya biasa saja, seolah pertanyaan spontan.
Dulu, Zhang Yuanqing akan menjawab sambil tertawa: “Hubungan kami setengah matang, toh belum saling kenal akar-umbinya.”
Tapi sekarang Zhang Yuanqing bukan lagi newbie. Dengan tenang ia menjawab:
“Level keakraban saya dengan ketua istana itu C, tapi intimacy dengan Kakak Guan Ya E. Bedanya satu realm besar.”
"Ini adalah gaya bicara yang disukai Guan Ya, sekaligus memberinya 'dimanjakan' tanpa terasa."
Benar saja, Guan Ya mengangkat sudut mulutnya menunjukkan senyum puas:
"Keintiman kelas E membutuhkan perasaan tekun dan pantang menyerah untuk dipertahankan."
Zhang Yuanqing langsung menyambut:
"Kakak Guan Ya, malam ini aku mau makan di rumahmu, biar kita bisa merawat hubungan."
"Hari ini agak capek, lain kali saja." Guan Ya seperti diduga langsung mundur.
"Kakak selalu begitu. Tidak boleh, malam ini aku harus ke rumahmu."
"Oh."
"Hah? Langsung setuju?" Zhang Yuanqing terkejut senang.
"Malam aku menginap di hotel."
“……”
……
Provinsi Sanzhuang, apartemen mewah.
Di ruang studi dengan pemandangan danau, Ratu bersila di sofa mewah mengenakan celana pendek dan tank top, laptop terbuka di depannya.
Di rumah ia telah membersihkan smokey eyes-nya dan melepas anting perak, mengurangi aura gadis campurannya, tampak lebih kalem dan anggun.
Layar laptop menampilkan antarmuka obrolan:
"Ratu, dengar-dengar Petugas Hati Laut sedang mencari kapten baru untuk Tim 6. Situasimu jadi canggung, mau tidak ke Songhai?"
"Aku ingin, tapi takut. Si Nafsu Birahi belum tertangkap."
"Sudah berhari-hari berlalu. Rekan kerja yang mati di tangan Nafsu Birahi hampir tiba tujuh harinya. Divisi Songhai masih belum menangkapnya?"
"Dia Jendral Dewa dari Pasukan Militer, mana mudah ditangkap. Tunggu lagi..."
"Kamu sendiri juga salah. Selalu bilang mau pindah ke Songhai, tapi berkali-kali ditahan Petugas Hati Laut tidak kau terima. Sekarang Petugas marah, sengaja menunjuk kapten baru untuk menggantikan posisimu. Mau tidak mau harus ke Songhai."
Ratu menatap antarmuka obrolan, menyeringai, lalu menutup aplikasi chat.
"Ibu pasti akan pergi ke Songhai, hmph!" gumamnya dengan penuh antisipasi sambil membuka forum resmi.
Beberapa hari terakhir, ia terus-menerus membuka forum, me-refresh berulang kali, menanti pengumuman dari Divisi Songhai dan berharap kasus Jendral Dewa Nafsu cepat berakhir.
Dengan begitu, ia bisa dengan gembira menjabat posisi barunya dan bergabung dengan Yuan Shi Tian Zun.
Dalam organisasi resmi, memilih pimpinan yang tepat sangatlah krusial.
Bekerja di bawah petugas biasa mana bisa menandingi prospek menjadi anak perempuan suci di bawah Sang Maha Kuasa.
Saat membuka forum, sorot mata penuh harapnya pudar. Wajah cerahnya langsung muram. "Hari ini sia-sia lagi."
Memang sulit melacak Sage terhebat yang bersembunyi. Jika tidak, anggota menengah-tinggi organisasi jahat pasti sudah dimusnahkan habis.
Secara refleks ia me-refresh halaman. Tiba-tiba matanya terbelalak—sebuah pengumuman tergantung di bagian atas forum.
Divisi Songhai: Jendral Dewa Nafsu telah dibunuh
Divisi Songhai berhasil mengeliminasi Jendral Dewa Nafsu?
Bagaimana caranya... Ratu langsung menegangkan punggungnya. Dengan semangat menyala, ia mengklik post tersebut, tak sabar ingin mengetahui detailnya.
……
