Kutukan Bunga Persik
"Hiss, efek jimat bunga persik ternyata lebih lama dari perkiraanku..." Zhang Yuanqing diam-diam melepaskan tangan yang hendak melepas celana dalam kotak-kotak, menatap ke arah pintu sambil berkata lesu:
"Aku sedang ganti baju, tidak bisakah kamu mengetuk pintu sebelum masuk kamar orang?"
"Aku... aku... aku sudah memanggilmu tadi..." Si gadis licik juga tak menyangka akan melihat pemandangan seperti ini, gagap-gagap menjawab, tapi matanya menyorot tajam ke tubuh Zhang Yuanqing yang berpendar-pendar.
"Otot dada yang kuat dan kencang, abs yang terdefinisi jelas, garis perut yang seksi, kaki panjang nan berotot... Proporsi tubuh sempurna dengan garis otot yang mengalir indah..."
Xie Lingxi nyaris tak bisa mengalihkan pandangannya.
"Kalau udah liat, buruan keluar! Kalo aku lebay dikit, pasti udah teriak sambil nutupin... eh, nutupin selangkangan!" Zhang Yuanqing mengusirnya dengan gerakan tangan kesal.
"Kak Yuan Shi..." Xie Lingxi tak bergerak, malah melontarkan pertanyaan acak: "Apa Kak Guan Ya itu pacarmu?"
"Iya!" Jawab Zhang Yuanqing tegas.
"Bohong," Xie Lingxi mengerutkan hidungnya, "Kalau gitu, kenapa kalian nggak tidur bersama? Aku nggak dengar suara itu sama sekali."
Oh iya, si gadis ini punya skill pendengaran super jarak pendek... Zhang Yuanqing menatap headphone pink di lehernya.
Artefak itu bisa menyadap aktivitas sekitar. Dulu saat mereka ke Hotel Wúhén untuk menyampaikan wasiat "Kui Wei Ren Fu", dia pernah pakai ini buat memantau gerakan Xiao Yuan di dalam.
"Pacar harus tidur satu ranjang?" Zhang Yuanqing berpidato gagah: "Cinta ala Plato itu yang paling murni dan mempesona! Tapi tenang, pasti nanti Kak Guan Ya bakal ngerti juga."
Mungkin malam ini... batinnya dalam hati menambahkan.
Xie Lingxi tersadar, pipi kecilnya dipenuhi senyum bahagia. Seolah sudah memutuskan sesuatu, dia menarik napas dan berbisik lirih:
“Sebenarnya, sebenarnya……Kakak Yuan Shi, aku selalu mengagumimu. Aku tidak suka teman sebaya karena mereka terlalu kekanak-kanakan. Bahkan cowok seusia Kak Yuan Shi juga masih kekanak-kanakan banget.
“Tapi Kak Yuan Shi berbeda dengan mereka. Kamu lebih matang dari teman sebaya, sangat tampan, pintar. Setiap bersama kamu aku selalu merasa senang dan aman.
“Aku sudah mengamati kamu lama sekali, belum sempat mendekati malah sudah direbut si Guan Ya yang menyebalkan……”
Zhang Yuanqing dalam hati berkata, kamu yakin sudah memikirkan baik-baik kata-katamu ini? Langsung nekat 'A' begini, aku jadi bingung harus merespon bagaimana. Ini tidak sesuai karaktermu.
Hmm, kalau dipikir-pikir saat sepi begini sebenarnya memang sesuai karakternya, tapi pasti dipengaruhi jimat bunga persik.
Saat ia sedang berpikir cara "menolak dengan halus" Xie Lingxi, tiba-tiba dayang kecil itu bergegas mendekat, berdiri di depannya, berjinjit lalu mengecup pipinya dengan malu-malu:
“Kak Yuan Shi, tahun depan aku sudah delapan belas tahun. Aku tidak akan cerewet seperti Kakak Guan Ya.”
“Kalian!?”
Suara terkejut bernada marah terdengar dari pintu.
Xie Lingxi dan Zhang Yuanqing kaget, menoleh ke arah sumber suara—Ratu yang mengenakan hot pants kecil dan tank top.
Dengan sandal jepit putih di kaki, ia berdiri di pintu memandangi mereka dengan tatapan syok.
Ratu tiba-tiba merasa dadanya berdebar tanpa alasan, lalu tanpa sadar naik ke lantai atas. Tanpa sadar ingin melihat sang kapten, malah menyaksikan pemandangan yang membuatnya sangat kesal.
“Ratu, kamu, jangan salah paham……”
Zhang Yuanqing dalam hati berteriak: Apakah kekuatan jimat bunga persik sebesar ini? Sampai menarik satu demi satu?!
Saat itu, Ratu diam-diam menutup pintu, matanya mondar-mandir antara kedua orang itu, "Kapten tidak perlu menjelaskan, aku tahu Xie Lingxi sedang menggoda kakak."
Sambil berkata demikian, wajahnya menampilkan senyuman yang ambigu:
“Kapten, kakak pasti tidak ingin kejadian tadi diketahui Guan Ya kan?”
Apakah leluhur Ratu berasal dari Jepang? Zhang Yuanqing menghela napas: “Kamu mau kenaikan gaji, atau ingin mengajukan penggunaan artefak tertentu secara permanen?”
Ratu menggelengkan kepala, anting peraknya bergoyang. Ia menatap Zhang Yuanqing sambil tersenyum manis:
“Kapten, ada beberapa kalimat yang sudah lama ingin kusampaikan padamu.”
Sudut mulut Zhang Yuanqing berkedut: “Apakah kamu juga ingin bilang sudah lama mengagumi ku?”
Ratu tertegun: “Bagaimana kakak tahu…… ya sudah, benar. Kapten, aku sudah lama mengagumimu. Beri kesempatan dong, aku ingin bersaing secara adil dengan Guan Ya.”
Setelah mengucapkan ini, ia menghela napas panjang merasa seluruh tubuhnya ringan.
Sebagai wanita berkarakter terbuka yang berani mencintai dan membenci, melihat pria yang disukai, ia tidak akan ragu-ragu seperti gadis remaja. Kalau suka, kejar saja!
Zhang Yuanqing menghela napas, “Memberi kesempatan sih tidak masalah. Aku hanya berharap kalian berdua nanti tidak sampai malu terbelah.”
“Tidak boleh!” Xie Lingxi memeluk bahu Zhang Yuanqing sambil mengembungkan pipi ke arah Ratu: “Kakak Yuan Shi milikku, jangan rebut!”
"Ratu liat dia beberapa kali," "Nanti kalau sudah dewasa baru bicara, adik kecil. Lagi pula kapten juga bukan milikmu, dia secara resmi punya Guan Ya. Kalau berani, coba bilang ke Guan Ya sana."
Si gadis licik bersuara manja:
"Kakak tidak pernah jadi milik siapa-siapa! Kok bisa sih memperlakukan kakak seperti barang!"
Tiba-tiba, pintu kamar berdentang keras terdorong.
Guan Ya berdiri di ambang pintu, senyum menggoda di bibirnya:
"Wah pada kumpul semua ya. Ayo kita latihan di ruang bela diri bersama."
……
Kawasan Fu Family, ruang makan.
Fu Qingyang yang masih mengenakan setelan putih, terlihat penuh debu sehabis perjalanan. Begitu masuk ruang makan, dia langsung tertegun.
Ling Jun duduk lesu di tepi meja, tatapannya kosong melayang. Tampak seperti orang yang baru mengalami pukulan berat.
Sementara itu, koki cantik yang berdiri tak jauh darinya, matanya menyembunyikan kekecewaan.
"Siapkan makan malam!"
Fu Qingyang memberi perintah pada koki itu, lalu menarik kursi berpenyangga tinggi dan duduk. Matanya menatap Ling Jun di seberang:
"Penampakanmu mirip seperti waktu kau bilang 'orang zaman dulu tidak bohong' dulu."
Terakhir kali Ling Jun mengucapkan kalimat itu, saat ditolak halus oleh Anne.
Ling Jun menghela napas, "Kali ini lebih parah. Jiwa bela diriku hancur lebur..."
Fu Qingyang berpikir sejenak, lalu berkata:
"Kali ini Yuan Shi Tian Zun merebut dua orang sekaligus?"
Ling Jun: "Bukan begitu. Tapi, Yuan Shi Tian Zun ini kan calon sepupumu. Kok kamu biasa saja melihat dia menggoda-goda perempuan?"
Fu Qingyang menjawab datar:
"Apa aku harus nangis-nangis minta Guan Ya jangan mem-babak-belur-nya?"
……
"Sialan! Benar-benar perempuan kasar!"
Di kamar tidur yang berantakan, Ratu dengan wajah babak belur "tergantung" di tepi ranjang, bagian atas tubuhnya di lantai, bagian bawah di ranjang, mengerang kesakitan:
"Aku, lenganku kayaknya terkilir, Kapten. Benarkah kamu mau bersama Guan Ya? Nanti kamu bisa jadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Lebih baik pertimbangkan aku saja."
Zhang Yuanqing yang juga babak belur terbaring di lantai, menyeringai:
"Diamlah! Masih kurang pukulan? Aduh, lututku kayaknya retak parah. Paling tidak butuh satu jam untuk pulih."
Di sampingnya, Xie Lingxi yang sama-sama babak belur menangis diam-diam:
"Hiks~ Kok dia bisa begitu? Kan sudah kubilang tidak mau ke ruang latihan bela diri, tapi dia malah memukuliku di sini..."
"Kakak, pacarmu serem banget sih!"
Jangan-jangan jimat bunga persik bukan cuma menarik peruntungan asmara, tapi juga sial asmara? Besok bikin lagi buat Ling Jun, pakai dia sebagai kelinci percobaan... Zhang Yuanqing menghela nafas:
"Lingxi, kalau salah harus diakui, kalau dipukul harus berdiri tegak."
……
Apartemen Jiangchen, balkon.
Tuan Bill yang mengenakan celana pendek dan tanktop hitam, satu tangan memegang jeruji, tangan lain menggenggam ponsel.
"Ketua, ada perintah apa?"
"Gerakan apa yang dilakukan para gila dari Klub Dionysus belakangan ini?"
"Sejak serangan terakhir ke Ant Pharmaceuticals, mereka menghilang. Aliansi Lima Unsur juga belum menemukan petunjuk mereka."
"Ck, apa pihak resmi cuma bisa makan gaji buta? Korupsi suap jago semua, giliran urusan seruan langsung lemes." Keluhan pria tua terdengar dari telepon.
"Ketua, dalam hal mencari jarum di tumpukan jerami, pemerintah mana pun di dunia sama-sama tidak becus." Tuan Bill berkata dengan objektif.
"Ck, Bahasa Mandarinmu semakin lancar. Sabtu depan, janjian makan. Ada hal penting yang harus kubicarakan. Ah, urusan besar jangan dibahas lewat telepon. Teknologi sekarang sudah canggih, tidak perlu pasang alat sadap pun bisa menyadap percakapan." Pria tua itu seperti sedang pamer pengetahuan penting:
"Sekarang tahu kenapa pemerintah berbagai negara mendukung merek ponsel lokal? Perhimpunan Pedagang juga harus punya perangkat komunikasi khusus. Kapan-kapan aku cari di Lingjing."
Ini ngomong apaan sih... Tuan Bill menghela napas dalam hati, "Baik, Sabtu nanti saya akan datang."
Setelah mematikan telepon, suara langkah kaki bergema dari belakang.
Asisten pribadi yang mengenakan gaun tidur sutra tipis, membelai rambut pirangnya sambil membawa segelas wiski.
"Apa keperluan Ketua?" Perempuan itu menyodorkan gelas.
"Ketua mengajak bertemu Sabtu, tidak menyebut alasannya." Tuan Bill menerima gelas itu, meneguk perlahan sambil berkeluh:
"Aku sampai ingin pulang ke negara asal. Tidak enak jadi incaran Klub Dionysus. Untung beli jimat penangkal sial dari Yuan Shi, setidaknya bisa waspada terhadap... hal tak terduga."
Asisten wanita justru punya pendapat berbeda: "Barang sekali pakai sekuat apapun, habis dipakai ya habis. Artefak bisa digunakan berulang kali. Sayang, bisnis ini tidak sepadan."
"Tidak, sangat sepadan!" Tuan Bill tersenyum lebar:
"Sepatu sliding tackle hanya bisa melindungiku 5 kali, sedangkan jimat penghancur energi negatif bisa 20 kali. Jadi di mataku, ini lebih penting dari artefak. Nilai suatu benda tidak bisa dinilai dari bendanya sendiri, tapi dari kebutuhannya."
"Lagipula, ini artefak profesi Void yang tumpang tindih dengan atributku, bukan tidak bisa digantikan."
"Selain itu, aku dapat artefak dari praktisi kuno. Mungkin tidak terlalu kuat, tapi punya properti langka - kelangkaan!"
"Nanti pulang ke negaraku, akan kulelang. Aku akan beri tahu Spirit Realm Walker keturunan Tionghoa bahwa aku punya artefak praktisi kuno Tiongkok, barang antik bernilai sejarah yang melambangkan kejayaan peradaban kuno, sayangnya tercecer di luar negeri... Percayalah, mereka akan buru-buru membelinya kembali agar warisan negeri tidak hilang."
Si pirang terkesima: "Oh sayang, kau benar-benar pedagang ulung."
……
Keesokan harinya, Zhang Yuanqing keluar dari kamar Guan Ya, menguap malas.
Pemukulan semalam tidak sia-sia. Setelah memulihkan lututnya, diam-diam ia menyelinap ke kamar Guan Ya dengan alasan kamar terlalu berantak, lalu mengajak tidur bersama.
Guan Ya jarang menolak. Mungkin ia juga merasakan bahaya, merasa harus memberi sedikit 'hadiah' untuk pacarnya.
"Meskipun 'pegangan'-nya gagal menyumpal 'celah' Guan Ya, tidur semalaman sambil memeluk tubuh lembut dan montok gadis campuran ini membuat Zhang Yuanqing merasa ini langkah besar menuju kemenangan revolusi."
"Sudah tidur sekasur, apakah 'gosokan' masih jauh?"
"Kalau 'gosokan' sudah tercapai, kunjungan ke istana kecil (rahim) masih lama?"
Ia bersiul riang sambil menuju kamar mandi mencuci celana dalam.
Di meja makan hari ini hanya ada dia, Guan Ya, dan Jiang Jingwei. Sang Ratu dan Xie Lingxi menolak sarapan dengan alasan tidak enak badan dan sakit lambung.
Setelah efek jimat bunga persik hilang, mereka sangat malu sampai meragukan eksistensi diri, belum bisa move on semalaman.
"Mereka tidak sarapan?" Jiang Jingwei langsung bersorak gembira, "Wah ada rejeki nomplok begini?"
Lanjutnya: "Bagian mereka berikan saja padaku. Sejak kecil sensei mengajariku untuk tidak menyia-nyiakan makanan."
"Kring kring~"
Ponsel di saku Zhang Yuanqing berdering. Melihat ID pemanggil, matanya berbinar dan segera mengangkat.
"Li Xiong, sudah putuskan?" senyumnya ramah.
"Aku bisa bergabung dengan tim patroli, tapi tidak mau isi data identitas atau masuk pihak resmi. Aku hanya mau jadi pekerja kontrak," kata Li Chunfeng.
"Untuk urusan kerja akan kubantu semampuku. Di luar itu, jangan ikut campur privasiku. Jika setuju, hari ini juga aku bisa ke Songhai."
"Ternyata benar anggota organisasi bawah tanah... Tapi dengan banyaknya syaratmu, sama saja mengaku punya rahasia. Tapi ini juga bentuk keterusterangan, pantaslah disebut teman seperjuangan yang pernah menghadapi kesulitan bersama..." Zhang Yuanqing tersenyum:
“Tidak masalah, tapi kita harus membuat kontrak, kamu tidak boleh menggunakan cara apa pun untuk merugikanku.”
Li Chunfeng tidak ragu: “Baik!”
Setelah mengakhiri panggilan, dia segera mengirim alamat Villa Fu Jiawan ke Li Chunfeng.
Setelah sarapan, dering ponsel berbunyi lagi, penelepon adalah Fu Qingyang.
“Lao Da, ada apa? Aku baru ingin memberitahumu, ada rekan kerja baru yang akan tiba di Songhai hari ini, aku akan bawa untuk proses onboarding. Masalahnya agak rumit...” Zhang Yuanqing menjelaskan permintaan Li Chunfeng.
“Baik!” Fu Qingyang seperti biasa memenuhinya.
“Tapi ini tidak sesuai prosedur, Lao Da benar-benar setuju?”
“Bawahanmu sendiri, tanggung jawabmu untuk mengendalikannya. Jika ada masalah, kamu sendiri yang bertanggung jawab!” Fu Qingyang berkata datar.
Inilah gaya Fu Qingyang, dia bisa memenuhi sebagian besar permintaanmu dengan murah hati, tapi tak pernah menjadi pengasuh atau sensei.
“Ada yang perlu dari saya?” Zhang Yuanqing mengalihkan topik.
“Ada misi yang perlu kamu jalankan.” kata Fu Qingyang.
……
