Cerita Kampus
Dua ratus tahun lalu, belum ada Kota Songhai, hanya ada Songfu. Kota megah Songhai sekarang dulunya hanya desa nelayan kecil.
Dua abad berlalu, Songfu menjadi distrik di Kota Songhai yang terletak di pinggiran jauh.
Universitas Songfu.
“Pukul setengah sembilan malam, hawa musim panas sangat pengap. Hormon para mahasiswa muda terus bergerak gelisah setiap saat.”
“Di lantai tiga asrama putri, Zhu Hanjing—bunga kampus departemen keuangan—duduk di bawah ranjang, sedang mengoleskan produk perawatan kulit ke wajahnya.”
“Dua mahasiswi lainnya, satu sedang menjelajahi forum, satu lagi asyik mengobrol.”
“Mahasiswi yang browsing forum tiba-tiba berkata:”
“‘Belakangan banyak post tiba-tiba bermunculan di forum, bilang hutan kecil di samping lapangan olahraga punya kekuatan magis. Cukup ajak orang yang kita suka ke sana, pasti bisa bikin mereka jatuh cinta. Lalu... di bawah saksi pepohonan, menyelesaikan langkah terakhir percintaan.’ Ngaco banget, aku nggak percaya!”
“Mahasiswi lain terus mengetik keyboard dengan kencang, sambil chatting online maupun ngobrol langsung:”
“‘Jelas-jelas itu cuma karangan cowok-cowok untuk nipu orang. Masih ingat waktu tahun pertama bilang asrama putri kita ini angker? Sudah setahun, mana ada kejadian aneh.’”
“Zhu Hanjing menyelitkan komentar sambil tertawa:”
“‘Beneran pun aku nggak mau. Di hutan itu nyamuknya seabrek. Bertahan beberapa kelirik saja nggak tahan. Apalagi kalau harus buka baju buat... itu... pasti sekujur tubuh jadi bentol-bentol!’”
“Sambil berkata demikian, ia mendekati cermin dan menepuk-nepuk pipi. Puas dengan kondisi kulitnya yang putih mulus di cermin—mata besar, bibir merah, wajah segitiga runcing. Bahkan tanpa dandan pun bisa mengalahkan wanita jalang yang berdandan norak itu.”
“Jadi banyak pria yang mengejarnya, kalau tidak bilang dari Istana Song sampai pusat kota Songhai, dari asrama putri sampai gerbang sekolah pasti tidak masalah.”
Teman sekelas perempuan yang sedang browsing forum tertawa:
“Jingjing, kamu terlalu memperhatikan kulitmu. Siang bilang kepanasan, malam mengeluh nyamuk banyak, pagi bilang kurang tidur kulit jadi jelek. Sudah hampir sebulan tidak olahraga, perutmu mulai keliatan gemuk.”
“Omong kosong! Besok aku tidak makan, puasa tiga hari.” Zhu Hanjing memelototi teman sekamarnya, lalu melihat kursi kosong di sampingnya dan bertanya:
“Xiao Lan mana? Dua hari ini dia sering tidak di asrama, baru pulang menjelang mati lampu.”
Teman perempuan yang sedang mengetik dengan kencang tiba-tiba berhenti, mengernyitkan mata:
“Pagi tadi aku lihat dia pulang pincang-pincang, bajunya kotor-kotor. Menurutmu si cakar jalang itu main di hutan sama pacarnya ya?”
“Xiao Lan tidak punya pacar.” Zhu Hanjing menggeleng,
“Kapan kamu melihatnya?”
Perempuan yang mengetik itu memiringkan kepala, berpikir sejenak:
“Sepertinya menjelang subuh, sekitar pukul empat atau lima pagi? Semalaman tidak pulang.”
“Itu tidak mungkin. Kemarin waktu aku tidur, Xiao Lan masih di asrama.” Zhu Hanjing ragu.
Perempuan yang browsing forum berkata: “Dia perginya sekitar jam setengah sebelas? Waktu itu kamu sudah tidur.”
“Demi merawat kulit, Zhu Hanjing memiliki jadwal yang sangat teratur. Ia pasti tidur pukul 10 malam dan bangun pukul 6 pagi, hampir tidak pernah terbangun di antaranya. Meskipun kedua teman sekamarnya berkata demikian, Ratu Jurusan Zhu tetap tidak percaya.”
“Karena Xiao Lan adalah gadis yang sangat baik-baik, tak pernah menginap di luar.”
“Saat itu pintu asrama terbuka, masuk seorang perempuan berwajah bulat dengan fitur wajah anggun dan aura tenang, tak lain adalah Xiao Lan yang sedang dibicarakan tadi.”
“Zhu Hanjing yang sangat dekat dengannya mengerutkan alis dan bertanya:”
“Xiao Lan, Hui Hui bilang kamu tidak kembali ke asrama semalam, baru pulang pincang saat fajar?”
“Perempuan bernama Hui Hui langsung menimpali:”
“Apa kau masuk hutan kecil dengan cowok?”
“Xiao Lan berwajah bulat itu mengeluarkan ‘Cis’ sambil tertawa mengejek:”
“Kamu baru yang masuk hutan dengan cowok! Hutan itu penuh nyamuk, siapa yang mau? Kalau cowok sampai tidak punya uang buat menginap di hotel, siapa yang mau pacaran. Ibu waktu tahun pertama sudah pernah kena tipu, pacar tanpa kemampuan ekonomi sama sekali tidak berharga.”
“Di tahun pertama kuliahnya, dia pernah punya pacar yang akhirnya putus karena masalah perasaan.”
“Zhu Hanjing mengangguk-angguk, alisnya mulai melonggar:”
“Iya juga, di zaman sekarang masih ada yang masuk hutan...”
“Tiba-tiba suaranya tercekat, karena dia melihat leher putih salju Xiao Lan dan pergelangan tangannya penuh bintik merah intens – bekas gigitan serangga.”
Di asrama putri ada semprotan anti nyamuk, dan semua orang punya kelambu. Meski sesekali ada nyamuk yang berhasil melewati rintangan mematikan dan menggigitmu beberapa kali, seharusnya tidak meninggalkan bekas sebanyak ini.
Belum lagi di balik pakaian, di area yang tidak terlihat, mungkin ada lebih banyak bintik merah.
Ini bukan hanya pergi ke hutan kecil, tapi lebih seperti tidur telanjang semalaman di hutan itu.
...... Zhu Hanjing berbisik pelan sambil mencoba menguji:
"Xiao Lan, apa kamu tidak pulang tadi malam?"
"Kamu juga tidak percaya padaku?" Xiao Lan mengetuk kepala Zhu Hanjing kesal, lalu menguap lebar:
"Lelah sekali, seharian tidak ada tenaga. Aku tidur dulu."
Setelah berkata demikian, dia naik ke ranjang dan menutup kelambu.
Zhu Hanjing mengerutkan alis, ragu-ragu untuk berbicara. Bertahan sampai hampir jam mati lampu, lalu naik ke tempat tidur.
Dalam keadaan setengah sadar, dia terbangun oleh suara gesekan halus. Membuka mata, dilihatnya Xiao Lan di ranjang sebelah sudah bangun.
"Xiao Lan?"
Saat pandangan mereka bertemu, Zhu Hanjing melihat mata sang teman sekamar itu kosong dan tanpa ekspresi.
Terhadap panggilannya, Xiao Lan seolah tak mendengar. Diam-diam bangun dan turun dari ranjang. Bahkan tidak memakai sepatu, hanya mengenakan sandal, lalu berjalan keluar.
Hati Zhu Hanjing terasa berat, bercampur ketakutan. Tanpa sempat mengganti kaos, dia turun dari ranjang dengan piyama dan membangunkan Hui Hui di ranjang seberang.
"Bangun! Xiao Lan benar-benar keluar."
“Sudahlah, pergi ya pergi, kemarin juga kan pergi…” Hui Hui bergumam beberapa kata, lalu melanjutkan tidur nyenyak.
“Aku… aku merasa ada yang ganjil padanya,” kata Zhu Hanjing.
Kali ini, Hui Hui tidak merespons, hanya mengeluarkan dengkuran halus.
Dalam kegelapan, setelah beberapa kali ragu, Zhu Hanjing akhirnya memilih untuk mengikuti Xiao Lan.
Ini kan area kampus, tidak ada yang perlu ditakuti. Jika dia benar-benar punya pacar, ya… orang dewasa juga, aku tidak seharusnya ikut campur.
Tapi kondisi Xiao Lan jelas tidak normal, sepertinya sedang tidur berjalan. Jangan-jangan semalam dia sleepwalking masuk ke hutan kecil dan tidur di sana semalaman?
Sebagai sahabat baik, sudah menjadi kewajibannya untuk membawa pulang temannya.
Di hati Zhu Hanjing masih ada satu kekhawatiran lagi, yaitu cerita.
Hanya saja ini berkaitan dengan percintaan, sedangkan yang dia rasakan dari Xiao Lan adalah aura supranatural.
Keluar dari asrama, dia melongok-longok di depan gerbang asrama, melihat siluet Xiao Lan yang semakin menjauh di bawah lampu jalan jauh di kejauhan.
Sudah lewat jam mati lampu, gedung sekolah dan asrama gelap gulita. Satu-satunya penerangan hanyalah lampu jalan yang berwarna kuning beludru, cahayanya mengusir kegelapan dan memberi ketenangan di hati.
Tak lama, dia membuntuti Xiao Lan melewati gedung-gedung satu per satu, semakin masuk ke area terpencil, melintasi lapangan, sampai akhirnya tiba di sebuah hutan kecil.
Dibilang hutan, sebenarnya ini adalah taman kecil yang disediakan untuk guru dan siswa berjalan-jalan santai setelah makan guna menyegarkan pikiran. Tapi karena lokasinya terpencil dan mereka lebih suka main game di asrama daripada "menyegarkan pikiran", taman ini sepi pengunjung dan setengah terbengkalai.
Tampak di sini vegetasi tumbuh subur tak terkendali, pepohonan dan semak-semak liar membentuk suasana hutan. Padahal meski termasuk area sepi yang jarang diurus, tukang kebun sesekali masih memangkas tumbuhan.
Sulit dibayangkan tanaman bisa tumbuh sebegitu suburnya.
Melihat Xiao Lan masuk ke taman menyusuri jalan setapak berbatu kerikil, dia pun ragu sejenak.
Berbagai cerita sekolah berkelebat di pikirannya. Hmm, selaporan terbaru, tak ada cerita terkait taman ini. Jangan-jangan gadis ini benar-benar punya pacar? Dan rela menemani pacarnya menyusuri belukar?
Cepat lihat sekilas saja, kalau benar begitu langsung pergi... Zhu Hanjing menggigit bibir, lalu berlari-lari kecil masuk ke dalam hutan.
Di dalam hutan terdapat lampu jalan berdaya rendah setiap beberapa meter yang penerangannya seadanya.
Sambil berjalan dia mencari-cari sosok Xiao Lan. Beberapa menit kemudian, tiba-tiba terdengar suara berisik dari depan.
Rintihan perempuan, napas berat pria, dan suara tepukan keras yang jelas: Prak! Prak!
Mengikuti suara itu, dia berbelok dan tertegun melihat pemandangan di depannya, terdiam di tempat.
Di depan terbuka area lingkaran dengan dua bangku panjang dan meja bundar di tengahnya.
"Di atas meja bundar ada dua pasangan pria-wanita, di bangku panjang enam pasangan, di tanah lebih dari belasan pemuda-putri yang sedang asyik menikmati tubuh satu sama lain dengan penuh gairah, ada yang bajunya tidak rapi, ada yang sudah melepas seluruh pakaian."
Zhu Hanjing melihat teman sekamarnya Xiao Lan yang terbaring di meja bundar, memeluk payudaranya sendiri, menyampirkan kedua kakinya di bahu seorang pria, matanya setengah terpejam, tenggelam dalam lautan nafsu.
Beberapa meter dari kerumunan orang itu tumbuh sebatang pohon kecil yang unik, setinggi orang, seluruh tubuhnya hijau zamrud, tidak seperti pohon biasa melainkan lebih mirip ukiran giok.
Tapi saat angin sepoi-sepoi bertiup, dedaunannya bergoyang lembut, menunjukkan itu bukan patung.
Orang-orang ini menjadi sangat aneh, mengabaikan kedatangannya, mata mereka berapi-api saling terkait, tak ada yang lain selain nafsu birahi.
Di tengah malam yang pekat, di taman yang remang-remang, sekelompok orang tanpa malu melakukan hal-hal melanggar norma susila.
Nilai-nilai moral Zhu Hanjing mendapat guncangan hebat.
Tiba-tiba seorang pria menyadari kehadirannya, menarik diri dari tubuh pasangan wanita, datang menghampiri dengan tubuh telanjang sambil tersenyum lebar:
"Bukankah ini bunga departemen kita?"
Seketika itu juga semua mata tertuju padanya, sorot mata para pria penuh gelora dan kerinduan.
Zhu Hanjing refleks memeluk dadanya, mundur ketakutan langkah demi langkah.
"Kamu... jangan mendekat..." Ia melotot marah pada pria itu.
Pria itu bersemangat abnormal, terkekeh: "Taman ini punya kekuatan sihir, sekali kau datang, kau akan jatuh cinta pada tempat ini. Kami datang setiap hari, lihatlah betapa mereka menikmatinya."
Seorang pria lain berteriak keras:
"Bunga Jurusan kita sudah datang, selamat datang bagi Bunga Jurusan kita, Zhu Hanjing!"
Para mahasiswa dan mahasiswi yang sedang bercumbu menoleh. Para pria mengeluarkan tawa aneh sambil menggerakkan pinggang dan selangkangan dengan provokatif, sementara para wanita sengaja mengeluarkan erangan manja dan melemparkan sinar mata menggoda padanya.
Termasuk di antaranya adalah teman sekamar konservatifnya, Xiao Lan.
Perilakunya menjadi sangat aneh, sampai-sampai Zhu Hanjing tidak mengenalinya lagi.
Mereka semua terlihat aneh. Jika diperhatikan lebih seksama, sorot mata mereka kehilangan akal dan keberadaan spiritual, seolah hanya mengikuti naluri tertentu.
Baik pria maupun wanita, semua tenggelam dalam memuaskan nafsu, menikmati hasrat bercinta. Urusan duniawi, moral, dan hukum terlupakan, hanya mengikuti insting.
Zhu Hanjing dengan sedih menyadari insting ini telah menular padanya. Melihat tubuh kurus yang mendekat, hasrat untuk bercumbu tiba-tiba menggelegak. Mulutnya kering, nafas tersengal. Meski tak ada lagi yang membatasi kebebasannya, dia tak bisa lagi kabur.
Naluri biologis telah mengurungnya di sini.
Akal sehat perlahan lenyap dalam kobaran nafsu. Hatinya dipenuhi keputusasaan, namun tatkala melihat pria telanjang yang mendekat, kerinduan justru memenuhi dada.
Dia menggigit bibir, menutup mata, air mata mengalir tanpa suara.
"Prak!"
Tiba-tiba, suara jentikan jari terdengar dari belakang. Zhu Hanjing menoleh dan melihat seorang pemuda tampan dengan postur tegap.
Sorot matanya memancarkan pesona, tubuhnya menggoda. Betapa inginnya dia bersandar di dada hangatnya...
Sambil terus berpikir, kesadarannya menjadi buram sejenak. Ia menyadari dirinya telah kembali ke asrama tanpa tahu kapan.
Xiao Lan duduk di sampingnya sedang berdandan, sementara Hui Hui dan yang lain ada yang mengobrol atau menonton drama, suasana harmonis.
“Melamun apa?” Xiao Lan bertanya sambil tersenyum.
“Ti-Tidak, baik-baik saja...” Zhu Hanjing menggelengkan kepala, dengan cekatan mengambil produk perawatan kulit di meja lalu mulai merawat kulitnya.
Ia samar-samar ingat mengalami sesuatu yang menakutkan, tapi tak bisa mengingat detailnya. Seperti mimpi buruk yang hilang setelah terbangun, hanya menyisakan debaran hati yang tak terungkap.
Di taman dengan vegetasi lebat, Zhang Yuanqing menyapu pandangannya pada para siswa yang terpaku dalam ilusi, dalam hati bergumam:
Pesta perak di padang gurun, benar-benar kesalahan fatal!
Setelah turun dari pesawat, dia langsung buru-buru datang. Karena tidak familiar dengan Universitas Songfu, dia sengaja bertanya tentang lokasi legenda "Hutan Cinta".
Hasilnya, sebagian besar siswa dan sensei tidak pernah mendengar hal ini. Hanya sedikit siswa yang suka menjelajahi internet yang pernah melihatnya di forum.
Setelah klarifikasi arah, dia menggunakan Night Roaming sambil mengenakan Sarung Tangan Angin Puyuh, mengendarai sehelai angin puyuh dan kebetulan mencegah kejadian ini.
Meskipun pemandangan ini sangat tak terduga, dibandingkan dengan mereka yang mati secara tidak wajar, anak-anak muda ini cukup beruntung.
Dibandingkan dengan artefak yang merenggut nyawa, pohon kecil itu justru terlihat lembut.
Zhang Yuanqing melewati para siswa muda dan berjalan menuju pohon kecil hijau. Baru tiga langkah, dia sudah merasakan nafsu bercinta yang kuat, mulutnya kering, hampir tak bisa menahan diri untuk mendorong siswa laki-laki di sampingnya dan merebut perempuan di bawahnya.
Cih, efek afrodisiak ini jauh lebih kuat daripada Tongkat Kekuasaan Mountain Deity. Meski level-ku sudah tinggi tetap terpengaruh parah. Ini pasti artefak kualitas Saint... Zhang Yuanqing mengangkat tangan, menyeka wajahnya, dan mengaktifkan "Wajah Biru".
Sebuah topeng berwarna biru tua dengan ekspresi angkuh menggantikan wajah Zhang Yuanqing.
Berkat peningkatan stamina 50%, dia berhasil mencapai pohon kecil hijau itu dan menggenggam batang pohon yang ramping.
Jelas ini adalah artefak tanpa kesadaran diri, milik siapa pun yang mengambilnya. Namun karena fungsinya yang unik, para siswa yang masuk ke sini malah sibuk melakukan persahabatan Guan-Bao ketimbang memperhatikannya.
Aku pernah ditempa oleh Tongkat Kekuasaan Mountain Deity, tapi ini masih hampir membuatku tak bisa menahan diri. Sepertinya ini artefak kualitas Saint. Tidak menyerangku bukan berarti tidak punya kemampuan menyerang. Artefak tanpa kesadaran perlu dikendalikan majikan untuk menunjukkan kekuatan sebenarnya... Zhang Yuanqing fokus membaca informasi barang.
……
