Jamuan Malam Sosial
Sekadar pikiran, Zhang Yuanqing tidak sampai sejahat itu. Yin Ji memberinya kesan baik, seorang kakak matang yang lembut dan berkarakter baik.
Pengalaman di Laut Tebing Yam juga merupakan pertempuran hidup-mati yang mempererat ikatan. Membawa Putri Yinyao hanya akan membuat kakak matang itu malu.
Tentu, jika Mo Jun masih hidup, Zhang Yuanqing akan sangat menikmati adegan ini.
"Tapi dengan karakter Mo Jun, mungkin dia tidak akan merasa canggung, malah akan berkata: Selirku, hari ini aku pasti akan membagi kasih sayang secara adil, semuanya teratur rapi, kebaikan dan kejahatan mendapat balasannya."
Lalu memeluk para kekasihnya dan mengadakan pesta.
"Haruskah aku ganti baju?" Zhang Yuanqing mengamati pakaian rakyat jelata yang dikenakannya.
Ling Jun juga mengamati penampilannya: "Lihat, apa aku ganti baju?"
Dia memberikan nasihat:
"Saat kamu masih tak dikenal, penampilan mencolok bisa meningkatkan citra. Tapi ketika sudah terkenal, yang kamu butuhkan adalah menonjolkan individualitas untuk membedakan dirimu dari pria lain."
"Contohnya aku yang selalu berpakaian santai, Fu Qingyang yang memakai jas putih sepanjang tahun, atau Zhao Chenghuang yang selalu terlihat cool di depan siapa pun."
Zhang Yuanqing manggut-manggut:
"Begitu gaya sudah terbentuk, kita perlu membangun branding diri dengan ciri khas tertentu. Paham-paham, nasihatmu lebih berharga daripada belajar sepuluh tahun."
Sambil berkata demikian, Zhang Yuanqing menekan tombol kunci mobil. Mobil putih berbunyi "di", kaca spion yang terlipat perlahan membuka.
Zhang Yuanqing membuka pintu pengemudi, sementara Ling Jun membuka pintu kursi penumpang depan.
Merasakan mobil mulai bergerak perlahan menuju gerbang kompleks, Ling Jun berkata:
"Kata Fu Qingyang, nilai asetmu sudah lebih dari miliaran. Bagaimana kalau beli mobil sport mewah? Bawa gadis seksi jalan-jalan, pasti seru."
"Kenapa kamu tidak beli mobil sport untuk merayu cewek?" Zhang Yuanqing menginjak gas perlahan, menghentikan mobil di depan gerbang kompleks.
“Aku tak punya uang,” Ling Jun mengangkat bahu: “Uangku sudah kuberikan semua kepada para wanita.”
Saat palang pintu perlahan terangkat, Zhang Yuanqing menginjak gas, mobil melesat bergabung dengan arus lalu lintas. Baru kemudian ia menoleh sambil mengejek:
“Ternyata kau sang Pangeran Uang, dasar orang yang mudah ditipu.”
Ling Jun menutup mata, membuka kedua lengan seperti penganut yang berziarah, suaranya terdalam penuh makna:
“Cinta adalah hal terindah di dunia. Angin, bunga, salju, dan bulan adalah satu-satunya tujuan pria datang ke dunia. Kekuasaan, uang, ketenaran, semuanya hanyalah fatamorgana.
“Aku mencintai setiap wanita yang pernah terjalin jodoh denganku, tapi langkahku mengejar cinta takkan berhenti untuk siapapun. Jadi selain uang yang vulgar ini, aku tak tahu cara lain untuk mengganti mereka.”
Zhang Yuanqing tertegun mendengar, lama akhirnya mengeluarkan kalimat:
“Gua benar-benar tercengang.”
Mampu mengemas sifat playboy jadi terlihat mulia, membalikkan wanita matre jadi lebih putih dari angsa, pantas dijuluki Mentor Kehidupan.
Ling Jun mengalihkan topik: “Tapi kau jangan tiru aku, nanti Guan Ya akan menusukmu sampai mati.”
“Ah Mentor, bagaimana caranya bisa selicin dirimu tapi tak membuat Guan Ya marah?” Zhang Yuanqing bertanya rendah hati: “Kapan aku bisa sepertimu?”
“Saat kau bermimpi.”
“……”
……
Jalan Sanchong, Klub Baihua.
Lokasinya jauh dari perkotaan, termasuk area pinggiran kota. Tapi tidak sepi, malah dikelilingi rumah mewah dan villa. Dilengkapi pusat perbelanjaan dan pasar, sangat memudahkan kehidupan sehari-hari.
Ditambah lagi lokasinya jauh dari keramaian kota dengan penghijauan yang sangat baik, sehingga sangat digemari oleh orang-orang kaya.
Baihua Hui adalah villa tiga lantai dengan lapisan marmer, luas per lantai 1.000 meter persegi, memiliki enam balkon, ditambah taman dengan total luas 6 hektar.
Di lantai dua Baihua Hui, lampu kristal gantung yang indah memancarkan cahaya terang, meja makan panjang berlapis kain putih dipenuhi hidangan lezat, arak, dan buah-buahan.
Beberapa pelayan masih terus-menerus mengantar makanan dan minuman ke ruang makan.
Selain ruang makan luas ini, lantai dua juga memiliki ruang permainan papan dan kartu, ruang game, lounge, ruang biliar, teater mini, dan ruang cerutu.
Sebagai tuan rumah, Miao Tenger mengenakan gaun panjang polos dengan perhiasan indah, memadukan kesucian dan daya tarik, dengan senyum tipis menyambut tamu yang datang.
Ini adalah jamuan makan malamnya untuk teman-teman di lingkaran dalam, sekaligus juga merupakan acara jejaring sosial.
Selain sahabat dekat dari tiga cabang besar Songhai, Jiangnan, dan Sanzhuang, dia juga mengundang pemuda berbakat dari ketiga cabang tersebut.
Di acara sosial seperti ini, tanpa kehadiran lawan jenis, tak ada yang mau hadir.
Untuk itu, dia sengaja mengundang kakak sepupu yang malas. Begitu mendengar Hua Gongzi akan hadir, para saudari di grup langsung histeris dan bersedia datang untuk bertemu para sahabat lama.
Seiring berjalannya waktu, sebagian besar tamu telah tiba sesuai janji.
Di ruang makan, tamu-tamu yang saling mengenal berkumpul dalam kelompok kecil, ada yang duduk melingkar di sekitar sofa mewah, ada yang berdiri di samping meja makan, bercengkerama sambil menikmati arak dan hidangan lezat.
Miao Tenger melihat jam, waktu menunjukkan pukul enam lima puluh malam. Hanya si kakak sepupu yang tidak bisa diandalkan yang belum datang.
Dia sudah terbiasa, bersikap angkuh dengan cawan anggur di tangan sambil bersulang dengan tamu satu per satu, melakukan basa-basi sebagai tuan rumah.
Setelah berkeliling, dia menuju jendela lantai ke langit. Di sana berdiri seorang pria berusia separuh baya, rambutnya mulai memutih, wajahnya penuh keriput, punggungnya sedikit membungkuk.
Tapi sorot matanya tetap tajam, menatap keluar jendela tanpa berkedip.
Dia sudah berdiri di sana selama setengah jam.
Miao Tenger berbisik lembut: "Paman Yang, kalau Bapak tidak nyaman dengan suasana di sini, Bapak bisa istirahat dulu di kamar."
Paman Yang adalah pengawal yang ditugaskan Kakek untuknya, seorang Saint level 6 tahap awal.
Paman Yang bersuara berat:
"Nona, tadi ada aura tidak enak di luar yang menggangguku."
Miao Tenger mengerutkan kening: "Profesi Jahat?"
Paman Yang menggeleng: "Tidak jelas, hanya muncul sesaat. Aku sudah menyuruh tanaman di taman untuk waspada. Semoga ini hanya ilusi."
Setelah berkata demikian, dia melirik ke arah para tamu di ruangan, seolah ingin mengatakan sesuatu tapi mengurungkannya.
"Paman Yang, tidak perlu khawatir." Miao Tenger menghibur.
Di sini berkumpul banyak ahli. Tamu yang diundangnya minimal level 3, bahkan banyak juga Saint. Sama sekali tidak takut serangan Profesi Jahat.
"Lagipula ini klub pribadi, yang diundang semua teman, privasi sangat tinggi. Profesi Jahat tidak mungkin tahu sebelumnya."
"Selain itu, baru-baru ini Yuan Shi Tian Zun berhasil menggulung belasan pasar gelap di Songhai, Provinsi Jiangnan, dan Provinsi Sanzhuang. Profesi Jahat di Songhai semakin low-profile, bulan September juga belum tiba."
"Serangan hampir mustahil terjadi."
"Kalau ada bahaya, langsung beri tahu Elder Anjing." Kewaspadaan tetap diperlukan. Dia mengingatkan lalu meninggalkan jendela, menuju sudut tertentu.
Di sana terpajang dua sofa panjang. Enam tujuh wanita cantik dengan penampilan mewah - gadis, wanita paruh baya beraura seksi, dan nyonya kaya - tertawa riang, sesekali berbisik-bisik menilai pemuda tampan di restoran, lalu tertawa renyah bersamaan.
"Teng'er, siapa pemuda ganteng itu? Boleh dikenalkan?"
Begitu Miao Tenger mendekat, seorang perempuan beriasan sempurna berbaju hitam langsung tersenyum lebar sambil mengarahkan pandangannya.
Kakak ini dari Keluarga Xie di Kota Pangxie, bernama Xie Ling. Kakeknya adalah putra ketujuh leluhur Keluarga Xie. Meski tidak seberpengaruh garis keturunan kepala keluarga, tetap termasuk anggota inti.
Miao Tenger mengikuti arah pandangnya. Terlihat pemuda tampan berjas rapi dengan postur tegap, dikelilingi paman-paman elegan berusia 30-40an.
Dialah satu-satunya anak muda di sana.
Miao Tenger tersenyum:
“Itu adalah 'Duan Qiao Can Xue' dari Divisi Hangzhou, Level 3 Pengintai, lulusan terbaik Universitas Jiangnan. Dia menjadi Spirit Realm Walker awal tahun ini, tapi hanya dalam setengah tahun sudah mencapai Level 3. Benih unggulan yang sedang difokuskan Divisi Hangzhou.
“Awalnya ingin masuk dungeon pembunuhan bulan Juni ini, tapi Divisi Hangzhou menganggap organisasi jahat tidak akan melewatkan Yuan Shi Tian Zun. Bahaya dungeon pembantaian pertengahun terlalu besar, jadi tidak diizinkan ikut. Kehilangan kesempatan emas jadi Saint.
“Tapi dengan bakatnya, promosi ke Saint tinggal menunggu waktu. Phoenix man dengan potensi tak terbatas! Kalau Kakak Lingyun suka, cepat ambil tindakan! Sudah kutanya, masih jomblo!”
Seorang sosialita di samping terkejut: "Level 3 dalam setengah tahun? Kecepatan naik level ini..."
Bukan hanya Xie Lingyun, beberapa socialita jomblo di sofa pun matanya berbinar.
Sepertinya merasakan tatapan para beauty, Duan Qiao Can Xue melirik ke arah mereka, tersenyum elegan lalu mengangkat gelasnya.
Xie Lingyun mengerutkan bibirnya sambil tersenyum: "Jangan ada yang merebut dariku ya."
Sosialita yang berbicara sebelumnya menyesap anggur merahnya, lalu menatap ke arah meja makan dan bertanya:
“Teng'er, siapa itu?”
Yang dia lihat adalah pria paruh baya dengan fitur wajah yang menarik, mengenakan setelan kasual, rambut pendek, beraura matang dengan tatapan mendalam - tipe ideal para sosialita.
“Dia itu……” Miao Tenger mulai bercerita dengan fasih: “Petugas Divisi Songhai Distrik Puning, anggota Baihua Hui kita, ID Spirit Realm-nya Gao Shan Liu Shui, tahun lalu berkunjung ke rumahku untuk menemui Kakek. Kalau Jie Manyan tertarik, aku bisa perkenalkan.”
Petugas Songhai memiliki nilai lebih tinggi dibanding petugas cabang lain. Biasanya yang menjabat sebagai petugas di Divisi Songhai minimal level 5, atau level 4 dengan potensi luar biasa.
Nyonya itu mengangguk sambil tersenyum manis, “Mari berteman.”
Miao Tenger menutupi mulutnya sambil tertawa. Jie Manyan ini juga petugas Baihua Hui dari Divisi Jizhou. Kebetulan sedang cuti, melihat acara pesta di grup chat, dia pun datang untuk bersenang-senang.
Pernah bercerai sekali, tapi tidak punya anak.
Kemudian, dia mulai memperkenalkan pria-pria berkualitas di ruangan itu satu per satu kepada para saudari.
“Itu Liu Zhiyi, cucu Elder Liu dari Divisi Hangzhou. Elder Liu adalah orang kedua di Divisi Hangzhou.”
Ini ditujukan pada beberapa saudari yang ingin mencari pasangan dari status lebih tinggi.
“Yang itu namanya Hua Yangzi, katanya dulu biksu dari kuil Tao. Umur 33 tahun, kabarnya punya hubungan sangat baik dengan Huogongzi.”
Ini untuk saudari yang ingin mencari pasangan berpotensi.
“Yang itu Danqing Sheng Shou, maskot Divisi Xieshi. Sifatnya sangat baik, bakat biasa saja, tapi wajahnya ganteng...”
Ini untuk saudari yang ingin memelihara pramuria.
Para saudari mendengarkan sambil tertawa riang. Seorang gadis muda berkomentar, “Teng'er, jangan cuma sibuk memperkenalkan untuk kami, kamu sendiri pilih satu dong.”
"Miao Tenger tersenyum pahit, berbisik pelan: 'Setelah kau melihat yang terbaik, pria lain jadi tak menarik lagi.'"
"Dari sisi pesona, kesombongan, dominasi, hingga bakat, dia telah bertemu banyak pria, tapi hampir tak ada yang bisa menyainginya."
Suasana di meja tiba-tiba hening, mencekam. Nyonya Man Yan mencoba mencairkan keheningan dengan senyum menggoda:
"Teng'er, di mana kakak laki-lakimu?"
"Kamu terus memperkenalkan orang, tapi tak sadar kalau cewek-cewek ini sebenarnya mengincar Tuan Hua?"
Suasana pun kembali riuh.
Mendengar sebutan "Tuan Hua", beberapa wanita di sekitarnya langsung menoleh.
Terlihat jelas betapa Tuan Hua disukai banyak wanita.
Miao Tenger kesal: "Dia emang suka semaunya, siapa yang tahu jam berapa datang. Lupakan, minum arak saja!"
Tiba-tiba seorang gadis berbaju panjang biru muda dengan riasan menor bertanya:
"Kakak Teng'er, apa kamu mengundang Yuan Shi Tian Zun?"
Lebih banyak orang yang menoleh, termasuk beberapa pria.
Miao Tenger geleng kepala: "Aku tidak dekat dengannya, jadi tak diundang."
Gadis menor itu langsung kecewa. Teman-temannya mengejek:
"Yan'er, masih ngarep sama Yuan Shi Tian Zun?"
"Walaupun Ayahmu Wakil Kepala Divisi Xieshi, tetap sulit buatmu mendekati Yuan Shi Tian Zun."
Meski status mereka cukup tinggi, tapi untuk menyentuh level bintang rising seperti Yuan Shi Tian Zun yang pasti akan berkuasa di masa depan, identitas mereka masih kurang.
"Mereka juga ingin berteman dengan Yuan Shi Tian Zun, berkenalan, atau mungkin terjadi sesuatu. Tapi bahkan Miao Tenger pun tahu diri tidak mengundang Yuan Shi Tian Zun, apalagi mereka."
"Kakek Miao Tenger adalah Grand Elder Baihua Hui, Grand Elder yang memiliki posisi di markas besar."
Yan'er mendengus, lalu menoleh ke sisi jendela lain:
"Apakah mereka orang-orang dari Taiyi Men?"
Di sebelah meja bundar dekat jendela, duduk dua pria berbaju hitam dengan aura gelap yang memikat dan fitur wajah cukup menawan.
Terpisah satu meja dari mereka adalah seorang wanita berkerudung hitam dengan rambut indah menjuntai seperti air terjun, mengenakan gaun sutra hitam, kaos hitam, dan jaket pendek hitam.
Aura tenangnya menyimpan kesedihan di balik mata indahnya, bagai bunga wijayakusuma yang mekar di malam hari - memancarkan pesona memikat namun menyendiri.
"Awalnya ingin memperkenalkan mereka padamu, tapi begitu Kakak Yin Ji datang, mereka langsung jadi pengawal bunga." Miao Tenger tersenyum getir.
"Kenapa kamu mengundang dia?" Xie Lingyun mendengus, "Duduk saja di sana, mata para pria langsung terpaku."
Status Yin Ji di pihak resmi agak khusus.
Pertama, bakat alamiahnya luar biasa dengan potensi mencapai level Sovereign. Jika tidak terhambat oleh seseorang dan sempat terpuruk, mungkin akhir tahun lalu sudah naik level.
Kedua, karakter dan kecantikannya sangat diakui, memiliki banyak pendukung di Taiyi Men.
Akhirnya, dialah satu-satunya cinta sejati yang diakui Mo Jun. Dulu Taiyi Men memisahkan mereka, Mo Jun bersumpah akan menghancurkan Taiyi Men demi wanita pembawa bencana tingkat dewi ini.
Ini jelas menjadi objek favorit para pemburu cinta untuk ditaklukkan.
Miao Tenger menghela nafas: "Dia tidak ada dalam daftar undanganku. Aku hanya mendengar dia datang ke Songhai hari ini, lalu mengundangnya secara simbolis. Tak disangka dia menerima..."
Meski berkata begitu, diam-diam hatinya gembira karena Yin Ji mau datang.
Setelah kematian orang itu, Yin Ji selalu memakai cadar, bersikap seolah telah memutuskan semua ikatan cinta. Apa? Mau menjanda selamanya untuknya?
Miao Tenger iri padanya, tak suka dengan sikapnya yang seolah mendirikan patung kesucian. Diam-diam berharap ada pria yang bisa menidurinya.
Mengapa Mo Jun hanya mencintainya?
Tiba-tiba, seorang pelayan membawa dua pemuda masuk ke restoran. Berbeda dengan para pria berkemeja jas, mereka memakai celana tujuh perdelapan longgar, sepatu olahraga, dan kaos bernilai tak sampai dua ratus yuan.
……
