Kematian Dewa
Kota Jinshan, dunia cermin.
Kawah dalam belasan kilometer seperti borok di permukaan bumi, tepiannya adalah jalanan remuk dan bangunan runtuh, perpecahan ini menjalar hingga pinggiran kota.
Sepertiga wilayah kota tingkat prefektur ini berubah menjadi reruntuhan, ini karena di antara beberapa Semi-dewa, hanya fire master yang terkenal daya penghancurnya, sementara Illusionist, Night Wanderer dan Water Ghost lebih mengandalkan trik licik dan bahaya tak terduga.
Kota beton baja manusia terlalu rapuh bagi makhluk supernatural ini.
Jika nilai moral diabaikan dan trik kotor dilepaskan, mereka bahkan bisa menghancurkan sebuah negara. Medan perang mereka adalah reruntuhan itu sendiri.
Awan hitam menyelimuti Kota Jinshan, angin puyuh meraung, hujan lebat menyirami kota yang telah menjadi puing.
Di latar selatan kota yang diterpa badai, ilusi terus bermunculan: terkadang pegunungan dan sungai indah, padang rumput luas, pegunungan bersalju, atau lautan tak bertepi.
Tapi semua ilusi ini seketika hancur oleh suara naga yang sesekali menggema ke angkasa, mengembalikan wajah asli kota.
"Suara naga Sang Rain Master menghancurkan kesesatan, khusus menaklukkan ilusi."
"Di timur, suhu membara menguapkan hujan dan membakar bumi, menciptakan zona kekeringan di tengah dunia hujan deras dan aliran gila."
"Di barat yang berlawanan dengan timur, bulan purnama menggantung tinggi di langit. Awan hitam pekat bergulung-gulung, dari lapisan awan terdengar jeritan hantu yang memilukan."
"Di utara, di ketinggian langit, berdiri seorang wanita cantik luar biasa mengenakan kostum opera putih bermotif awan emas. Di punggungnya tertancap bendera-bendera, tangannya mengacungkan tombak panjang, gagah perkasa di bawah awan hitam yang bergulung."
"Pandangan keempat semi-dewa tertuju pada jurang dalam di bawah."
"Cahaya emas redup muncul dari dasar jurang. Patung Buddha emas setinggi seratus meter perlahan naik ke angkasa. Tubuhnya megah namun retak-retak. Mata patung itu terbuka lebar, dipenuhi kekacauan, kebengisan, haus darah, kemarahan... Semua emosi negatif yang terbayangkan terpancar dari kedua bola matanya."
"Master Wuchen telah menjadi iblis."
"Dari selatan terdengar suara Ilusi Nanpai yang tak bisa dibedakan usia maupun gender:"
""Patung emas adalah perwujudan emosi sejati hatinya. Hancurkan patung ini, maka kau bisa membunuhnya. Kaisar Hitam, jangan coba bangunkannya dengan suara nagamu! Orang ini menahan emosi selama 20 tahun. Hari ini banjir bandang telah jebol, dewa pun tak bisa menyelamatkannya.""
"Pertempuran semi-dewa telah berlangsung tiga hari. Setelah kekacauan awal, terbentuklah situasi empat dewa mengepung 'Wangshi Wuhen'."
"Karena 'Wangshi Wuhen' sudah benar-benar kebablasan, pada momen kritis proses pemurnian, emosi kebablasan, benda ilusi Sovereign mengalami konsekuensi balasan, sepenuhnya menelan akal rasional."
Seorang Semi-dewa yang dikuasai oleh kekacauan dan pikiran jahat, tingkat bahayanya jauh lebih besar.
Setelah tiga hari pertempuran sengit, aura energi Sovereign baru ini akhirnya merosok ke titik terendah, menjelang ajal.
"Jangan banyak omong!"
Pemimpin Faksi Jiang dari timur menetapkan target jelas: "Wangshi Wuhen hampir tumbang, selesaikan dia dulu, baru kita saling bertarung berpasangan."
Usai bicara, tubuhnya menyala dengan api ungu-merah yang mengalir seperti air menutupi permukaan kulit, membentuk armor.
Ia mengangkat tinggi lengan kanan, api ungu-merah "Cih" mekar, mengkristal menjadi tombak panjang, suhu tinggi terkonsentrasi di ujung tombak, memancarkan kilau menyilaukan.
Hujan dalam radius satu kilometer menguap seketika, kabut putih dalam jumlah besar membubung ke langit.
Kemudian ia berubah menjadi kilatan merah menyala, dengan gagah berani melesat menuju patung Buddha emas.
Di sisi lain, pemain opera berjubah putih yang menginjak Void di bawah awan hitam, menari anggun dengan tombak di tangan yang mengaduk badai hujan, tiba-tiba menusuk.
Seketika, setiap tetes hujan di langit dipenuhi niat membunuh, tetesan mengubah trajektori jatuh, bergerak deras menuju ujung tombak, sementara air hujan memunculkan wabah penyakit yang bisa menginfeksi Semi-dewa.
Hujan di langit mengkristal menjadi naga panjang, menyertai tusukan sang pemain opera, menghantam patung Buddha emas yang bangkit dari dasar perangkap.
Cahaya bulan purnama di barat bergoyang, aura yin mulai tumbuh. Dari awan gelap muncul wajah hantu yang mengerikan, membawa awan hitam pekat seperti asap, melintasi langit dan menerjang patung Buddha emas.
Dalam proses ini, ribuan arwah dendam menjerit-jerit masuk ke wajah hantu, membesar seperti bola salju, akhirnya berubah menjadi wajah hantu yang menutupi separuh langit.
Menghadapi serangan tiga Semi-dewa, patung Buddha emas dengan mata liar mengangkat kepala dan mengeluarkan raungan yang mengguncang jiwa.
Ini bukan serangan jiwa biasa, melainkan versi upgrade "Raungan Bayangan" yang hanya bisa dikuasai Sovereign terhebat - raungan yang mampu menghancurkan jiwa secara langsung.
Bahkan Semi-dewa pun akan menderita luka parah.
Tapi raungan dahsyat ini tidak melukai tiga Semi-dewa sama sekali. Illusionist Nanpai telah menenangkan jiwa mereka dan menghalau kekuatan penghancur jiwa.
——Illusionist bisa meledakkan emosi sekaligus menenangkan hati.
Melihat serangan jiwa tidak efektif, patung Buddha emas memasukkan desisannya. Tubuh penuh retakannya memancarkan gelombang transparan yang mengubah pemandangan sekitar menjadi aula Buddha raksasa.
Bersamaan itu, matahari emas terbit di atas kepala patung Buddha emas!
Agar ilusi memiliki efek setara realita, harus diciptakan ilusi terlebih dahulu. Kekuatan Dewa Matahari dalam ilusi baru memiliki efek seperti kekuatan Dewa Matahari di dunia nyata.
Aula Buddha menyelimuti Pemimpin Faksi Jiang dan Ketua Istana. Roh air-api mereka cepat menghilang di bawah sinar kekuatan Dewa Matahari.
Baju zirah Pemimpin Faksi Jiang semakin menipis, naga panjang yang ditusukkan ketua istana menghilang dengan cepat, wajah hantu yang menutupi langit itu menyusut dua lingkaran.
Saat itu, Nanpai Huan Shen kembali bertindak, merobek ilusi aula Buddha.
Yang paling memahami illusionist tetaplah sesama illusionist.
Tentu saja, meski tanpa campur tangan Nanpai Huan Shen, suara naga Ketua Istana Dewa Air tetap bisa mematahkan ilusi.
Setelah ilusi lenyap, tombak air-api kembali memulihkan kekuatannya, wajah hantu kembali menggemuk.
Patung Buddha emas memancarkan cahaya hitam pekat, tiga kekuatan yang tersinari cahaya ini kembali mengalami fenomena penghilangan, kembali ke kehampaan.
Sang Pembuat Kehampaan!
Namun kekuatan gabungan tiga semi-dewa melampaui batas "kehampaan". Setelah melemah sampai tingkat tertentu, Pemimpin Faksi Jiang menusukkan tombaknya ke dada patung Buddha emas, api membakar tubuhnya.
Naga air menembus perut patung Buddha emas, wabah penyakit segera menyebar.
Wajah hantu yang mengerikan menggigit kepala patung Buddha, menggerogoti jiwa.
Bunyi "krek" terus terdengar dari tubuh patung Buddha emas, retakan merambat seperti boneka porselen yang terbuat dari fragmen-fragmen.
Wajah Master Wuchen muncul di permukaan patung Buddha, terkadang dalam kondisi gila iblis, terkadang menunduk bermeditasi. Dalam kondisi sekarat, dia justru menemukan kembali secerca kesadaran diri.
Ketua Istana Dewa Air mengedipkan mata indahnya, melantunkan suara naga yang merdu dari bibirnya: "Ang~"
Suara naga membersihkan jiwa.
Dia berteriak lantang: "Wangshi Wuhen, aku tahu kau sepenuh hati mengejar kebaikan. Tapi sekarang kau sudah kebablasan. Jika kau tidak mati, ratusan ribu makhluk tak bersalah di Kota Jinshan akan tewas. Apa kau tega?"
Dewa Ilusi Nanpai mendengus "Hei", sambil berusaha menenangkan jiwa lawannya.
Patung Buddha emas melayang statis. Wajah Master Wuchen perlahan menghilangkan kegilaan, kembali ke ekspresi muram penuh nestapa.
Tiba-tiba, daun telinganya bergetar seolah mendengar suara yang datang dari Void.
Setelah diam beberapa detik, tangan emas itu tiba-tiba meremukkan tombak di dadanya. Melalui celah yang ditorehkan ujung tombak, dia merobek dadanya sendiri dan mengeluarkan jantung hitam pekat.
Melihat jantung itu, Pemimpin Faksi Jiang, Ketua Istana Dewa Air, dan Dewa Ilusi Nanpai serentak bergerak merebut benda level Semi-dewa ini.
Suara ambigu Dewa Ilusi Nanpai bergema: "Ling Tuo, Void!"
Void-kan benda itu.
Kekuatan Void Taiyin terbagi tiga tahap: tingkat dasar adalah invisibility Night Wanderer, menengah adalah Void item, tertinggi adalah Void takdir.
Dia butuh bantuan Ling Tuo untuk Void item agar dua Ketua Aliansi Lima Unsur kehilangan target.
Dari awan gelap di kejauhan terdengar tawa ringan Ling Tuo: "Wuchen, masa lalu terhapus sudah!"
Wajah hantu melepaskan diri dari patung Buddha, membawa sesuatu pergi. Bulan purnama menghilang, awan hitam menyatu dengan Void.
Ling Tuo telah pergi.
Tiba-tiba, lubang hitam dalam menyobek ruang, muncul tiba-tiba di depan Patung Buddha emas.
Master Wuchen sepertinya sudah mengantisipasi, mendahului tiga Semi-dewa, memasukkan jantung hitam pekat ke dalam lubang hitam.
Lubang hitam menyusut seketika, menghilang dari dunia cermin.
"Void? Void!" Nanpai Huan Shen mengamuk, mendongak dan meraung!
Pemimpin Faksi Jiang dan Ketua Istana Dewa Air menghentikan upaya mereka dengan kecewa, tapi tidak menunjukkan gejolak emosi yang besar.
Bagi mereka, mendapatkan barang Huan Shen adalah yang terbaik. Jika tidak, selama tidak jatuh ke tangan Pemimpin Sekte Nanpai, itu juga hasil yang baik.
Wangshi Wuhen sudah kehabisan tenaga, bencana pun telah sirna.
Akhirnya masih bisa dianggap sempurna.
Di ujung nyawa, Master Wuchen menyatukan telapak tangan dan berbisik melantunkan mantra Buddha:
"Lahir dan mati, roda samsara tak berhenti. Terang dan gelap, terjalin dalam kekacauan. Yin dan Yang merangkul segala ciptaan, itulah Jalan Suci. Menyaksikan kegelapan, baru seharusnya merindukan cahaya."
Ia menatap ke Void, tak tahu sedang berbicara dengan siapa: "Ingat baik-baik! Amitabha..."
Dalam gema yang tersisa, patung Buddha emas meleleh perlahan, menyatu dengan langit dan bumi.
……
Di kamar sewaan.
Lubang hitam yang dalam memuntahkan jantung hitam pekat yang jatuh di meja.
Xiao Yuan menunduk melihat, bulu kuduknya berdiri. Pikirannya seperti meledak, emosi kacau menghancurkan akal, hampir jatuh dalam kegilaan.
Lubang hitam menyusut cepat, runtuh, berubah menjadi aliran energi spiritual murni yang membentuk tanda di permukaan jantung, membentuk pola rumit yang saling menjalin.
Cahaya hitam di jantung mereda, berubah menjadi jantung hitam legam yang kusam. Kekacauan emosi Xiao Yuan pun mereda.
"Ini......" Ia menatap jantung dengan tatapan tak berkedip, hati dipenuhi firasat buruk.
"Dingdong!"
Ponsel berdering, memberi tanda ada pesan masuk.
Xiao Yuan segera menyambar ponselnya. Pesan itu dikirim oleh orang misterius:
"Ini barang peninggalan Wangshi Wuhen. Sembunyikan jantung ini. Aku akan menemuimu beberapa hari lagi."
Barang peninggalan Master Wuchen...... Xiao Yuan kembali menatap jantung hitam pekat itu, pandangannya mulai buram.
Tiba-tiba, ponsel bergetar lagi. Pesan baru masuk:
"Jangan ke Songhai. Tempat itu tidak aman. Yuan Shi Tian Zun menukar nyawa di persidangan, membunuh Cai Qinhe, dan telah kembali ke Lingjing."
Telinga Xiao Yuan mendengar suara "Boom!" seperti ditusuk ribuan panah. Tubuhnya limbung, berpegangan pada meja ritual, lalu perlahan ambruk ke lantai.
……
Di ruang studi yang remang, Grand Protector Mawar Malam merasakan sesuatu dan menoleh ke kiri.
Sebuah mutiara transparan sebesar telur telah muncul di sana tanpa diketahui.
Bisikan sang pemimpin terdengar di telinganya: "Serahkan ini ke Pemimpin Pure Yang. Taiyin telah kembali ke Lingjing. Aku akan meninggalkan dunia nyata sementara."
"Taiyin akhirnya kembali ke Lingjing?" Semangat Grand Protector langsung membara. Ia berdiri tergesa, "Selamat, Yang Mulia!"
Tawa sinis pemimpin bergema: "Jerat maut baru saja dimulai. Si licik itu sedang menungguku di Lingjing."
……
Gurun Gobi Barat Laut.
Senja menyinari kepala plontos Jenderal Bulan Perak yang berkilau. Fitur wajahnya kasar tegas, dengan anting di cuping telinga, septum hidung, dan bibir.
Mengikuti petunjuk anak buah, akhirnya dia menemukan Raja Mata Iblis dan Tianwang Ketakutan yang bertarung hingga kehilangan kontak.
Ledakan suara dahsyat menggema dari kejauhan. Permukaan Gurun Gobi penuh lubang, dipenuhi parit dalam dan gundukan tanah yang runtuh. Kekuatan jahat yang merosot telah mencemari area ini. Kalajengking dan ular yang selamat terkontaminasi menjadi binatang buas, berkeliaran tanpa tujuan.
Jenderal Bulan Perak menginjak-injak kalajengking sebesar baskom, lalu menatap ke kejauhan di mana dua Dewa Perang Kuno bertubuh tiga kepala delapan lengan sedang bertarung sengit.
Salah satunya jelas-jelas sengaja tidak mengeluarkan kemampuan sepenuhnya.
Jenderal Bulan Perak menarik napas dalam dan berteriak: "Kalian dua bajingan, berhenti bertarung! Aliansi Lima Unsur sedang dalam masalah besar!"
