Huo Zhengkui
Lu Jing balik bertanya: "Kau tahu siapa kakek Jingguo sebenarnya?"
Tao Siming menggelengkan kepala. Dia baru bergabung dengan Aliansi Anti Hitam-Putih selama dua puluh tahun. Dua puluh tahun lalu, ayah Deng Jingguo sudah kembali ke Lingjing.
Aliansi Anti Hitam-Putih sebenarnya adalah bisnis keluarga Deng. Paling-paling dia hanya bintang baru yang menjadi pemegang saham karena kemampuan profesionalnya. Tentu saja, Tao Siming dan Deng Jingguo adalah saudara seperjuangan yang sepaham, bukan orang luar.
Karena itu dia bisa duduk di sini dalam percakapan malam ini.
"Kakekku..." Deng Jingguo juga mengerutkan kening, "Sejak kecil, aku tidak pernah mendengar ayah menyebut-nyebut kakek."
Lu Jing mengangguk:
"Tentu dia tidak berani bicara. Jika bicara mungkin tidak bisa hidup sampai dewasa. Kakekmu bernama Huo Zhengkui."
Nama Huo Zhengkui menimbulkan gejolak hebat di hati Deng Jingguo dan Tao Siming. Dua Sovereign yang telah mengalami berbagai angin puyuh ini tertegun.
Di antara pejalan Tionghoa New York County, hampir tak ada yang tak mengenal Huo Zhengkui. Generasi muda mungkin kurang tahu, tapi para generasi tua-menegah sangat memahami siapa dia.
Dia adalah pendiri organisasi Spirit Realm Walker (geng) di Chinatown New York County, aktif sebagai Spirit Realm Walker di abad lalu.
Sejak imigrasi, warga Tionghoa New York County terus menghadapi diskriminasi rasial, penindasan kapitalis, dan ketidakadilan. Para pendahulu bekerja di tambang, pertanian, pabrik cerutu, penggergajian kayu - pekerjaan kotor yang ditolak orang kulit putih.
Saat krisis ekonomi melanda Free Federation, banyak kulit putih menganggur. Warga Tionghoa yang bekerja keras justru bisa mencukupi kebutuhan. Mereka pun jadi target pemerintah untuk mengalihkan kontradiksi.
Publik kulit putih mengkritik habis-habisan. Pemerintah merespons dengan mengeluarkan Undang-Undang Eksklusi Tionghoa dll. Hidup warga Tionghoa sangat sulit.
Dalam konteks ini, lahirlah organisasi Spirit Realm Walker (geng) bernama "Persaudaraan". Mereka menjembatani rakyat miskin dan kelas atas, bekerja sama sekaligus bersaing dengan pemerintah, sambil melawan penindasan kapitalis - bahkan melakukan perlawanan fisik bila perlu.
Di puncak kejayaannya, 9 dari 10 orang Tionghoa menjadi anggota organisasi ini.
“Tapi struktur anggota yang kompleks juga menyebabkan ketidakstabilan internal. Saat Tuan Huo Zhengkui masih hidup, semua orang tunduk padanya. Persaudaraan bertahan dengan tertatih-tatih di bawah pengawasannya.”
“Setelah Tuan Huo Zhengkui kembali ke Lingjing, didorong oleh pemerintah New Covenant County, Persaudaraan terpecah menjadi tiga organisasi besar yang kini terkenal sebagai organisasi Spirit Realm Walker keturunan Tionghoa: Heilongtang, Baolintang, dan Hongbang.”
“Ayahku adalah anak haram Huo Zhengkui?” Deng Jingguo bergumam pelan.
Lu Jing mengangguk, nada suaranya berkesan berlapis waktu:
“Saat Kakek tua Huo kembali ke Lingjing, ayahmu masih orang kecil. Saat Persaudaraan terpecah, dia tidak berani membuka identitasnya. Kami merintis usaha sendiri. Seiring level kami yang semakin tinggi, kami mendirikan Aliansi Anti Hitam-Putih. Nama ini dipilih untuk melanjutkan tekad terakhir Kakek tua Huo, sekaligus... di Free Federation, siapa yang belum pernah ditindas oleh mereka?”
Si tua kurus itu meneguk teh untuk melembabkan tenggorokannya, lalu melanjutkan:
“Kakek tua Huo adalah Spirit Realm Walker jenius. Di masa mudanya, ia berkelana ke Eropa, menjadi pemburu bayaran sementara di sana, dan bertemu Paus. Detail pertemuannya tidak kuketahui – mungkin ayahmu pun tidak tahu.”
“Lebih dari seratus tahun lalu di Eropa, konon terjadi gejolak dahsyat. Gereja, organisasi Spirit Realm Walker terkuat di dunia saat itu, binasa total.”
“Saat menjelang ajal, Paus menyerahkan suatu benda kepada Kakek tua Huo. Mungkin karena status Kakek Huo sebagai keturunan Tionghoa—saat itu ia masih mengikat kucir ala Dinasti Qing yang terlihat asing di Eropa. Tak ada yang menyangka Paus akan memberikan peninggalan berharga kepada pria berkulit kuning berponi itu.
“Lalu, Kakek Huo membawa peninggalan Paus meninggalkan Eropa menuju New Covenant County, mendirikan perkumpulan anak buah. Di masa tuanya, ia mewariskan benda itu kepada anak haramnya—ayah dari Jingguo.
“Ini karena status anak haram lebih tersembunyi. Dengan alasan yang sama, saudara saya juga mewariskan peninggalan Paus kepada anak haramnya Jia Feizhang.”
“Begitu rupanya...” Tao Siming tersadar, melirik ke arah Deng Jingguo sambil berkata:
“Tapi apa alasan melakukan ini? Jika peninggalan Paus begitu berharga, seharusnya Kakek Huo mengambilnya sendiri. Hanya Spirit Realm Walker kuat yang bisa menguasai benda berharga nan perkasa.
“Jika Kakek Huo tak bisa mengambilnya karena suatu sebab, mestinya diwariskan ke keturunan kuat untuk diselesaikan generasi berikutnya. Paling tidak, transaksikan ke hukuman langit masih lebih baik daripada memberi anak haram.”
Deng Jingguo menghardik: “Ayahku meski anak haram, tapi dia juga Spirit Realm Walker—lebih kuat dari kami semua!”
Tao Siming yang berkesan intelek tersenyum getir: “Maka tindakan ayahmu jadi tak terpahami. Kenapa diberikan ke Jia Feizhang, bukan padamu. Apa Paman Deng mengira Jia Feizhang juga bisa jadi Spirit Realm Walker?”
“Semua ini tidak penting lagi.” Lu Jing berkata dengan suara berat: “Peninggalan Paus tidak boleh jatuh ke tangan orang lain. Karena Jia Feizhang sudah mati, biar Deng Jingguo yang menjaganya. Kita harus merebut kembali peninggalan Paus itu.”
Deng Jingguo mengerutkan alis tebalnya: “Paman Jing, kita bahkan tidak tahu siapa musuhnya. Bagaimana cara merebutnya? Belum tentu juga kita punya kemampuan untuk itu.”
Lu Jing yang berambut perak menunjukkan sikap sangat tegas, langsung mengatakan: “Kalau begitu laporkan ke Hukuman Langit, biar mereka yang merebut. Dengan begitu setidaknya kita bisa minta imbalan dari Hukuman Langit.”
Deng Jingguo dan Tao Siming saling bertatapan, tidak ada yang berkeberatan.
“Kalau begitu kita putuskan begitu.” Lu Jing mengeluarkan ponselnya, berencana menghubungi petinggi cabang New York Hukuman Langit, “Aku pernah beberapa kali berinteraksi dengan Vinnie Bertram. Dia adalah Mage Petir yang jujur, meski agak kurang fleksibel.”
Tiba-tiba, ponsel Tao Siming berbunyi *dingdong*. Dia mengeluarkan ponsel dan melihatnya, lalu raut wajahnya berubah:
“Tunggu!”
Lu Jing dan Deng Jingguo menoleh ke arahnya.
Tao Siming dengan ekspresi aneh mengangkat ponselnya ke arah kedua orang itu, “Misi yang kita terbitkan di Guild Pemburu... sudah selesai!”
……
Keesokan harinya, pukul delapan pagi.
Zhang Yuanqing bangun dan mandi, lalu pergi ke ruang tamu. Dia melihat Anne sudah menyiapkan sarapan, bahkan dengan penuh perhatian telah merobek-robek youtiao dan merendamnya potongan demi potongan dalam susu kedelai asin.
Sarapannya sendiri terdiri dari telur goreng, roti panggang, bacon, dan susu kedelai manis.
“Kenapa kamu minum susu kedelai manis?”
“Aku tidak terbiasa minum yang asin.”
“Berjanjilah padaku, jangan minum susu kedelai manis lagi.”
“……”
“Setelah sarapan, Zhang Yuanqing menyimpan ponsel ke saku, memutar kenop pintu, dan keluar rumah. Kebetulan melihat Cao Qianxiu sedang menggandeng tangan adiknya keluar.”
“Wajah Cao Chao masih basah oleh air mata, tangannya menggenggam es krim. Entah dihukum oleh ibu atau kakak perempuannya.”
“Ketika berpapasan, Cao Qianxiu tiba-tiba berhenti. Sorot matanya berbinar namun terlihat kikuk, membeku di tempat.”
“Zhang Yuanqing mendekat, mengusap kepala Cao Chao sambil tersenyum: "Ada apa?"”
“Cao Chao menangis 'Waah', memeluk kaki kakak sambil mengusapkan ingus: "Aku mau makan dua es krim! Ibu bilang aku kampret!"”
“"Pulang sana, teriak ke ibumu: 'Panggil aku ganteng!'" kata Zhang Yuanqing. "Nanti dibolehin dua es krim."”
“"Beneran?" Mata polos bocah itu membelalak.”
“"Dulu aku juga teriak begitu ke ibuku. Pasti berhasil!" Zhang Yuanqing memberi semangat.”
“Demi es krim dan kepercayaan pada kakak tetangga, Cao Chao membanting pintu baja masuk ke ruang tamu untuk debat dengan nyonya pemilik kos.”
“Barulah Zhang Yuanqing menatap gadis tetangga itu:”
“"Maaf, aku sembunyikan level asliku."”
“Cao Qianxiu tersenyum pahit: "Waktu itu kita belum cukup dekat. Siapa yang mau kasih tahu level sebenarnya ke orang asing?"”
"Bukannya kamu sudah bisa bicara……" Zhang Yuanqing bergumam dalam hati, tidak mengatakannya langsung karena takut memalukan gadis yang sombong itu.
Cao Qianxiu ragu sejenak, lalu mencoba bertanya:
"Kalau soal bergabung dengan Aliansi Anti Hitam-Putih……"
"Menurutku menarik. Sebelum pulang ke Tiongkok, aku anggota Grup 6 Aliansi Anti Hitam-Putih. Hubungi aku jika ada urusan, tapi gaji jangan ditunda." Zhang Yuanqing memberikan jawaban tegas.
Cao Qianxiu diam-diam lega, "Kalau ada pertemuan rutin anggota grup……"
"Aku akan datang jika ada waktu." Zhang Yuanqing mengangguk.
Senyum mengembang di wajah gadis itu.
Tiba-tiba teriakan seperti babi disembelih terdengar dari dalam rumah. Cao Chao berlari keluar sambil menangis tersedu-sedu, memandang Zhang Yuanqing dengan tatapan penuh kepedihan seolah menyampaikan tuduhan.
Es krim di tangannya pun sudah lenyap.
"Gagal lagi?" Zhang Yuanqing berpikir sejenak, "Coba lain kali pakai kalimat 'Tiga puluh tahun di timur sungai, tiga puluh tahun di barat sungai, jangan meremehkan kemiskinan pemuda'."
Cao Chao semakin keras menangis.
"Sudah-sudah, sekarang pergi ketuk pintu 403. Bibi Anne akan memberimu kompensasi sekantong camilan."
Cao Chao langsung berhenti menangis: "Benarkah?"
"Kapan aku pernah membohongimu?" Zhang Yuanqing membalas bertanya.
"Hmm!" Cao Chao melompat-lompat pergi mengetuk pintu.
Melihat kelakuan konyol adiknya, ekspresi Cao Qianxiu menjadi rumit: "Kadang aku meragukan, benarkah kamu seorang Pengintai? Aku ingat Pengintai itu tentara yang serius dan disiplin."
“Itu karena kalian tidak mengenal Region Besar Kedua. Dalam setiap kelompok pasti ada yang berbeda. Keseriusan dan formalitas adalah aura kelompok, bukan individual. Pasti selalu ada yang kurang serius dan kurang formal.” Zhang Yuanqing membasuh rambutnya: “Aku kenal seorang fire master yang lebih bijak daripada Sarjana. Juga kenal Sarjana yang lebih berlebihan daripada fire master. Ada juga Pengintai kuat yang suka dipuji dan melihat orang sujud dan memohon ampun...”
Cao Qianxiu mendengarkan dengan serius.
……
Pukul setengah sepuluh pagi, Zhang Yuanqing yang mengenakan pakaian preman, menyamar menjadi Jia Feizhang pria paruh baya botak, melangkah masuk ke Gedung Bank Meisheng.
Dia langsung menuju meja resepsionis dan berkata kepada wanita Kaukasia berambut cokelat dan bermata cokelat: “Halo, saya mencari Will George, dia manajer klien saya.”
“Tunggu sebentar!” Resepsionis menunduk mengoperasikan laptop. Sejenak kemudian, dia mengangkat kepala: “Will George sudah mengundurkan diri bertahun-tahun lalu.”
Mengundurkan diri? Hmm, berarti Jia Feizhang sudah puluhan tahun tidak membuka brankas... Zhang Yuanqing berkata: “Saya mau membuka brankas, nomornya 0042.”
Resepsionis itu berkata: “Tolong tunjukkan dokumen identitas yang valid...”
Di mata Zhang Yuanqing muncul pusaran transparan, “Kamu sudah melihat dokumen valid saya.”
Resepsionis itu terkesiap, lalu tersenyum lebar: “Silakan, ikuti saya!”
Dia membawa Zhang Yuanqing masuk ke area dalam bank dan mengetuk pintu manajer: “Manajer, tamu ini ingin membuka brankas.”
……
