Imam Besar
Zhang Yuanqing segera menenangkan pikiran, melalui tanda di laut kesadarannya, memasuki tubuh Elder Kesembilan.
Di ruang bawah tanah yang hitam pekat, kerang raksasa berwarna emas terbaring diam, detak jantung yang kuat terdengar dari dalam cangkangnya.
"Dung-dung, dung-dung……"
Satu demi satu, semakin keras setiap kali.
Makhluk dalam cangkang itu akan segera lahir, tapi pasti tidak sekarang juga!
Artinya mereka perlu menahan Pendeta Agung Dewa Cahaya untuk sementara waktu.
Sekelompok Elder level delapan melawan Sovereign level 9 terhebat, meskipun Moniá, Erígá, dan Xīnxīyà berada di pertengahan-akhir level 8, tetap selisih satu level penuh.
Sementara Zhang Yuanqing sendiri, EXP-nya hampir mencapai level 8, kekuatan tempur sebenarnya sulit dipastikan. Tanpa artefak, kekuatannya setara pertengahan level 8.
Dengan berbagai set lengkap dan artefak berkualitas tinggi, bahkan bisa bersaing dengan Sovereign level 9.
Bagaimanapun, set armor dewa guntur telah menyentuh ambang pintu level 9.
"Dibandingkan masa di Gudang Harta Gereja, Nilai Pengalaman saya telah meningkat pesat, bisa bertahan menggunakan set armor dewa guntur selama tiga menit. Jika bisa melakukan kontak fisik untuk pengobatan luka, durasi penggunaan akan lebih lama……"
"Saya yang akan jadi tulang punggung, yang lain dukung saya. Ulur waktu sebanyak mungkin, Dewa Primitif akan segera lahir……"
Sambil pikirannya berkelebat, Zhang Yuanqing melompat dari jendela, menyongsong cahaya emas yang mendesing itu.
……
Erígá yang berdiri di menara lonceng, telah lebih dulu menyambut saat cahaya emas itu melesat ke Pulau Paphos.
"Uuuuu……"
Permukaan laut muncul angin puyuh raksasa yang menyambung lautan dengan langit, tubuh gemuknya dipenuhi Bilah Angin, mengamuk dan menelan segala sesuatu di sekitarnya.
Kombinasi angin puyuh dan Bilah Angin adalah "output" terkuat Fukansha, dijuluki bencana alam bergerak. Bahkan Sovereign setara level yang terperangkap dalam pusaran angin puyuh hanya bisa menerima kerusakan dan terus "kehilangan darah".
Pikiran E Li Jia sederhana: halau musuh di luar pulau, jangan biarkan Imam Besar Dewa Cahaya menginjakkan kaki di pulau.
Di tengah pemandangan bagaikan kiamat, cahaya emas itu memasuki area badai. Sejenak, nyanyian melengking dan bergema terdengar di atas laut:
"Bencana telah tiba, percayalah pada cahaya, redakan badai, lenyapkan malapetaka..."
Nyanyian itu mengandung irama magis yang menggerakkan kekuatan supernatural. Laut yang bergelora tiba-tiba tenang, badai raksasa yang menyatu dengan langit menyusut dengan kecepatan kasat mata.
Cahaya emas melaju tanpa hambatan di zona badai yang semakin mereda.
Kilatan tajam muncul di pupil mata E Li Jia yang berubah transparan. Aliran udara kebiruan berkumpul di atas kepalanya, membentuk mahkota yang termaterialisasi.
Angin puyuh mengelilingi sayapnya, membentuk sepasang sayap angin sepanjang sepuluh meter.
Auranya berubah menjadi dingin dan tak acuh, wajahnya beku bagai avatar langit dan perwujudan aturan, tanpa emosi makhluk hidup.
Ini adalah kemampuan pasif Fukansha: Sovereign Langit!
Menekan semua makhluk yang bisa terbang dan aktif di udara.
Efek penekanan tergantung level kedua belah pihak. Pada level yang sama, bisa menekan 50% atribut musuh. Untuk musuh satu level di atas, efeknya 10%-30% tergantung Nilai Pengalaman.
Eriga bagaikan dewa yang menyatakan dekrit: "Turun!"
Cahaya emas bak meteor, kecepatannya jelas berkurang, seolah menghadapi resistensi bertubi-tubi.
Angin puyuh yang melemah kembali mengembang, memulihkan keganasan dahsyat meski masih lebih lemah dari sebelumnya.
Eriga menutup rapat sayap angin raksasanya, puluhan hingga ratusan angin puyuh bergerak dari segala penjuru untuk menghancurkan gumpalan cahaya emas yang nekad menyeberangi samudera menuju Pulau Paphos.
Akhirnya, cahaya emas berhenti, berdiri di pusat badai.
Saat itu, Pendeta Agung dalam cahaya emas memperlihatkan wujudnya: lelaki tua berambut dan berjanggut putih, bermahkota daun salam, mengenakan jubah putih bersinar dengan tinggi sekitar dua meter dan tubuh kekar.
Di punggungnya tergantung busur besar coklat muda dengan enam anak panah emas.
Lelaki bermahkota itu menyala dalam cahaya emas murni, membentuk barrier berbentuk bola berdiameter dua puluh meter.
Di dalam barrier, hukum alam tak berlaku!
Angin puyuh yang membawa ribuan bilah angin menggerogoti barrier dari luar dengan tabrakan gila dan daya hancur, namun tak mampu menggoyangkannya sedikitpun.
Pupil mata keemasan Pendeta Agung menatap Eriga yang bagai dewa, melepas busur dan memasang anak panah emas.
Busur seketika melengkung bak bulan purnama.
Dentang tali busur menggema di jagat raya, cahaya emas melesat menghancurkan badai di sepanjang trajektorinya, menguapkan semua energi spiritual.
Eriga segera membangun Tembok Angin sebagai perisai di depan anak panah.
Namun di detik berikutnya, tembok itu pun dimurnikan.
Dewi Menea menghalangi di depan Eriga, menancapkan pedang besar di depannya untuk membentuk Tembok Kuningan.
Tembok itu juga "terbakar tembus" oleh anak panah emas, gagal menghalangi.
Di saat kritis, aliran listrik melesat dari kejauhan, terkumpul menjadi sosok berbaju zirah kilat yang diselimuti cahaya petir.
Zhang Yuanqing mendorong Menea ke samping, kedua tangannya memancarkan kilat menyilaukan tak terhingga, mencengkeram anak panah emas.
"Byur!"
Anak panah emas meledakkan kedua tangannya tanpa hambatan, menembus dadanya, diikuti suara "Byur" di belakangnya.
Hati Zhang Yuanqing terasa berat, ia berbalik dan melihat Eriga juga tertembus dada, menyaksikan anak panah emas melesat jauh melewati Pulau Pafos jatuh ke laut.
"Boom!!"
Ratusan ton air laut "menguap" oleh kekuatan Dewa Matahari, menguap lalu menyatu kembali dengan laut, mengeluarkan ledakan dahsyat bagai gunung berapi bawah tanah.
Eriga membuka mulut tapi tak bersuara, dari lubang hidung, mulut, mata dan telinganya menyembur api emas.
Hanya sedetik, Sovereign tinggi ini terbakar menjadi kerangka merah menyala, jiwanya hancur lebur dalam kekuatan Dewa Matahari.
Kemudian, tujuh lubang di wajah Zhang Yuanqing juga menyemburkan api emas, tapi ia tak mati seperti Eriga.
Set armor dewa guntur memberinya tingkatan awal level sembilan, ditambah resistensi super sebagai dewa penjelajah matahari yang fokus pada Taiyang.
“Meski begitu, pembakaran dari kekuatan Dewa Matahari masih menimbulkan kerusakan parah padanya, mempersingkat durasi pemakaian set armor dewa guntur dari tiga menit menjadi 30 detik.”
“Dia tak punya cadangan energi hidup untuk melawan erosi dewa guntur.”
“Inikah Sovereign terhebat?”
“InikahSovereign terhebat!!”
“Keringat dingin langsung membasahi punggung Zhang Yuanqing. Dengan cepat dia membuka inventory, meraih Pisau Tubuh dan Jiwa Musnah, lalu mengaktifkan skill 'Penghancur Bentuk'.”
“Penghancur Bentuk yang mengabaikan semua pertahanan fisik!”
“Derit~”
“Busur listrik biru terang berkilatan, kekuatan kilat mengalir liar ke tangan kanannya yang memegang pedang, menyuntikkan energi ke bilahnya.”
“Rasakan railgun pedangku ini!”
“Zhang Yuanqing menggerakkan jari, melesatkan Pisau Tubuh dan Jiwa Musnah.”
“Boom!”
“Kilatan petir raksasa menyambar, udara berderit kacau, busur listrik menjalar di separuh langit.”
“Didorong oleh kekuatan kilat, Pisau Tubuh dan Jiwa Musnah mendekati kecepatan cahaya, langsung menembus barrier berbentuk bola.”
“Krek!”
“Braak!”
“Pisau Tubuh dan Jiwa Musnah terkoyak berkeping-keping menjadi fragmen.”
“Barrier bola itu meledak, peraturan pertahanan di area ini pun membubarkan diri.”
“Tak sempat merasa sakit, Zhang Yuanqing berubah menjadi cahaya bintang dan berpindah dekat Sang Imam Besar. Dia membuka inventory dan memanggil Formasi Tujuh Bintang Lentera.”
“Lentera Tujuh Bintang dengan cahaya lilin hijau menyala bermunculan, membentuk formasi magis yang menjerat Sang Imam Besar.”
“Zhang Yuanqing kembali berubah menjadi cahaya bintang menjauh, langsung melepas set armor dewa guntur, lalu menyuntikkan cairan sumber kehidupan ke vena lehernya.”
Dia tidak berharap Formasi Tujuh Bintang Lentera bisa mengurung Imam Besar, asal bisa mengulur waktu sampai kondisi tubuhnya pulih dan durasi penggunaan set armor dewa guntur ter-refresh.
Dalam formasi, Imam Besar menengadahkan kepala dengan ekspresi khidmat, menatap lentera terbang aneh yang belum pernah dilihatnya.
Seperti harimau yang pertama kali melihat keledai.
Setelah menunggu belasan detik, melihat lentera Tujuh Bintang yang melayang di atas kepala tak ada kelainan, Imam Besar mulai menyerang, memberanikan diri melesatkan cahaya emas untuk menghancurkan sebuah lentera Kongming.
Seketika, aura pedang berhamburan seperti hujan badai, menusuk tubuh Imam Besar hingga berlubang-lubang seperti saringan, penuh lubang yang mengucurkan darah.
Cahaya emas berkilauan di permukaan tubuh Imam Besar, semua lukanya sembuh total.
Ia langsung memahami kekuatan formasi lentera ini, terus melentikkan jari dan melesatkan semburan cahaya emas yang meledak di udara menjadi bola-bola api berpadu hijau keemasan.
Serangan Imam Besar tidak terlalu kuat, pertahanan fisiknya biasa saja, kecuali panahnya yang mengerikan... Profesi Dewa Cahaya memiliki skill pengobatan, Pengendalian Hewan, menenangkan bencana, hukum, dan ahli panah...
Total ada enam anak panah, enam serangan mematikan, satu sudah digunakan...
Zhang Yuanqing cepat-cepat menganalisis skill musuh, menyusun strategi menghadapi lawan dalam pikirannya.
Kurang dari 5 menit, ratusan lentera Tujuh Bintang hancur semua.
Zhang Yuanqing yang kondisi tubuhnya sudah pulih total segera memanggil set armor dewa guntur, berubah menjadi avatar dewa guntur yang merosot dengan kilatan listrik mengelilinginya, tampak gagah perkasa.
Imam Besar kembali mengeluarkan anak panah emas, memasangnya di busur, dan membidik Zhang Yuanqing.
