"Mempertaruhkan Nyawa"
"'Yuanzi pernah mencarimu?'"
"Jiang Yu'er merasa bingung dengan perkataan keponakannya. Bukankah ini hal yang sangat biasa?"
"Chen Yuanjun merenung beberapa detik, lalu berkata:"
"'Setelah ingatanku regenerasi, baru kusadari selama lebih dari tiga tahun, Yuanzi yang kuhabiskan waktu sehari-hari hanyalah individu dengan keterbelakangan mental yang hanya bisa berkomunikasi secara terbatas. Namun, dalam suatu fragmen ingatan, Yuanzi menunjukkan kecerdasan emosional yang normal.'"
"'Ini bertolak belakang dengan ingatanku. Aku tidak bisa membedakan apakah memoriku yang bermasalah, atau memang benar terjadi.'"
"Alis Jiang Yu'er seketika berkerut."
"Sebagai ahli hipnosis, dia sangat paham bahwa memori Chen Yuanjun tidak mungkin rusak. Hipnosis pada dasarnya hanya 'melupakan' - jika sudah ingat, ya sudah. Tidak mungkin muncul kekacauan memori."
"Artinya, Yuanzi pernah menemui Chen Yuanjun selama periode menjadi Mo Jun!"
“Kamu tidak salah ingat, Yuanzi yang diam-diam mencari kamu. Hmm, jika benar kamu pernah bertemu dengannya, seharusnya kamu langsung menyadari perbedaan antara dua Yuanzi dan mencurigai keganjilan. Tapi kamu sama sekali tidak bereaksi.” Jiang Yu'er mengerutkan kening bertanya:
“Mungkin setelah menemui kamu, dia menghipnotismu. Untuk apa dia mencarimu?”
Chen Yuanjun tersenyum getir: “Inilah alasan aku buru-buru pulang. Aku ingat kejadian itu, tapi lupa detailnya.”
Setelah mengatakan ini, dia bertanya:
“Sepertinya Yuanzi tidak bisa dihubungi. Teleponnya tidak diangkat.”
Sepupumu sibuk menyelamatkan dunia! Jiang Yu'er berpikir beberapa detik, lalu berkata: “Aku akan bantu kamu mengingat dengan hipnosis.”
Tangannya meraba-raba ke saku celana, mengeluarkan sekeping koin. “Lihat ini. Aku akan melemparkannya ke udara. Saat jatuh, kamu akan masuk ke kondisi relaksasi total.”
Semakin tinggi tingkatan klon, semakin besar energi spiritual yang terkuras. Energi ini dibayar oleh tubuh asli. Klon yang hanya untuk menemani keluarga tentu tidak memiliki tingkatan tinggi.
Koin melesat ke udara, berputar, lalu “Dang!” mendarat.
Pupil mata Chen Yuanjun tiba-tiba mengembang seperti orang tidur berjalan. Otot tubuhnya perlahan mengendur, raut wajah tenang, emosi stabil.
Suara Jiang Yu'er samar dan lembut seperti bisikan seorang Ibu:
“Apa yang Yuanzi cari darimu?”
Chen Yuanjun menjawab seperti orang mengigau: “Aku... tidak ingat jelas...”
Setelah jeda, dia melanjutkan: “Sepertinya... sesuatu yang sangat penting... sangat-sangat penting...”
Alis Jiang Yu'er berkerut perlahan. Setelah bertanya berulang, jawaban yang didapat tetap sama.
……
"New Covenant County, klon Zhang Yuanqing mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap tajam ke arah Cat King Speaker."
"Suara dari speaker bukanlah suara yang sengaja dibuat serak, melainkan suara aslinya yang normal."
"Mo Jun, yang juga adalah dirinya, menggunakan nada suara biasa, sedangkan lawan bicaranya adalah kakak sepupu... Dia hanya memiliki satu kakak sepupu."
"Benar saja, audio memutar jawaban singkat Chen Yuanjun: 'Ada apa?'"
"Zhang Yuanqing segera menyingsingkan telinga, namun dari Cat King Speaker terdengar 'derit' listrik yang menutupi suaranya."
"Beberapa detik kemudian, suara kembali jelas:"
"'Kakak, lihat jam ini... Setelah kuhitung sampai tiga, kau akan melupakan percakapan hari ini dan hal yang kuminta, tiga, dua, satu...'"
"Audio berakhir!"
"'Untung ada kamu,' Zhang Yuanqing menepuk Cat King Speaker sebagai penghargaan, 'Lanjutkan!'"
"Masih banyak audio berikutnya, demi keamanan, harus didengarkan semua."
……
"*Nafas berat*... *nafas berat*..."
"Penglihatan Raja Mata Iblis memerah oleh darah yang mengalir dari dahinya yang retak."
"Bajunya sudah compang-camping, telanjang bulat, meski dalam situasi ini tak ada yang peduli soal aurat."
"Tubuhnya penuh lubang, delapan lengan kekarnya patah-tumbuh berkali-kali, kini tersisa tiga dengan tujuh lainnya tak mampu beregenerasi."
"Seluruh tulangnya remuk, pinggang-perut dan punggung berdarah-daging tergulung, organ dalam terlihat samar."
Pertempuran intensif yang berlangsung lama hampir menghabiskan tenaganya. Jimat Sunrise yang dibuat langsung oleh Penguasa Matahari menekan semua energi spiritual, memutus kemungkinan menyerap energi spiritual untuk menyembuhkan diri.
Selain luka fisik, cedera di tingkat jiwa-lah yang benar-benar seperti salju ditimpa es.
Dua tengkorak di bahu kirinya baru saja dicabut paksa oleh Tianwang Ketakutan, lukanya masih mengucurkan darah deras hingga kini.
Tiga kepala Dewa Perang Kuno bukan sekadar hiasan. Mereka adalah tengkorak sungguhan yang mengawasi medan perang, sehingga setiap kepala menyimpan sebagian jiwa.
Memenggal kepala sama dengan menghilangkan sebagian jiwa.
"Apakah Jimat Sunrisemu sudah habis?" Raja Mata Iblis meludahkan darah, "Laozi hampir tak kuat bertahan."
Fu Qingyang berkata dingin, "Ini yang terakhir."
Setelah mempelajari Seni Pedang dari lukisan dinding di Shu Shan Nan Yuan, keterampilan pedang Fu Qingyang mencapai level tinggi. Ditambah dengan kemampuan kewaspadaannya, pertarungan jarak dekatnya jelas lebih unggul dari Raja Mata Iblis.
Kondisi Pangeran Uang memang sedikit lebih baik, tapi hanya dibandingkan Raja Mata Iblis. Sebenarnya, luka Pangeran Uang juga parah: tangan kiri hilang, tulang dada remuk, perdarahan organ dalam masif, mata kiri buta.
Meski perlahan sembuh, proses penyembuhan ini bagai menimba air dengan saringan.
Di bawah terang Sunrise, kematian mereka akan menjadi kematian yang sesungguhnya.
"Semi-dewa tetaplah Semi-dewa, meskipun sebagian besar skill dan artefak ditekan, meskipun Pengintai tingkat tinggi adalah profesi dengan seni pedang dan beladiri terkuat di Lingjing, meskipun Fu Qingyang dan Raja Mata Iblis bersekutu, tetap bukan lawan Tianwang Ketakutan."
"Namun, luka Tianwang Ketakutan juga tidak ringan. Tubuh gagahnya dipenuhi goresan pedang dan luka akibat pukulan, jantungnya baru saja ditusuk pedang Fu Qingyang."
"Delapan lengan tersisa lima."
"Tapi semua luka ini bisa disembuhkan dalam waktu singkat asalkan 'Sunrise (Terbitnya Matahari)' berakhir."
"Lebih baik hentikan Sunrise," kata Raja Mata Iblis, "Laozi mau bertarung sampai mati dengannya!"
Tangan Fu Qingyang yang memegang pedang gemetar halus akibat kejang-kejang otot. Meski terluka parah, sorot matanya tetap tajam:
"Siapa yang memberimu ilusi bahwa aku bisa membatalkan Sunrise secara aktif?"
Sudut mulut Raja Mata Iblis berkedut. Ia menyeringai sinis:
"Kalau begitu berdoalah kita bisa bertahan sampai Sunrise berakhir."
"Saat Sunrise berakhir, itulah ajal kita!" Fu Qingyang berkata dingin, "Saat di level Sage, aku pernah mempelajari jurus bernama 'Sword Art 'Bendungan Jebol'', adaptasi dari skill 'putus asa' yang dibuat oleh ahli pedang kuno. Kelebihannya, Pengintai level Transcendent pun bisa mempelajarinya."
"Lalu?" Raja Mata Ihlis meliriknya, "Kau berharap seni pedang level Transcendent bisa mengubah arus bahaya untuk kita?"
Layaknya Pendekar Pedang yang dingin, Fu Qingyang menjawab datar:
“Jurus pedang ini tidak melibatkan energi spiritual, murni teknik belaka. Intinya adalah melalui meditasi, merangsang sel-sel, mengerahkan seluruh tenaga, untuk meledakkan kerusakan yang melampaui level diri sendiri.
“Energi spiritual dan stamina Tianwang Ketakutan sudah hampir habis. Gendong aku selama satu menit, hanya satu menit! Kita harus memberikan luka berat yang sesungguhnya padanya sebelum skill Sunrise (Terbitnya Matahari) berakhir.”
Barulah ada secercah harapan.
“Tapi tenagaku sudah di ujung tanduk.” Raja Mata Iblis mengangkat bahu.
Fu Qingyang dengan wajah datar: “Kalau begitu, kau mati dulu, aku menyusul.”
Raja Mata Iblis menatapnya dalam-dalam. Beberapa detik kemudian, sudut mulutnya menyungging:
“Setuju!”
Begitu kata-katanya habis, ia menyeret tubuh penuh luka itu menuju Tianwang Ketakutan, bagai prajurit yang maju menyongsong kematian sendirian.
Di kejauhan, Tianwang Ketakutan yang sedang berusaha memulihkan tenaga menyeringai, menyambut dengan inisiatif sendiri.
“Braak!”
Raja Mata Iblis langsung terjungkal ke tanah oleh satu pukulan saat pertarungan dimulai.
Fu Qingyang menutup mata. Tekad baja menekan semua emosi, memasuki meditasi dengan cepat.
Belasan detik kemudian, meski tak ada gelombang energi spiritual sama sekali, otot-ototnya mulai menegang beruntun. Darah dari lukanya berhenti mengalir deras.
Braak! Braak! Braak!... Hujan pukulan menghujani. Raja Mata Iblis yang tergeletak mempertahankan diri dengan siku beberapa saat, lalu menendang dada Tianwang Ketakutan untuk meloloskan diri.
Ia bangkit cepat, satu lengan membentuk garda seraya dua kepalan melesat “syuut syuut” seperti ular berbisa yang menerkam.
Tianwang Ketakutan memiringkan kepala, menghindar dengan mudah, melangkah maju, tinjunya yang lihai menghantam perut Raja Mata Iblis.
“Huek～”
Bola mata Raja Mata Iblis mendelik seketika, dipenuhi urat darah, tubuhnya membungkuk, asam lambung memancar dari mulutnya.
Tianwang Ketakutan menekan kepala lawannya, menghempaskannya ke bawah sambil menyerang dengan lutut.
Braak, braak, braak... Tubrukan lutut yang ganas terus menerus menghajar wajah Raja Mata Iblis, meremukkan tulang hidung, menghancurkan gigi baja, hingga meledakkan bola matanya.
Raja Mata Iblis mengerahkan tiga lengannya, nekat mengayunkan tinju balasan, namun lengan Tianwang Ketakutan mencengkeramnya.
Tianwang Ketakutan menghentikan serangan lutut, kedua lengannya merangkul leher Raja Mata Iblis dari belakang sementara tiga lengan lainnya mengikat sisa tiga lengan lawan.
“Kenapa? Tidak tega menggunakan anugerah dari ‘Pertempuran Mereka Rusa’?” Lengan Tianwang Ketakutan terus mengerahkan tenaga, suara "krek" terdengar dari leher Raja Mata Iblis—pertanda tulang lehernya mulai patah.
“Setelah kupenggal kepalamu, di bawah terang kekuatan Dewa Matahari, kau takkan bisa menggunakannya!” Sambil berkata demikian, Tianwang Ketakutan melirik Fu Qingyang yang tak jauh, ekspresinya berubah sejenak sebelum menyunggingkan sudut mulut:
“Aku paham! Kau ingin melukai beratku dulu baru menggunakan anugerah dewa! Heh, menurutmu nanti siapa yang kondisinya lebih baik—kau atau aku?”
Ia terus mengerahkan kekuatan di kedua lengannya, suara "krek" semakin keras, leher Mata Iblis memanjang beberapa sentimeter. Dalam kesakitan yang luar biasa, Raja Mata Iblis secara aktif meraih tiga lengan Tianwang Ketakutan, mengaum: "Sudah selesai belum?!"
"Byur!"
Tengkorak Raja Mata Iblis terpisah dari tubuhnya, bersama dengan setengah tulang belakang domba.
Bekas potongan leher menyemburkan semburan darah setinggi 5-6 meter.
Tangannya masih mencengkeram erat Tianwang Ketakutan.
Fu Qingyang tiba-tiba membuka mata, tubuhnya berubah menjadi kilatan cahaya pedang, dalam sekejap muncul di belakang Tianwang Ketakutan. Dua pedang di tangannya berubah menjadi roda pedang berputar, cahaya pedang menyala-nyala di tubuh Tianwang Ketakutan.
Otot tangan terputus, tendon Achilles terbelah, abs simbol kekuatan inti dipotong.
Saat Tianwang Ketakutan perlahan berlutut, Fu Qingyang menghentakkan kakinya, memutar pinggang untuk menggerakkan kedua lengan, menghantam keras bahu kiri Tianwang Ketakutan.
Byur! Byur!
Satu tebasan membelah kulit-daging, satu tebasan memutus tulang leher!
Kepala di bahu kiri Tianwang Ketakutan berguling jatuh.
"Berdesis..." Di bawah sinar kekuatan Dewa Matahari, asap samar mengepul dari tengkorak itu, jiwa yang terkandung di dalamnya meleleh.
Bagi tengkorak itu, "itu" sudah mati.
"Berdesis..." Kepala Raja Mata Iblis juga mulai mengepulkan asap. Yang berbeda, jiwa di kepala kiri Tianwang Ketakutan lebih lemah, pertama kali tercerai-berai.
Dan tengkorak utama Mata Iblis, jiwa di dalamnya masih bertahan.
Tianwang Ketakutan mengaum keras, tubuhnya menerjang ke depan, menyeruduk dengan kepala ke dada Fu Qingyang.
Bunyi "Dung" bergema, Fu Qingyang yang menyilangkan dua pedang di dadanya tergelincir mundur beberapa meter.
Darah mengucur deras dari tujuh lubang di wajahnya, posturnya tetap tegak seperti pohon pinus, namun detak jantungnya berhenti, cahaya di matanya juga cepat memudar.
Yang tidak diberitahukannya pada Mata Iblis adalah: jurus pedang ini membebani tubuh secara ekstrem. Jika digunakan dalam kondisi tidak prima, bisa menyebabkan Pendekar Pedang syok dan mati mendadak. Karena itu sering dijadikan metode bunuh diri bersama oleh pendekar pedang zaman kuno.
Dalam keadaan sudah kelelahan, tak terhindarkan dia mati mendadak.
Persis saat itu, simbol matahari di belakang kepala Fu Qingyang perlahan padam.
