"Kamu sudah sadar, baguslah!"
Begitu melihat Yang Cheng, Tim Hank langsung tersenyum dan berlari mendekat, memandangnya dengan penuh perhatian, "Hanya ada lebam di wajah, tidak apa-apa, nanti juga hilang sendiri!"
Lalu terkekeh sambil berjalan ke meja samping, menuangkan segelas air dan memberikannya pada Yang Cheng, "Minumlah dulu!"
Yang Cheng menatap mata Tim beberapa saat, akhirnya menerima gelas itu dan menghabiskannya sampai tandas, Gluk gluk, memang tenggorokannya sangat kering.
"Mau tambah?" Tim bertanya penuh perhatian.
Yang Cheng menggelengkan kepala, "Tidak, terima kasih!"
“Kenapa terlalu formal!” Tim terkekeh duduk di hadapan Yang Cheng.
Yang Cheng memandang pemuda Jerman yang terlihat baik padanya ini dengan perasaan familiar sekaligus asing. Ingin berbicara sesuatu, tapi tidak menemukan topik pembicaraan, bingung bagaimana memulai.
Di sisi lain, Tim yang melihat Yang Cheng diam-diam, mengira teman sekelas lamanya ini menyimpan dendam dalam hati, juga merasa tidak nyaman.
Diam sekitar beberapa menit, Tim tiba-tiba batuk kecil. "Ahem, Yang Cheng... maafkan aku, aku..."
Beberapa kata tersangkut di kerongkongannya. "Pokoknya, aku benar-benar menyesal! Sudah kupikirkan lama, setelah terjadi hal seperti ini... lebih baik Kamu pergi dulu saja!"
"Pergi? Ke mana?" Yang Cheng mengerutkan kening.
“Pergilah ke bagian barat!” Tim berdiri, “Di sana gaji tinggi bagus, lingkungan juga berkali-kali lipat lebih baik dari sini. Dengan bakatmu ditambah sertifikat pelatih Level A-mu, kamu pasti bisa menemukan pekerjaan yang layak di sana. Lebih baik daripada terus tinggal di Chemnitz menanggung penghinaan!”
Yang Cheng membeku memandang bayangan dari belakang Tim. Rekannya itu berdiri di posisi tetap dekat jendela, menatap ke kejauhan dimana terlihat sebuah lapangan sederhana berwarna Langit Biru - kandang sendiri Chemnitz.
“Aku pernah berpikir, jika aku sukses belajar di luar dan kembali ke kampung halaman, aku bisa berbakti untuk tim di sini, membantunya lepas dari kesulitan saat ini. Tapi sekarang, aku harus mengakui... itu semua hanyalah omong kosong yang aneh!”
Tarikan napas dalam Tim bahkan bisa jelas terlihat oleh Yang Cheng dari belakang. Medan gaya emosi yang bersemangat itu nyaris terpancar keluar.
"Sejak kecil aku selalu diajak Ayah menonton bola di stadion ini. Beliau seumur hidup adalah fans Chemnitzer FC. Sejak usia sangat kecil, aku sudah bersumpah untuk setia pada Chemnitzer FC yang berwarna Langit Biru. Ayah pernah berkata, kelak jika aku dewasa, aku harus belajar sepakbola dan memimpin Chemnitzer FC meraih gelar juara, tapi…"
"Tembok Berlin runtuh. Klub-klub Jerman Timur digabungkan ke liga Jerman Barat. Dresden yang dijuluki kebanggaan Jerman Timur dihancurkan dengan telak di Bundesliga. Bahkan Chemnitzer FC pun kesulitan mempertahankan status divisi di 2. Bundesliga. Semua ini… orang tua itu tidak sempat melihat, juga tidak bisa menebak!"
Melihat bahu Tim yang sedikit berkedut, kenangan Yang Cheng segera muncul: Ayah Tim telah meninggal sebelum penyatuan Jerman Timur dan Barat. Tim juga terpengaruh oleh ayahnya, mengambil jurusan sepakbola saat kuliah, dan setelah lulus menolak tawaran gaji menggiurkan dari banyak klub Jerman Barat untuk kembali berbakti di tim kampung halamannya.
Namun realitas yang dihadapinya jauh berbeda dari idealisme yang dibayangkan. Ini masalah yang dihadapi ribuan mahasiswa, baik di Jerman maupun Tiongkok, baik di tahun 1995 maupun 2011!
"Aku... sudah tak punya harapan, tapi kamu masih punya! Kau harus pergi dari sini!" Tim menoleh sambil tersenyum pahit.
Di kehidupan sebelumnya, Yang Cheng adalah orang yang sangat menjunjung solidaritas. Saat memimpin tim kampus FX, dia sangat dicintai para pemain. Mendengar perkataan Tim kali ini, justru hatinya tersentuh, apalagi masih teringat taruhannya dengan Reinhard Heffner.
Jika Yang Cheng berhasil mempertahankan status, selain gaji, Hefner juga harus secara aktif meninggalkan Chemnitz. Sebaliknya, Yang Cheng tidak akan menerima gaji untuk season ini.
Dari perspektif seseorang yang melintas dari kehidupan sebelumnya, Yang Cheng merasa taruhan ini tidak merugikannya. Alasannya sederhana: dia hanyalah lulusan universitas yang punya teori tanpa praktik. Hefner pada dasarnya memberinya kesempatan praktik satu season. Jika nilai bagus, pindah guild nanti akan lebih mudah.
Tentu saja, jika nilai buruk, semua pembicaraan akan sia-sia.
Pergi ke Jerman Barat juga merupakan jalan keluar. Tapi pertama, sudah banyak individu jenius sepakbola Jerman Timur yang bermigrasi ke Barat. Ditambah talenta lokal Jerman Barat sendiri yang melimpah, kesempatan Yang Cheng mungkin tipis. Lebih baik tinggal di Chemnitz dulu, mengumpulkan pengalaman pelatihan satu season.
“Tim Dua Chemnitz musim ini seharusnya bertanding di Liga Utara Level Tinggi ya?” Yang Cheng bertanya penuh perhatian. Jika informasi dari kehidupan sebelumnya-nya tidak salah, ini seharusnya level keempat liga Jerman, liga regional kurang ahli yang dibuka kembali tahun 1994.
“Hmm, Ya, tahun lalu kami juga di Liga Utara Level Tinggi, tapi kami bahkan tidak memenangkan satu pertandingan pun, menjadi satu-satunya tim tanpa kemenangan. Hanya mengandalkan beberapa hasil imbang untuk mengumpulkan poin, bisa terhindar dari degradasi itu berkat rival terberat yang bangkrut finansial sehingga dipotong poin. Kalau tidak, kami sudah terdegradasi sejak lama.”
Karena alasan inilah Tim Dua Chemnitz musim ini telah dipastikan oleh dunia luar sebagai salah satu tim yang sudah memesan slot degradasi Liga Utara Level Tinggi lebih awal.
Saat ini Chemnitz di Bundesliga 2 sendiri sedang terpuruk dalam tragedi, tidak punya uang maupun pemain. Meski terlihat kuat dengan pasukan berkuda, Hefner musim ini juga membawa banyak pejuang dari mantan klub lamanya, tim legenda Jerman Timur Dresden. Tapi seberapa besar kemampuan tempur yang bisa diselaraskan, tidak ada yang tahu.
Dalam situasi tim utama saja kesulitan bertahan, siapa yang masih peduli dengan tim junior?
Perkiraanku, kalau bukan karena peraturan wajib asosiasi sepakbola, tim junior pasti sudah lama dibubarkan!
Saat ini lingkungan umum di Jerman memang tidak menghargai pelatihan muda, hanya saja tim-tim di wilayah Timur lebih parah lagi!
"Sudahlah, Yang Cheng. Taruhan itu cuma alasan Hefner untuk mempersulitmu. Kamu tak perlu serius berdebat dengannya. Dengarkan saranku, pergilah ke Barat. Di sana pasti kamu bisa berkembang pesat!" Tim menasihati dengan tulus.
Tak disangka, Yang Cheng malah menggelengkan kepala terus. "Tidak, aku tidak akan pergi, Tim. Setidaknya untuk sementara, aku belum berniat meninggalkan sini!"
Tim membeku, “Mengapa?”
Yang Cheng yang sudah waras cukup lama, kali ini merasa tubuhnya mulai nyaman, kendali atas raga semakin lancar. Turun dari tempat tidur, menggerak-gerakkan tulang dan otot sambil tersenyum: “Bukankah ini tantangan yang sangat menarik?”
“Tantangan?” Tim membeku. Sifat aslinya sangat jujur, seorang Jerman kolot yang kaku.
“Ya! Saat semua orang menganggap Tim Dua Chemnitz pasti terdegradasi, jika aku bisa memimpin tim ini bertahan, bukankah itu membuktikan kemampuan melatihku? Ketika semua meragukan kita, justru kulihat ini kesempatan langka!”
Yang Cheng adalah jomblo. Filosofi jomblo: selama tidak mati kelaparan, kerugian tak berarti.
Lagipula usianya baru 23, masih punya waktu untuk eksperimen.
Menurutnya, hidup harus terus mencoba hal baru, mengambil risiko. Barulah eksistensi manusia jadi bermakna, bisa dipertahankan dengan spektakuler!
Tim tertegun seperti patung memandang Yang Cheng. Dia sangat sulit memahami keputusan ini, karena menurutnya banyak orang meninggalkan Chemnitz dan Jerman Timur tanpa rasa rindu. Tapi Yang Cheng justru memilih bertahan di tengah kesulitan seperti ini—sebenarnya mengapa?
Lama dia merenung tapi tak kunjung menemukan jawaban. Pada pertarungan terakhir, dia menganggap alasan Yang Cheng bertahan adalah karena dirinya. Ini langsung memenuhi hatinya dengan keharuan. Sorot mata saat melihat Yang Cheng mulai bocorkan emosi yang pekat.
"Hah... Kamu masak dulu, perutku lapar!" Yang Cheng merasa agak merinding. Dia tak tahu mengapa pandangan Tim tiba-tiba berubah seperti ini, seolah ingin menelannya hidup-hidup. Kaget bukan main, dia buru-buru minggat.
"Harus diakui, asrama yang disediakan Chemnitz untuk mereka memang bagus. Apartemen kecil dengan dua kamar tidur dan satu ruang tamu, meski statusnya disewakan, tapi jauh lebih baik daripada tempat kos-kosan di kehidupan sebelumnya Yang Cheng. Plus ada balkonnya."
Saat melangkah ke balkon, sisa cahaya matahari terbenam tepat terpampang di depan mata.
Tanpa terasa, satu hari lagi akan berakhir!
"Ya Tuhan, karena Kau telah membawaku ke tempat ini, aku harus berterima kasih. Dulu mati-matian ingin ke luar negeri, sekarang benar-benar sudah di sini. Aku tidak akan menyerah, pasti meraih sukses!"
Di saat yang sama, informasi di dalam otak Yang Cheng kembali berdenyut.
"Apakah akan segera mengaktifkan 【Sistem Pendukung Pelatih Super】?"
Jendela notifikasi yang sama lagi. Ini sebenarnya apa sih?
Yang Cheng duduk lesu di kursi rotan balkon. Ia bahkan khawatir, jika tidak segera mengeliminasi ini, mungkin akan terus-menerus mengganggunya seperti arwah penasaran dalam mimpi buruk.
Menutup mata, jendela informasi dalam otak terlihat sangat jelas, opsi 【Ya】 dan 【Tidak】 pun tampak sangat terang.
Bagaimana memilih?
Yang Cheng ragu sejenak, tapi dia benar-benar tak ingin terus diganggu.
"Sudahlah, mati pun tak apa. Lagipula ini kan perjalanan lintas dunia, mungkin setelah mati akan melintas ke dunia lain. Paling-paling hidup kembali dari awal, 18 tahun lagi aku akan kembali menjadi jagoan!"
Dengan keyakinan perlawanan sengit yang bulat, Yang Cheng memilih 【Ya】 tanpa ragu!
Seketika, dia merasakan otaknya berubah layaknya desktop komputer, perlahan mengaktifkan sebuah program. Bilah geser menunjukkan progres, di bawahnya tertampil informasi yang sedang dibaca: data pemain, data staf, dan serangkaian data lainnya.
Pada momen ini, tak ada yang bisa dipikirkan selain benda ini di kepalanya.
Sekitar belasan detik kemudian, bilah geser selesai. Muncul jendela persegi panjang dengan beberapa informasi beruntun melompat di bagian atas.
“Selamat datang di 【Sistem Pendukung Pelatih Super】!”
“Sebagai pengguna pertama sistem pendukung ini, Anda dapat segera mengaktifkan 2 fungsi. Silakan pilih: 【Penilaian Transfer】/【Analisis Taktik】/【Rekomendasi Staf】/【Laporan Skor】/【Persiapan Pertandingan】……”
Saat Yang Cheng mengarahkan kesadarannya pada opsi-opsi ini, segera muncul beberapa anotasi penjelas.
Fungsi Penilaian Transfer adalah mengevaluasi kemungkinan transfer pemain serta harga yang diminta klub lain, sekaligus memperkirakan harga ideal saat menjual pemain.
Analisis Taktik akan melakukan analisis sistematis terhadap formasi tim saat ini, memberikan berbagai analisis kelayakan taktik, mengevaluasi karakteristik dan kemampuan tiap pemain untuk membantu pelatih menyusun formasi taktis yang lebih mengoptimalkan potensi skuad.
Rekomendasi Staf, sesuai namanya, akan merekomendasikan staf-staf unggul yang efektif melawan karakteristik lawan.
Laporan Skor bertujuan memberikan penilaian komprehensif terhadap kemampuan dan karakteristik kebiasaan bermain pemain, termasuk posisi, kelebihan, serta kekurangan pemain, untuk memudahkan pelatih kepala memilih pemain yang sesuai kebutuhan.
Persiapan Pertandingan membantu pelatih kepala menganalisis formasi dan taktik lawan sebelum lomba, mengidentifikasi titik lemah dan keunggulan, lalu menyusun strategi yang efektif. Selama pertandingan, sistem akan terus memberikan analisis kondisi aktual untuk mendukung keputusan taktis, serta memberikan evaluasi pasca-pertandingan agar pelatih bisa mengambil pelajaran berharga.
Terdapat pula beberapa opsi lain yang ditelusuri Yang Cheng, semuanya merupakan skill pendukung yang dirancang khusus untuk kebutuhan pelatih kepala.
Jelas bahwa semua fitur ini sangat praktis. Setelah mempelajarinya, harapan Yang Cheng terhadap Sistem Pelatih Pendukung Super ini semakin melambung. Ia mulai berpikir hati-hati tentang Pilihan skill, karena menyadari sekali dipilih maka tidak bisa 'berbalut' lagi.
Bagi dirinya yang sekarang, rekomendasi staf hampir tidak berguna karena dia sama sekali tidak memiliki kekuasaan untuk menandatangani staf. Jangankan scout atau pelatih fisik, bahkan seorang asisten pun tidak bisa dia urus, jadi opsi ini langsung dia serahkan.
Analisis taktik, sekilas terlihat sangat berguna. Tapi dia merasa ini juga tidak terlalu penting untuk saat ini. Sebagai orang yang melintas ke dunia ini, dia sangat paham tren perkembangan formasi taktik. Asal bisa menggenggam poin ini dan menggunakan taktik menyeluruh dari beberapa tahun ke depan, menghadapi sistem taktik yang masih kacau sekarang ini tidak akan sulit.
Adapun analisis karakter pemain, memang ada fungsinya, tapi bukan yang paling mendesak saat ini.
Bagi Yang Cheng, yang paling mendesak sekarang adalah memperkuat kekuatan tim muda Chemnitzer FC. Ini membutuhkan rekrutmen pemain baru, jadi pertimbangan transfer menjadi poin penting karena dia tidak punya uang.
"Poin penting lainnya adalah bagaimana meraih kemenangan dalam pertandingan. Dalam situasi di mana taktik tidak masalah besar, persiapan sebelum dan sesudah pertandingan menjadi sangat krusial, sehingga Persiapan Pertandingan sangat dibutuhkan."
"Fungsi-fungsi lain juga bukan berarti tidak berguna. Sebenarnya setiap fungsi memiliki peran yang sangat besar, tapi masalah utamanya adalah ini bukanlah hal yang saat ini sangat diburukan oleh Yang Cheng."
"Karena alasan inilah, Yang Cheng sangat paham bahwa pilihan terbaik adalah memilih 【Penilaian Transfer】dan【Persiapan Pertandingan】."
"Setelah dia mengaktifkan dua opsi ini, serangkaian pilihan lainnya langsung menjadi suram."
"Kemudian muncul sebuah petunjuk khusus."
"Karena data pemain dunia yang lengkap masih dalam proses pengumpulan, saat ini hanya bisa mencari pemain dalam radius 50 kilometer sekitar wilayah ini. Apakah akan melakukan pencarian?"
"Begitu melihat jendela ini, Yang Cheng membeku sejenak sebelum kemudian merasa kejutan yang meluap."
Dulu saat bermain FM Football Manager, dia sering menggunakan alat pencari pemain. Kini dia curiga fungsi pencarian Sistem Pelatih Super Pendukung ini mirip dengan alat scout FM, dan dia bisa mencari pemain dari seluruh penjuru dunia.
Mungkin karena volume data yang luar biasa besar, untuk sementara hanya bisa menemukan pemain lokal dalam radius 50 km. Tapi dengan waktu yang cukup, seluruh iblis kecil di alam semesta bisa dilacak. Saat itu meski gagal jadi pelatih kepala, dia tetap bisa jadi scout atau manajer yang cari makan.
Memikirkan ini, Yang Cheng tanpa ragu memilih 【Ya】!
Kemudian muncul opsi: apakah ingin diurut berdasarkan nama keluarga/pangkat, atau berdasarkan potensi, ditambah serangkaian kriteria lain seperti usia, kemampuan realitas, dll.
Mengikuti kebiasaan pribadi, Yang Cheng memilih Peringkat Potensi.
Tak lama kemudian, deretan panjang nama pemain dan beberapa data muncul di hadapannya. Saat Yang Cheng melihat nama paling atas, ia langsung tertegun seperti patung karena sangat mengenal pemain ini.
