Brasil Café terletak di pusat kota Chemnitz. Blok kota di sekitarnya merupakan tempat berkumpulnya orang-orang kaya Chemnitz.
Di sebelah kafe ini, terdapat toko peralatan olahraga yang menjual segala kebutuhan sepak bola, termasuk peralatan bola voli dan atletik.
Pemilik toko ini bernama Paulus Bayer, mantan pemain timnas Jerman Timur. Setelah pensiun, ia mengembara ke berbagai wilayah sebelum kembali ke kampung halaman Chemnitz. Toko uniknya yang dimonopoli ini berkembang pesat, menjadi satu-satunya di kota kecil ini!
Ketika Ballack menyeret tubuh yang lelah melangkahi gerbang toko, Bayer sedang duduk bersila menyesap kopi susu dari kafe sebelah. Ia tak suka kopi hitam pekat - terlalu pahit. Sedikit susu membuat rasanya lebih nikmat.
"Hei Michael, kenapa? Mukamu seperti baru turun dari ranjang wanita!" teriak Bayer sambil tertawa terbahak-bahak.
Untuk pendatang baru muda ini, Paulus selalu sangat mengagumi dan memperhatikannya. Bahkan dia meyakini bahwa di antara pemain Jerman Timur saat ini, jika ada yang berpotensi menjadi bintang top dunia, pastilah Ballack.
Sejak Ballack berusia 7-8 tahun, Paulus sudah mulai menyaksikannya bermain. Berkat bantuan Paulus Bayer-lah Ballack bisa transfer dari klub BSG Motor di dekat permukimannya ke Chemnitz pada usia 10 tahun untuk menerima pelatihan formal.
Perlu diketahui, di era Jerman Timur kala itu, transfer seperti ini tidak diizinkan. Dalam konsep masyarakat Jerman Timur, bermain sepak bola adalah untuk kota dan komunitas mereka sendiri, semata-mata untuk prestasi para pemimpin. Jadi konsep transfer sama sekali tiada.
Namun dari kemampuan Paulus Bayer mengoperasikan transfer Ballack, terlihat jelas pengaruhnya yang besar di kota kecil ini.
Ballack menjatuhkan diri ke kursi di samping Bayer, tubuhnya lemas seperti seonggok lumpur. "Hentikan omong kosongmu! Berikan aku sepatu bola baru, Paulus!"
"Sepatu bola?" Bayer melihat sepatu di kaki Ballack yang sudah benar-benar robek, "Ya Tuhan, bukankah ini baru saja kau beli? Kok bisa sampai rusak seperti ini?"
"Baru-baru ini tim kami kedatangan pelatih muda baru dari tim junior, orang Tionghoa cabang! Kadang aku curiga dia bukan melatih kami, tapi menyiksa kami!" Ballack mengeluh dengan wajah tak sanggup menahan.
"Ada apa?" Bayer segera tertarik, dia selalu antusias dengan segala hal tentang sepakbola Chemnitz.
Ballack menceritakan pengalaman pribadinya di tim beberapa hari terakhir, "Saat ini sudah 7 anggota yang hengkang dari tim. Mereka tak tahan cara pelatihan pelatih ini. Banyak orangtua juga datang ke klub untuk protes, berharap bisa memberikan tekanan pada klub agar mengusir si anggota ini dari Chemnitz!"
Setelah mendengar itu, alis Bayer berkerut, menunjukkan rasa tidak suka terhadap tindakan orangtua, "Lari sambil membawa bola? Ini menarik! Bahkan berani mengusir orangtua dari lapangan latihan, jantan!"
"Tidak hanya itu, dia juga mewajibkan kami tidak boleh berlama-lama menguasai bola. Idealnya satu sentuhan, kalau tidak bisa, harus berhenti dan langsung oper, sama sekali tidak boleh berlama-lama di kaki."
Bayer tertawa terbahak-bahak mendengarnya, "Bukannya oper bola banyak yang gagal?"
"Tentu, tapi dia bilang, kesalahan terjadi karena kami tidak tenang. Saat main tidak bisa mengamati empat penjuru, mendengar segala arah, tidak memperhatikan pergerakan rekan setim, asal-asalan mengoper terburu-buru."
"Rekan kalian bergerak bagaimana?" tanya Bayer penasaran.
Ballack mengerutkan kening, "Aku juga tidak terlalu paham, tapi dia bilang tiga pemain harus selalu mempertahankan formasi segitiga. Dua pemain membentuk garis lurus, pemain ketiga jangan masuk area garis tengah tapi harus lari membentuk segitiga."
"Hmm, bagus. Taktik segitiga sekarang sedang populer di Belanda. Strategi serang-bertahan total paling banyak menggunakan formasi segitiga karena bentuk taktis ini paling kokoh dan efektif, termasuk dasar dari formasi grafis taktis."
Ballack langsung mengangguk, "Benar, dia juga bilang begitu."
"Masih ada lagi?" Tanpa sadar, Bayer mulai penasaran dengan Yang Cheng.
Terhadap pengamat berbakat berusia sekitar 40 tahun ini, Ballack sangat menghormati. Segera dia membeberkan semua yang dipelajari dari Yang Cheng: mulai dari pembagian lapangan latihan menjadi beberapa area, penentuan rute pergerakan tiap zona, hingga penekanan pada pressing lokal saat kehilangan bola dan lain-lain.
Hampir setiap metode pelatihan membuat Bayer tercengang, hatinya tak kuasa menahan kekaguman.
"Kemampuan Tim Hank sebagai anggota memang saya pahami. Dia benar-benar belajar banyak hal baru dari luar. Alasan dia kembali ke Chemnitz adalah ingin berbakti untuk tim kampung halamannya. Tapi dia terlalu muda, tak paham cara berdiplomasi, dan terlalu lemah - langsung mundur begitu menemui kesulitan!"
Dari ucapannya, jelas terlihat kekecewaan Paul Bayer terhadap Tim Hank. Mungkin dulu dia pernah menaruh harapan, namun akhirnya tak berhasil menyaksikan apa yang diidamkannya.
"Sebaliknya, orang Tionghoa ini justru sangat menarik. Ternyata bisa melihat keahlian dan kemampuan Tim Hank, memberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya di tim junior. Dari sini saja sudah terlihat levelnya. Ditambah dengan pengalaman yang kamu ceritakan tadi, kepiawaiannya dalam taktik tim juga sangat unik."
Mendengar pujian Paulus Bayer terhadap Yang Cheng, Michael Ballack terlihat agak tidak senang. Beberapa hari terakhir, ia hampir kelelahan karena latihan keras dari Yang Cheng. "Kemampuan? Menurutmu taktiknya paling mutakhir di dunia?"
Paulus Bayer seketika mengubah ekspresi wajahnya menjadi serius dan menasihati: "Michael, aku harus mengingatkanmu. Di dunia tempat kita berada, tak pernah ada taktik paling mutakhir. Yang ada hanyalah taktik yang paling sesuai dengan tren. Jika sekarang ada pemain yang cocok, bahkan formasi WM kuno 3223 pun bisa memenangkan gelar!"
"Formasi taktis pada dasarnya hanyalah media pemicu. Tidak ada istilah bagus atau buruk, hanya cocok atau tidak. Sedangkan taktik, di dunia ini juga tidak ada yang namanya taktik universal. Hanya taktik yang paling sesuai dengan karakteristik pemain dan mampu mengikuti tren."
Merasakan nada serius dan penuh makna dari Paulus Bayer, Ballack tahu sang pelatih sedang memberikan pencerahan agar dirinya tidak terbawa emosi oleh masalah pribadi.
"Lalu bagaimana dengan taktiknya?" Tapi ia masih belum sepenuhnya menyerah.
Paulus Bayer memandangi Ballack, lalu menggelengkan kepala sambil merasa geli. Pemuda ini memang keras kepala. Begitu dia memutuskan sesuatu, sangat sulit membuatnya berubah pikiran. Tapi begitu dia paham, dia akan mengikuti sampai akhir tanpa ragu.
"Aku tidak tahu, tapi aku sangat tertarik untuk melihatnya. Setidaknya menurutku, taktiknya memiliki banyak hal unik yang tidak dimiliki pelatih lain di dunia sepak bola saat ini!"
"Kau mau pergi melihat?" Ballack terkejut.
Sejak bergabung dengan Chemnitz di usia 10 tahun hingga sekarang (9 tahun), Ballack hanya tahu Paulus Bayer punya pengaruh di Chemnitz. Tapi tak pernah sekalipun dia melihat Bayer datang ke klub, apalagi menonton pertandingan.
Tapi sekarang dia ternyata ingin menyaksikan? Apa langit akan hujan di luar?
