Di Chemnitz, Ketua Klub Diersmit menyeret tubuhnya yang lelah kembali ke kantor klub. Dari kejauhan, terdengar teriakan "GOAL" yang ditarik panjang, membuatnya seperti kehilangan tenaga dan jiwa.
Baru saja menemui jalan buntu di pihak bankir dan orang kaya - mereka sama sekali tidak mau mengeluarkan uang untuk mendukung tim yang akan terdegradasi ke liga regional. Bagaimanapun Diersmit memohon dan berjanji, tidak ada efeknya.
Saat melangkah masuk ke kantor, mendengar teriakan "GOAL" itu, benar-benar terasa hati seperti abu yang mati, suasana memilukan.
Tapi beberapa detik kemudian, setelah diam membeku, beberapa staf di kantor tiba-tiba bersorak gegap gempita, berpelukan dan merayakan dengan tak terkendali.
Melihat pemandangan ini, Diersmit langsung marah: "Kalian sedang apa?!"
Para staf pun membeku, memandang tak percaya ke arah Diersmit yang masuk dengan wajah merah padam.
"Klub akan bangkrut, kalian senang ya? Klub kalah, kalian gembira ya? Apakah kalian tidak pernah terpikir untuk melakukan sesuatu bagi klub ini? Apakah benar kalian tidak punya sedikitpun emosi terhadap klub ini?"
"Apakah... apakah kalian benar-benar akan membiarkan Chemnitzer FC menuju kehancuran?"
Pada saat ini, Diersmit meluapkan semua rasa tersinggung yang diterimanya dari bankir, sponsor, dan orang-orang kaya. Bahkan jika memungkinkan, dia ingin sekali mengusir semua anak muda di depannya.
Para staf saling pandang satu sama lain, membeku hampir satu menit. Diersmit juga tetap berdiri di sana tanpa bergerak.
Tepat saat itu, pelatih yang menggantikan Yang Chengzhuo memimpin Tim Dua berlari masuk dari luar.
"Hei, apakah kita mencetak gol? Kudengar kita mencetak gol, benarkah?" teriaknya bertanya.
Di tengah kekosongan pikiran yang mendadak, otak Diersmit mengalami short circuit selama beberapa detik sebelum akhirnya sadar kembali. Dengan nada tak percaya ia bertanya: "Kita yang mencetak gol?"
"Benar Tuan Ketua, Dio yang mencetak gol! Kita sementara memimpin 0-1 atas Bochum di kandang mereka!"
Kedua kaki Diersmit gemetar sebelum tubuhnya ambruk di sofa tua ruang tamu kantor. Matanya terpaku kosong ke depan dengan ekspresi tak percaya, sulit menerima fakta timnya unggul di markas Bochum.
Butuh belasan menit baginya untuk mencerna realita. Telinganya menangkap analisis komentator yang terus memuji performa pemain Chemnitzer FC. Barulah ia yakin: tim yang unggul di siaran langsung itu benar-benar Chemnitzer FC miliknya!
Ketika dia berdiri, berjalan mendekat, dan bersiap untuk melihat siaran langsung pertandingan, speaker televisi kembali menggemakan teriakan "GOAL……" yang memekakkan telinga.
Pada detik itu, Diersmit membeku di tempat, tidak berani melangkah lebih jauh karena takut kegembiraan luar biasa akan berubah menjadi kekecewaan.
Namun kalimat berikutnya segera menyusul, "Ya Tuhan, sulit dipercaya! Tembakan jarak jauh di luar kotak penalti yang mengguncang langit, Michael Ballack menyusup dari belakang menambah gol kedua untuk Chemnitzer FC, 0-2!"
"Luar biasa! Performa Chemnitzer FC dalam pertandingan ini benar-benar mencengangkan! Mereka sepenuhnya menguasai pertandingan. Pemain Bochum benar-benar tak berkutik di hadapan skuad Chemnitzer, tak memiliki kemampuan perlawanan sama sekali!"
“Dua gol beruntun yang hampir semuanya dimulai dari serangan balik setelah memotong bola di area tengah. Taktik Chemnitzer FC di pertandingan ini jelas sangat efektif melawan. Kombinasi gelandang tengah depan antara Wots dan Stickroth sudah terlalu tua, tidak mampu lagi menahan gempuran terus-menerus dari para pemain muda berbakat Chemnitz.”
“Sebastian Kehl, Michael Ballack, Clemens Fritz, ditambah Jan Koller yang tidak mundur serta Tosun dengan posisi mengambang rapuh. Chemnitzer FC menerapkan taktik ofensif sebagai pertahanan dengan tekad baja dalam pertandingan ini, dan berhasil mencapai efek yang sangat memuaskan.”
Mendengar suara dari speaker TV, Diersmit nyaris gemetar mendekati televisi. Persis saat itu terlihat Ballack dan rekan-rekannya langsung melesat ke pinggir lapangan, erat memeluk pelatih kepala Yang Chengzhuo. Usia mereka begitu berdekatan, sampai-sampai menimbulkan kecurigaan bahwa mereka adalah rekan setim, bukan hubungan guru-murid.
Pada detik ini, Diersmit tiba-tiba merasa menyesal. Menyesal mengapa tidak lebih awal memecat Hefner dan mengangkat Yang Chengzhuo. Andai lebih cepat, mungkin Chemnitzer FC tidak akan terpuruk hingga level seperti sekarang.
Di layar TV, Yang Chengzhuo dipeluk erat oleh para pemain. Setelah berhasil melepaskan diri, dia memeluk kepala Ballack dengan kencang. Satu per satu dia menempelkan dahinya ke dahi para pemain, memberikan penjelasan terperinci, lalu memberi isyarat agar mereka kembali ke stadion.
Saat ini Yang Chengzhuo sama sekali tidak terlihat seperti remaja 23 tahun. Sebaliknya, dia menyerupai pelatih paruh baya yang tenang. Kebahagiaan kemenangan sama sekali tidak mengaburkan analisis tajamnya, tetap mempertahankan pola pikir yang sistematis.
Diersmit mengamati close-up wajah Yang Chengzhuo di layar. Tiba-tiba dia menemukan bahwa orang Tionghoa ini tidak semenjijikkan yang dibayangkan sebelumnya. Pada momen heroik ini, sosoknya berubah menjadi pahlawan yang disukai semua orang.
Percaya bahwa tidak sedikit orang yang memiliki pemikiran sama dengan Diersmit, terutama di Chemnitzer FC, pasti ada banyak fans yang seperti dirinya, mengalami perubahan pandangan total terhadap Yang Chengzhuo.
……
……
Yang Chengzhuo yang berada di Stadion Ruhr tidak mengetahui segala kejadian di luar, tidak tahu kamera TV yang terus memberi close-up padanya, apalagi tahu di Hamburg ada wanita cantik luar biasa yang sambil menonton siaran langsung TV tertawa dan memarahinya.
Kini seluruh perhatiannya menerjang ke pertandingan, ia menemukan bahwa ketika sebuah pertandingan berjalan sesuai taktik, rasanya begitu memuaskan.
Tak perlu diragukan, setelah skor 0:2, semangat Chemnitzer FC melonjak drastis sementara VfL Bochum seperti bola salju yang meleleh. Selama Chemnitzer FC mempertahankan taktik babak pertama, Bochum akan sulit menunjukkan performa.
Membawa skor 0:2, Yang Chengzhuo mendatangi pinggir lapangan, memeluk para pemain satu per satu untuk mengucapkan selamat atas keunggulan sementara, lalu memimpin mereka masuk ke ruang ganti.
Dalam 15 menit istirahat tengah, Yang Chengzhuo memberikan waktu istirahat yang cukup bagi para pemain, lalu menyusun taktik babak kedua yang pada dasarnya mempertahankan ciri khas taktik babak pertama, hanya saja meminta pemain untuk sedikit merapatkan formasi mengingat tekanan intensif sepanjang babak pertama pasti telah menurunkan kebugaran mereka.
"Tapi harus diperhatikan striker Wegmann! Sebastian, Luis, kalian harus berhati-hati dengan pemain ini. Posisinya sangat tak terduga, sering berpindah antara gelandang serang dan lini depan. Waspadalah!"
Yang Chengzhuo secara khusus mengingatkan para pemain untuk berhati-hati dengan Wegmann, karena striker ini memiliki kemampuan mencetak gol yang luar biasa. Dia pernah menjadi Raja Pencetak Gol 2. Bundesliga musim 93/94 dengan 22 gol dari 30 pertandingan untuk Bochum. Musim lalu di Bundesliga, dia juga mencetak 11 gol, membuktikan kualitas finishernya yang tajam.
Sebastian Kehl dan Luis Huth sama-sama mengangguk dengan penuh keseriusan menyetujui instruksi tersebut.
Setelah verifikasi di babak pertama, para pemain semakin yakin dengan persiapan taktis dan penjadwalan Yang Chengzhuo. Strateginya berhasil membuat Chemnitzer FC sepenuhnya meredam VfL Bochum sekaligus unggul 2 gol.
Asalkan bisa mempertahankan momentum ini di babak kedua, Chemnitzer FC pasti akan meninggalkan Stadion Ruhr dengan senyum kemenangan.
Semua tahu betapa pentingnya kemenangan dalam pertandingan seperti ini bagi tim selevel Chemnitzer FC.
Karena alasan inilah, meski Yang Chengzhuo tidak memberikan pidato mobilisasi yang heroik saat istirahat, para pemain tetap menunjukkan semangat baja di babak kedua. Tak satu pun yang lengah—semua menegangkan saraf dan bermain dengan totalitas penuh.
Meski di babak kedua Yang Cheng melakukan 2 kali pergantian pemain, semuanya demi pertimbangan kebugaran. Performa Chemnitzer FC secara menyeluruh tidak terlalu terpengaruh. Justru Fritz pada menit ke-72 babak kedua melakukan crossing akurat setelah menerobos sayap kanan. Jan Koller yang mundur ke area tengah tiba-tiba menyambar dari belakang, menyundul bola ke gawang sebelum pemain lain bereaksi.
Kiper Bochum bereaksi cepat dan berhasil menepis bola. Tapi Jucuo yang "berkibat fatal" muncul di posisi "mematikan", tembakan tambahan tepat sasaran mengubah skor menjadi 0:3!
