……
……
Nuansa perpisahan yang mengharukan menyebar di seluruh Chemnitzer FC, dari stadion hingga lapangan latihan—kecuali di kantor manajemen.
Di hari kedua setelah tim menyelesaikan pertandingan putaran ke-34 Liga, saat sekelompok besar fans menarik spanduk melakukan upaya terakhir membujuk Yang Chengzhuo dan para pemain yang akan meninggalkan tim untuk mulai liburan, Diersmit justru sedang menerima perwakilan dari Lokeren Belgia di ruang kerjanya.
Setelah 20 menit negosiasi, tepat ketika Yang Chengzhuo mengumumkan pembubaran tim untuk liburan, Diersmit—di depan foto Yang Chengzhuo yang diperbesar tergantung di tembok belang-belang ruangannya, foto dimana sang pelatih sedang diangkat tinggi-tinggi oleh para pemain—menandatangani perjanjian transfer Jan Koller ke Lokeren dengan nilai pasar 45 ribu Mark.
Andai Yang Chengzhuo menyaksikan adegan ini, pasti akan membuatnya merasa ironi yang luar biasa!
Namun transfer ini menciptakan rekor transfer termahal sepanjang sejarah klub Chemnitzer FC. Semua orang percaya rekor ini tidak akan bertahan lama, karena musim panas ini pemain terpanas Chemnitzer bukan Jan Koller melainkan Michael Ballack, bintang baru Jerman Timur ini bahkan telah menarik perhatian seluruh Jerman.
Bayern Munich, Borussia Dortmund, Schalke 04, Hansa Rostock, Hamburger SV, Werder Bremen, VfB Stuttgart, Bayer Leverkusen...
Daftar tim yang tertarik pada Ballack hampir mencakup seluruh klub Bundesliga, namun nilai pasarnya tidak melonjak. Saat ini harga tertinggi yang ditawarkan hanya 400 ribu Mark, bahkan lebih rendah daripada transfer Jan Koller.
Banyak tim memilih mengamati situasi. Mereka menghubungi Ballack secara pribadi, mengingat Chemnitzer sedang menghadapi krisis. Jika bisa meyakinkan Ballack, lalu menggunakan keinginan pemain untuk menekan klub, biaya transfernya nanti tidak akan terlalu tinggi.
"Tentu saja, memecahkan rekor transfer Jan Koller itu sudah pasti."
Dalam perjalanan kembali ke kantornya, Tim Hank keluar dari kantor klub dan mengejar Yang Chengzhuo.
"Sepertinya kamu tidak bisa istirahat sementara!"
Alis Yang Chengzhuo berkerut, "Ada apa?"
"Turnamen level empat sudah berakhir. Mereka mengundangmu ke resepsi untuk memberikan penghargaan Pelatih Terbaik Area Utara Level Empat musim ini!" Tim Hank tersenyum sambil mengucapkan selamat.
Yang Chengzhuo tak terlalu antusias, hanya mengangkat bahu. Meski tak memimpin sampai akhir musim, jasanya dalam mempertahankan Tim Dua Chemnitz di zona utara tak terbantahkan. Bahkan seandainya pelatih penggantinya tidak payah, tim tersebut sebenarnya berpeluang promosi.
"Selain itu harus pergi ke Frankfurt!" Tim Hank menambahkan dengan tertawa.
Yang Chengzhuo bingung menatap Tim, memberi isyarat agar jangan membuat penasaran.
"Ini acara tahunan pelatih profesional. Setiap akhir season, asosiasi sepakbola selalu menjadwalkan pertemuan pelatih tim profesional untuk membagikan penghargaan season ini. Juga akan hadir, dari tim kita cuma kalian berdua yang dapat penghargaan."
"Aku?" Kali ini Yang Chengzhuo terkejut.
"Ya! Meski aku juga sulit percaya, meski ini terdengar absurd, tapi kau tidak salah dengar. Kau memang memenangkan Pelatih Terbaik Tahun Ini 2. Bundesliga, hanya dengan 13 kemenangan beruntunmu!"
Paulus Bayer yang dari jauh mendekat, mendengar ucapan Tim itu langsung berseru, "Ya Tuhan, baru 13 pertandingan saja kau sudah jadi Pelatih Terbaik Tahun Ini?" Lalu memeluk erat Yang Chengzhuo sebagai bentuk ucapan selamat.
“Yang paling menyedihkan adalah Ernst Middendorp dari Bielefeld. Sejak menyelamatkan Bielefeld untuk kedua kalinya tahun 1994, dia menunjukkan kemampuan melatih yang luar biasa - promosi beruntun selama dua musim, bahkan musim ini membawa tim promosi masuk ke Bundesliga. Tak disangka dia malah kalah dari Anda!”
Paulus Bayer terlihat sangat memahami lingkungan sepak bola Jerman saat ini, penjelasannya terdengar sangat meyakinkan. Sebaliknya Yang Chengzhuo, meski sudah melintas ke dunia ini selama 1 tahun, tetap fokus total pada sepakbola dan jarang memperhatikan urusan dunia luar.
Seolah melihat ekspresi agak tidak enak di wajah Yang Chengzhuo, Paulus Bayer langsung tertawa terbahak, "Jangan begitu, aku hanya bercanda! Dengan 13 kemenangan beruntunmu, Anda mutlay pantas dapat penghargaan Pelatih Terbaik Tahunan 2. Bundesliga. Anda menciptakan keajaiban di Chemnitzer FC, siapa yang berani bilang Anda tidak layak?"
Yang Chengzhuo tersenyum rendah hati, namun tidak terlalu memikirkannya.
"Jürgen pergi ke acara tahunan karena dia meraih gelar pencetak gol terbanyak di 2. Bundesliga. Kebetulan, kali ini dia mengalahkan Fritz Walter Jr., anak didik kesayangan Ernst Middendorp. Keduanya kini terlibat persaingan sengit."
Tapi yang tak disangka Yang Chengzhuo, begitu tiba di venue resepsi tahunan Frankfurt, dia langsung disambut sorotan mata penuh permusuhan.
……
……
"Siapa itu?" Di dalam ruangan yang dipenuhi wajah-wajang asing, hanya beberapa yang terlihat familiar tapi tak bisa disebutkan namanya.
"Itu Ernst Middendorp, dan yang di sampingnya adalah Fritz Walter Jr.!" Jürgen memperkenalkan.
Musuh bebuyutan! Senyum pahit mengembang di wajah Yang Chengzhuo. Dirinya merebut gelar Pelatih Terbaik yang semula diincar Middendorp, Jürgen merebut gelar pencetak gol terbanyak dari anak didiknya. Tak heran tatapan sang rival penuh dendam.
Dengan serius diperhatikan, usia Middendorp juga masih muda. Meski pria Jerman terlihat lebih cepat matang, dia mungkin baru sekitar tiga puluhan. Katanya dia sudah menjadi pelatih kepala tim profesional sejak dini, bukankah itu lebih hebat dari diriku sendiri?
"Tahun 1987 di usia 29 tahun, dia langsung menjadi pelatih kepala SC Nordhorn yang saat itu berada di tingkat tiga. Hasil kerjanya bagus, hingga April 1988 direkrut Arminia Bielefeld yang sedang berlaga di 2. Bundesliga, menjadi pelatih keenam mereka musim itu. Performanya saat itu juga cukup baik, meski tim akhirnya terdegradasi, dia tetap dipertahankan."
Saat mengucapkan ini, Giou juga menangkap pandangan sombong Middendorp yang mengarah ke mereka. Hatinya bergolak, setelah berbulan-bulan bekerja sama, rasa kagumnya pada Yang Chengzhuo sudah mencapai puncaknya. Kini melihat orang ini memperlakukan pelatih kesayangannya dengan sikap seperti ini, mana mungkin tidak marah.
"Dalam hal ini dia jauh lebih buruk darimu! Saat itu situasi Bielefeld jauh lebih baik daripada Chemnitzer FC, posisinya juga tidak separah ini. Tapi akhirnya dia tetap gagal mempertahankan tim dari degradasi. Kamu berbeda! Tidak hanya berhasil menyelamatkan tim dari degradasi, bahkan hampir lolos ke Bundesliga. Aku yakin asosiasi sepakbola memberikan gelar Pelatih Terbaik Tahun Ini kepadamu karena pencapaian ini!"
Melihat Middendorp mendekat, Gerd sengaja mengeraskan suaranya agar didengar oleh pelatih itu.
Middendorp terkenal akan kesombongannya akibat sukses di usia muda. Mendengar komentar Gerd, dia mendengus keras, melemparkan pandangan meremehkan ke arah Yang Cheng sebelum menjauh.
"Anggota ini pertama kali melatih Bielefeld selama dua musim. Setelah degradasi, dia gagal promosi selama dua musim berturut-turut hingga dipecat. Lalu berkeliaran di liga rendahan selama 3-4 tahun dengan hasil fluktuatif. Tahun 1994, Bielefeld kembali memberinya kepercayaan."
"Hal selanjutnya pasti sudah kamu ketahui. Di season pertama langsung berhasil memimpin tim promosi dari liga tingkat tiga amatir. Season kedua alias musim ini, sukses membawa tim masuk Bundesliga. Cuma karakter anggota ini memang sombong, angkuh luar biasa, di lingkaran dalam kurang disukai."
Yang Chengzhuo mendengar langsung tertawa,"Lihat sikapnya saja sudah tahu!"
Middendorp mengacungkan gelas wine mondar-mandir, tapi tak mendapat kesempatan menyatu ke dalam lingkaran percakapan orang lain. Pada akhirnya dengan malu harus kembali ke sisi Fritz Walter Jr., berdalih mengobrol satu dua kalimat dengan anak buah kesayangannya.
Tapi terkait rekam jejak Middendorp, Yang Cheng justru merasa dia pasti punya sedikit kemampuan. Kalau tidak, mustahil bisa membawa tim promosi naik ke Bundesliga. Namun celah taktiknya sangat mencolok. Saat Yang Cheng memimpin Chemnitzer FC mengalahkannya, Bielefeld sempat unggul lebih dulu, tapi akhirnya tim Yang Cheng mencetak 3 gol beruntun untuk membalikkan skor. Mungkin inilah yang membuatnya menyimpan kebencian.
Yang tidak diketahui Yang Cheng adalah, kelak Middendorp bahkan pernah melatih klub Changchun Yatai di Tiongkok. Tapi karena di kehidupan sebelumnya, Yang Cheng jarang mengikuti sepak bola domestik, dia tidak tahu soal ini.
Namun tak lama kemudian, dua orang tua berambut putih berjalan berdampingan masuk dari luar tempat pertemuan. Seketika itu juga Yang Cheng langsung mengenali mereka.
Salah satunya adalah legenda sepakbola Jerman yang tersohor, Franz Beckenbauer – pelatih kepala Bayern München saat ini. Yang satunya lagi benar-benar di luar dugaanannya, ternyata adalah pelatih kepala Timnas U-20 Tiongkok dulu, Eckhard Krautzun. Kenapa dia juga datang?
“Bukankah hanya pelatih profesional dari Bundesliga dan 2. Bundesliga yang boleh ikut kompetisi? Dia ini…” Yang Chengzhuo heran bertanya.
“Ekkehard Klaus Toppmöller, pelatih kepala 1. FC Kaiserslautern. Sebelum musim ini melatih tim Berlin tingkat tiga, di tengah jalan menerima posisi di Kaiserslautern. Meski berhasil membawa gelar juara Piala Jerman, timnya justru terdegradasi ke 2. Bundesliga. Perlu diketahui, musim lalu tim ini berada di peringkat 4 Bundesliga dan ikut Piala UEFA.”
Mendengar penjelasan itu, Yang Chengzhuo segera menghubungkannya dengan kenangan kehidupan sebelumnya.
Rupanya Kaiserslautern memang terdegradasi di tangan Klaus Toppmöller. Walau mengambil alih di tengah jalan, tetap sulit lepas dari tanggung jawab. Menurut ingatannya, Kaiserslautern seharusnya terdegradasi ke 2. Bundesliga musim ini, lalu musim berikutnya di bawah kepemimpinan Otto Rehhagel yang dijuluki "Kaisar" promosi ke Bundesliga dan bahkan menjuarai liga sebagai tim promosi.
“Ini benar!” Yang Chengzhuo segera berbisik sambil tersenyum.
“Apa yang benar?” Jupp Heynckes mengira Yang Cheng sedang berbicara dengannya.
“Ah, tidak apa-apa!” Yang Cheng tersenyum.
Saat mereka berdua berbicara, Krautzun telah menemukan Yang Cheng di kerumunan dan segera mendekat dengan senyuman.
“Berhati-hatilah, anggota ini sangat tertarik pada Ballack dan Kehl!” Heynckes baik hati mengingatkan.
Yang Cheng sudah paham, segera menyungging senyum lebar menyambutnya.
Bagi fans kehidupan sebelumnya, berbicara dengan figur legendaris seperti Beckenbauer dan Krautzun tentu sebuah kehormatan. Soal transfer pemain, itu di luar kendali Yang Cheng.
Tapi dia tak menyangka kalimat pertama kaisar sepakbola Beckenbauer langsung membuatnya terkejut.
“Halo Tuan Yang Cheng, ada minat bergabung dengan Bayern Munich?”
