Waktu sedetik pun berlalu, Yang Chengzhuo tetap berdiri tegak di pinggir lapangan, tanpa bicara, hanya mengawasi dengan hening.
Ia bukan hanya melihat pertandingan, tapi juga menganalisis melalui Sistem Pendukung Pelatih Super di kepalanya.
Analisis pertandingan ini tidak hanya mengkaji kelebihan-taktik pelatih kedua tim, tapi juga mengevaluasi pemain baik dari segi taktik teknik maupun kebugaran.
Pertandingan memasuki menit ke-70. Dortmund masih menguasai alur permainan, tetapi serangan mereka tak segarang awal babak kedua. Kebuntuan yang berkepanjangan membuat mereka mulai menunjukkan ketergesaan.
Semua orang sama, bahkan pemain profesional sekalipun, begitu terburu-buru, mudah melakukan kesalahan. Begitu ketergesaan muncul, pengeluaran energi pun menjadi lebih parah.
Pada menit ke-71, setelah Heinrich Dortmund gagal dalam serangan di sayap kiri, kehilangan bola saat maju ke depan, lalu harus buru-buru mundur untuk bertahan, analisis pertandingan segera menampilkan informasi bahwa pengeluaran energinya sudah jelas tidak mencukupi.
Melihat adegan Heinrich berdiri di area belakang sambil memegangi perut dan menarik napas dalam-dalam dengan susah payah, Yang Cheng tahu pemain itu sudah tidak bisa melanjutkan.
Dalam pertandingan ini, pemain baru yang baru bergabung dengan tim ini memang menunjukkan usaha keras dan performa menonjol, terutama di sektor serang. Namun sayangnya tim tetap gagal menembus gawang Kaiserslautern.
Gerakan bolak-balik tanpa henti membuat pengeluaran energi Heinrich terkuras dengan sangat cepat.
"Dia sudah tidak bisa bertahan lagi!" kata Yang Cheng sambil terkekeh.
Tim Hank, sang ahli kebugaran, berdiri di samping Yang Cheng dengan cermat mengamati pemain Dortmund. "Bukan cuma Heinrich, stamina Sammer juga terkuras habis. Ini kesempatan kita!"
Yang Cheng mengangguk sambil tersenyum. Dia sudah mempersiapkan senjata pamungkas untuk Dortmund sejak lama.
"Juan!" Saat bola mati, Yang Cheng mendekati pinggir lapangan dan melambaikan tangan kanannya ke arah Verón dengan kode serangan balik yang sudah direncanakan sebelum pertandingan.
Verón yang nyaris terjatuh kelelahan di lapangan tiba-tiba seperti mendapat tenaga baru. Ia mengatupkan gigi dan mengangguk mantap.
"Michael! Pavel!" Verón berteriak memanggil rekan sambil menunjuk ke sisi kanannya.
Seluruh pemain seketika paham: tim akan melancarkan serangan balik lewat sayap kanan sebagai poros utama.
Fritz juga merasa debar jantung berdegup kencang, meski dalam pertandingan ini ia berjuang mati-matian, tapi performanya kurang memuaskan. Di sektor pertahanan tampil bagus, tapi di sektor serangan sama sekali tak ada prestasi, sungguh membuat frustasi.
Saat merebut bola di area tengah, Nedvěd memberikan bola ke Verón, lalu ia bersama Ballack mati-matian maju ke depan.
Verón setelah menguasai bola langsung melakukan umpan jauh yang presisi, menemukan celah di belakang Heinrich yang sedang maju. Fritz yang telah bersiap segera mengerahkan seluruh tenaganya, melewati Heinrich yang kelelahan, mengontrol bola sebelum lawan lalu meminjak gas langsung menuju garis batas.
Tapi crossing Fritz berhasil diantisipasi oleh Kohler yang sudah siaga.
"Sayang, ini termasuk sedikit peluang yang dimiliki Kaiserslautern di babak kedua!"
"Kohler pantas disebut bek tengah kelas dunia! Dalam situasi satu lawan satu, Marschall sama sekali tak mendapat kesempatan sepanjang pertandingan!"
Bukan hanya fans 1. FC Kaiserslautern di depan televisi yang berkesedihan, bahkan Yang Cheng di pinggir lapangan melihatnya merasa sulit menerima. Dari kejauhan ia memberi isyarat "menahan genggaman" ke Fritz, menunjukkan operan barunya terlalu terburu-buru.
Kesempatan serangan balik yang susah payah didapat, ternyata langsung digantung ke wilayah terlarang. Semua tahu kemampuan Köhler. Baik tinggi badan maupun duel udara, Marschall jelas tak punya keunggulan. Ketika berhadapan dengan Köhler, dia hampir hanya memiliki fungsi pengalihan.
Fokus serangan balik Yang Cheng bukan pada Marschall, melainkan pada penyusupan dari belakang Ballack dan Nedvěd. Kedua pemain ini adalah penembak berat yang hebat - Ballack memiliki daya hancur mengerikan di dalam kotak penalti, sementara Nedvěd bertanggung jawab di area luar kotak. Jika Fritz bisa lebih stabil, situasi pasti berbeda. Soalnya saat itu situasi sekitar kotak penalti adalah 3 lawan 2.
Hitzfeld melihat satu serangan balik Kaiserslautern hampir menciptakan ancaman, dia juga terkejut. Menyadari kebugaran Heinrich sudah sangat buruk, dia segera menoleh dan berteriak ke arah bangku cadangan, "Kree!"
Pemain tersebut langsung melonjak keluar dan berlari ke sisi lapangan untuk pemanasan.
Yang Chengzhuo di pinggir lapangan melihat Hitzfeld akan melakukan pergantian pemain, menyadari kesempatan sudah semakin sedikit.
……
……
Nedvěd juga memperhatikan pemain Borussia Dortmund yang sedang pemanasan di pinggir lapangan. Dia tahu lawan sudah menyadari celah pertahanan dan berusaha menutupinya, menyadari tidak bisa lagi menunda.
Memanfaatkan momen ketika Ricken menguasai bola di sayap kanan, Wagner mendekat untuk menekannya. Nedvěd menyelinap diam-diam dari samping dan langsung menusuk bola. Wagner mengembalikan umpan pendek, sementara Gattuso yang sedang bersiap menjadi "plester pantat" Andy Müller di sekitar situ langsung mengirim bola ke depan, hingga mendarat di kaki Verón.
"Operan satu sentuhan yang indah dan kontinu, pemain 1. FC Kaiserslautern berhasil menahan genggaman bola setelah serangkaian operan!" Bahkan komentator takjub dengan presisi operan satu sentuhan para pemain.
Di pinggir lapangan, Yang Chengzhuo tersenyum lega. Ia tahu hasil latihan khusus sebulan ini akhirnya membuahkan hasil.
Proses berpikir dan penjelasan terasa panjang, namun sebenarnya situasi di lapangan berubah dengan cepat bagai kilat.
Setelah menerima bola, Verón langsung menggiring melewati Lambert yang maju, lalu mengirimkan umpan akurat kembali ke sayap kanan.
Meski Heinrich kali ini sudah siap waspada sesuai instruksi Hitzfeld, Fritz dengan kecepatan penuh berhasil merebut bola terlebih dahulu. Dengan teknik mengontrol bola lalu berhenti mendadak ala latihan, Heinrich pun tertipu melesat melewatinya.
Gerakan sederhana namun efektif ini diajarkan Moniz. Teknik dasar penguasaan bola yang praktis ini sukses mengelabui lawan.
Fritz membawa bola ke tengah secara horizontal, lalu berhasil mendahului Paulus Soza yang berusaha menempel, sebelum mengoper bola ke area tengah.
Ballack yang mengejar dari belakang langsung melepaskan tendangan dahsyat ke arah bola yang dioper silang, membuat bola melesat bagai kilat petir.
Kohler yang sudah menyadari celah di sayap kiri, melihat pergerakan Ballack maju ke depan, segera melompat sambil berusaha menutupi tembakan dengan tubuhnya ketika melihat Ballack bersiap menendang.
Tembakan Ballack berhasil dihalau, namun bola justru jatuh ke kaki Nedvěd di luar kotak penalti. Bintang Ceko yang baru saja sukses merebut bola di sayap kiri ini langsung melepaskan tendangan keras ke sudut kiri gawang, memperhatikan posisi penjaga gawang Klos yang agak condong ke kanan.
Dua tembakan jarak jauh berturut-turut dilakukan dengan kekuatan penuh, namun di area penalti Borussia Dortmund saat ini hanya ada Kohler sendirian. Ia berhasil menahan tembakan jarak jauh Ballack, tapi tak kuasa menghentikan tendangan Nedvěd. Dengan perasaan tak berdaya, ia menyaksikan bola melesat secepat kilat menembus garis pertahanan Dortmund yang diklaim tak tertembus, menyusur melewati kedua tangan kiper Klose yang terbang menyongsong, sebelum akhirnya membobol jaring gawang.
Pada detik itu, seluruh stadion mendadak senyap bagaikan kuburan. Semua mata tertancap pada bola yang masih bergoyang-goyang di dalam gawang Dortmund. Tak ada keraguan, gol tersebut sah!
Begitu peluit wasit berbunyi, sorak-sorai gegap gempita langsung memecah kesunyian!
