Meski kebuntuan terus berlanjut, Yang Chengzhuo tetap tidak melakukan perubahan besar. Ia hanya melakukan penyesuaian halus sesuai analisis pertandingan dari Sistem Pendukung Pelatih Super, mengingat tim masih mendominasi. Ia yakin gol pasti akan tercipta.
Benar saja, pada menit ke-64 pertandingan, Brehme menyusup dari belakang dan memberikan operan satu sentuhan yang harmonis menemui Scholl. Striker Jerman Timur itu menyundul bola ke belakang di kotak penalti. Ballack yang menguasai bola di luar kotak penalti, menghadapi kepungan lawan, tak terpancing menyerang tetapi membuat gerakan tipuan sebelum mengoper silang ke area kiri kotak penalti.
Nedvěd yang menyusup dari belakang langsung melepaskan tembakan keras! Bola melesat masuk ke sudut mati, 1-0!
Setelah mencetak gol pertama, 1. FC Kaiserslautern terlihat semakin membara. Namun pertahanan Jena masih gigih. Pada menit ke-71, Yang Chengzhuo menggantikan Gattuso yang fungsinya terbatas dengan Pavel Kuca. Ballack ditarik mundur ke lini tengah membentuk formasi tiga gelandang 3-3-2-2.
Pavel Kuca yang pertama kali tampil di musim ini, sangat ingin menunjukkan kemampuan sebagai pencetak gol terbanyak sebelumnya di Kaiserslautern. Saat menguasai bola di depan kotak penalti, ia memilih melakukan breakthrough meski ada Scholl di area terlarang, namun bola akhirnya direbut lawan dan hampir memicu serangan balik.
Melihat ini, Yang Chengzhuo dalam hati menggelengkan kepala. Awalnya ia berharap Pavel Kuca bisa beradaptasi dengan irama pertandingan, tapi siapa sangka malah menyia-nyiakan kesempatan emas.
Tapi kemenangan yang seharusnya diraih pasti akan datang juga.
Menit 86, Greiner yang menggantikan Fritz melakukan dribbling fleksibel di sayap kanan lalu memberikan umpan silang ke tengah. Scholl mengungguli bek lawan dengan sundulan spektakuler, mengubah skor menjadi 2-0!
Tiga kemenangan beruntun di awal 2. Bundesliga, dua kemenangan kandang beruntun, awal musim Kaiserslautern terlihat sangat menonjol. Data serangan dan pertahanan tim benar-benar ideal: 8 gol dicetak tanpa kebobolan sama sekali. Statistik seperti ini nyaris sempurna tanpa cela.
Seminggu kemudian, menyambut pertandingan terakhir sebelum jeda liga dua minggu, 1. FC Kaiserslautern melakukan kunjungan ke markas KFC Uerdingen 05.
Pertandingan ini berjalan sangat alot. KFC Uerdingen 05 yang bermain di kandang sendiri meski kehilangan banyak pemain inti Bundesliga musim lalu, tetap mempertahankan dasar yang kokoh. Ditambah dengan strategi pertahanan-balik meskipun menjadi tuan rumah, 1. FC Kaiserslautern menghadapi lawan tersulit sejak awal musim.
Tetapi yang benar-benar membuat kesal adalah gaya bermain mereka yang biadab.
Verón, Ballack, Scholl dan pemain-pemain hebat lainnya terus menerus mendapat provokasi dan pelanggaran. Wagner yang ditunjuk sebagai starter utama oleh Yang Chengzhuo malah ditekel dari belakang sampai tak bisa bangun di babak kedua. Setelah diagnosa awal oleh Schmidt dan dokter tim, dipastikan ia tak bisa melanjutkan pertandingan.
Yang Cheng terpaksa menggantikan Wagner dengan Deco, memposisikan Nedvěd di sayap kiri, membentuk lini tengah bersama Deco dan Verón.
Pergantian pemain ini segera membuahkan hasil. Kedua pemain Amerika Selatan Deco dan Verón menunjukkan teknik yang kokoh. Meski mendapat pressing kasar lawan di area tengah, duo ini tampil stabil. Di menit ke-72, setelah melakukan gerakan one-two yang brilian, Verón menyodorkan umpan terobosan ke belakang pertahanan Uerdingen.
Scholl yang menonjol musim ini berhasil melakukan gerakan anti-offside. Kali ini striker tak menyia-nyiakan peluang emas, dengan tenang mengeksekusi tendangan keras ke sudut kanan bawah gawang, 0-1!
Berkat gol tunggal Scholl, 1. FC Kaiserslautern akhirnya mengalahkan Uerdingen 1-0 di kandang lawan, meraih 4 kemenangan beruntun di awal musim 2. Bundesliga!
Setelah pertandingan ini, kompetisi 2. Bundesliga akan mengalami jeda selama dua minggu.
Namun setelah masa istirahat ini, Yang Cheng harus menghadapi kenyataan pahit: Wagner akan absen minimal satu bulan.
Sepak bola Jerman semakin menghargai perlawanan fisik, sehingga langsung menyebabkan di liga tingkat rendah selalu ada tim-tim berperilaku biadab seperti Uerdingen, Oldenburg, dll. Pelanggaran menjadi taktik paling efektif mereka untuk menghentikan serangan lawan, kartu kuning jadi hal biasa.
"Saat ini pemain yang bisa bermain di sayap kiri selain Denílson, performa Greiner di sisi kiri buruk, Nedvěd juga kurang beradaptasi..." Paulus Bayer langsung pusing begitu mengingat masalah ini.
"Atau... pertimbangkan Denílson?" Tim mencoba mengusulkan.
"Tidak bisa!" Yang Chengzhuo langsung melonjak berdiri.
Denílson sengaja diblokirnya sendiri, sudah hampir sebulan tapi si bocah tetap keras kepala menolak mengakui kesalahan. Setiap hari hanya latihan, bahkan sepatah kata pun tak mau diucapkan. Sangat jelas betapa keras kepalanya.
Jika saat ini Yang Cheng memilih menyerah, bukankah itu sama saja memberitahu Denílson bahwa ia boleh tetap bersikap egois? Nanti bukankah dia akan lebih sulit diatur daripada sekarang? Lalu di mana letak wibawa pelatih kepala Yang Chengzhuo?
"Tapi jadwal pertandingan kita selanjutnya sangat menantang!" Paulus Bayer juga merasa perlu mempertimbangkan usulan ini.
Selain Leipzig, lawan berikutnya Kaiserslautern adalah Mainz, Wolfsburg, dan Hertha Berlin secara berturut-turut - semuanya rival langsung dalam perebutan promosi ke 2. Bundesliga musim ini. Tiga pertandingan ini merupakan pertempuran sengit.
Tak disangka Yang Cheng tetap menggelengkan kepala dengan keras kepala. Sekarang dia benar-benar bertekad untuk bertarung habis-habisan melawan Denílson!
……
……
Setelah istirahat dua minggu, 2. Bundesliga kembali bergulir.
Pada Putaran ke-5, Kaiserslautern meraih kemenangan sulit 1-0 di kandang Leipzig. Yang lebih menyedihkan, Greiner yang ditunjuk sebagai starter oleh Yang Cheng juga mengalami cedera dan harus diganti.
Pertandingan putaran pertama Piala Winners, Kaiserslautern bermain seri 0-0 di kandang sendiri melawan tim elite Yugoslavia Red Star Belgrade yang datang dari jauh, membuat perjalanan Eropa Kaiserslautern terancam.
Putaran ke-6, Kaiserslautern kandang disamakan Hertha Berlin dengan skor 0-0!
Putaran ke-7, Kaiserslautern kandang kembali disamakan Mainz 1-1!
Dari 5 kemenangan beruntun sebelumnya ke 3 hasil seri beruntun terakhir, semua bisa melihat Kaiserslautern sedang bermasalah, terutama dengan rekor tak kebobolan musim ini akhirnya pecah.
Saat wasit meniup peluit akhir laga, fans Kaiserslautern di TKP serentak berdiri memberikan tepuk tangan dan semangat untuk para pemain, karena meski hasilnya seri, semua yakin para pemain sudah mengerahkan seluruh kemampuan.
Gol kemasukan itu berasal dari serangan balik yang dilancarkan dari sayap kiri. Pemain muda Tim Dua yang ditugaskan Yang Chengzhuo di sisi kiri terlihat kekanakan. Setelah menggiring bola dan kehilangan posesi, dia tidak aktif dalam pertahanan. Ditambah dengan tekanan ofensif tim secara menyeluruh, lawan langsung menyerbu wilayah 1. FC Kaiserslautern.
Brehme memang kuat, namun usia yang semakin tua membuatnya tak segesit dulu. Saat berhadapan langsung dengan lawan, dia memilih untuk maju merebut bola. Namun lawan justru mengoper bola, yang akhirnya menyebabkan kebobolan gawang 1. FC Kaiserslautern.
Dengan 5 kemenangan dan 2 imbang, 1. FC Kaiserslautern kokoh di puncak daftar klasemen dengan 17 poin. Tapi semua orang tahu Yang Chengzhuo sedang menghadapi masalah. Jika tidak bisa mengubah situasi ini, pertandingan tandang melawan Wolfsburg berikutnya mungkin akan menjadi kekalahan pertama mereka musim ini.
Di tribun stadion berkapasitas 30.000 penonton, Denílson duduk di sudut yang tidak mencolok. Ia selalu memiliki kebiasaan menonton pertandingan kandang tim meski tak diizinkan Yang Cheng masuk daftar skuat.
Pada laga pertama Piala Winners dan dua pertandingan kandang terakhir, saat Wagner dan Greiner cedera berturut-turut, Yang Cheng lebih memilih mempromosikan pemain muda Tim Dua atau memaksa Nedvěd yang tidak ahli di sayap kiri menjadi off-healer, daripada memberinya kesempatan. Bahkan namanya tak masuk daftar pertandingan!
"Aku sudah benar-benar kecewa padamu!" Kalimat dalam surat peringatan tertulis yang dikirim Yang Cheng itu tiba-tiba muncul dalam otak Denílson.
Sebenarnya ia memiliki ingatan yang bagus. Semua perkataan pelatih itu diingatnya dengan jelas. Tapi ia tak berniat mengubah diri, karena menurutnya Yang Cheng sama sekali tidak memahami sepakbolanya, masa lalunya, bahkan sifat aslinya. Lebih dari itu, ia yakin pelatih itu sengaja menargetkannya!
"Kamu memang suka memaksa orang lain, sok tahu!" Denílson berkali-kali ingin mengatakan ini pada Yang Chengzhuo.
Tapi akhirnya tidak dilakukannya, karena dia masih memiliki kebiasaan dasar menghormati pelatih kepalanya.
Dari tribun penonton, dia menyaksikan timnya mengalahkan Borussia Dortmund merebut Piala Super Jerman, juga mengalami euforia 5 kemenangan beruntun di awal musim, sekaligus merasakan penderitaan 2 kekalahan berturut-turut.
Melihat ketegasan Yang Chengzhuo yang tak mau memberinya kesempatan, semangatnya mulai patah.
"Kalau di sini sudah tidak ada tempat untukku, lebih baik aku pergi!" batin Denílson dengan perasaan kecewa.
Begitu niat ini muncul, rasanya seperti banjir bandang yang tak terbendung - terutama saat membayangkan kampung halamannya di Brasil, di mana dia bisa bermain seperti ikan di air, membuatnya ingin segera pulang.
Maka dia meninggalkan stadion, kembali ke apartemen yang disewakan klub untuknya, tergesa-gesa mengemas beberapa barang bawaan dan persiapan untuk dibawa pulang. Tepat saat hendak keluar, tiba-tiba kakinya terpaku.
