Yang Chengzhuo tetap berdiri di pinggir lapangan. Saat menyaksikan Deisler melakukan terobosan individu yang cantik di sayap kanan, dia langsung berseru antusias. Terutama ketika melihat Deisler mengangkat kaki untuk crossing, intuisi kemenangan mulai menggeliat.
Crossing Deisler memang menjadi fokus persiapan strategis pra-pertandingan. Meski pertahanan Bayern sangat kuat, ada kelemahan fatal di tinggi badan Matthäus yang hanya 1,74 meter. Meski kesadaran posisi, pengalaman, dan daya lompatnya luar biasa, tetap tak bisa menutupi kekurangan fisik ini.
Ballack - bintang yang selalu menjadi andalan Yang Chengzhuo - memiliki tinggi 1,89 meter, 15 cm lebih unggul dari Matthäus. Momentum crossing Deisler memperlihatkan keunggulan taktis: saat Matthäus sedang mundur, Ballack justru melesak maju dengan posisi serang yang lebih dominan.
Pada saat Deisler melakukan crossing, Scholl yang berada di sebelah kiri bergerak ke tiang gawang jauh, sementara Helmer juga mengikutinya. Maka di dalam kotak penalti hanya tersisa duel antara Ballack dan Matthäus.
Ini seharusnya merupakan taktik yang sudah diatur oleh Yang Chengzhuo sebelum pertandingan: crossing dari sayap kiri menuju titik belakang, crossing dari sayap kanan menuju titik depan - semuanya mengeksploitasi kelemahan Matthäus.
Dalam posisi yang kurang menguntungkan, Matthäus mati-matian melompat ingin menyundul bola keluar. Namun ia hanya bisa merasakan bola nyaris menggeser ubun-ubunnya, sebelum melihat sosok perkasa di sampingnya melesat dari belakang, melompat tinggi seperti daun bawang tercabut dari tanah gersang, dan menghujamkan bola ke gawang.
Kahn udah dari dulu mendekat, tapi sundulan Ballack secara cerdik mengarah ke area sedikit di bawah pinggangnya, menggores tiang gawang sebelum masuk jala.
"Kahn, Matthäus, Ballack dan lainnya hampir membeku di tempat pada saat yang hampir bersamaan. Kahn lalu meninju tiang gawang dengan amarah, Matthäus menghentakkan kaki kesal, sementara Ballack mengangkat kedua tangannya dengan penuh euforia."
"Cantik! Sungguh luar biasa! Tiba-tiba sekali!"
"Serangan beruntun Kaiserslautern sejak kick-off akhirnya berbuah gol di menit ke-12. Pemain muda sayap kanan Sebastian Deisler menyodorkan crossing akurat, disambut sundulan tajam pendatang baru Michael Ballack yang menyusup dari belakang, menembus gawang Bayern yang dijaga Kahn. 1:0!"
"Ini merupakan koordinasi yang sangat efektif. Mulai dari dribbling apik Deisler, crossing presisi, pergerakan taktis Scholl sebagai pengalih perhatian, hingga infiltrasi cerdas Ballack dari lini belakang. Gol Kaiserslautern yang terlihat sederhana ini sebenarnya dibangun dari serangkaian kombinasi taktis yang rumit."
“Trappatoni pasti sedang menyesal! Dia pasti menyesal mengapa sejak awal pertandingan justru menyerahkan inisiatif kepada 1. FC Kaiserslautern. Dia menyesali sifat tradisional dan keras kepalanya sendiri. Seharusnya dia lebih berani, toh Kaiserslautern hanyalah tim 2. Bundesliga, taktik Bayern sebenarnya bisa lebih aktif!”
Fans Kaiserslautern di tribun berdiri gembira dari kursinya, membentuk panorama megah. Terutama ketika pahlawan gol Ballack langsung melompat ke bawah tribun, teriakan fans yang memekikkan namanya semakin menggema.
Deisler membeku di tempat setelah melakukan crossing akurat. Baru ketika Ballack yang bersemangat tiba-tiba memeluknya, pemuda itu menyadari umpan silangnya telah berubah menjadi assist gemilang.
"Bagus, Sebastian!" Pujian Yang Chengzhuo juga terdengar dari pinggir lapangan.
"Deisler barulah menyadari, langsung menatap ke tribun tempat orang tuanya berada. Tapi yang dia lihat adalah keluarganya sedang melambaikan tangan padanya. Kakek yang paling dihormatinya bahkan mengacungkan ibu jari, memberikan pujian tanpa sedikitpun kekikiran."
"Semua ini... Semuanya sungguh luar biasa hebat!"
Deisler tidak tahan lagi tertawa. Sudah lama sekali dia tidak menunjukkan senyum di wajahnya!
"Santai saja, tersenyumlah, Sebastian!" Ballack si tua bangka menarik lengan Deisler. Setelah berhasil menaklukkan gawang Kahn, mulutnya tak bisa menutup karena senang. Tapi dia tak lupa pesan Yang Chengzhuo sebelum pertandingan: terus bantu Deisler menyatu dengan tim dan keluar dari bayangan kegelapan.
"Juan, jaga proteksi di lini tengah! Bertahan di area serangan sebentar lagi, jangan buru-buru mundur!" Saat Verón ke pinggir lapangan untuk minum, Yang Chengzhuo menyelinap mendekat dan berbisik di telinganya.
Setelah kebobolan, Bayern pasti terburu-buru ingin mengejar ketertinggalan. Jika saat ini 1. FC Kaiserslautern merapatkan formasi bertahan, maka aura yang susah payah diperoleh sejak awal pertandingan akan langsung menguap. Pada saat itu, siapa yang akan menang dalam pertandingan ini masih menjadi misteri.
Namun jika 1. FC Kaiserslautern mampu bertahan dari tekanan Bayern, bahkan masih menggunakan serangan untuk mengancam pertahanan Bayern, maka aura Kaiserslautern akan terus dipertahankan.
Meski dalam tingkat tertentu, kekuatan mengungguli segalanya dalam sepakbola, tapi pada dasarnya manusia yang memainkannya. Selama pertandingan ini diarahkan oleh manusia, pasti akan dipengaruhi perasaan. Aura bisa mempengaruhi emosi seseorang dalam batas tertentu.
……
……
Hipotesis Yang Chengzhuo benar!
Setelah kehilangan bola, barulah Trapattoni tiba-tiba tersadar bahwa tim yang sedang dilatihnya adalah Bayern Munich, bukan 1. FC Kaiserslautern. Ia segera memerintahkan para pemain untuk melakukan tekanan serangan besar-besaran.
Namun 1. FC Kaiserslautern sama sekali tidak terlihat gentar. Kombinasi lini tengah Ballack, Nedvěd, Verón, dan Gattuso membantu Kaiserslautern menguasai medan tengah dengan kokoh. Keempat pemain ini adalah tulang punggung lini tengah yang dipercaya oleh Yang Chengzhuo, memiliki koordinasi yang cukup harmonis, dan sama-sama memahami betul cara mempertahankan kendali di lapangan tengah.
Taktik Yang Chengzhuo memiliki ciri khas yang sama sekali berbeda dengan strategi umum saat itu - penekanan khusus pada pressing dan intercept di lini tengah-depan. Tidak seperti kebanyakan tim yang memisahkan konsep serangan dan pertahanan, ia teguh mempertahankan prinsip kombinasi serang-dan-tahan. Pemain bertahan boleh ikut serta dalam serangan saat kondisi memungkinkan, sementara pemain penyerang juga harus terlibat aktif dalam pertahanan.
Dalam situasi ini, area tengah terlepas kendali, serangan Bayern Munich sulit menembus area tengah 1. FC Kaiserslautern. Hal ini membuat serangan balik Bayern terlihat tak berdaya, gagal memberikan ancaman fatal ke 1. FC Kaiserslautern. Sebaliknya, serangan balik 1. FC Kaiserslautern justru terus-menerus menciptakan peluang.
Serangan balik Yang Chengzhuo dijalankan dengan sederhana: memanfaatkan kemampuan individu pemain sayap untuk menciptakan peluang, dibantu di tengah oleh Scholl dan Ballack yang mengincar titik lemah Matthäus, menggunakan bola lambung untuk menyelesaikan pertempuran.
Taktik ini berhasil pada percobaan pertama, namun Trapattoni sudah belajar bersikap baik. Taktik 1. FC Kaiserslautern pun tak lagi menghasilkan efek.
Dari menit ke-12 hingga ke-20 menjadi periode dengan pressing paling sengit dan irama serangan-pertahanan tercepat. Setelah periode ini, serangan Bayern mulai mereda. 1. FC Kaiserslautern pun memperlambat irama permainan, membuat suasana pertandingan masuk ke fase kebuntuan.
Meski situasi mulai stabil, Yang Chengzhuo tetap tidak berani lengah, terus mengawasi ketat setiap perubahan dinamika di lapangan.
Bukan hanya dia, Trappatoni berambut putih juga meninggalkan bangku pelatih dan berdiri di pinggir lapangan. Namun lebih sering ia menggeram kepada para pemain dengan bahasa Jerman yang tidak standar, seolah mengeluhkan sikap kurang agresif para pemain—tapi efeknya tidak terlalu terlihat.
"Hollywood Hijau! Bukan tim yang mudah dikelola!" seru Yang Chengzheng sambil tersenyum kepada Paulus Bayer di sampingnya, menyaksikan kemarahan Trappatoni.
