Keuntungan klub elit tak diragukan lagi jelas: ada uang yang cukup untuk dihamburkan pelatih, sumber daya melimpah, dan cepat terkenal. Setiap pelatih sukses hampir pasti harus melewati pencucian tangan klub besar. Namun melatih klub elit jelas lebih sulit daripada tim kecil, karena tekanan lebih besar, bintang lebih banyak, manajemen lebih rumit - terutama bagaimana membuat para bintang memahami konsep "semua untukku" dan sikap "aku untuk semua".
Rehhagel tidak berhasil melakukannya, Trapattoni juga terlihat belum tentu bisa!
"Pantas disebut pelatih emas, respons Trapattoni cepat sekali! Begitu ada kesalahan langsung ditutupi!" puji Paulus Bayer tak kalah kagum.
Selain serangan mendadak di menit ke-12 yang berhasil mencetak gol, upaya Kaiserslautern memforsir titik Matthäus terus-menerus hasilnya buruk. Trapattoni segera menutupi kekurangan serius ini.
Namun Paulus Bayer justru semakin kagum pada ketajaman taktis Yang Chengzhuo. Ternyata dia mampu menemukan celah di Mattheus dan memanfaatkannya, bahkan berani melakukan tekanan serangan ofensif sejak awal, mempertahankan keseimbangan agresivitas dan inisiatif melawan Bayern sepanjang pertandingan. Ini benar-benar di luar dugaan semua orang!
Seandainya Yang Chengzhuo tahu isi hati Paulus Bayer, pasti dia akan merasa canggung. Sebenarnya taktik memanfaatkan kelemahan Mattheus berasal dari petunjuk Sistem Pelatih Super. Dalam analisis pra-pertandingan, sistem ini secara khusus menandai kemampuan anti-serangan udara Mattheus yang buruk. Sementara Scholl dan Ballack adalah tipe striker bertubuh tinggi-kuat - jelas sudah cara memanfaatkannya!
Melihat waktu tersisa 5 menit menuju babak pertama dengan skor tetap 1-0, Yang Chengzhuo membayangkan diri sebagai Trapattoni. Pasti dia tak akan membiarkan timnya masuk ruang ganti dengan tertinggal, karena hal itu akan membuat Bayern semakin pasif di babak kedua, terutama dalam hal aura psikologis.
Memikirkan hal ini, Yang Cheng berjalan ke pinggir lapangan, melambaikan tangan ke Verón, Gattuso, dan pemain lainnya di lapangan, memberikan isyarat untuk sedikit merapatkan formasi, berniat mempertahankan skor 1-0 di babak pertama.
1. FC Kaiserslautern yang sejak awal sudah bertahan dengan susah payah, begitu memutuskan merapat, Bayern langsung menekan dan menguasai inisiatif permainan.
Namun pertahanan Kaiserslautern juga bukan lampu hemat minyak, begitu memutuskan bermain pertahanan-balik, serangan Bayern pun sulit mengancam gawang Kaiserslautern karena mereka juga kesulitan menembus lini tengah.
Ballack dkk sebagai empat gelandang andalan yang terkenal sebagai prajurit tangguh berkualitas, terutama Gattuso yang kemajuannya sangat mencolok, benar-benar menonjol. Empat pria tangguh dengan stamina lari dan kontribusi defensif luar biasa ini, begitu koordinasi harmonis mereka terjalin, sungguh bukan hal mudah untuk merobek pertahanan mereka.
Bayern kini menghadapi masalah seperti ini: lini tengah mereka kekurangan pemain yang bisa merobek garis pertahanan lawan.
Scholl memang teknisi halus, namun dirinya tenggelam dalam lautan gelandang tangguh Kaiserslautern, hanya bisa dihancurkan dengan mudah.
Namun di saat genting ini, Trapattoni juga melakukan penyesuaian: Rizzitelli dan Basler mulai aktif menciptakan ancaman di sayap, sementara Scholl yang familiar dengan posisi tengah medan bergerak lebih maju untuk bertanggung jawab menguasai bola dan mengorganisir serangan di depan wilayah terlarang, serta memberikan umpan terakhir.
Yang Chengzhuo langsung merespons dan menyusun strategi, namun tetap terjadi kesalahan kecil.
Menit ke-43, Scholl yang awalnya maju tiba-tiba mundur menguasai bola. Gattuso menyusul Scholl, namun teknik halus dan gerakan cepat pemain Jerman ini membuat Gattuso kewalahan. Sadar tak boleh membiarkannya lewat, Gattuso memilih melanggar aturan.
Aksi menjatuhkan Scholl ini tidak hanya membuat Gattuso mendapatkan kartu kuning, tapi juga memberi Bayern kesempatan tendangan bebas sekitar 35 meter dari wilayah terlarang, sedikit condong ke sisi kiri.
Scholl mutlak layak berdiri di depan titik penalti. Dari kejauhan, Yang Chengzhuo gemetar dalam hati melihatnya.
"Sialan, pelanggaran Gattuso ini mau menguji tingkat beban jantungku ya?" gumam Yang Chengzhuo dalam hati.
Teknik kaki Scholl sungguh luar biasa. Di skuad Bayern, dialah spesialis tendangan bebas terbaik. Meski tidak semengerikan Juninho Pernambucano atau sekeren Beckham, tendangannya selalu sulit dideteksi sehingga susah diantisipasi.
Inkh jelas pernah kecolongan. Ditambah persiapan khusus Yang Cheng sebelum laga, kiper itu mengatur posisi tembok manusia dengan cermat. Pemain seperti Klinsmann dan Helmer malah berbondong-bondong ke area Kaiserslautern, membuat semua orang bingung menebak: apakah Scholl akan langsung menendang atau melakukan kombinasi taktis?
Usai tembok manusia terbentuk, wasit mundur beberapa langkah lalu meniup peluit tanda eksekusi tendangan.
Terlihat Scholl melangkah cepat ke depan, kaki kirinya menendang bola putaran dalam yang sengat berotasi, mengitari tembok manusia, lalu terjun ke wilayah terlarang.
Yang Chengzhuo dan kawan-kawan mengawasi ketat eksekusi tendangan bebas Scholl. Begitu bola melesat, mereka langsung terkejut. Saat menyadari, Klinsmann sudah menyusup di depan Brehme dan Lutz, mengunci dua veteran di belakangnya, melompat tinggi lalu menyundul bola ke gawang. Inkh tak mampu menjangkau, skor 1-1!
Usai mencetak gol, Klinsmann langsung mengepalkan tinju ke langit sambil mengaum, ekspresinya penuh keanggunan legendaris. Dia ber-tos tangan dengan rekan satu tim yang datang merayakan, kecuali Matthäus.
"Sialan!" Yang Chengzhuo mengayunkan tinju marah. Ternyata di momen kritis babak pertama mereka kebobolan.
Menyaksikan Klinsmann, Scholl dan kawan-kawan merayakan gol di depan mata semua orang, hati Yang Chengzhuo dipenuhi rasa frustasi.
“Sialan, pemain Bayern ini memang bintang-bintang mapan! Meski gagal mencetak gol sepanjang babak pertama, tapi di momen kritis tak ada yang ragu-ragu. Koordinasi tendangan bebas ini benar-benar menunjukkan kelas mereka!” Paulus Bayer memuji dengan wajah kagum.
Yang Chengzhuo dalam hati sependapat dengan penilaian Paulus Bayer, tapi tetap merasa tidak rela.
Keunggulan yang susah payah dibangun sejak awal pertandingan, kini hancur lebur oleh satu sundulan Klinsmann.
“Pantas dijuluki Bomber Emas!” Ucapan Yang Chengzhuo ambigu antara kutukan dan pujian.
Namun gol ini juga mengekspos masalah pertahanan Kaiserslautern: Brehme, Lutz, dan Kadlec sudah berusia lanjut. Meski pengalaman dan kesadaran bertahan mereka luar biasa, namun waktu tidak mengampuni.
Andai saat itu Lúcio yang berada di posisi itu, mungkin Klinsmann takkan berkutik!
“Sepertinya pembaruan signifikan di garis pertahanan harus segera dilakukan!” Yang Chengzhuo berkesedihan.
Jika tidak bisa menyelesaikan pekerjaan ini di musim ini, bukankah pertahanan 1. FC Kaiserslautern akan menghadapi ancaman lebih dahsyat saat masuk ke Bundesliga yang kompetisinya lebih sengit?
"Sebastian Kehl, Lúcio, dan Luis Huth masih bisa menangani 2. Bundesliga. Jadi kita bisa memberi mereka kesempatan bertanding untuk pengalaman di liga tersebut. Tapi untuk turnamen Eropa dan piala, veteran seperti Brehme masih lebih layak dipercayai!" usul Paulus Bayer.
Yang Chengzhuo juga menganggap ini tepat, karena kekuatan 1. FC Kaiserslautern sudah termasuk unggul di 2. Bundesliga. Ditambah taktik Yang Chengzhuo, membuat pertahanan tim di liga tersebut sangat kokoh sehingga bisa melatih tiga pemain muda belakang dengan maksimal.
"Hanya bisa dilakukan seperti ini!"
……
……
Babak pertama berakhir dengan skor 1:1!
Tapi di saat-saat terakhir skor disamakan oleh Bayern, semangat 1. FC Kaiserslautern terpukul berat. Para pemain khususnya masih trauma dengan serangan balik Bayern, satu per satu terlihat lesu.
Saat memasuki ruang ganti, Yang Chengzhuo jelas merasakan suasana ini. Ia menepukkan telapak tangan lebih keras untuk menarik perhatian semua pemain.
"Ada apa ini? Saudara sekalian, apa kita sudah kalah?" tanya Yang Chengzhuo sambil berpura-pura santai.
Para pemain menggelengkan kepala.
"Oh, ternyata belum kalah? Lalu kenapa kalian semua kepalanya tertunduk lesu?"
Dengan wajah santai seolah sedang mengobrol, Yang Chengzhuo berjalan di antara para pemain. "Sejak pertama kali mengenal sepakbola, selalu ada yang mengatakan: segala sesuatu mungkin terjadi di lapangan sepakbola!"
"Kalimat ini aku yakin kalian semua pernah mendengarnya. Ini bukan untuk menyuruh kita menunggu pasif akan keajaiban, karena keajaiban takkan pernah mendarat pada mereka yang hanya menunggu, melainkan hanya diberikan kepada mereka yang berjuang mati-matian! Jadi kita harus bertarung habis-habisan! Aku selalu percaya, keajaiban tercipta dari pertarungan!"
"Seperti satu jam yang lalu, siapa sangka kita bisa imbang 1-1 dengan Bayern? Siapa yang menyangka kita bisa membuat raksasa Bayern yang angkuh itu terlihat begitu kocar-kacir di lapangan?"
Yang Chengzhuo berhenti sejenak, matanya penuh keyakinan menatap para pemainnya. "Penampilan kalian di babak pertama sangat memuaskan, sungguh! Aku tak bisa menuntut lebih karena aku yakin, selama kalian pertahankan performa ini, kemenangan terakhir PASTI milik kita!"
Kata-kata pelatih seketika membakar kembali semangat para pemain. Perlahan obrolan penuh tawa mulai mengisi ruang ganti.
Melihat para pemain seperti ini, Yang Chengzhuo sementara menenangkan diri. Saat melewati Gattuso, dia menepuk bahu pemain muda itu dengan keras sebagai dorongan, menyuruhnya melupakan pelanggaran aturan tadi. Bagaimanapun juga, kekuatan Scholl jauh lebih dia pahami daripada siapapun. Pencapaian Gattuso sampai tahap ini sudah sangat luar biasa.
Kemudian Yang Chengzhuo mendatangi Brehme.
"Bagaimana? Andreas, masih bertahan?" tanyanya dengan penuh perhatian.
Brehme mengangguk tegas. "Masih bisa!"
Dengan senyum, Yang Chengzhuo duduk di samping Brehme. Dengan gaya mempercayakan, dia menyandarkan tangan di bahu bek Jerman itu. "Tim kita punya kekuatan dan potensi besar, tapi masih muda. Karena itu kami butuh lebih banyak dukungan dari kawan-kawan senior seperti kalian. Di lapangan, bantu awasi dan beri petunjuk pada mereka ya!"
Melihat pelatih kepala sama sekali tidak menyebut kesalahan di menit-menit terakhir babak pertama, malah memberikan tugas yang lebih berat kepada kami, Brehme dan kawan-kawan langsung mengangguk penuh semangat sambil bertekad dalam hati, bahkan nyawa lawan pun akan kami pertaruhkan demi membantu pelatih memenangkan pertandingan ini!
