Untuk undangan dari asosiasi sepakbola, awalnya Yang Chengzhuo ingin menolak secara halus. Bagaimanapun dia tahu batas kemampuannya - berdiskusi teori masih bisa, tapi kalau harus bekerja dengan segala kemampuan nyata, dia pasti keteteran.
"Penasihat teknologi kan cuma jabatan seremonial. Cuma perlu hadir rapat rutin, kadang memberi pendapat, sesekali melakukan ujian ke sistem pelatihan remaja. Sehari-hari tidak ada pekerjaan, tidak perlu masuk kantor tepat waktu, tiap bulan masih dapat gaji dan bonus lumayan. Mengapa tidak dilakukan?"
Desakan Beckenbauer tepat mengenai titik vital Yang Cheng. Begitu mendengar ada uang yang bisa dihasilkan sekaligus menaikkan reputasi, langsung semua disetujuinya tanpa pikir panjang.
Namun demikian, Yang Cheng pun diminta untuk tinggal beberapa hari lagi di Frankfurt karena masih harus berdiskusi dengan pihak asosiasi sepakbola mengenai detail rencana reformasi akademi sepak bola. Ditambah lagi beberapa hari kemudian mereka akan melakukan kunjungan ke Inggris untuk mengobservasi Liverpool, akhirnya Yang Cheng memutuskan agar Paulus Bayer dan supir pulang terlebih dahulu sementara dia menelepon Frederick untuk memberi penjelasan.
Begitu mendengar pelatih kepala yang ditunjuknya direkrut sebagai penasihat teknologi oleh asosiasi sepakbola, Frederick nyaris terkejut setengah mati. Hampir tanpa pikir panjang dia langsung menyetujui permintaan Yang Cheng, sebab ini merupakan pengakuan besar terhadap visi strategisnya!
Kebetulan saat itu 2. Bundesliga mulai memasuki masa liburan musim dingin. Yang Cheng yang awalnya berencana pulang ke tanah air setelah mengunjungi Liverpool, kini terpaksa menunda rencananya karena tidak ada agenda lain.
Setelah tinggal di Frankfurt selama lebih dari seminggu, makan-minum dan segala kebutuhan harus bersama Beckenbauer dan orang-orang tua lainnya. Mereka malah semakin muda, sementara Yang Chengzuo hampir menyemburkan buah zakar karena bosan. Seminggu kemudian, melihat tidak ada persoalan lagi, dia segera meminta izin pergi, kabur ke Inggris seperti nyawanya terancam, sekalian melakukan perjalanan dinas dengan dalih mengobservasi lawan.
Seperti diketahui, saat liga-liga lain memasuki masa liburan musim dingin yang santai, Liga Primer Inggris justru memulai jadwal pertandingan tersibuk dalam season. Menurut statistik Yang Cheng dan kawan-kawan, musim ini dalam 16 hari singkat dari 16 Desember pasca Natal hingga 31 Desember, mereka harus bertarung di 5 laga liga (2 kandang sendiri, 3 kandang lawan). Tiga pertandingan tandang semuanya berada di sekitar London, melawan West Ham United, Wimbledon, dan Chelsea. Di antara itu masih terselip dua putaran pertandingan kandang.
“Dari Liverpool ke London jaraknya lebih dari 300 kilometer, Liverpool benar-benar bernasib sial! Jadwal pertandingan yang padat saja sudah cukup, masih harus bolak-balik bepergian, pasti sangat melelahkan!” Yang Chengzhuo duduk di pesawat menuju London, memandangi jadwal pertandingan di tangannya dengan senyum pahit.
Hari Natal semakin dekat, penumpang pesawat kebanyakan adalah orang-orang yang pulang ke Inggris untuk berkumpul dengan keluarga. Semua terlihat tidak sabar menunggu pesawat lepas landas, membuat Yang Chengzhuo diam-diam mengeluh dalam hati. Ia merasa seperti ilalang tak berakar yang terombang-ambing tanpa pegangan.
Pada detik ini, ia benar-benar memiliki dorongan kuat untuk pulang ke rumah!
Setidaknya, ia ingin kembali melihat orang tuanya, mengunjungi tanah airnya.
Setelah melintas ke dunia ini sekian lama, ia telah menemukan bahwa orang tuanya tetap pasangan yang familiar dari kehidupan sebelumnya, sementara tanah airnya juga sepenuhnya sesuai dengan kenangannya - hanya saja waktunya dimajukan secara total.
“Ini seperti lelucon yang dibuat Tuhan untukku!” ujar Yang Chengzhuo dengan senyum pahit.
Tiba-tiba, Yang Chengzhuo menyadari seorang gadis muda duduk di kursi sebelahnya. Rambut pirangnya terbelah rapi di tengah, mengenakan jaket katun ketat V-neck dalam yang dilapisi T-shirt putih murni, celana jeans ketat, dan sepatu hak tinggi bergaya unik - tampak sangat fashionable.
Saat gadis itu sedang mengangkat koper ke bagasi, wajahnya tertutup. Tepat ketika Yang Chengzhuo hendak memalingkan muka, terdengar suara "Krek!" Koper yang pecah itu tumpah ruah mengeluarkan segudang barang yang langsung menghujani tubuhnya.
Terjebak di kursi tepi, Yang Chengzhuo sama sekali tak sempat menghindar. Dengan wajah masam ia menyadari barang-barang yang bertebaran itu adalah deretan bra dan celana dalam bergaya baru nan seksi, banyak yang berenda - pemandangan yang sangat menggoda.
“Maaf, maaf!” Wajah gadis pirang itu langsung memerah seperti apel matang, segera menaruh koper yang rusak, lalu mati-matian membantu Yang Chengzhuo mengambil bra dan celana dalam yang menempel di tubuhnya.
Melihat gadis itu buru-buru meraba-raba barang di tubuhnya, apalagi yang diambil adalah bra dan celana dalam seksi, dalam hati Yang Chengzhuo tiba-tiba muncul api jahat.
Ahem, namanya juga remaja, energi sedang meluap-luap. Kalau sibuk masih bisa terkendali, tapi begitu ada waktu senggang, wajar saja jika pikiran nakal muncul - ini fenomena normal bukan?
“Maaf! Maaf!” Gadis itu terus meminta maaf dengan wajah merah padam setelah selesai mengumpulkan pakaian dalam, lalu menyelipkan semua barangnya kembali ke dalam koper kulit.
Yang Chengzhuo baru menyadari bahwa gadis remaja ini terlihat masih sangat muda, mungkin sekitar tujuh belas atau delapan belas tahun, namun memiliki tubuh yang sangat proporsional. Bentuk tubuhnya yang seksi khas wanita cantik Barat, wajahnya pun sangat anggun dengan garis-garis lembut yang jarang ditemui pada orang Barat. Kulitnya mulus tanpa cela, mungkin hasil perawatan rutin.
"Baru keluar sudah bertemu wanita cantik!" Yang Chengzhuo tersenyum pahit. Seandainya tidak ada bra dan celana dalam yang memalukan itu, ini akan menjadi pertemuan yang menyenangkan!
Gadis itu tampaknya tidak menyadari tatapan Yang Chengzhuo. Setelah merapikan barang-barangnya, dia mengunci koper dengan gembok lalu mencoba mengangkatnya ke bagasi. Namun kopernya terlihat cukup berat, membuatnya kesulitan mengangkat sendirian.
"Biarkan saya bantu!" Dengan sikap pria terhormat, Yang Chengzhuo berdiri dan menawarkan bantuan.
Gadis itu membalas dengan senyuman penuh rasa terima kasih. Senyumannya tiba-tiba memberikan rasa familiar pada Yang Chengzhuo, seolah pernah melihatnya di suatu tempat.
Setelah menaruh koper dan menutup pintu bagasi, Yang Chengzhuo kembali ke kursinya dengan tenang menunggu pesawat terbang lepas landas. Untuk mengatasi kebosanan selama perjalanan, dia sengaja membeli beberapa majalah sepakbola.
Saat membeli sebelumnya tidak sadar, sekarang setelah dilihat ternyata sampul salah satu majalah Kicker yang dibelinya menampilkan dirinya sendiri.
"Ya Tuhan!" Senyum pahit mengembang di wajah Yang Chengzhuo saat meneliti foto close-up dirinya yang sedang membuat gerakan khas saat melawan Bayer Leverkusen dalam pertandingan itu.
"Ternyata kamu seorang pelatih sepak bola!" Gadis remaja di sebelahnya sama sekali tidak malu-malu, mendekat dengan manja.
Yang Chengzhuo tersenyum canggung. Dia masih belum terbiasa menerima seperti penggemar di tempat umum.
"Aku Sienna Miller dari London. Kamu Yang Chengzhuo, pelatih kepala 1. FC Kaiserslautern kan?" Gadis itu berbicara blak-blakan.
Yang Cheng tersenyum mengangguk, tapi begitu teringat nama Sienna Miller, dia langsung membeku. Tiba-tiba dia menyadari mengapa namanya terdengar begitu familiar—bukankah gadis di sebelahnya ini adalah Duchess dari film [G.I. Joe: The Rise of Cobra] di kemudian hari?
Namun saat usianya lebih matang, penampilannya lebih menggoda dengan postur tubuh yang baik. Sekarang terlihat sangat muda dengan aura polos yang memikat, meski gaya berpakaiannya tetap menunjukkan ciri khas "Ratu Mix-and-Match" seperti di masa depan.
"Baru saja aku malu, koperku agak ketinggalan zaman!" Sienna menjelaskan dengan canggung, "Dan tolong jangan salah paham—beberapa bra dan celana dalam di dalamnya adalah bahan eksperimen yang sedang kupelajari!"
Wajahnya memerah padam seolah takut Yang Cheng akan salah mengira, "Aku memang selalu tertarik merancang pakaian dalam dan busana!" tambahnya setelah jeda sejenak.
Yang Chengzhuo sudah lama tak mempersoalkan hal ini. Di kehidupan sebelumnya, Sienna dan kakak atau adik perempuannya (yang tak diketahui) bersama-sama merancang sebuah brand pakaian yang konon laris dijual, bahkan sering mengorganisir peragaan busana.
"Aku baru dua hari di Jerman, tapi sudah lama mendengar namamu. Mereka bilang tim 1. FC Kaiserslautern yang kau pimpin benar-benar hebat!" Sienna dengan cepat mengalihkan topik, memuji dengan kecenderungan khas gadis remaja yang mengagumi pahlawan.
Namun Yang Cheng lebih memandang pujian ini sebagai aksi darurat seorang gadis untuk menyamarkan rasa canggung. Meski begitu, ia tetap berbincang sopan dengan Sienna.
Tampak jelas gadis ini sangat komunikatif dan aktif. Meski ini pertama kalinya bertemu, selama di pesawat dia banyak bercerita pada Yang Cheng: misalnya tentang pembelajarannya di Strasbourg Theatre Academy tempat ibunya mengajar - cabang London dari akademi ternama Amerika tersebut.
"Selain pembelajaran sehari-hari, Sienna juga sesekali menerima proyek iklan atau menjadi model. Mengingat karier ibunya terkait industri hiburan, gadis ini memang sudah memasuki bidang ini sejak dini."
"Kenapa kamu ke Inggris?" Sienna sepertinya menyadari dirinya yang terus berbicara sementara Yang Chengzhuo tetap memposisikan diri sebagai pendengar, lalu berinisiatif memberi petunjuk.
"Menyaksikan beberapa pertandingan!" jawab Yang Chengzhuo sambil tersenyum.
"Di London?" tanya Sienna.
Yang Chengzhuo mengangguk, "Bagaimana denganmu?"
"Pulang merayakan Natal!" Ekspresi gadis remaja itu menunjukkan ketidakinginan, seolah jika diberi Pilihan, dia lebih memilih tidak pulang.
Melihat sikap manja nan menggemaskan ini, Yang Chengzhuo tak bisa menahan senyum. Dalam hati bergumam: memang masih gadis kecil.
