Pang～ Pang～～
Genderang halilintar bergema di atas saluran pemain. Saat Yang Chengzhuo memimpin tim pelatih keluar dari saluran pemain, dentuman genderang di atas kepala semakin padat. Terutama teriakan fans【Kaisar】yang menggema ke seluruh stadion.
Yang Chengzhuo tak kuasa menoleh ke atas. Di sana terlihat seorang anggota bermuka cat minyak sedang berdiri, mengarahkan 1. FC Kaiserslautern di depannya untuk memukul genderang memberi semangat. Teriakan【Kaisar】itu membuat darahnya mendidih.
"Anggota ini kok familiar ya, siapa sih?" Paulus Bayer juga memperhatikan orang itu.
Yang Chengzhuo terkekeh, "Itu kan Tony Violetti dari Isola Bella!"
"Dia!" Paulus Bayer terkekeh kaget. Dulu anggota ini tidak menyukai 1. FC Kaiserslautern, selalu mengaku sebagai penggemar Juventus. Tapi sekarang, dia berubah menjadi pengikut setia nomor satu 1. FC Kaiserslautern seantero jagad.
Yang Chengzhuo melambaikan tangan ke arah Toni di tribun. Sang penggemar mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi, teriak fans berubah menjadi "Kalau kalah, kami akan bikin kamu terlihat keren!"
Teriakan ini membuat sekeliling kocar-kacir. Tony Violetti tertawa terbahak-bahak di tribun, jelas puas dengan akal bulusnya. Apalagi melihat ekspresi Yang Chengzhuo dan Paulus Bayer yang kaget – efeknya mantap betul!
Yang Chengzhuo mengangkat ibu jarinya tinggi-tinggi, lalu berjalan menuju bangku pelatih. Sepanjang jalan yang dilewati tribun fans 1. FC Kaiserslautern, gemuruh teriakan 【Kaisar】 langsung bergema. Jelas julukan ini telah meresap dalam hati setiap fans Kaiserslautern - di mata mereka, Yang Chengzhuo adalah Sang Penguasa Kota Kaisar!
Di depan bangku pelatih yang tak jauh, Bobby Robson kebetulan baru tiba di TKP bersama para asisten. Posisinya berseberangan dengan Yang Chengzhuo. Sosok "yang khusus" yang akan terkenal beberapa tahun kemudian itu, masih terlihat kekanakan saat mengikuti di belakang Bobby Robson.
Tiba-tiba ide parodi muncul di benak Yang Chengzhuo. Ia pun melangkah mendekat.
"Selamat siang, Tuan Robson!" Gelar Sir baru akan diberikan setelah Bobby Robson kembali ke Liga Primer untuk kepelatihan. Meski saat ini sudah sangat dihormati, ia belum menyandang gelar kebangsawanan itu.
“Halo, remaja!” Bobby? Robson terlihat agak sombong dengan mengulurkan tangannya, sepertinya dia sengaja ingin memprovokasi Yang Chengzhuo.
Remaja memang cenderung impulsif, bukankah dia pernah menerobos lapangan untuk menyerang pemain lawan demi membela pemainnya? Jika bisa membuatnya kehilangan akal sehat dalam pertandingan hanya dengan satu kalimat, mengapa tidak dilakukan?
Yang mengejutkan, Yang Chengzhuo hanya tersenyum lalu memandangi "si khusus" di belakang Robson, kemudian aktif mengulurkan tangan, "Halo, Tuan Mourinho!"
Mourinho langsung membeku. Bukan hanya dia, bahkan Robson dan tim asistannya pun terkejut. Meskipun wajar jika Yang Chengzhuo mengenal semua orang, tapi bagaimana mungkin dia mengenal José Mourinho?
Ini kan anggota yang tidak terlalu cocok dengan grup!
Meski terkejut, Mourinho tetap aktif mengulurkan tangan untuk berjabat dengan Yang Chengzhuo. Namun Yang Chengzhuo justru menyambut dengan sikap nyaris antusias, memeluknya erat sambil berbisik di telinganya: "Anda harus mempertimbangkan untuk langsung mengambil alih kepelatihan. Anda memiliki kemampuan dan kompetensi teknis yang bisa menjadikan Anda sosok paling khusus di bidang sepakbola!"
Setelah melepaskan Mourinho, Yang Chengzhuo tersenyum memberi salam pada tim asisten Robson lalu berbalik dan pergi.
Rangkaian aksi ini memberi kesan seolah Yang Chengzhuo lebih menghargai Mourinho dibanding Bobby Robson.
"José, kau kenal dia?" tanya Robson dengan kebingungan sekaligus kemarahan, karena tindakan Yang Chengzhuo terasa seperti penghinaan terhadapnya, entah disengaja atau tidak.
Mourinho menggelengkan kepala, "Tidak, tidak kenal. Hari ini adalah pertama kalinya bertemu!"
Robson mengangguk, dia masih cukup mementingkan Mourinho, dan tidak merasa Mourinho berbohong. Dia hanya merasa bahwa aksi Yang Chengzhuo ini sepertinya merupakan serangan balik terhadap ucapannya sendiri yang baru saja.
"Tampaknya anak ini juga sulit dilawan!" kata Robson dengan senyum dingin.
……
……
Pemain dari kedua tim berduyun-duyun memasuki stadion. Setelah sesi foto dan undian tepi lapangan, mereka berbaris dalam formasi masing-masing. Barcelona yang memenangkan hak servis akan lebih dulu melancarkan serangan.
Seperti biasa, Yang Chengzhuo tetap berdiri tegak di pinggir lapangan. Paulus Bayer dan Tim Hank berdiri di sampingnya.
"Ternyata benar seperti perkiraanmu, Robson tetap mengerahkan pasukan inti!" puji Paulus Bayer.
Yang Chengzhuo tersenyum tipis. Dia udah dari dulu mempersiapkan rencana ini.
Formasi inti Barcelona adalah 451, kiper Bebeto, lini belakang Sergi, Nadal, Abelardo, dan Ferrer; lini tengah terdiri dari Giovanni di sayap kiri, Figo di sayap kanan, playmaker yang mundur Guardiola dan De la Peña, serta gelandang serang Enrique, dengan striker tunggal Ronaldo.
Keunggulan utama Barcelona ini terletak pada lini tengah mereka. Kemampuan organisasi lini tengah dan menciptakan kesempatan tim ini benar-benar nomor satu di dunia. Guardiola sudah tak perlu diragukan, gelandang serang Luis?Enrique juga termasuk salah satu bintang paling hebat di dunia sepakbola saat ini. Perlu disebutkan, dia adalah bintang yang membelot dari Real Madrid musim panas lalu, memicu kontroversi besar di antara fans kedua tim, serta meningkatkan pengaruh Derbi Abad musim ini.
Mengenai La Pulga (si Kecil) de la Peña, mungkin banyak fans yang tidak akan mengingatnya, karena setelah meninggalkan Barcelona, ia selalu berbakti untuk Espanyol. Meski pernah masuk timnas dan sempat menarik minat Real Madrid, namanya tetap belum terkenal.
Namun kini, bintang baru lulusan akademi Barcelona ini sudah sejajar dengan Raul dari Real Madrid. Keduanya mewakili pencapaian luar biasa sistem akademi kedua klub. Fakta bahwa de la Peña bisa menstabilkan diri di tengah lautan bintang Barcelona ini membuktikan kekuatannya yang luar biasa.
Sementara lini belakang adalah warisan era Cruyff yang dibangun dengan susah payah. Nadal di sini adalah paman dari petenis legendaris Rafael Nadal - ironisnya sang keponakan justru pengikut setia Madrid. Abelardo sendiri adalah legenda bek tengah yang masih sering jadi buah bibir fans Barcelona.
Susunan pemain yang diatur Yang Cheng untuk pertandingan ini adalah formasi 343. Kiper adalah Inkh, garis pertahanan terdiri dari Brehme, Kocian, dan Lutz. Tiga gelandang tengah adalah Nedvěd, Verón, dan Gattuso. Gelandang serang diisi Ballack. Sayap kiri-kanan dijabat Denílson dan Fritz, sedangkan striker adalah Scholl.
Ini merupakan pasukan inti terkuat 1. FC Kaiserslautern musim ini. Dalam kondisi tanpa cedera atau penyakit, Yang Cheng menggunakan formasi ini untuk menghadapi Barcelona. Yang menjadi pertimbangan bukan hanya sistem pertahanannya, tapi juga kekuatan serangannya.
Di sisi kanan, alasan Fritz dipilih melebihi Deisler lebih karena Yang Cheng menilai tinggi kemampuan berlari dan kontribusi defensif pemain ini di lini depan, yang terkait dengan taktik pertandingan kali ini. Pemilihan Scholl sebagai striker alih-alih Van Nistelrooy dikarenakan efisiensi gol Scholl yang lebih stabil musim ini. Meski Van Nistelrooy baru-baru ini menunjukkan performa menonjol, di momen genting Yang Cheng lebih mempercayai Scholl, mengingat veteran berpengalaman ini lebih mampu menguasai situasi.
Begitu peluit wasit utama berbunyi, kedua tim yang bertanding memulai pertandingan final yang sangat dinantikan ini.
……
……
Dentang peluit pertandingan disusul oleh Gattuso yang segera mundur. Perhatiannya tertuju pada Luis Enrique yang mengenakan kaos nomor 21. Sementara itu, Verón bersama Gattuso dan Ballack yang mundur ke lini tengah membentuk formasi pertahanan segitiga.
Di sayap kiri, Nedvěd bertugas mengawasi ketat Figo di sayap kanan Barcelona. Posisi Denílson, Scholl, dan Fritz sangat maju, hampir menempel pertahanan Barça, menarik garis belakang ikut terdorong ke depan.
Guardiola yang menguasai bola diganggu Ballack, ditambah formasi pertahanan pemain tengah Kaiserslautern di depannya yang tak memberi celah. Ia memilih mengembalikan operan ke Abelaardo yang segera memindahkan bola karena Scholl sudah mengintai di sampingnya.
Saat bola kembali ke lini belakang Barça, Fritz langsung menekan. Bersama Scholl dan Denílson, mereka melakukan pressing depan agresif ke pertahanan Barcelona.
Teknik penguasaan bola Barcelona memang menonjol, meski menghadapi tekanan, meski formasi pertahanan 1. FC Kaiserslautern kokoh, operan mereka tidak melakukan kesalahan. Tentu ini terkait bola yang terus berpindah di garis belakang Barcelona dan area sekitar Pep Guardiola. Di area ini, pertahanan Kaiserslautern lebih bersifat mengganggu.
Permainan perlahan terbuka. Setelah beberapa kali operan pendek di belakang, Barcelona kembali mengirimkan bola ke kaki Guardiola. Begitu menguasai bola, Ballack segera mendekat menghalangi posisi. Namun Guardiola membawa bola menyamping beberapa langkah, bertahan mati-matian mencari celah untuk mengirimkan bola ke depan.
De la Peña tidak mengontrol bola langsung meneruskan ke depan. Luis Enrique juga merasakan tekanan di garis belakang, ingin mundur mengambil bola. Tapi tepat saat hendak menerima operan Guardiola, Gattuso tiba-tiba menyambar dari samping, lebih cepat merebut bola.
Meski bola tetap jatuh ke kaki Figo di sayap kanan, Yang Cheng di pinggir lapangan tetap memuji dengan menepuk-nepukkan telapak tangannya.
"Kesadaran bertahan Ivan berkembang sangat pesat!" Paulus Bayer juga tersenyum penuh pujian.
Dalam hati Yang Cheng tertawa kecil, tentu saja, dia sudah mengorbankan darah-darah untuk Gattuso, kalau pemain Italia itu tidak menunjukkan kemajuan, benar-benar akan rugi darah-darah.
Figo di sayap kanan yang mendapat interferensi Nedvěd, terburu-buru mengirim umpan silang dari sisi kanan ke tengah, namun Brehme yang sudah mundur ke posisi lebih dulu membersihkan bola dengan tendangan besar, membuat sprint Ronaldo di belakang menjadi sia-sia.
Bola sampai di lini depan, Ballack membelakangi gawang sambil menggunakan raganya untuk menguasai posisi, lalu mengoper balik ke Verón di depannya. Penyihir putih langsung meminjam momentum dengan umpan silang ke sayap kiri, Deni cepat menuju batas dan berhasil menghentikan bola tepat sebelum Ferrer. Dengan gerakan tipuan cantik, dia pura-pura akan berbalik tajam, namun malah menyusur batas dan langsung melewati Ferrer.
Saat Deni sukses melewati Ferrer, sorak fans di tribun belakang Yang Chengzhuo langsung membahana.
Sayangnya umpan melintang Deni disambut tembakan Scholl yang melenceng akibat Interferensi Nadal.
Ini juga menjadi tembakan pertama kedua pihak dalam pertandingan ini!
"Bagus!" Di pinggir lapangan Yang Chengzhuo bertepuk tangan keras, memuji para pemain terutama Deni yang sedang berlari kembali ke posisi.
Paulus Bayer pada detik Denílson mengoper, sempat mengira pertandingan ini akan berbuah gol, namun ternyata tembakan melenceng, membuatnya sedikit kecewa meski wajahnya tetap penuh semangat.
“Taktikmu berhasil!” Paulus Bayer berteriak keras.
Yang Cheng dengan percaya diri mengangguk, merasa geli melihat kegugupan asistennya, namun seiring berjalannya laga, ia semakin menyadari bahwa taktiknya memang efektif.
Pemahaman banyak orang kemudian mengalami penyimpangan, mengira pemain inti Barcelona saat itu adalah Pep Guardiola, padahal sebenarnya ambigu. Alasannya sederhana: Barcelona saat itu memiliki dua inti - satu sebagai inti serangan lini depan, satu lagi sebagai inti organisasi lini belakang.
Ini mudah dipahami karena AC Milan di kemudian hari menganut prinsip serupa: Andrea Pirlo di belakang mengorganisir, Kaká di depan mengkomandoi serangan, dengan pembagian kerja yang jelas antara keduanya.
Posisi Pep Guardiola lebih mundur, berperan sebagai inti pengatur permainan yang bertahan. Meski kemampuan mengoper bolanya sangat menonjol, namun sebenarnya umpanannya lebih banyak mengarah ke dua sisi lapangan. Umpan jarak jauh langsung ke lini depan hampir tidak mungkin dilakukan karena tingkat kesuksesan yang terlalu rendah. Artinya, Guardiola jarang terlibat langsung dalam serangan depan. Fungsi utamanya adalah merapikan aliran permainan di area tengah dan melindungi garis pertahanan.
Dalam taktik Barcelona ini, yang benar-benar berperan krusial dalam serangan adalah Luis?Enrique, Figo, dan Giovanni. Terutama Luis?Enrique, dialah yang melalui umpan-umpan terobosan dari belakang berhasil membantu Ronaldo menghancurkan pertahanan lawan sekali demi sekali, hingga mencetak gol.
Meski Barcelona menggunakan Bobby Robson untuk menggantikan Johan Cruyff, sebenarnya mereka tidak bisa sepenuhnya menolak warisannya. Bisa dikatakan, kemampuan Barcelona memainkan sepak bola ofensif yang memukau di musim ini masih mengandalkan jejak taktik Cruyff yang berperan penting. Bobby Robson hanya melakukan sedikit penyesuaian pada taktik dasar yang ditinggalkan Cruyff.
Bakero adalah inti serangan di era Cruyff sebelumnya. Area pergerakannya mirip posisi gelandang serang yang berhubungan timbal balik dengan gelandang bertahan Pep Guardiola di belakang. Fungsi utamanya adalah memberikan umpan terakhir di depan wilayah terlarang. Namun di akhir masa kepelatihan Cruyff, efektivitas taktik ini menurun karena dua faktor: usia Bakero yang semakin bertambah dan lawan yang sudah mulai memahami serta menemukan metode untuk menetralisir taktik tersebut.
Salah satu kunci penting untuk menahan serangan Barcelona adalah memutus hubungan antara gelandang serang dan gelandang bertahan!
Bobby? Robson adalah seorang pelatih kepala yang sangat hebat. Dia menyadari hal ini dengan jelas dan berusaha menebusnya, sehingga De la Peña muncul. Dia hadir sebagai penghubung antara gelandang bertahan dan gelandang serang, yaitu berlari menghubungkan serta mengoper antara Pep Guardiola dan Luis? Enrike. Secara alami, taktik Barcelona berubah dari 343 menjadi 451.
Posisi Pep Guardiola yang cenderung mundur membuat formasi keseluruhan Barcelona lebih terbelakang dibanding tim lain. Hal ini memberi Ronaldo ruang gerak yang sangat luas di depan. Kecepatan, teknik, dan kemampuan individunya termanifestasi secara maksimal. Di sayap, Fenomeno dan Giovanni juga menunjukkan hal serupa.
Inilah area tengah Barcelona yang sesungguhnya sangat kuat musim ini!
Seperti konsep Barcelona puncak tahun 2010, tim Barcelona saat ini tetap mengutamakan pengendalian.
Real Madrid mengalahkan Barcelona 2-0 di kandang sendiri musim ini. Strategi Fabio Capello berhasil di satu sisi karena koordinasi Barcelona yang kurang harmonis, di sisi lain berkat kehadiran Fernando Redondo yang sedang di puncak performa. Gelandang bertahan kuat ini mampu menjalankan taktik Capello yang menggabungkan kontrol dan tekanan di area tengah. Dominasinya bahkan membuat Barcelona di Camp Nou hanya bisa mengalahkan Madrid melalui tembakan tambahan dari titik penalti.
Namun situasi berbeda dengan 1. FC Kaiserslautern saat ini. Meski Juan Sebastián Verón bermain menonjol, levelnya belum mencapai Redondo. Karena itu Yang Chengzhuo hanya bisa fokus pada aspek tekanan. Tapi ia memiliki keunggulan yang tak dimiliki Capello maupun Bobby Robson - pengetahuan sepakbola 10 tahun lebih maju dari zamannya.
Meski Yang Chengzhuo selalu berpendapat bahwa teknik bintang-bintang sepakbola semakin menurun, perkembangan taktik permainan justru semakin kompleks. Inilah yang membuat peran pelatih kepala menjadi semakin vital dalam sistem pertandingan modern.
Dalam pertandingan ini, selain terus menekankan pertahanan dan serangan menyeluruh, dia juga memiliki sentuhan jenius dalam penggunaan Gattuso!
Gattuso benar-benar pemain yang diciptakan khusus untuk sabotase. Lari tanpa henti, gaya pantang menyerah, serta dedikasi totalnya dalam pertandingan memungkinkannya menjalankan tugas yang diberikan Yang Chengzhuo sebelum pertandingan dengan hampir sempurna.
Dia hampir tak pernah terlibat dalam serangan. Setiap detiknya diisi dengan pemikiran tentang cara merusak, bertahan, bahkan memutus hubungan antar pemain lawan. Dia adalah defender dan penghancur sejati.
Jenis pemain seperti ini belum ada di dunia sepakbola modern. Baik Redondo, Guardiola, bahkan Davids dan Emerson yang muncul belakangan - semua gelandang top saat ini memiliki kemampuan seimbang dalam menyerang dan bertahan.
Namun eksistensi Gattuso justru untuk menghancurkan, penghancuran yang sepenuh hati. Siapapun bisa membayangkan betapa mengerikannya daya penghancuran ketika seorang 'The Shatterer' muncul di lini tengah Barcelona yang terkenal dengan kontrol bola dan passing presisi!
Seiring berjalannya pertandingan, Luis? Enrique, Pep Guardiola, De la Peña dan lainnya pasti ingin nyaris gila karena selalu menemukan Gattuso muncul di momen genting untuk mengacaukan operan atau penyambutan bola mereka, di manapun mereka berpindah posisi.
Tapi taktik pertahanan Yang Chengzhuo tak berhenti di situ. Membiarkan Gattuso bertindak bebas saja tidak cukup.
Serangan dan pertahanan 1. FC Kaiserslautern selalu terkenal dengan integritas menyeluruh. Bek-bek terlibat aktif dalam serangan, pemain serang segera terlibat dalam pertahanan. Jadi dalam pertandingan Kaiserslautern, mustahil muncul suasana seperti tadi di Barcelona dimana Ferrer dengan mudah dilewati Denílson, sementara Figo berjalan santai di lini depan menunggu operan rekan.
Kelebihan dan kekurangan Gattuso sangat mencolok. Sense positioning-nya buruk, ciri khasnya adalah maju merebut bola yang mudah kehilangan posisi. Karena itu Yang Chengzhuo tidak pernah berani menempatkannya di posisi gelandang bertahan. Namun dalam menyusun sistem pertahanan, koordinasi menyeluruh tim digunakan untuk mengisi kekurangan Gattuso sekaligus memaksimalkan kelebihannya. Nedvěd, Verón, bahkan Ballack yang mundur dan Fritz, semuanya berlari dan mengorganisir pertahanan di sekitar Gattuso.
Seorang anggota seperti orang gila yang menabrak dan merusak di mana-mana. Jika dibatasi, fungsi dan daya hancurnya akan melemah. Jika diandalkan, sistem pertahanan mudah retakan parau. Jadi Yang Chengzhuo menyuruh pemain lain mengelilinginya. Di wilayah mana pun dia kabur, strategi pertahanan Kaiserslautern ikut pindah.
Dengan begini, pertahanan Kaiserslautern terlihat teracak, namun sebenarnya tersusun teratur.
Inilah alasan mengapa performa Gattuso semakin hebat!
Ketika Gattuso tampil baik, lini tengah Kaiserslautern juga terbantu. Di pertandingan, mereka berhasil membeku dengan jelas lini tengah Barcelona, terutama hubungan antara Pep Guardiola dan Luis Enrique. Frekuensi sentuhan bola Enrique sepanjang pertandingan sangat minim, setiap kali terburu-buru, sama sekali tak bisa mengirim umpan bagus.
"Selain itu, Yang Chengzhuo juga menyiapkan jebakan khusus untuk Ronaldo, bahkan untuk Bobby Robson!"
