Di kehidupan sebelumnya sebagai mahasiswa yang tak pernah ke luar negeri, nama Menara Eiffel sudah sering didengar, foto Arc de Triomphe Paris sudah sering dilihat, Louvre juga sudah ditonton di film berkali-kali, tapi semua ini tidak ada yang bisa menandingi kekagetan saat datang langsung ke TKP.
Pagi tiba di Paris, acara pemberian penghargaan dijadwalkan malam hari. Yang Chengzhuo memanfaatkan waktu ini dengan naik taksi mengelilingi seluruh kota Paris. Prioritas utamanya tentu mengunjungi tempat-tempat ikonik yang sering didengar tapi tak pernah disaksikan langsung di kehidupan sebelumnya, sekaligus memperkaya pengalaman pribadi.
Kedatangan kali ini di Paris, majalah France Football mengatur berbagai layanan dengan sangat teliti. Akomodasi dan konsumsi pun memuaskan. Menjelang waktu acara, mereka bahkan menyiapkan kendaraan khusus ke hotel untuk menjemput para tamu undangan yang akan menghadiri malam penghargaan.
Konon pelatih kepala Bundesliga yang menerima undangan hari ini, selain Yang Chengzhuo dan Direktur Teknik Borussia Dortmund Hitzfeld, ada juga pelatih kepala Bayern Munich Trappatoni, pelatih kepala Borussia Dortmund saat ini Scala, serta pelatih kepala Manchester United dari Liga Primer Inggris Ferguson. Selain itu, ada Capello yang pindah dari Real Madrid ke AC Milan, pelatih kepala Juventus "Rubah Perak" Lippi, dan tentu saja tak ketinggalan dua pelatih kepala klub top La Liga musim ini - Heynckes dari Real Madrid dan Van Gaal dari Barcelona.
Di antara semua pelatih yang diundang, hampir semuanya adalah pelatih legendaris berusia di atas 40 tahun. Hanya Yang Chengzhuo yang termasuk generasi 70-an dengan usia 26 tahun. Di tengah para senior, penampilannya sangat mencolok. Kualifikasinya juga yang termuda - dari lima kandidat pelatih terpilih, dirinya memiliki dukungan terlemah.
Meski begitu, dengan dimulainya kembali Bundesliga musim ini, Yang Chengzhuo meraih kemenangan mutlak dalam dua pertandingan beruntun melawan Bayern Munich. Status 1. FC Kaiserslautern sebagai pemuncak klasemen Bundesliga saat ini secara tak kasat mata menambah bobot persuasi dirinya.
Sejak lama, majalah France Football selalu bekerja sama dengan stasiun televisi CANAL+ dalam berbagai pemilihan penghargaan. Kali ini pun tak terkecuali. Bahkan CANAL+ secara khusus menyelenggarakan acara penghargaan di Studio Nomor 1 - studio terbesar mereka yang bersifat khusus, sekaligus menyiapkan serangkaian program untuk membangun semangat pada malam spesial ini.
Walau tak semegah upacara pemberian gelar Pemain Terbaik Dunia atau Ballon d'Or, penghargaan ini merupakan satu-satunya dalam dunia sepakbola kontemporer yang menempatkan pelatih kepala sebagai tokoh utama, sehingga secara alami mendapat apresiasi tinggi dari para pelatih.
Di luar kantor pusat stasiun televisi, udah dari dulu berkumpul banyak fans. Mereka semua datang karena mendengar kabar, ada yang cukup beruntung bisa mengajukan permohonan sebelumnya dan diizinkan masuk ke studio untuk membantu terlibat dalam siaran langsung ini. Ada juga yang cuma bisa menunggu di luar. Tapi demi bisa melihat langsung pelatih kepala idaman mereka, semua itu udah nggak dipikirin lagi.
Sebagai salah satu kandidat, Yang Chengzhuo dijadwalkan datang lebih awal ke tempat pertemuan. Panitia khusus menugaskan staf untuk menjelaskan prosedur acara kepada setiap kandidat satu per satu, sekaligus memberikan bimbingan dan pertolongan.
Soal hal-hal kayak gini, Yang Chengzhuo malah ngerasa wajar aja. Soalnya kan ini cuma pertunjukan. Orang tahun 2011 aja udah biasa lihat yang lebih heboh. Kalo dibandingin sama latihan berkali-kali tanpa batas di tahun 2011, yang sekarang ini mah nggak ada apa-apanya.
"Waktu masih lama, kamu bisa jalan-jalan ke sana kemari biar nggak bosen!" Mungkin karena liat Yang Cheng masih muda, panitia khawatir dia bakal ngerasa bosen nunggu di ruang tamu. Akhirnya mereka ngasih usul biar dia muter-muter keliling studio. Tempat ini kan nggak sembarangan orang bisa masuk.
Yang Cheng juga tertarik. Sudah sering dengar orang bilang wanita cantik Prancis sebanyak awan. Pasti di sini ada banyak.
Studio-nya sangat luas. Selain untuk merekam program mereka, juga banyak acara lain seperti hiburan, berita, talkshow. Serial TV dan film TV tidak akan difilmkan di sini.
Ketika melewati sebuah ruang rias, dari kejauhan dia mendengar suara wanita yang riang bergemerincing keluar, jelas sedang bercanda. Saat melintas, kebetulan dia menemukan pintu tidak tertutup, lalu memperhatikan sebentar. Ternyata di dalam ada banyak gadis muda yang sedang bersiap naik panggung, tapi mereka bercanda menggunakan bahasa yang enak didengar.
"Pantas saja Goethe bilang bahasa Prancis adalah bahasa tercantik di alam semesta, benar-benar memukau!" Dalam hati Yang Chengzhuo tersenyum geli mendengar suara merdu yang keluar dari dalam.
Kebetulan saat itu, salah satu gadis mendekat untuk menutup pintu, tapi melihat Yang Chengzhuo lewat di luar. Ia membeku, wajah secantik pualamnya langsung memerah seperti terong. Kemudian menjulurkan lidah merah mudanya dengan lincah seperti elf, lalu buru-buru menutup pintu. Jelas ini kesalahpahaman bahwa Yang Chengzhuo telah menguping seluruh diskusi mereka tadi.
"Baiklah, aku mengaku. Aku sangat penasaran dengan topik obrolan menyenangkan mereka. Tapi sayang, aku tak paham bahasa Prancis!" Dalam hati Yang Chengzhuo merintih pilu. Diam-diam ia memutuskan harus berusaha keras menguasai bahasa Prancis.
Yang Chengzhuo bukan tipe pengagum buta. Ia datang dengan niat berwisata, jadi setelah kejadian kecil itu, ia meninggalkan TKP dan bersiap menjelajahi area lain.
Saat dia hendak melewati tikungan koridor, nyaris bertubrukan dengan seorang wanita tinggi yang datang dari depan. Keduanya terkejut. Berkat kelincahan geraknya, Yang Chengzhuo berhasil menghindar, sementara wanita itu malah menabrak asisten di belakangnya sendiri.
"Maaf!"
"Maaf!"
Serentak mereka meminta maaf, lalu untuk pertama kalinya saling menatap langsung. Tanpa komando, senyum merekah di wajah keduanya.
"Jennifer, sepatumu..." Sang asisten yang kesal membelalak marah ke arah Yang Chengzhuo, terutama setelah melihat hak sepatu Jennifer Aniston yang patah. Nyaris saja dia mengamuk.
"Oh..." Aniston tampak kesal pada diri sendiri karena terburu-buru tadi. Menangkap tatapan Yang Chengzhuo yang tertuju pada kaki rampingnya dan sepatu hak tinggi bernuansa "unik", dia tersenyum menggoda, "Mungkin kita semua perlu memasang klakson di badan sendiri, ya?"
Yang Chengzhuo membeku, segera menyadari bahwa lawan bicaranya sedang bercanda, lalu mengangguk dengan serius, "Lebih baik pakai klakson truk besar!"
Perempuan itu langsung tertawa Gek gek, melambaikan tangan pada Yang Chengzhuo sebagai tanda perpisahan. Setelah melangkah satu dua langkah, ia merasa sepatu hak tinggi yang patah itu merepotkan. Tanpa basa-basi ia melepasnya, memperlihatkan sepasang kaki telanjang yang ramping dan lembut tanpa tulang.
Mata pria saat memandang wanita biasanya pertama-tama tertuju pada postur tubuh, lalu wajah, kemudian bagian raga lainnya. Jarang ada yang memperhatikan kaki seorang wanita.
Tapi kali ini Yang Chengzhuo mengamati dengan saksama. Terutama ketika menyaksikan wanita bernama Jennifer itu melangkah dengan kaki telanjang, berjalan dengan irama tertentu - seluruh perhatiannya tersedot pada sepasang kaki telanjang yang anggun sehalus giok itu.
Wanita cantik memang banyak, tapi wanita cantik dengan kaki yang hampir sempurna sangatlah langka. Pasalnya, kebanyakan wanita suka memakai sepatu hak tinggi yang bisa menyebabkan ibu jari kaki bengkok, deformasi parah, dan terlihat sangat buruk.
Namun wanita di depan ini tampaknya bebas dari masalah tersebut. Jari-jari kakinya mulai dari ibu jari berurut rapi dari besar ke kecil, terlihat sangat proporsional. Telapak kakinya pun tampak alami, gerak langkahnya memancarkan sensualitas yang memikat.
"Ya Tuhan, jangan-jangan aku punya obsesi pada kaki?" Setelah wanita itu menghilang di tikungan, Yang Chengzhuo baru menyadari dirinya. Tubuhnya gemetar dingin, bahkan dirinya sendiri merasa merinding.
"Wanita tadi kok terasa familiar? Siapa sebenarnya?" sambil berjalan Yang Chengzhuo mengernyit. Terlalu fokus memperhatikan kaki sang wanita, wajahnya justru samar-samar dalam ingatan. Akhirnya dengan geleng kepala, ia memutuskan untuk melupakannya.
……
……
Tempat pertemuan ini sangat luas, khusus digunakan stasiun televisi untuk merekam acara. Acara ini sebenarnya lebih mirip pesta anggur yang memberi kesempatan bagi pelatih kepala terkenal Eropa untuk bertemu. Jadi setiap pelatih kepala yang punya waktu pasti akan mampir ke sini.
Saat Yang Chengzhuo memasuki tempat pertemuan, sorot mata banyak orang langsung tertuju padanya.
"Semua yang hadir di acara ini adalah pelatih kepala terkenal, setiap orang sudah berusia lanjut. Sosok muda anggun seperti Yang Chengzhuo yang mirip anak manja ini benar-benar langka. Apalagi hari ini dia sengaja memakai jas Armani yang rapi, semakin menambah aura keanggunannya."
"Beckenbauer bisa dibilang kenalan lama yang paling dekat dengan Yang Cheng. Mereka bersama-sama bekerja di tim reformasi akademi sepak bola Asosiasi Sepak Bola Jerman, Beckenbauer sebagai wakil ketua tim sementara Yang Cheng sebagai penasihat teknologi. Interaksi alami yang intens ini semakin mempererat hubungan mereka."
"Semangatmu masih menyala-nyala, Ottmar!" sapa Yang Cheng terkekeh pada Hitzfeld di sebelahnya.
Yang terakhir mengangkat bahu, tahu bahwa Yang Chengzhuo memberinya perhatian. Sebenarnya, begitu Yang Cheng menerima kabar, dia langsung menelepon untuk menyemangati Hitzfeld. Isi hati ini memang dia pahami.
"Periode ini adalah masa paling santai dan menyenangkan dalam karir kepelatihanku. Tidakkah kamu merasa aku jadi gemuk?" Hitzfeld terkekeh sambil membentangkan kedua lengannya.
Yang Cheng berpura-pura mengamati sekilas, "Memang benar agak tambun, dan wajahmu bersinar kilau merah!"
Hitzfeld semakin sumringah dipuji, "Sekarang aku tak perlu setiap pagi membuka mata langsung frustasi memikirkan jadwal pelatihan tim hari ini; tak perlu tiba-tiba terinspirasi di tengah-tengah makan lalu buru-buru mencatat di buku catatan; apalagi begadang sampai larut malam menonton rekaman lawan!"
"Tahu tidak? Istriku sekarang malah berniat agar aku langsung pensiun saja!" ujar Hitzfeld sambil terkekeh.
Seperti sedang memamerkan kebahagiaannya, namun sebenarnya Yang Chengzhuo menangkap nuansa kerinduan dalam ucapan Hitzfeld.
Menjadi pelatih kepala adalah pekerjaan yang sangat melelahkan. Meski terlihat gemilang, siapa yang benar-benar bisa santai?
Selama periode turnamen harus khawatir dengan lawan, bahkan setelah memenangkan satu pertandingan, segera menghadapi laga berikutnya; Setelah turnamen selesai, mulai mempersiapkan pasar transfer serta persiapan tim untuk musim baru; Bahkan di jeda kompetisi, pelatih tetap sibuk mengobservasi kondisi pemain dan cemas mereka akan cedera saat membela timnas.
Dulunya Yang Chengzhuo tidak memahami hal ini, namun kini ia telah terbiasa. Hampir setiap kali ada waktu luang, di kepalanya hanya ada sepakbola dan pertandingan - seolah tak ada ruang lagi untuk hal lain.
Jadi baik pelatih kepala maupun pemain, semuanya membutuhkan saluran pelampiasan yang sesuai minat pribadi untuk melepas tekanan dari bidang sepakbola. Bedanya, pemain sering memilih cara negatif seperti pemabuk, kehidupan malam, main wanita, sementara pelatih kepala yang umumnya sudah berkeluarga dan lebih bijaksana biasanya mencari cara lain.
"Tapi Ottmar, usiamu belum mencapai batas pensiun!" seru Yang Chengzhuo sambil tersenyum mengingatkan.
Tahun ini Hitzfeld baru berusia 48 tahun, jauh dari usia pensiun. Namun selama bertahun-tahun menjadi pelatih kepala, penampilannya benar-benar menua drastis - rambutnya memutih pucat, bukti nyata betapa besar energi yang terkuras.
"Saya sedang membujuknya. Sepak bola Jerman sedang di persimpangan jalan. Pelatih ternama seperti dia tidak boleh mundur dini. Lanjutkan beberapa tahun lagi lalu pensiun dengan kehormatan!" desak Beckenbauer dengan semangat.
Hitzfeld menghela napas, "Sementara tidak berniat memikirkan ini, pertama-tama berlibur dengan baik, lega-lega dulu!"
Lalu menatap Yang Cheng di sampingnya, dengan mantap menepuk bahu Yang Cheng, "Setiap kali melihatmu, aku merasa diri ini sudah tua."
Yang Cheng terkekeh sambil menggelengkan kepala, "Kudengar orang bilang, pelatih kepala itu seperti pohon cemara yang semakin tua semakin berdaya tarik!"
Hitzfeld dan Beckenbauer saling memandang, serentak tertawa.
"Kita semua satu jenis manusia, meski aku baru datang, tapi aku juga pernah mengalami kesulitan dan usaha seorang pelatih kepala. Tapi aku selalu suka berpikir dari sudut pandang lain. Aku suka menjadi pelatih kepala karena sangat menikmati pandangan para pemain yang memandangku - pandangan penuh kepercayaan, ketergantungan, kepatuhan, dan keyakinan."
Yang Chengzhuo berkata dengan datar tentang perasaannya, pengalaman kehidupan selama dua tahun ini setelah melintas ke dunia ini benar-benar jauh lebih kaya dibandingkan seumur hidup di kehidupan sebelumnya. Karena itu dia sangat puas dengan kehidupan seperti ini, bahkan merasa bahwa jika sekarang harus kembali ke kehidupan sebelumnya sebagai mahasiswa yang setelah lulus mencari pekerjaan dan menyia-nyiakan waktu, lebih baik mati saja.
"Menurutku pencapaian terbesar dalam melatih sebuah tim bukanlah membawa tim meraih gelar juara, melainkan mampu membuat setiap pemain memiliki keyakinan padamu, patuh dan bergantung padamu, berkumpul di sekelilingmu, serta bersedia berjuang habis-habisan demi satu perintahmu. Itulah kebanggaan sejati seorang pelatih kepala!"
Hitzfeld dan Beckenbauer sama-sama membeku mendengar ini. Mereka tak menyangka di usia Yang Chengzhuo yang masih muda sudah memiliki wawasan dan pemahaman diri seperti ini.
"Tentu saja, kalau bisa sekadar meraih beberapa gelar juara di atas dasar itu, tentu akan lebih sempurna!" Di akhir ucapan, Yang Chengzhuo dengan agak ceria mengangkat gelas anggur di tangannya.
Beckenbauer dan Hitzfeld sama-sama tersenyum, lalu bersulang dengan gelas mereka bersama Yang Chengzhuo.
Bagi Yang Chengzhuo yang merupakan pendatang baru di dunia kepelatihan, semua yang hadir di sana telah mendengar namanya. Hampir tak tertandingi popularitasnya tahun lalu di Eropa, di usianya yang baru 26 tahun namun sudah menjuarai Piala Winners UEFA sekaligus memimpin 1. FC Kaiserslautern mengalahkan tim-tim elite seperti Barcelona dan Bayern München.
Pertama-tama pelatih kepala Real Madrid asal Jerman, Heynckes, langsung mendekat untuk berbincang dengan Yang Chengzhuo dan Beckenbauer. Kemudian Beckenbauer memperkenalkan beberapa pelatih kepala yang hadir kepada Yang Chengzhuo, termasuk pelatih Barcelona, Louis van Gaal.
“Ini pelatih kepala paling populer di dunia sepakbola Eropa beberapa tahun terakhir!” Beckenbauer sengaja bercanda saat memperkenalkan Van Gaal.
Di usia 44 tahun memimpin Ajax mencapai puncak Liga Champions Eropa, prestasi ini saja sudah cukup membuat Van Gaal tercatat dalam sejarah. Apalagi tim Ajax yang dipimpinnya saat itu adalah skuad muda yang juga terkenal dengan gaya sepak bola ofensif.
Tentu saja, sebelum Van Gaal, pemegang gelar pelatih termuda Liga Champions adalah Juanito Alonso dari Real Madrid tahun 1956. Baru berusia 37 tahun sudah berhasil membawa timnya ke puncak. Disusul oleh Miguel Muñoz yang menjadi pelatih kepala juara Real Madrid tahun 1960 - sang pahlawan utama lima gelar berturut-turut Real Madrid. Tiga gelar pertama diraihnya sebagai pemain, sedangkan gelar terakhir diperolehnya dalam peran sebagai pelatih kepala.
Selain itu, pelatih-pelatih seperti Udo Lattek dari Bayern München, Jorge dari Porto, Guus Hiddink dari PSV Eindhoven, Arrigo Sacchi dari AC Milan, dan Rinus Michels dari Ajax, semuanya lebih muda dari van Gaal. Namun dari semua itu, hanya van Gaal yang masih aktif melatih selain Hiddink yang kini menjadi pelatih timnas Belanda.
Jika dikatakan van Gaal adalah pelatih klub termuda yang pernah meraih gelar juara Liga Champions, itu benar adanya. Terutama di musim ini dimana ia secara otoriter mengambil alih Camp Nou, popularitasnya di Eropa melesat dengan cepat.
Terhadap pelatih Belanda yang sangat dikagumi di kehidupan sebelumnya ini, Yang Chengzhuo menyapa van Gaal dengan penuh hormat. Namun sang striker Belanda terlihat agak sombong, tidak terlalu cocok dengan grup, hanya memandangi Yang Chengzhuo dengan dingin sebelum berhenti menghiraukannya.
Sebenarnya sikapnya seperti ini terhadap semua orang, sehingga di seluruh tempat pertemuan ia hampir selalu menyendiri.
"Jangan hiraukan dia, Yang Chengzhuo, memang begitu wataknya!" Setelah menjauh, Beckenbauer tersenyum menghilangkan kecanggungan Yang Cheng.
"Jika perkembanganmu terus berlanjut seperti saat ini, mungkin kau bisa menjadi pelatih kepala termuda dalam sejarah Liga Champions yang tercatat dalam sejarah dunia sepakbola. Tapi premisnya, kau harus berada di platform yang bisa mengoptimalkan bakatmu!"
Sugesti Beckenbauer itu dipahami Yang Cheng. Platform 1. FC Kaiserslautern memang kurang kokoh, namun pelatih muda ini telah mencurahkan perhatian besar pada tim. Musim ini, dia bertekad memimpin Kaiserslautern meraih prestasi, minimal lolos ke kancah Eropa.
Dengan segudang bintang masa depan di tim, jika gagal mencapai target ini, sungguh itu akan menjadi kegagalan besar bagi Yang Cheng!
Eropa sebagai wilayah tak terlalu luas namun juga tak sempit. Lingkaran pelatih kepala terasa sangat kecil. Meski jarang berinteraksi sehari-hari, proses membangun keakraban justru relatif mudah.
Bagi para pelatih legendaris Eropa yang hanya dikenal namanya namun tak pernah bertemu langsung di kehidupan sebelumnya, Yang Chengzhuo tidak menunjukkan kegembiraan layaknya penggemar bertemu idola. Dia sudah melewati fase itu. Sikapnya yang santun dan tangkas dalam menyusun strategi justru memberi kesan baik pada semua orang.
Karakter para pelatih ternama ini berbeda jauh dengan ingatan masa lalunya. Ferguson yang terlihat angker sebagai bapak baptis Setan Merah, sebenarnya adalah orang yang blak-blakan. Tawanya yang menggelegar memberi kesan kelancaran. Sedangkan Capello yang selalu terkesan kaku, secara pribadi sering tersenyum.
Dari kejauhan, mata Yang Chengzhuo menyapu deretan pelatih kepala di hadapannya. Kini mereka bukan lagi nama-nama sekadar label dari kehidupan lampau, melainkan manusia hidup-hidup yang nyata ada. Mereka berdarah berdaging, memiliki sifat asli, pengalaman unik, dan temperamen khas masing-masing.
Rasa nyata inilah yang membuatnya semakin yakin akan makna hidup yang dipilihnya!
Tepat pada saat itu, pembawa acara dari stasiun televisi naik ke panggung tengah, setelah berhasil menarik perhatian semua orang, resmi mengumumkan dimulainya acara penganugerahan!
