Fondasi sepak bola di wilayah Jerman Timur benar-benar lemah, baik dalam hal pembinaan pemain muda maupun fasilitas pelatihan, jauh tertinggal dari Jerman Barat. Ditambah dendam dan konflik antara Jerman Timur-Barat, membuat langkah bantuan Asosiasi Sepak Bola Jerman sulit mendapatkan pengakuan dan afirmasi.
Namun pada momen ini, aksi tidak sengaja Yang Chengzhuo justru memberikan dorongan besar bagi Asosiasi Sepak Bola Jerman.
Tosun, mantan striker peringkat pertama Jerman Timur ini, secara personal datang ke Frankfurt untuk merampungkan serangkaian urusan dengan Asosiasi Sepak Bola Jerman. Di ujung karier profesionalnya, ia akan menyelesaikan kontrak dengan Dresden pada musim 97/98 sebelum mengumumkan pensiun, lalu bergabung dengan pusat pelatihan yang terletak di wilayah tengah antara Leipzig, Dresden, dan Chemnitzer FC.
Berlokasi di Area hutan selatan Nossen, lingkungan sekitar pusat pelatihan ini sangat bagus - aspek yang menjadi pertimbangan utama Asosiasi Sepak Bola Jerman. Lokasi ini juga strategis dengan akses langsung ke jalan tol E40 dan 14. Dari sini, Chemnitzer FC dan Dresden bisa dicapai dalam setengah jam, sedangkan Leipzig hanya satu jam perjalanan.
Meski hanya sebuah ritual peletakan batu pertama, namun banyak orang penting yang dikerahkan seperti Gubernur Sachsen, Menteri Olahraga Jerman, Ketua dan Wakil Ketua Asosiasi Sepak Bola Jerman. Hampir seluruh kepemimpinan sepak bola Jerman dan pemerintahan Sachsen hadir.
Dengan kehadiran begitu banyak pejabat penting, kedatangan rombongan Yang Chengzhuo hanyalah langkah tambahan yang memperindah. Bagaimanapun ini adalah aksi politis yang sangat bermakna, mustahil seorang asing bisa mencari popularitas di sini.
Namun selama periode ritual peletakan batu pertama, yang paling disambut meriah oleh fans justru Yang Chengzhuo. Terutama fans Chemnitzer FC yang mengemudi ke TKP sambil meneriakkan nama Yang Chengzhuo, membuatnya menjadi figur paling populer di seluruh acara.
Usai ritual peletakan batu pertama, Gubernur Sachsen langsung menemui Yang Chengzhuo.
"Terima kasih banyak atas bantuan yang telah Anda berikan!" ucap gubernur berambut putih itu dengan wajah tulus. Jelas terlihat, ia menyadari Yang Chengzhuo-lah yang memuluskan persoalan hari ini. Hal ini memiliki pengaruh besar bagi sepakbola di wilayah Jerman Timur, bahkan dampak politik yang lebih jauh.
"Tidak usah terlalu formal, ini kewajiban kami!" jawab Yang Chengzhuo dengan rendah hati.
"Sangat disayangkan, saat Anda melatih Chemnitzer FC dulu, saya tidak bisa menyaksikan langsung di stadion. Tapi percayalah, saya adalah fans Anda. Kami semua sangat berterima kasih atas kontribusi Anda bagi Chemnitzer FC, bahkan sepakbola Sachsen. Anda adalah tamu yang selamanya kami sambut!"
"Terima kasih!" Senyum Yang Chengzhuo mengembang saat berjabat tangan dan berpelukan dengan sang gubernur. Ia membiarkan para wartawan memotretnya, seolah sedang main sandiwara. Bahkan dirinya sendiri sulit membedakan mana yang asli mana palsu.
Diersmit serta ketua klub Leipzig dan Dresden juga menghadiri ritual peletakan batu pertama kali ini. Yang pertama bahkan mencari kesempatan untuk mengobrol santai dengan Yang Cheng, membahas perkembangan masa depan Chemnitz.
"Masih pepatah lama: akademi sepak bola adalah fondasi utama yang mendorong peningkatan kemampuan sepakbola. Area timur dengan ekonomi relatif tertinggal hanya bisa mengandalkan akademi untuk swasembada, lalu meningkatkan daya saing seluruh wilayah, baru ada kesempatan berprestasi di liga profesional!"
Sepakbola profesional masa depan pasti berbentuk piramida. Dengan kekuatan ekonomi Jerman Timur, mustahil mencapai puncak piramida—bahkan Kaiserslautern pun tak mampu. Jadi mereka hanya bisa berusaha keras meningkatkan akademi, mencontoh mode bertahan hidup klub seperti Ajax dan PSV Eindhoven.
"Ini adalah sebuah peluang, Stefan!" Bahkan Paulus Bayer memberikan pengakuan atas pernyataan Yang Chengzhuo ini, "Kesempatan untuk mereformasi klub. Kita semua bersedia memberikan bantuan kepada Chemnitzer FC, tapi kuncinya adalah kalian harus mau berubah!"
"Sepakbola masa depan adalah sepakbola yang mengutamakan teknologi. Tidak mengubah realitas saat ini sama dengan menghancurkan diri sendiri!" Kata Yang Chengzhuo dengan penuh afirmatif.
Diersmit kali ini benar-benar mendengarkan nasihat Yang Chengzhuo dan kawan-kawan. Bagaimanapun, Yang Chengzhuo sekarang adalah pelatih kepala terkenal di dunia sepakbola Jerman sekaligus penasihat teknologi Asosiasi Sepak Bola Jerman. Ucapannya tentu berbeda dengan anggota hijauan dulu.
"Jika ada kebutuhan bantuan, jangan ragu menghubungiku. Selama dalam kemampuanku, pasti akan kucoba bantu. Tapi soal akademi sepak bola, semua tetap harus bergantung pada diri kalian sendiri. Semangat, Stefan!" Dorongan Yang Chengzhuo mengalir.
Meski dulu Dia memilih pergi dari Chemnitzer FC, meski dalam hati masih agak merindukan Diersmit, tapi Dia memiliki ikatan emosional yang sangat dalam dengan klub ini, fans, dan rakyat di sini.
Di hari saat Dia pergi, dalam hati Dia bersumpah: "Pasti harus mencari celah untuk membantu fans dan sepakbola di sini." Kini Dia sedang mewujudkan sumpah yang diucapkan hari itu.
Sebenarnya, bantuan Asosiasi Sepak Bola Jerman untuk pengembangan sepakbola di Jerman Timur hanyalah mengikuti tren pemerintah Jerman dalam membantu wilayah Jerman Timur yang ketinggalan zaman.
Saat ini pemerintah sedang giat mendorong perkembangan ekonomi Jerman Timur, misalnya dengan menyerahkan sebagian pendapatan pemerintah daerah ke pemerintah pusat, sebagian besar diurus sendiri oleh pemerintah daerah, tapi sekitar 20% dialokasikan untuk membantu negara bagian tertinggal di Jerman Timur.
Bayangkan, seberapa makmur bagian barat Jerman? Berapa jumlah 20% dari pendapatan mereka setiap tahun?
Yang Chengzhuo percaya, seiring perbaikan ekonomi yang bertahap dan peningkatan kemampuan akademi sepak bola, sepak bola Jerman Timur pasti akan bangkit perlahan. Di masa depan, tim-tim dari wilayah Jerman Timur bisa berjalan sejajar dengan tim Jerman Barat di Bundesliga.
Ini merupakan keinginan indahnya!
……
……
Setelah menghadiri ritual peletakan batu pertama Markas Norson, Yang Chengzhuo bergabung dengan tim observasi teknis Asosiasi Sepak Bola Jerman melakukan perjalanan ke utara.
Sepanjang perjalanan, mereka akan mengobservasi realitas saat ini akademi klub-klub profesional di Jerman Timur, memberikan saran efektif dan tindakan korektif, sekaligus memberikan pertolongan yang berisi bimbingan.
Yang Chengzhuo selalu menjadi sosok yang sangat menghargai akademi sepak bola. Ia sangat setuju dengan ungkapan: "Akademi sepak bola adalah masa depan sepak bola. Stimulasi komersial dan uang hanya bisa membawa kemakmuran sementara. Hanya akademi yang dikembangkan secara berkelanjutan yang mampu memberikan masa depan terang bagi sepak bola."
Oleh karena itu selama perjalanan ini, Yang Chengzhuo tidak pelit berbagi pengetahuan sepakbola yang dibawa dari kehidupan sebelumnya dengan anggota tim observasi asosiasi sepakbola, juga berkomunikasi dengan pejabat klub-klub di berbagai daerah.
Dengan mengandalkan pengetahuan sepakbola yang lebih maju daripada mereka, dalam beberapa hari ini Yang Chengzhuo mendapat pengakuan dari hampir semua orang. Beberapa profesional yang awalnya menganggapnya hanya beruntung sehingga terus menciptakan kecemerlangan, setelah beberapa hari berinteraksi, sepenuhnya mengubah pandangan mereka tentangnya.
Dari Berlin melanjutkan perjalanan ke utara melalui jalan raya E251, tiba di Greifswald - sebuah kota universitas terkenal di timur laut Jerman yang terletak di tepi Laut Baltik, dikelilingi pemandangan indah angin dan cahaya, merupakan destinasi langka yang sangat bagus.
Asosiasi Sepak Bola Jerman berencana sekalian mengobservasi lingkungan di sini. Jika cocok, sangat mungkin mereka akan menempatkan pusat pelatihan lain di area Jerman Timur di kota pesisir ini.
Kota tua yang penuh dengan nuansa klasik ini dipenuhi tembok bata merah di mana-mana. Jalan-jalan diaspal dengan batu persegi, gaya arsitekturnya memiliki keunikan tersendiri. Namun dengan dukungan pemerintah Jerman dalam beberapa tahun terakhir, selain mempertahankan aura kota kecil era Jerman Timur, tempat ini juga menambahkan sentuhan modern.
Rombongan Yang Chengzhuo melakukan observasi lapangan di salah satu calon lokasi di pinggiran kota, kemudian mengunjungi klub sepakbola lokal Greifswalder FC - klub semi-profesional yang berlaga di liga regional.
Namun ketika rombongan Yang Chengzhuo, didampingi pejabat klub, memasuki lapangan latihan yang reyot ini, tiba-tiba seorang anak berbintik-bintik berlari dari samping dan langsung mencegat seluruh rombongan, seolah ingin menghalangi mereka masuk.
Anak yang terlihat berusia tujuh delapan tahun ini tampak kekanakan, namun matanya terus menyisir barisan rombongan.
“Hei Toni, jangan halangi jalan!” teriak pejabat klub Greifswald.
“Aku segera pergi, Tuan Frank! Aku cuma ingin minta tanda tangan!”
Barulah semua orang menyadari, bocah ini memegang buku di tangan kanan dan pulpen di tangan kiri. Matanya menyapu rombongan, dan ketika menemukan Yang Chengzhuo yang sedang mengobrol dengan Paulus Bayer dan tertinggal di belakang, sorot matanya langsung mencerahkan.
“Selamat pagi, Tuan Yang Cheng!” Bocah itu menerobos kerumunan dan menghadap langsung ke Yang Chengzhuo.
Melihat bocah ini sama sekali tidak grogi di tengah banyak orang asing, malah tampil penuh keyakinan, semua orang tersenyum geli. Tentu tak mungkin mempermasalahkan anak kecil, apalagi mengetahui dia fans Yang Cheng, akhirnya hanya tertawa lepas.
“Halo!” Yang Chengzhuo sempat membeku sejenak, tapi segera merespons sambil berjongkok.
“Bisa beri tanda tangan?” Bocah itu menatap dengan wajah polos penuh harap.
Yang Chengzhuo tersenyum, "Tentu saja!"
Paulus Bayer dan yang lainnya di sebelah tersenyum lalu pergi lebih dulu, menyisakan Yang Chengzhuo berdua dengan anak bernama Toni.
"Apakah kamu pemain klub ini?" Yang Chengzhuo mengambil buku dari tangan si anak. Buku itu adalah edisi khusus pelatihan Coerver yang diluncurkan oleh Moniz dan Mullenstein, dengan rekomendasi khusus dan kata pengantar dari Yang Chengzhuo. Ia membuka halaman pembuka yang masih kosong.
"Ya, ayahku pelatih akademi sepak bola di sini!" Anak itu mengangguk sambil menjawab, tapi perhatiannya tertuju pada tangan dan pulpen Yang Chengzhuo. Berjinjit, ia merentangkan jari menunjukkan tempat yang seharusnya ditandatangani.
Terlihat jelas, anggota kecil ini adalah sosok yang punya niat tersendiri.
"Omong-omong, siapa namamu?" Dengan santai, Yang Cheng mencoretkan nama Mandarinnya di tempat yang ditunjuk anak itu.
"Toni, Toni Kroos!" Perhatian anak itu masih tertancap pada tanda tangan yang sedang dibuat.
Yang Chengzhuo baru saja menandatangani namanya, terhenti sejenak, "Toni Kroos?"
"Ya, ayahku bernama Roland? Kroos, pelatih akademi sepak bola di Greifswald. Apakah Bapak mengenalnya?" Kroos memandangi Yang Chengzhuo dengan ekspresi terkejut.
Di kepala Yang Chengzhuo tiba-tiba tersetrum listrik. Ia mengamati bocah yang masih terlihat kekanakan di hadapannya - apakah ini Toni Kroos, bintang tengah masa depan yang paling cemerlang di dunia sepakbola Jerman?
Bukankah dia seharusnya melakukan debut di Rostock? Mengapa bisa berada di Greifswald?
Keraguan menggelayuti hati Yang Chengzhuo, namun ia menggelengkan kepala, "Tidak, hanya nama keluarga Anda yang terdengar mirip dengan salah satu pemain di tim kami!"
Pelafalan "Klose" dan "Kroos" sebenarnya berbeda, meski terdengar agak mirip.
"Aku tahu! Miroslav? Klose!" teriak Kroos sambil tertawa terbahak-bahak, seolah baru saja menebak konten tersembunyi.
Yang Cheng tersenyum mengangguk, "Tepat! Dia adalah pemain yang sangat hebat, Kamu juga akan begitu di masa depan!"
Saat mengucapkan ini, di bawah pandangan Kroos, Yang Cheng menulis beberapa kata di atas tanda tangannya di halaman pembuka: Untuk Toni Kroos, pemain paling hebat Jerman di masa depan!
Kroos yang menyaksikan adegan ini tertegun seperti patung, kedua matanya dipenuhi keheranan dan ketidakpercayaan.
Pemain paling hebat Jerman di masa depan?! Apakah ini penilaian Tuan Yang Cheng untukku?
"Toni! Toni!" Suara memanggil dari kejauhan membangunkan Kroos yang sedang larut dalam pujian tinggi dari idolanya.
"Di sini, Ayah!" teriak Kroos.
Tak lama kemudian, seorang pria Jerman berusia sekitar 30-an mengejar dari dalam rumah. Dari jauh dia melihat Toni Kroos bersama seorang asing, dengan cemas dia mempercepat langkah namun segera mengenali bahwa itu adalah Yang Cheng.
"Selamat siang, Tn. Kroos!" Sambut Yang Cheng dengan sopan.
"Halo, Tuan Yang Cheng, benar-benar tidak menyangka ini Anda!" Roland terkejut berkata.
Kroos mengangkat buku pelatihan Coerver yang ditandatangani Yang Cheng, membuka halaman pembuka, lalu memamerkannya ke arah ayahnya. "Ayah lihat, ini tanda tangan Tuan Yang Cheng untukku!"
Roland melihat sekilas, sangat terkejut dengan penilaian Yang Cheng terhadap Toni Kroos. Tapi lebih dari itu, ia menganggap ini sebagai bentuk dorongan bagi remaja, bukan asosiasi makna lain.
"Terima kasih, Tuan Yang Cheng!" Roland menjawab dengan sopan.
"Jangan terlalu formal, Tn. Kroos. Pelatihan Coerver adalah metode latihan yang sangat bagus, sangat cocok untuk melatih skill teknisi pemain muda. Meski berbeda dengan serangkaian metode pelatihan Jerman Timur sebelumnya, tapi patut diadopsi secara luas." Yang Cheng tersenyum.
"Benar, saya juga merasa metode pelatihan ini bagus. Makanya saya membeli bukunya untuk dipelajari, berencana mencobanya di klub!" Roland menjawab dengan sedikit canggung.
“Bekerja keraslah, anggota kecil, masa depanmu pasti tak terbatas!” Yang Cheng mengangguk lalu menatap Kroos.
“Bolehkah aku bermain untukmu nanti, Tuan Yang Cheng?” Tony Kroos bertanya dengan wajah polos.
Tiba-tiba Yang Cheng tertawa terbahak-bahak sambil mengangguk, “Bagus! Setelah teknik dan fisikmu terlatih, akan kujadikan kau pemain starter!”
“Latihan fisik juga perlu?” wajah Kroos berkerut masam.
Roland di sampingnya menggelengkan kepala canggung sambil tersenyum pahit, “Sementara belum, itu baru dimulai setelah usia 15 tahun!”
“Benar! Untuk sekarang fokuslah menguasai teknik. Sepakbola masa depan akan berintensitas tinggi dan berirama cepat, pondasi teknik harus sangat kokoh!”
“Seperti Verón?” tanya Kroos serius.
Yang Cheng melirik Roland yang putus asa, tiba-tiba tersenyum bertanya: “Sedikit lebih baik dari Verón, bagaimana?”
“Hébat!” Kroos terkekeh gembira.
“Kalau begitu semangatlah, aku menantimu!” Yang Cheng melambaikan tangan mengucapkan selamat tinggal.
Setelah dia pergi jauh, ketika menoleh kembali, Yang Chengzhuo menemukan ayah-anak Kroos masih ada di sana. Di samping mereka kini ada seorang anak kecil yang sedang berbasa-basi dan rewel. Kedua bersaudara itu sepertinya berebut buku pelatihan yang sudah ditandatangani Yang Chengzhuo.
Mungkin itu adiknya, pikir Yang Chengzhuo dalam hati!
……
……
Bertemu Toni Kroos, namun kali ini Yang Chengzhuo tidak berniat merekrutnya ke 1. FC Kaiserslautern. Alasannya sederhana: Keluarga Kroos sudah nyaman tinggal di sini. Memaksa anak kecil pindah dari timur laut ke selatan, melintasi seluruh Jerman menuju Kaiserslautern, memang agak memaksa.
Lagipula, merekrut Toni Kroos yang berusia 8 tahun ke Kaiserslautern belum tentu keputusan terbaik.
Saat pertama kali tiba di Kaiserslautern, Yang Cheng sempat memiliki ide untuk meningkatkan kemampuan akademi sepak bola. Ia pernah berniat merekrut pemain seperti Podolski dan Schweinsteiger, sekaligus membawa Thomas Müller. Namun kini ia mulai menyadari, bagi seorang pelatih kepala, praktik perekrutan seperti ini tidak terlalu bermanfaat.
Setelah melakukan observasi di Greifswald, tim asosiasi sepakbola melanjutkan perjalanan ke Rostock untuk meneliti sistem pembinaan pemain muda di klub tersebut.
Tim Jerman Timur yang saat ini paling sukses di liga Jerman ini menunjukkan komitmen kuat dalam pengembangan akademi. Hasilnya cukup memuaskan - setidaknya performa tim ini di musim ini cukup baik dengan kontribusi signifikan dari lulusan akademi lokal yang tak bisa diabaikan.
Terkadang Yang Chengzhuo bahkan merasa, alasan Rostock bisa menggantikan Dresden yang dulu menjadi tim panutan era Jerman Timur dan menjadi tim Jerman Timur yang bertahan dengan nyaman di Bundesliga adalah karena mereka berhasil menemukan cara bertahan hidup bagi tim-tim Jerman Timur.
Tapi jalan ini sulit dilalui dan penuh liku-liku, sehingga tim ini selalu mengalami pasang surut.
Setelah langsung kembali dari Rostock ke Frankfurt, Yang Chengzhuo dan para pejabat asosiasi sepakbola melakukan evaluasi atas observasi selama lebih dari seminggu ini, lalu mengajukan serangkaian ide dan saran untuk reformasi akademi sepak bola selanjutnya.
Namun semua ini tidak terlalu berkaitan dengan Yang Chengzhuo lagi. Karena sudah ada ahli di internal asosiasi, dia malah mengajak Paulus Bayer dan Tim Hank menonton dua pertandingan timnas: satu pertandingan timnas Jerman dan satu pertandingan timnas Ceko, keduanya adalah pertandingan pemanasan.
Menonton pertandingan Ceko bukan hanya karena jarak kedua wilayah yang dekat, atau sekadar mengobservasi Nedvěd, tetapi juga karena lawan 1. FC Kaiserslautern di putaran berikutnya Piala Winners Eropa adalah Slavia Praha dari Ceko - klub elite dalam negeri yang menjadi musuh bebuyutan Sparta Praha.
Beberapa pemain timnas Ceko berasal dari klub ini. Dengan menonton pertandingan timnas, Yang Chengzhuo sekaligus bisa menilai kekuatan para pemain tersebut - sekali dayung dua pulau terlampaui.
Namun yang membuat Yang Chengzhuo kesal adalah Nedvěd kembali dimainkan selama 90 menit. Manajemen timnas jelas mengabaikan usulannya, membuat pelatih muda ini hampir mengumpat di tribun. Pasalnya, ini bukan hanya menyiksa pemain tapi juga membebani 1. FC Kaiserslautern.
Ceko sudah kehilangan tiket ke Piala Dunia Prancis. Saat ini mereka sekadar peserta formalitas, untuk apa memaksakan keseriusan?
Tapi tidak bisa, siapa yang bisa menyangkal bahwa Nedvěd adalah inti lini tengah timnas Ceko saat ini? Mereka punya sepuluh ribu alasan untuk mengandalkannya!
Setelah dua pekan pelatihan intensif timnas, saat pasukan berkumpul kembali, Verón dan Denílson yang bertugas di Amerika Selatan tiba sehari lebih lambat dari rekan Eropa. Mempertimbangkan kelelahan perjalanan panjang bolak-balik, Yang Cheng akhirnya tidak memasukkan mereka dalam lineup untuk pertandingan tandang melawan Slavia Praha dua hari kemudian, melainkan memberi mereka waktu istirahat.
Di kandang lawan, Yang Cheng menyusun formasi dua gelandang bertahan dengan Thomas Ridle dan Frings. Sayap kiri diisi pemain muda Ojigwe, gelandang serang oleh Deco, sayap kanan Deisler, striker Klose. Lini pertahanan terdiri dari Dede, Luis Huth, Lúcio, dan Fritz.
Dengan mengerahkan hampir seluruh pasukan cadangan ini, niat Yang Cheng jelas: mengistirahatkan pasukan inti untuk menentukan kemenangan di kandang sendiri.
Akhirnya para pemain pengganti tidak mengecewakan Yang Chengzhuo. Berkat tendangan jarak jauh Florian Frings, skor 1:1 membawa pulang hasil imbang dan satu gol tandang dari Praha, membentuk dasar kokoh untuk promosi 1. FC Kaiserslautern ke babak berikutnya.
