20 Oktober 1998, Selasa, hujan ringan hingga sedang
Di Manchester yang telah memasuki musim hujan dingin, udara terasa mengigit. Air hujan yang dingin menetes dari rambut di belakang kepala, menyusup ke kerah jas latihan dan mengalir ke punggung Yang Chengzhuo, meninggalkan hawa dingin yang menusuk tulang.
Meskipun fans Setan Merah di tribun menyemburkan semangat luar biasa, sama sekali tidak bisa memengaruhi Yang Cheng. Karena mereka adalah musuh!
"Masuklah, Yang Cheng!" Paulus Bayer yang berteduh di bangku pelatih berteriak ke arah Yang Cheng yang sudah terlihat seperti ayam basah di luar. Tapi pria itu tetap tak bergeming.
Melihat sikapnya, Paulus Bayer menghela napas. Tim Hank di sampingnya juga menunjukkan wajah masam penuh kepasrahan.
Di papan skor raksasa Old Trafford, terpampang waktu pertandingan dan skor terkini.
83 menit 51 detik, 2-0!
Deretan angka yang kejam ini menunjukkan realitas yang lebih kejam lagi!
“Payung, Paulus!” Tim Hank mengambil sebuah payung dari samping dan menyerahkannya kepada Paulus Bayer.
Paulus Bayer langsung memegang payung, membukanya, kemudian berlari ke sisi Yang Chengzhuo dan menaungi tubuhnya.
Wajah Yang Chengzhuo saat itu basah kuyup, matanya merah namun terbuka lebar. Meski hujan masuk ke bola matanya, ia hanya mengusapnya dengan tangan lalu kembali membuka mata lebar-lebar.
“Jangan khawatir untukku, Paulus!” Akhirnya Yang Chengzhuo bersuara, “Aku hanya ingin melihat jelas bagaimana kita bisa kalah!”
Paulus Bayer tiba-tiba merasa sesak di dada. Pertandingan ini jelas akan berakhir dengan kekalahan 1. FC Kaiserslautern.
Taktik serangan gencar yang disusun Yang Chengzhuo disetujui tim pelatih. Gattuso absen memang sangat mempengaruhi pertahanan tim, sementara serangan Manchester United juga kuat. Jika bisa bermain duel terbuka seperti Barcelona di putaran pertama untuk meraih hasil imbang, itu pun sudah bagus.
Tapi mereka tak menyangka, Ferguson yang licik berpengalaman bermain pertahanan-balik di kandang sendiri, dengan gemilang mengandalkan dua umpan silang dari Beckham dan Giggs, merobek pertahanan Kaiserslautern, dan mencetak dua gol.
Di hati, Yang Cheng yang angkuh itu tahu: dalam pertandingan ini dia kalah. Kalah karena terlalu angkuh, kalah karena tak seberpengalaman Ferguson. Harus diakui, inilah kesenjangan antara dirinya dengan pelatih legendaris dunia!
Sejak debut di Chemnitzer FC hingga menciptakan keajaiban di Kaiserslautern, perjalanan Yang Cheng terbilang mulus. Hal ini membuatnya mulai bersikap egosentris, merasa dengan pengetahuan sepakbola puluhan tahun lebih maju dan segudang bintang di bawah komandonya, dia bisa mengalahkan pelatih-pelatih top dunia seperti Hitzfeld maupun Ferguson.
Tapi realitas membuktikan: pengetahuan sepakbola dan bintang-bintang hanyalah sebagian dari kesuksesan. Kunci utamanya tetap ada pada dirinya sendiri!
Jika pengetahuan sepakbola bisa menjamin gelar juara, Benitez udah dari dulu merajai semua kompetisi; Kalau bintang-bintang bisa memastikan trofi, Real Madrid era Galácticos pasti udah penuh piala!
Paulus Bayer tak tahu Yang Chengzhuo sedang introspeksi diri, juga tak sangka dia merenung sedalam itu. Dia cuma merasa, Yang Chengzhuo ingin menanggung kegagalan ini sendirian—itu terlalu tidak adil baginya!
Tiba-tiba Paulus Bayer melemparkan payungnya, "Kalau gitu, aku temani!"
Hati Yang Chengzhuo berdesir haru. Ia mengangguk pada Paulus Bayer, merasa pertemanan mereka tidak sia-sia berteman dekat dengannya.
Meski tertinggal 2 gol, pemain Kaiserslautern pantang menyerah. Di lapangan berlumpur, mereka terus berjuang. Tapi akhirnya, peluit kejam itu berbunyi.
Saat itu juga, satu per satu pemain terjerembab di lapangan basah.
Mereka kalah!
Kekalahan pertama musim ini!
Hampir tak berdaya kalah dari Manchester United yang hampir sempurna tanpa cela!
Dalam pertandingan ini, 1. FC Kaiserslautern tidak gagal menciptakan ancaman, namun performa menonjol Stam dan penyelamatan Schmeichel berhasil membekukan serangan Kaiserslautern, ditambah kontrol Roy Keane di area tengah.
Deco dan Florian Frings saat ini masih terlalu hijau, level mereka tidak sebanding dengan Roy Keane, sehingga lini tengah Kaiserslautern terkekang dan serangan terlihat tidak maksimal.
Ferguson yang meraih kemenangan krusial ini dalam kondisi hati yang baik. Berkat kemenangan ini, Manchester United dengan 2 menang 1 imbang memuncaki grup, sementara Barcelona yang menang 2-0 atas Brøndby di kandang sendiri berada di posisi kedua dengan 1 menang 2 imbang. Kaiserslautern mengumpulkan 4 poin dari 1 menang 1 imbang 1 kalah, menempati peringkat ketiga.
Bisa dibilang, kemenangan ini membuat MU melihat harapan lolos sebagai juara grup lebih awal. Bagaimanapun, semua orang tahu betapa sulitnya tim peringkat kedua di grup maut untuk lolos.
"Haha, kau masih terlalu muda, tidak bisa menahan emosi!" Ferguson terkekeh sambil mendekat, mengulurkan tangan terlebih dahulu.
Yang Cheng enggan dalam hati, tapi tetap menjabat tangan itu. "Kalian memang pantas meraih kemenangan!"
Kalimat yang biasanya diucapkan lawan ini, sekarang justru keluar dari mulut Yang Cheng. Sungguh rasa yang menyebalkan.
"1. FC Kaiserslautern memang tim berbakat. Tapi baik pemain maupun pelatihnya masih terlalu muda. Jika diberi waktu 2-3 tahun lagi, kami mungkin bukan tandingan kalian!" Ferguson tersenyum ramah.
Yang Cheng hanya mengangkat alis tipis, memilih tidak berkomentar.
Mungkin melihat pelatih Tiongkok yang sombong ini kesal setelah kalah, Ferguson pun tidak melanjutkan pembicaraan. Ia berpamitan dan langsung bergabung dengan para pemainnya yang sedang merayakan kemenangan.
Wajah Yang Chengzhuo membeku dingin, tak menghiraukan hujan yang membasahi tubuhnya, berjalan menuju lapangan sambil terus memberi dorongan pada para pemainnya.
Meski skor hanya 2-0, ini adalah kekalahan telak yang tak terbantahkan!
Di tribun penonton, Sienna Miller yang sedang berlibur dari Amerika ke London dan sengaja datang ke Manchester dari ibukota Inggris, menyaksikan sosok pelatih yang sedang memeluk satu per satu pemainnya sambil menyemangati moral tim. Perasaan pedih tiba-tiba menyergap hatinya.
Setelah sekian lama mengenal Yang Chengzhuo, jarang terdengar kabar tentang kegagalannya. Justru inilah yang membuat kekalahan kali ini menjadi pukulan berat dan pelajaran berharga. Banyak orang mungkin akan terpuruk karena peristiwa ini.
……
……
24 Oktober 1998, Sabtu, hujan rintik-rintik
Stadion Olimpiade berubah menjadi rawa-rawa, terutama di area sekitar lingkaran tengah yang bolak-balik diinjak.
Jeremies, Effenberg, Fink—tiga pria tangguh lini tengah Bayern turun sekaligus. Kombinasi lini tengah Deco dan Frings menghadapi trio keras ini hanya bisa dihancurkan, sama sekali tak mampu membalas.
"Hanya kalah 1 gol, 1. FC Kaiserslautern memang harus merasa beruntung, semua berkat performa menonjol Thomas Link!"
Bahkan komentator pun memihak Bayern München, karena dalam pertandingan ini performa 1. FC Kaiserslautern sangat lesu, terutama di lini tengah yang sama sekali tak mampu menahan serangan tiga jenderal tangguh: Jeremies, Effenberg, dan Fink.
Kekalahan 2-0 membuat peluang lolos tim dari babak grup 1. FC Kaiserslautern sangat kritis; kekalahan 1-0 hampir menghancurkan dinamika juara liga mereka, karena tak ada yang percaya Bayern München yang masih tak terkalahkan dalam 9 pertandingan musim ini, dengan keunggulan 7 poin, akan membiarkan gelar direbut klub lain.
"Dialog langsung antara dua pelatih bergelar juara Bundesliga, Hitzfeld membuktikan dengan fakta sekeras baja: pengalaman memang tak tergantikan!"
Kali ini seluruh tim pelatih menemani Yang Chengzhuo kehujanan, tapi sia-sia. Pertandingan tetap berakhir dengan kekalahan.
Dalam konferensi pers, Yang Chengzhuo menjadi sasaran empuk serangan verbal semua pihak.
"Mengapa setelah kalah 2-0 dari MU, saat tandang melawan Bayern München Anda masih keras kepala memilih taktik serangan?"
"Dengan absennya Verón dan Gattuso, sistem taktik Anda seperti kehilangan taring. 2 pertandingan 0 gol, bukankah ini menjadi tanggung jawab Anda?"
"Hitzfeld berkomentar: Kaiserslautern punya segudang bakat muda, tapi dengan koleksi bintang-bintang ini Anda justru tak mampu menunjukkan kekuatan tim yang seharusnya. Apakah ini pertanda Anda sudah kehabisan akal?"
“Saat ini 1. FC Kaiserslautern menderita luka parah di dua garis pertempuran Liga Champions dan liga domestik, apakah ini menunjukkan masalah dalam rencana pengembangan dan strategi Anda? Haruskah 1. FC Kaiserslautern mengalah dari kompetisi Eropa untuk fokus mengejar liga domestik?”
……
Hampir seketika, Yang Chengzhuo berubah dari pelatih muda berbakat yang menjadi buah bibir dunia sepakbola, menjadi tikus jalanan yang diteriaki semua orang. Bahkan wartawan koran kecil yang biasa-biasa saja tiba-tiba sok paham sepak bola, ikut campur dalam taktik permainan dan pengaturan formasi yang dia buat.
Ini adalah dunia yang penuh realitas!
Jika yang menang sekarang adalah dia, semua orang akan tetap menganggapnya sebagai pelatih ajaib yang berbakat luar biasa. Sayangnya, dia adalah pecundang - maka pantas menerima kritikan dari semua pihak!
Grant Neck adalah sosok yang loyal, setidaknya dalam kolomnya dia melakukan analisis situasi 1. FC Kaiserslautern dan mengungkap beberapa masalah tim saat ini. Tentu saja, dia tidak menghindari tanggung jawab yang seharusnya dipikul Yang Chengzhuo, namun lebih banyak menyerukan kepada fans Kaiserslautern untuk terus memberikan keyakinan pada Sang Kaisar.
……
……
"Hai!" Begitu Yang Chengzhuo tiba di rumah kita, telepon langsung berdering.
"Ini aku!" Suara lembut terdengar dari pesawat telepon.
Yang Chengzhuo tersenyum, "Kamu sudah tahu?" Terdengar agak pahit.
"Hm!" Haiti Krume mengangguk, dia merasa harus berada di samping Yang Chengzhuo saat ini, "Aku akan kembali besok."
"Tidak perlu!" Jawab Yang Chengzhuo dengan senyum kuat, "Cuma sekumpulan badut penari, aku masih bisa bertahan!"
Dalam ucapannya masih terasa aroma percaya diri.
Tapi dalam situasi saat ini, agak terkesan seperti pura-pura.
"Aku akan kembali menemanimu!" Setelah diam sejenak, Haiti berkata.
"Hati Yang Chengzhuo mendadak terhangat, kekerasannya seketika meleleh menjadi kelembutan. Ia tak lagi berkeras, "Aku akan menjemputmu!"
"Hm!"
Keheningan kembali menyergap, mereka benar-benar tak tahu harus berkata apa.
Haiti paham betul watak Yang Cheng. Kesombongannya tak butuh penghiburan orang lain. Keahliannya mengelola hal seperti ini tak diragukan. Saat ini, yang ia perlukan hanyalah kehadiran seseorang di sisinya - memberikan dukungan dan dorongan!
Usai menutup telepon, Yang Cheng segera mandi. Ketika keluar, dering ponselnya sudah mencatat belasan panggilan tak terjawab.
Dua nama tercantum di daftar panggilan: Natalie Portman dan Sienna Miller.
Mengikuti urutan prioritas, Yang Cheng pertama menghubungi Natalie.
“Berdasarkan penelitian psikologiku, Paman Cheng, saat ini kau harus pergi minum besar-besaran sampai mabuk berat. Lupakan semua masalah, esok pagi mandi air dingin untuk membersihkan semua sial. Fokuskan seluruh energimu untuk persiapan pertandingan Piala Jerman!”
Natalie di ujung telepon terkekeh menyampaikan rangkaian kata penghiburan yang telah dipersiapkannya lama. Yang Cheng di seberang garis bisa merasakan vitalitas gadis itu, sekaligus perhatian tulus yang terpendam.
“Natel kecil, pamammu belum separah itu!” gerutu Yang Cheng sambil tersenyum. Dalam hati ia mengakui rencana gadis kecil ini cukup brilian dengan tingkat kelaikan tinggi.
“Aku tahu kau tak tergoyahkan, Paman Cheng. Tapi dengarkan nasihatku - aku calon bakat psikologi Harvard masa depan!” Natalie sengaja melebih-lebihkan untuk menghibur, nada bicaranya penuh kelucuan khas remaja.
"Sekarang aku sudah jadi bakat psikologi Universitas Leipzig. Bicara lagi setelah kamu masuk Harvard, kita beda level, gadis kecil!" Yang Cheng tak tahan ingin memukul mentalnya.
"Haha... Paman Cheng..."
Setelah mengobrol panjang dengan Natalie, Yang Cheng menyerap vitalitas dari gadis kecil ini. Perasaannya yang sempat murung mulai membaik. Tapi begitu menutup telepon, ponselnya langsung menampilkan belasan panggilan tak terjawab.
Kali ini semua dari satu orang.
"Hai, Sienna!" Yang Cheng menelepon balik.
"Ayo minum!" Di seberang telepon, Sienna tak bertanya kenapa lama di telepon atau di mana lokasinya. Langsung mengajak.
"Hah... Aku di 1. FC Kaiserslautern!" Yang Cheng mengingatkan.
“Aku juga di Kaiserslautern!” Sienna terkikik, lalu menambahkan, “Tepat di bar dengan logo 1. FC Kaiserslautern di pintu depan Jalan Richard-Wagner ini!”
Begitu mendengar lokasi itu, Yang Chengzhuo langsung tahu dia sudah datang. Meski heran dalam hati kenapa tiba-tiba dia muncul, tak banyak tanya. Hanya berkata, “10 menit sampai”, lalu menutup telepon.
Dari tempat tinggalnya ke Jalan Richard-Wagner sebenarnya tak perlu waktu selama itu. Tapi Yang Chengzhuo baru selesai mandi dan harus ganti baju dulu, jadi perlu mengulur waktu sedikit.
……
……
Sienna Miller mengenakan celana jeans kelabu muda dipadukan sepatu bola Umbro hitam polos. Bagian atasnya memakai tank top putih dengan setelan jas santai putih satu kancing. Rambut keemasan bergelombang alami terjuntai santai di bahu.
Kaki jenjangnya bersilang duduk di depan bar, memesan bir hitam Jerman tanpa es. Tangan kanan menahan kepala, matanya mengawasi pintu masuk bar menunggu kedatangan orang yang dijanjikan. Postur menunggunya memancarkan keindahan santai yang memikat.
Harus diakui, setelah masuk akademi seni, bukan hanya kemampuan akting yang meningkat. Aura dan gaya selebritasnya juga ikut terasah.
"Hei, gadis cantik! Aku traktir minum!" Sorak pria Jerman sekitar 30 tahun yang menghalangi penglihatan antara Sienna dan gerbang bar. Dengan gerakan jari yang familiar ke bartender - jelas pelanggan tetap - segelas bir beresek segera datang, meski dengan es.
"Namaku Vince Wagner. Mereka bilang jalan ini milik keluarga kami!" Ucap pria Jerman itu sambil terkekeh penuh uap alkohol, napasnya menusuk seperti serangan kavaleri.
Tapi Sienna sama sekali tidak merasa lelucon ini lucu. Setelah pandangannya terhalang Vince, dia mulai kesal. Apalagi begitu teringat bahwa meja mereka sudah lama mengomentarinya dari jauh, rasa kebencian dalam hatinya semakin menjadi.
"Maaf, saya sudah ada janji!"
Sienna turun dari kursi bar, bahkan tak ambil birnya. Langsung meraih tas hitam dan hendak pergi.
Tak disangka pria Jerman itu tiba-tiba menggenggam tangannya, "Jangan pergi, nona cantik. Aku tak berniat jahat, cuma ingin mentraktirmu minum!"
Tapi karena mabuk, kontrol tenaganya hilang. Genggamannya pada lengan Sienna membuatnya kesakitan, sehingga gadis itu meronta.
Suara sobekan terdengar. Jaket tipisnya terkoyak dari lengan baju, memperlihatkan lengan putihnya yang masih hijau.
"Brengsek kau!" Sienna langsung menamparnya. Braak! Tamparan itu mendarat keras.
“Vince yang mabuk tak menyadari apa yang dilakukannya, hanya merasa dipukul lalu langsung menggenggam Sienna erat-erat. Mereka hampir bergulat saat teman-teman satu mejanya berkerumun.”
“Hei, ada apa ini?”
“Di tengah kebingungan Sienna, Yang Chengzhuo tiba-tiba nekat menerobos masuk dari belakang, mendorong Vince dan berdiri melindunginya dari kawan-kawan pemabuk itu.”
“Dia memukulku!”
“Dia merobek bajuku!”
Keduanya serentak berteriak hampir bersamaan.
“Ah, itu Sang Kaisar!” Ada yang mengenali Yang Chengzhuo dari antara teman-teman Vince.
“Sang Kaisar!” Semua orang di bar langsung terkejut. Kabar kedatangan Yang Chengzhuo dengan cepat tersebar, bahkan bos bar keluar.
“Terkekeh, Tuan Yang Cheng, Vince memang seperti ini kalau sudah minum alkohol, suka menggoda gadis. Teman...perempuanmu ini memang cantik, jadi...” Pemilik bar segera turun tangan melakukan mediasi.
Semua yang hadir adalah fans 1. FC Kaiserslautern. Jika Yang Cheng diganggu, mereka bahkan mungkin langsung menghujamkan bar ini.
“Sudahlah, cuma satu baju!” Sienna juga tidak ingin mempersulit Yang Cheng, mengibaskan tangan.
Yang Cheng juga merasa dia tidak apa-apa, lalu meminta Vince minta maaf. Tapi setelah meminta maaf, Vince merasa kurang, bertahan mati-matian ingin menarik mereka duduk minum bersama.
Seluruh orang di bar mendekat, mengelilingi meja Yang Cheng dan Vince sampai penuh sesak.
Vince adalah tipe khas orang Jerman yang keras kepala berkibat fatal, satu sisi harus minta maaf, sisi lain merasa langka bisa duduk tatap muka dengan Yang Chengzhuo, bertahan mati-matian terus menarik Yang Cheng minum, fans-fans di sekeliling juga ikut meneriakkan, gelas demi gelas terus menyarankan minum, terutama setelah mendengar Yang Cheng datang ke bar, semakin banyak fans yang berdesakan masuk, membuat bar menjadi penuh sesak.
"Aku kasih tahu kalian, apa itu dua kekalahan beruntun, apa itu benda berantakan, aku sialan sama sekali tak peduli! Kita punya Sang Kaisar, kita hanya perlu Sang Kaisar! Selama Sang Kaisar ada, kita pasti bisa menang, kita pasti bisa menjuarai liga! Menurut kalian, benar tidak?" Vince yang sedang mabuk semangat berdiri, mengangkat gelas anggur besar yang penuh, sama sekali tak menghiraukan bir yang tumpah, berteriak keras.
"Benar!" Semua fans di bar itu ikut meneriakkan.
"Bersulang! Untuk Sang Kaisar!" Vince mengaum keras.
"Untuk Sang Kaisar!" Sekelompok orang ikut berteriak.
“Hidup Sang Kaisar! Hidup 1. FC Kaiserslautern！”
“Hidup Sang Kaisar! Hidup 1. FC Kaiserslautern！”
Vince ternyata memiliki reputasi di antara para fans. Teriakannya seketika memancing kerumunan fans di TKP untuk ikut bersorak riuh, meneriakkan slogan mereka.
Yang Chengzhuo yang berada di tengah kerumunan awalnya masih tenang dan santai. Namun seiring berjalannya waktu, semakin banyak fans yang menyatakan kepercayaan dan dukungan mereka. Sorakan dukungan untuk Yang Chengzhuo yang semakin membahana membuat kondisi hatinya ikut bersemangat. Ditambah efek alkohol yang mulai memabukkan, Dia langsung berdiri di atas meja bar.
Yang Chengzhuo yang sudah mabuk limbung mencengkeram gelas penuh bir. Dengan gerakan goyang, dia memutar badannya menghadap ke segala arah sambil mengangkat gelas ke arah fans di bawah. Sienna yang berdiri di sampingnya terus menarik lengannya, kalau tidak estimasi ulang pasti Dia akan terjatuh.
“Saudara sekalian!” Yang Chengzhuo mengangkat tinggi gelas anggur, berteriak keras. Seluruh bar langsung hening. Bahkan Vince langsung berteriak meminta musik dipadamkan.
Sekejap kemudian, bar menjadi sunyi senyap. Semua mata tertuju pada orang Tionghoa mabuk yang nyaris tak bisa berdiri tegak di atas meja. Pandangan mereka penuh perhatian dan dukungan sepenuhnya!
"Aku tak ingin bertele-tele dengan kata-kata terima kasih, tapi ada hal yang harus kuungkapkan!"
Begitu ucapan Yang Chengzhuo selesai, fans langsung berseru serempak, "Bagus!"
"Para bajingan di luar sana meremehkanku, merendahkanku, mempermalukanku, meraguiku, bahkan mengutukku! Aku tak peduli! Aku sialan tak peduli!" Yang Chengzhuo berbicara penuh semangat hingga cipratan ludah beterbangan.
"Yang kupedulikan adalah kalian! Apakah kalian masih mendukungku? Masih setia padaku? Masih mau membantuku?"
"Mau!" Vince mengaum keras, diikuti teriakan para fans lainnya.
"Yang Chengzhuo berputar lagi, hampir jatuh terjerembab di kepala, untung tangannya mencengkeram kepala Sienna, masih bertahan dengan susah payah."
"Selama kalian mau membantuku, selama kalian terus mendukungku, aku Yang Chengzhuo tidak takut! Aku tidak takut Manchester United, tidak takut Barcelona, tidak takut Bayern Munich, sialan aku tidak takut apapun! Langit jika runtuh, akan kutetakkan dengan tanganku! Tanah jika retak, akan kutarik kembali dengan kedua tanganku!"
"Hari ini di sini aku bersumpah: Aku, Yang Chengzhuo, akan membuat semua yang meremehkanku, mempermalukanku, meraguiku itu mendekat dengan manis, mengulurkan wajah masam mereka, lalu dengan santai kurentangkan tangan dan tampar mereka!"
"Aku bersumpah akan menghapus aib pertandingan ini! Di sini kutetapkan sumpah: 1. FC Kaiserslautern musim ini pasti membalas dendam, berjuang mati-matian untuk juara! Biar para cucu kura-kura itu melihat jelas, memahami strategi kita sampai ke akar-akarnya!"
“Ini adalah janjiku pada kalian, ingat baik-baik, hafal di luar kepala!” Semakin bersemangat, alkohol semakin cepat naik ke otak. Yang Chengzhuo sudah mabuk berat, tapi masih berputar-putar sambil menuding semua orang dan berseru.
Lalu dia kembali memasukkan gelas anggur di tangannya, mendekatkan mulut, lalu langsung menuangkan sisa anggur yang sudah tumpah sepertiga itu ke dalam mulutnya dengan gluk-gluk keras.
Meski hanya omongan sembrono dan luapan kekecewaan dalam hati saat mabuk, pidato Yang Chengzhuo ini justru membuat semua fans di TKP darahnya berdesir panas. Bagaimanapun tim sudah kalah dua pertandingan krusial berturut-turut, mereka agak khawatir dengan Yang Chengzhuo.
Kini, menyaksikan Yang Chengzhuo bicara dengan nada sepercaya ini, satu per satu mereka pun ikut gembira. Mengangkat gelas anggur di tangan, lengan-lengan kokoh mereka bagai pohon-pohon raksasa menjulang, membentuk hutan yang rimbun.
Lalu menyaksikan semua orang di bar sedang minum bir.
Pemilik bar diam-diam senang di hati, berpikir hari ini hanya dari penjualan alkohol saja sudah menghasilkan gila.
Setelah menghabiskan satu gelas penuh, Yang Chengzhuo tiba-tiba melempar gelas di tangannya lebih keras ke lantai, mengeluarkan suara pecahan keras, jatuh ke tanah dan pecah, "Jika permusuhan ini tidak kubalas, aku bersumpah tidak layak disebut manusia!"
Karena dia menggunakan bahasa Mandarin, tak ada yang mengerti apa yang diucapkannya di akhir, tapi semua langsung mengikuti dengan memecahkan gelas mereka, seketika bar bergema dengan suara pecahan kaca.
Pada momen ini, hati pemilik bar berdarah-darah!
