“Para pemain kembali ke lapangan, Élber memulai tendangan, babak kedua dimulai kembali!”
“Bayern tetap bermain dengan pendekatan stabil, bola segera sampai di kaki Effenberg…”
Begitu Bayern menguasai bola, seluruh Stadion Olimpiade berubah menjadi lautan luas, puluhan ribu suporter bersorak memberi dorongan.
Meski tribun agak jauh, gelombang semangat dari puluhan ribu pendukung tetap terasa menggentarkan.
Tapi saat umpan ditujukan ke Jancker, Lúcio yang selama ini solid melakukan kesalahan positioning, terjepit lawan hingga gagal merebut bola.
Jancker menyundul bola ke belakang ke Scholl di dekatnya, sementara Elber sudah mulai menyusup ke ruang kosong. Jika Scholl bisa mengoper, mungkin serangan berbahaya akan tercipta.
Tapi tiba-tiba Gattuso menerjang dari samping, menjatuhkan Scholl berikut bolanya.
Wasit melambaikan tangan ke pemain Italia itu. Semua orang menyangka dia akan dikartu, tapi ternyata hanya mendapat peringatan.
"Hei Tuan Wasit, setidaknya harus kartu kuning!" Effenberg mendekati sambil menekan.
"Benar, minimal kartu kuning!" Pemain Bayern ikut mendekat.
Wasit menggelengkan kepala sambil tersenyum: "Tidak, aksinya tidak berlebihan. Hanya terlihat agak keras. Sudah kuperingatkan dia!"
Inilah gaya khas Gattuso - galak tapi tidak berbahaya!
"Brengsek!" Effenberg memiringkan kepala, menatap pemain Italia yang terkekeh pergi itu.
Tendangan bebas Bayern sudutnya kurang bagus, agak jauh. Mereka ingin melakukan koordinasi, tapi Thomas Link membantu membebaskan dengan tendangan keras.
Bola kembali jatuh ke kaki Bayern, berpindah-pindah hingga sampai ke Matthäus. Legenda Jerman itu menggiring bola maju beberapa meter lalu mengoper ke Effenberg - inti pengatur permainan yang menjadi rekrutan andalannya Hitzfeld sekaligus tokoh sentral tim.
Begitu Effenberg menguasai bola, Gattuso langsung menekannya ketat.
Pemain Italia yang dulu dikalahkannya secara telak itu kini muncul dengan wajah penuh tekad keras di hadapan Effenberg.
Effenberg juga bukan lampu hemat minyak. Ia segera melindungi bola, menggunakan raga untuk bertahan dari tekanan Gattuso, lalu dengan lincah mengoper menggunakan kaki ke Scholl. Tapi Ballack cerdik mengambil posisi sempurna dan berhasil menghalau umpan Scholl.
"Kudengar kau berseteru dengan Roy Keane?" Effenberg mengawasi ketat Gattuso yang sedang mundur, sambil menyeringai dingin.
Gattuso memandangnya, tidak menjawab, namun sorot matanya terus mengawasi ketat orang ini - sosok yang dulu membuatnya merasa takut dan tak berdaya. Tapi sekarang, dia tidak takut lagi!
"Kamu lebih sedikit dibanding dia!" Gattuso tiba-tiba berbicara.
"Omong kosong!" Effenberg mulai terdengar marah.
Seluruh dunia memuji Keane, tapi dia tidak menganggap remah pemain Liga Primer itu, berpikir dia cuma bisa jadi preman di Inggris.
Mendengar perkataan Gattuso ini, darahnya mulai mendidih.
Aku kalah dari Keane?!
Effenberg kembali menguasai bola, Gattuso sudah berdiri di hadapannya lagi.
Dialog kedua pria ini dipenuhi aroma bubuk mesiu. Begitu melihat Gattuso, Effenberg langsung bersiap-siap, terlihat ingin langsung mengalahkannya pemain Italia ini.
Tepat ketika dia mengira sudah berhasil melewati Gattuso, Verón muncul tepat waktu melakukan jaga ruang, merebut bola lalu mengoper cepat ke Fritz di sayap kanan untuk melancarkan serangan balik.
“Kalau Roy Keane, dia takkan kehilangan bola!” Gattuso melewati Effenberg sambil melanjutkan.
Anak ini semakin paham cara merangsang lawan.
Effenberg benar-benar naik darah. Beberapa kali berikutnya saat menguasai bola, dia memilih main kasar seolah ingin membuktikan bahwa satu orang bisa menghancurkan seluruh lini tengah 1. FC Kaiserslautern.
Tapi Gattuso, Verón, Ballack dan lainnya berulang kali membuktikan: tenaga satu orang terbatas.
“Hei, Stefan!” Hitzfeld di pinggir lapangan mulai frustasi. Setelah babak kedua dimulai, kesalahan Effenberg meningkat, terutama aksi-aksinya yang semakin kasar – jelas tanda kepanasan otak.
Ditegur pelatih kepala, Effenberg langsung tenang. Dalam hati dia sadar: dirinya sudah dikalkulasi.
“Kau harus berhati-hati!” Effenberg mengancam Gattuso sambil menunjuk.
Yang terakhir mengangkat bahu, dengan sikap polos, "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya!"
Ucapan ini cukup melukai, Effenberg sangat marah tapi tak berani bertindak sembrono seperti sebelumnya.
Yang Chengzhuo mengamati semua ini dari awal hingga akhir, ia tersenyum lega, "Ivan ini benar-benar sudah matang sepenuhnya!"
Memang sudah waktunya untuk matang!
3 tahun karier profesional, pengalaman berturut-turut tiga season di Liga Champions, ditambah tingkat kehadirannya yang hampir selalu tertinggi di Kaiserslautern - berbagai data menunjukkan jika dia belum juga matang, lebih baik kembali jual ikan di Italia Selatan.
Pertarungan Gattuso melawan Effenberg hanyalah salah satu area persaingan antara Kaiserslautern dan Bayern Munich. Di skala pertandingan penuh, Kaiserslautern pasca penyesuaian di area tengah memang menunjukkan kemajuan signifikan: serangan sayap meningkat dan ancaman yang diciptakan semakin besar.
Tapi Hitzfeld sangat licik, begitu melihat situasi mulai tidak beres, langsung menyesuaikan taktik. Ia tak lagi bertarung sengit dengan Kaiserslautern di area tengah lapangan, mulai memfokuskan pertahanan di sayap.
Namun konsekuensinya, garis pertempuran jadi memanjang. Dengan pertahanan Kaiserslautern yang maju ke depan, situasi Bayern semakin terjepit.
"Efeknya kurang signifikan!" Yang Chengzhuo menggelengkan kepala.
Konfigurasi lini belakang Bayern tidak bisa meniru Kaiserslautern yang bermain agresif dengan pertahanan maju. Tapi saat mereka mundur rapat, kekokohan pertahanannya sungguh mencengangkan - apalagi dengan trio Streunz, Effenberg, dan Jeremies di lini tengah.
"Mungkin kita harus puas dengan hasil seri!" Paulus Bayer tersenyum.
Skor 0:0 menguntungkan kedua tim. Sulit menentukan siapa yang lebih baik. Yang jelas, Yang Chengzhuo masih belum rela. Seandainya bisa mencetak satu gol saja, pasti...
Justru karena alasan ini, Yang Chengzhuo belum melakukan penyesuaian, dia masih menunggu kesempatan.
……
……
Sebuah umpan silang dari sisi kanan Lizarazu langsung menemui Jancker, namun Lúcio tiba-tiba melompat dari belakang, menyambar bola dengan header sebelum Jancker, lalu jatuh ke tanah seperti benda seberat ton.
Gerakan ini memiliki efek mengintimidasi yang kuat, terutama di depan Jancker yang terus dirugikan sepanjang pertandingan.
Kadang dia bahkan curiga, orang Brasil ini makan apa sampai tubuhnya berotot absurd seperti ini.
Tentu Lúcio takkan memberitahunya rahasia pertumbuhan otot, tapi malah memberikan pandangan penuh provokasi, lalu menemukan kesempatan untuk tiba-tiba menerjang maju.
Verón yang terkekang segera mengembalikan operan. Lúcio yang maju ke depan menerima bola lalu langsung mengirimkannya ke sayap kanan. Fritz yang menyambar bola kembali beradu dengan Lizarazu, terpaksa mengoper balik. Lúcio tanpa mengontrol bola langsung memberikan umpan jauh menengah ke kaki Nedvěd yang sedang mundur.
Nedvěd menguasai bola di sisi kiri, menahan genggaman sebelum diganggu Streunz, namun berhasil mengoper ke area garis samping kiri. Dede yang menyusup dari belakang langsung memacu kecepatan setelah menguasai bola.
Kecepatan Dede kalah dari Fritz, tapi kemampuan menggiring bolanya lebih baik dan presisi. Ancaman di sayapnya tak kalah dengan Fritz, bahkan terkadang bisa berperan sebagai gelandang sayap atau winger.
Denílson juga menarik diri ke sayap kiri untuk membantu. Babel yang bertubuh besar tiba-tiba menghadapi dua pemain lincah, membuatnya buru-buru. Meski tahu Helmer ada di belakang, ia tetap berhasil ditipu.
Dede mengoper ke Denílson yang kemudian membawa bola ke sudut kiri area terlarang untuk mempersiapkan penetrasi.
Saat Babel berbalik ingin mundur, Denílson tiba-tiba melakukan percepatan yang mengejutkannya. Refleksnya membuatnya mengulurkan tangan dari belakang dan menjatuhkan Denílson.
“Biiip～” Wasit berada di dekatnya, tanpa ragu membunyikan peluit. Pelanggaran!
Denílson berlutut di tanah dengan wajah penuh penyesalan, seolah-olah jika situasi tadi berhasil dilewati, dia pasti bisa mencetak gol.
Wasit pertandingan ini agak longgar dalam memberi hukuman, namun tetap memberikan kartu kuning ke Babel. Kemudian memberikan tendangan bebas untuk Kaiserslautern di area sudut kiri luar kotak penalti. Sulit untuk mencetak gol langsung, tapi ada sedikit peluang untuk skema serangan tidak langsung.
Yang Chengzhuo melambaikan tangan ke pemain di lapangan, memberi isyarat agar Link, Ballack, Lúcio dan pemain dengan kemampuan heading yang menonjol maju ke depan. Mereka semua menunjukkan performa bagus dalam latihan set-piece dan menjadi senjata andalan dalam situasi bola mati.
Verón berdiri di titik tendangan bebas. Dia adalah eksekutor utama set-piece Kaiserslautern.
Tembok manusia Bayern segera terbentuk. Kahn langsung mengatur posisi rekan setimnya sesuai dengan bidang penglihatannya.
Tendangan bebas tidak langsung di posisi ini masih sangat mengancam, terutama karena hampir semua pemain tinggi Kaiserslautern sudah maju, jelas ingin mengandalkan set-piece untuk mencetak gol.
Hitzfeld juga datang ke pinggir lapangan, matanya menatap Yang Chengzhuo yang diam-diam mengawasi balasan.
Sebenarnya, pelatih kepala tidak bisa berbuat banyak dalam situasi seperti ini, kuncinya terletak pada seberapa baik para pemain bisa menunjukkan kemampuan serangan dan pertahanan seperti saat latihan biasa.
Verón mengangkat tangan kanannya miring, menunjuk jari telunjuk - sinyal ini untuk memberi tahu semua orang: TITIK BELAKANG!
Saat tendangan dieksekusi, Link dan Ballack langsung menekan titik depan, memancing bek Bayern ikut bergerak tanpa sadar. Pada detik-detik krusial itu, tidak ada yang tahu pasti apakah tendangan akan mengarah ke titik depan atau belakang, tidak seperti kejelasan yang terlihat di layar siaran langsung TV.
Tapi Bayern tetap tidak meremehkan Lúcio, secara khusus menugaskan Matthäus untuk mengawasinya.
Tapi saat bola keluar, Lúcio yang semula merapat di area titik penalti tiba-tiba menyerbu ke depan. Anggota itu melesat bagai tank raksasa. Matthäus ingin menghentikannya, tapi sama sekali tak mampu, hanya bisa mengikuti sambil menempel.
Di saat yang sama, eksekusi tendangan Verón meliuk melewati tembok manusia yang melompat tinggi, melewati Link dan Ballack, lalu terjatuh perlahan ke titik belakang.
Kahn pun merespons, berteriak "Titik belakang!" lalu dengan cepat bergerak ke kanan. Matanya tertuju pada Lúcio yang saat itu sudah melambung tinggi di udara.
Pada detik itu, Lúcio setinggi 1,88m menggunakan semua kemampuannya untuk melompat. Matthäus dan Kahn hanya bisa menatapnya dengan kepala terangkat - mereka sudah terlambat bereaksi.
"Pada momen ini Lúcio melakukan sundulan yang cerdas, sungguh cerdas. Saat melompat, posisinya menghadap tiang kiri, sehingga ketika melonjak ia melihat Kahn bergerak ke tiang kanan. Dengan sigap ia memilih untuk mengarahkan bola kembali ke sisi tiang kiri menggunakan teknik pantulan dari tanah yang cerdas."
"Respons Kahn sebenarnya cukup cepat. Begitu melihat pose Lúcio, hatinya langsung berteriak 'celaka!'. Ia segera ingin menyesuaikan fokus, namun mustahil karena saat menerjang tadi, pusat gravitasinya terlalu condong ke kanan. Mustahil mengatur ulang keseimbangan dalam sekejap."
"Bola menyentuh rumput, lalu memantul dan menghantam jaring samping tiang kiri!"
"Gol!"
"Bola masuk!"
"Lúcio mencetak gol dengan sundulan cerdas yang memantul dari tanah ke dalam gawang!"
"1. FC Kaiserslautern akhirnya mencetak gol! Ini terjadi di menit ke-72 babak kedua, berawal dari kesempatan tendangan bebas tidak langsung yang diciptakan bintang Brasil Denílson di sayap kiri, Verón memberikan umpan silang sempurna untuk Lúcio yang menyundul masuk gol pertama sepanjang pertandingan!"
"Ini adalah gol yang sangat penting, bahkan mungkin menjadi penentu kemenangan dalam pertandingan ini!"
Lúcio terlihat bingung saat mendarat, tetapi ketika melihat Kahn menggebrak tanah dengan frustrasi dan Matthäus yang menampakkan wajah penyesalan, tiba-tiba ia diserang kegembiraan - baru sadar dialah pencetak gol!
Hampir secara refleks ia ingin mengaum keras, namun rekan setim yang berlarian langsung menerjangnya. Deni memeluk erat tubuhnya yang rebah di rumput.
"Gol! Kamu yang mencetak gol!"
"Luar biasa! Sundulanmu benar-benar spektakuler!"
Gol yang tepat waktu membuat para pemain 1. FC Kaiserslautern berpesta pora. Mereka telah bermain melawan Bayern Munich selama 72 menit, namun tak kunjung menemukan kesempatan mencetak gol yang mutlak. Tak disangka, satu sundulan kepala Lúcio langsung mengubah jalannya pertandingan.
Sebelumnya bukan tidak ada peluang tendangan sudut atau tendangan bebas, namun sebagian besar tidak berhasil dikonversi menjadi gol. Tapi kali ini, dia berhasil melakukannya, dan itu sangat cantik, sangat membangkitkan semangat!
Yang Chengzhuo langsung tertawa terbahak-bahak setelah melihat gol Lúcio, memeluk para asisten dan pemain yang bergegas mendekat, lalu bertepuk tangan ke arah pemain di lapangan sebagai dorongan.
Ini adalah gol tandang, gol tandang yang sangat penting!
Dibandingkan dengan desakan massa dari 1. FC Kaiserslautern di sisi ini, Hitzfeld terlihat sangat menyesal dan kecewa. Seharusnya ini bisa dipertahankan, namun Matthäus melewatkan Lúcio, atau bisa dikatakan, dia tidak memperhatikan Lúcio.
"Dia memang sudah berusia lebih tua!" keluh Hitzfeld.
……
……
Dengan adanya gol, jalannya pertandingan langsung berubah.
Hitzfeld tidak bisa menerima kekalahan di kandang sendiri, sehingga ia segera melakukan penyesuaian dengan mengganti pemain. Rencana serangan balik yang telah dipersiapkannya sebelumnya dipercepat pelaksanaannya: menggantikan gelandang Streunz dengan penyerang Ziegler untuk memperkuat serangan, sekaligus memajukan Lizarazu ke posisi gelandang kiri.
Serangan balik Bayern München datang begitu gencar. Yang Cheng segera menyesuaikan taktik tim: memundurkan Nedvěd ke posisi tengah, Denílson ditarik ke sayap kiri. Formasi langsung berubah menjadi 451 dengan Larsson sebagai ujung tombak, mengadopsi strategi pertahanan-balik.
Sebuah gol telah mengubah dinamika kedua tim, sekaligus membalikkan posisi dominasi di lapangan.
Kaiserslautern yang benar-benar fokus bertahan sama sekali tak kalah. Terutama dengan formasi keseluruhan yang tidak merapat, tiga garis pertahanan terjaga rapat dengan koordinasi defensif yang solid. Serangan Bayern pun sulit menembus benteng pertahanan mereka.
Namun tak lama kemudian, serangan balik Kaiserslautern juga berhasil menciptakan ancaman.
Verón mengirimkan umpan silang presisi, Denílson yang menguasai bola di sayap kiri langsung melakukan terobosan cepat ke dalam, berkoordinasi dengan Larsson sebelum melepaskan umpan terobosan di belakang Helmer dan Matthäus.
Pemain Swedia itu langsung memahami maksudnya, mengambil posisi lalu melepaskan tendangan menusuk. Untungnya Kahn bereaksi cepat dengan terjangan penyelamatan spektakuler, menggagalkan serangan balik Kaiserslautern.
Meski gagal mencetak gol, serangan balik Kaiserslautern sukses membuat keringat dingin Bayern.
Dalam hati Hitzfeld harus mempertimbangkan: apakah melanjutkan serangan atau memperkuat pertahanan.
Segera Yang melakukan substitusi: Kehl masuk menggantikan Verón untuk memperkokoh pertahanan lini tengah, lalu Thomas? Ridle menggantikan Denílson yang tampil gemilang demi memperkuat pertahanan sayap kiri.
Setelah beberapa kali pergantian pemain, pertahanan Kaiserslautern semakin stabil. Hitzfeld juga harus mempertimbangkan serangan balik Kaiserslautern. Bagaimanapun, kekalahan 0-1 di kandang sendiri masih menyisakan kesempatan untuk membalikkan keadaan di leg kedua. Namun jika kebobolan lagi, mereka benar-benar akan kehilangan segalanya, bahkan harapan comeback pun pupus.
Kemunculan Kuffour mengumumkan berakhirnya pertandingan lebih awal. Hitzfeld akhirnya hanya bisa menerima kekalahan ini dengan pasrah.
Tapi kemenangan Yang Chengzhuo juga lebih karena keberuntungan. Sebelumnya dia tidak menyangka bisa mencetak gol melalui tendangan bebas tidak langsung. Namun ini juga berkat latihan rutin taktik set-piece-nya, karena dia sangat paham bahwa bola mati bisa menjadi senjata ampuh dalam mencetak gol.
Kini, dia akhirnya merasakan manisnya mencetak gol melalui set-piece.
Lúcio juga tampil sangat aktif setelah mencetak gol, baik dalam pertahanan maupun serangan, menunjukkan sikap yang aktif dan penuh semangat. Jelas gol tersebut memberinya keyakinan, mengingat tekanan besar yang dia terima sejak kesalahan beruntun saat melawan Manchester United yang menyebabkan kekalahan tim. Kini akhirnya dia bisa melepaskan semua tekanan itu.
Begitu wasit utama membunyikan peluit tanda berakhirnya pertandingan, seluruh anggotaserentak membanjiri Stadion Olimpiade. Semua orang berkumpul bersama merayakan kemenangan dalam pertandingan ini.
Yang Chengzhuo sendiri akhirnya bisa menarik napas lega. Dia akhirnya membalas dendam, akhirnya berhasil mengalahkan Bayern di stadion ini!
Perasaan ini benar-benar memabukkan, terutama ketika puluhan ribu fans Bayern di tribun Stadion Olimpiade mengeluarkan siulan memekakkan telinga. Di tengah lautan siulan itu, Yang Cheng justru menemukan kebanggaan dan kesombongan mereka sendiri.
"Semakin keras suara hinaan fans lawan, semakin membuktikan performa Yang Chengzhuo dan 1. FC Kaiserslautern-nya yang menonjol."
Mendekati Hitzfeld yang terlihat masam, sang pelatih baja Bundesliga ini kontras dengan ekspresi selalu ceria Yang Chengzhuo.
"Otmar, bagaimana rasanya?" Yang Chengzhuo terkekeh bertanya.
Hitzfeld dalam hati ingin menghajarnya, namun sebagai teman baik, ia hanya bisa diam menahan diri.
"Kali ini kau beruntung! Tembakan Lúcio itu pasti di luar perhitunganmu?"
Yang menggelengkan kepala: "Tidak! Kami sudah berlatih taktik set-piece secara intensif!" Sebagai pemenang, ia takkan mengakui keberuntungan.
"Masih tiga pertandingan! Jangan terlalu berbangga!" Hitzfeld membayangkan membabat mati Yang sambil berbalik pergi sebelum emosinya meledak.
"Kau takkan dapat kesempatan lagi, Otmar!" teriak Yang pada bayangan belakang yang menjauh.
