Dynamo Kyiv, tak pelak lagi adalah tim yang paling membuat pusing keluarga-keluarga elit di Liga Champions musim ini selain 1. FC Kaiserslautern. Bahkan banyak yang yakin mereka memiliki kekuatan untuk lolos ke final.
Tapi dalam pertandingan di stadion Fritz Walter ini, 1. FC Kaiserslautern membuktikan fakta sekeras baja: sekadar berani bertarung habis-habisan tak cukup. Untuk maju ke final, harus mengeluarkan lebih banyak kemampuan dan modal.
Di laga ini, Yang Chengzhuo tetap mengerahkan kombinasi serangan terkuat. Trio besi penguasa bola tengah Nedvěd, Schneider, dan Verón yang seimbang dalam menyerang bertahan, didukung Ballack dan Gattuso, mengendalikan proses pertandingan dengan ketat.
Meski Dynamo Kyiv bermain strategi pertahanan-balik, Kaiserslautern justru menjawab dengan serangan ofensif yang menjadi deklarasi kemenangan mereka.
Pertandingan sejak awal langsung memasuki fase sengit bak perang habis-habisan. Dua tim yang penuh semangat juang ini sudah bertarung mati-matian sejak detik pertama, namun 1. FC Kaiserslautern selain gigih bertarung, lebih banyak mengandalkan penguasaan lini tengah.
Verón tetap sering mundur ke belakang, umpan jauhnya tetap presisi dan mumpuni seperti biasa. Formasi double pivot Dynamo Kyiv tak kunjung menemukan cara efektif untuk mengendalikan Verón.
Valeriy Lobanovskyi merasa frustasi. Membatasi Verón berarti harus mengorbankan Serhiy Rebrov, membuat Andriy Shevchenko terisolasi di lini depan. Jika salah satu gelandang tengah maju, pertahanan jadi kurang perlindungan, sementara Nedvěd, Schneider, dan Ballack mahir menyusup dari belakang.
Gol pertama 1. FC Kaiserslautern berasal dari taktik menggoda Verón yang cerdik.
Menit ke-12, Verón menguasai bola lalu cepat maju. Di belakangnya ada Rebrov yang mundur. Gelandang tengah depan Husin masih tak yakin, memilih menjepit bersama. Tapi Verón segera mengoper ke Ballack yang lalu meminjam momentum mendorong bola ke Nedvěd. Pemain asal Ceko itu mengirim umpan ke dalam kotak penalti.
Denílson, pemain yang seperti menguasai sihir ini, setelah menguasai bola di kotak penalti melakukan stepover mengayuh sepeda yang sangat meyakinkan, mengelabui Vashchuk. Bola dikirim ke kaki Van Nistelrooy. Striker Belanda yang sudah lama merencanakan duel dengan Shevchenko ini hampir tak ragu, langsung menendang masuk.
1：0！
Usai itu Dynamo Kyiv sempat ingin balas menyerang. Tapi di menit ke-37, serangan sayap kiri Kaiserslautern gagal. Verón menerima umpan dari kiri, langsung menyepak umpan silang presisi ke sayap kanan tempat Schneider tak terjaga. Pemain Jerman itu mengontrol bola lalu mengelabui Kakha Kaladze yang menekan, sebelum mengirim bola ke kotak penalti.
Ballack yang telah lama menyergap di wilayah terlarang melompat tinggi dan menghantam keras, 2-0!
Dua gol beruntun, 1. FC Kaiserslautern menghancurkan segala rintangan!
Di babak kedua kedua pihak bertukar sisi lapangan, Valeriy Lobanovskyi melakukan penyesuaian taktik terutama pada Rebrov dengan sengaja menjauhkannya dari Lúcio dan menarik posisinya ke belakang untuk memperkuat hubungan garis depan dengan area tengah.
Namun Yang Chengzhuo langsung memajukan posisi Sebastian Kehl sekaligus mendorong pertahanan tim ke depan, sepenuhnya mengurung Dynamo Kyiv di wilayah mereka sendiri. Rebrov pun tenggelam dalam lautan area tengah 1. FC Kaiserslautern yang otoriter.
Pada akhirnya, berkat gol Van Nistelrooy dan Ballack, 1. FC Kaiserslautern mengalahkan Dynamo Kyiv 2-0 di kandang sendiri. Bisa dikatakan tim Yang Chengzhuo telah satu langkah menuju final.
……
……
Pertandingan selesai, para pemain berebut menerjang lapangan, di tengah sorak-sorai fans yang memenuhi stadion, seluruh anggota 1. FC Kaiserslautern merayakan dengan gegap gempita kemenangan tim mereka.
Ini adalah pertandingan yang dari awal sampai akhir dikuasai oleh 1. FC Kaiserslautern, meski Dynamo Kyiv garang dan penuh darah bersaing, tapi ketika berhadapan dengan 1. FC Kaiserslautern yang ahli mengontrol dan mengalahkan kekerasan dengan kelembutan, mereka akhirnya tak berkutik.
Verón yang menarik posisi ke belakang, telah mengubur Bayern München, kini juga mengubur Dynamo Kyiv!
"Akhirnya bisa melihat ke final!" Brehme menarik napas lega.
Sepanjang pertandingan, pemain terkenal 1. FC Kaiserslautern ini terus dilanda kecemasan sampai telapak tangan berkeringat, dia enggan merasa nyaman sampai wasit membunyikan peluit tanda berakhirnya pertandingan, terutama saat Dynamo Kyiv melakukan serangan balik.
Yang Cheng menghibur dengan menepuk bahu Brehme, tetapi dia tidak mendekat untuk merayakan bersama para pemain, melainkan berjalan ke bangku pelatih tim tamu.
Valeriy Lobanovsky menghibur Shevchenko. Performa Hulu Ledak Nuklir Ukraina ini sebenarnya cukup bagus dalam pertandingan, sayangnya lini tengah Dynamo Kyiv diredam sehingga dia tidak mendapat banyak kesempatan berarti.
Melihat Yang Cheng mendekat, Lobanovsky menyambutnya.
"Dia adalah striker yang paling membuatku takut dalam pertandingan ini!" kata Yang Cheng sambil menunjuk Shevchenko di samping Lobanovsky.
Dalam laga ini dia khusus menugaskan Link sebagai target utama Shevchenko, namun tetap saja pemain Ukraina itu sempat mendapat beberapa peluang. Beruntung tidak terjadi gol, kalau tidak situasi mungkin akan berubah.
Kemenangan 2-0 tanpa kebobolan dari Dynamo Kyiv membuat perjalanan tim Kaiserslautern ke Ukraina menjadi lebih santai.
“Dia adalah mesin gol paling menonjol yang pernah kulihat!” Uskup Lobanovsky mengangguk.
Julukan Shevchenko adalah Ronaldo Putih, dari sini bisa dilihat kekuatannya. Tapi dia lebih serba bisa dibanding Ronaldo, setidaknya header-nya juga menonjol, sedangkan header Ronaldo...
“Tuan Lobanovsky!” Yang Chengzhuo aktif mengulurkan tangan.
Pelatih legendaris Ukraina yang baru masuk usia 60 tahun ini terlihat sedikit terkejut, tapi tetap menjabat erat tangan Yang. Mereka lalu berdiri di pinggir lapangan mulai mengobrol panjang.
Terhadap pelatih Ukraina ini, Yang Chengzhuo di kehidupan sebelumnya sudah mendengar namanya dan sangat menghormatinya. Seorang pelatih kepala yang benar-benar tewas di bangku pelatih, kemampuan melatihnya serta pemahaman taktiknya dalam memimpin Dynamo Kyiv mendominasi Eropa patut dihargai.
“Mungkin tahun ini adalah kesempatan terakhir kita!” Lobanovsky tersenyum pahit.
Dynamo Kyiv toh bukan tim top Eropa. Kemunculan pemain-pemain hebat seperti Shevchenko, Kaladze, dan Rebrov pasti akan menarik perhatian klub-klub elite Eropa. Tim ini jelas hanya akan tercerai-berai.
Media sudah mulai gencar memberitakan Shevchenko. Klub-klub seperti Real Madrid, Barcelona, Manchester United, Liverpool, Bayern Munich, dan Juventus terus memantau ketajaman striker yang konsisten tampil gemilang di Liga Champions selama 2-3 musim terakhir.
Dari nada bicara Lobanovskyi, Yang Chengzhuo menangkap getirnya kenyataan: Dynamo Kyiv tak bisa lagi mempertahankan Shevchenko!
"Tapi justru ini jadi semangat buat kami bertanding lebih gigih. Kami akan menunggu sambil menyiapkan penyambutan terbaik untuk Kaiserslautern di Kyiv. Meski kalah di pertandingan ini, masih ada kesempatan lain. Kami takkan menyerah!"
Lobanovskyi tersenyum tipis, lalu mengulurkan tangannya.
Yang Chengzhuo kembali berjabat erat dengannya. "Kalau begitu, mari kita lihat nanti!"
Keduanya berpisah, masing-masing kembali ke bangku pelatih mereka, kembali ke para pemain mereka. Tapi saat itu, mereka telah meninggalkan sebuah pertemuan kebetulan yang penuh rasa saling mengagumi.
Banyak yang mengatakan bahwa gaya kepelatihan Yang Chengzhuo dan Lobanovsky sangat mirip - sama-sama menekankan kolaborasi menyeluruh, mengutamakan tim, berani melakukan inovasi, ahli dalam memotivasi pemain. Sekaligus, keduanya memimpin tim non-elit yang membuat klub-klub top Eropa merintih ketakutan.
"Menurutku, yang seharusnya lolos ke final musim ini adalah kami dan Dynamo Kyiv!" Kata Yang Chengzhuo di depan Paulus Bayer sambil menoleh melihat para pemain Dynamo Kyiv yang tampak kecewa, berkata dengan nada penuh penyesalan.
Manchester United memang kuat, Yang Chengzhuo tahu itu. MU musim ini juga luar biasa, apalagi mereka sedang mempersiapkan Pencapaian Tiga Gelar. Tapi bukankah Dynamo Kyiv juga demikian?
Tim empat besar ada tiga yang mengejar treble, yaitu 1. FC Kaiserslautern, Manchester United, dan Dynamo Kyiv. Namun hanya dua tim yang bisa lolos ke final, satu-satunya tim yang bisa mewujudkan keinginan mereka.
Inilah sepakbola!
……
……
Usai pertandingan, Yang Cheng memimpin tim kembali ke basis pelatihan lalu mengumumkan pembubaran.
Tepat saat Yang Cheng selesai berganti baju dan hendak menuju area parkir, ponselnya berdering.
"Halo, Charlize!" sambut Yang Cheng menyambut telepon dengan tersenyum.
"Lagi sibuk?" Suara bising terdengar dari ujung telepon.
"Tidak, kalau bisa menerima telepon artinya aku masih punya waktu luang!"
Charlize Theron tertawa, "Aku ada di gerbang utama stadionmu."
"Hah?" Yang Cheng terkejut.
"Ada urusan di Prancis, sekalian mampir untuk menemuimu, mengantarkan Piala Oscar-mu!" jelas Charlize Theron.
"Tunggu di situ ya!"
Setelah berkata demikian, Yang Cheng naik ke Audi A3 miliknya, meninggalkan basis pelatihan dan tiba di gerbang utama stadion.
Charlize Theron yang sedang syuting film [Underworld] memotong rambutnya sedikit, disisir rapi ke belakang kepala dan diikat, dengan kacamata hitam besar yang menutupi sebagian besar wajahnya sehingga ekspresinya tak terlihat jelas, namun rambut pirangnya yang keemasan sangat mencolok.
Bagian atasnya mengenakan outerwear abu-abu tipis berbahan katun, dalamannya kaos oblong putih murni berleher rendah yang terlihat santai namun tetap menonjolkan lekuk tubuhnya yang indah. Bagian bawahnya adalah celana jeans ketat biru gradasi dengan bintik-bintik putih, dipadu sepasang sepatu hak tinggi runcing hitam.
Tampaklah pesona seorang selebritas: berpenampilan kasual dengan tas hitam besar yang digenggamnya, aura-nya begitu kuat. Hanya dengan berdiri asal di sana, postur tubuhnya yang jenjang dan aura memikat langsung menjadikannya pemandangan paling mencolok di luar Stadion Fritz Walter.
"Naik!" Yang Chengzhuo berhenti di hadapannya, menurunkan kaca jendela, tersenyum.
Charlize Theron segera masuk ke mobil Yang Chengzhuo, lalu pergi dengan angkuh di bawah perhatian puluhan fans Kaiserslautern di TKP.
"Ada waktu datang ke Eropa?" Yang Chengzhuo bertanya sambil lalu.
"Ikut aktivitas perwakilan brand, Dior Prancis!"
Yang Chengzhuo mengangguk, itu adalah brand parfum ternama.
"Berapa lama?"
"Segera berangkat!"
Yang Chengzhuo terkejut, tak menyangka begitu mendesak.
"Ini pialamu!" Charlize Theron mengeluarkan piala dari tas hitamnya.
Yang Chengzhuo menerimanya, melihat sebentar, tersenyum, lalu menyimpannya di kotak penyimpanan depan kursi penumpang. "Aku antarmu ke bandara!"
Tanpa memberi kesempatan Charlize Theron menolak, dia langsung memutar setir mengarah ke Frankfurt.
Dari 1. FC Kaiserslautern ke Bandara Frankfurt, memakan waktu sekitar 1 jam. Saat ini Yang Chengzhuo memang tidak sibuk, dan Charlize Theron yang melihatnya seperti ini pun tidak banyak berkomentar.
Sebenarnya, mereka benar-benar tidak terlalu akrab!
"Omong-omong, bisakah kamu membantuku?" Charlize Theron bertanya dengan hati-hati sambil menatap Yang Chengzhuo. Ia tidak ingin meninggalkan kesan buruk keserakahan dalam hati pria itu.
Kali ini, ia hanya ingin mencari topik pembicaraan yang bisa menjadi jembatan untuk melanjutkan interaksi mereka.
"Apa itu?" Tanya Yang Chengzhuo tanpa prasangka, tersenyum.
"Dio memintaku untuk memberikan ide kreatif iklan. Bisakah kamu membantuku?"
"Iklan?" Senyum pahit mengembang di wajah Yang Chengzhuo, "Aku belum pernah menulis itu!"
"Tidak sulit bagimu, pemenang Oscar untuk Penulis Skenario Terbaik!" Charlize Theron tertawa.
Yang Chengzhuo memang memiliki semua kelemahan pria jantan, tidak tahan dipuji, terutama ketika dipuji gadis cantik, seketika juga merasa kegembiraan, mengangguk sambil berkata: "Kalau begitu aku akan berusaha mencoba, tapi aku tidak berani menjamin!"
"Bagus, tidak masalah, kalau ada urusan apapun silakan telepon aku, oh ya, ini parfum sampel Dior, ciri khas produk, dan..."
Charlize Theron mengeluarkan tanpa sisa dari tas hitamnya segunung barang, dalam hati Yang Chengzhuo tidak bisa menahan tawa, pantas saja tasnya begitu besar, baru menyadari bahwa semua itu ditumpuk dari barang-barang.
"Untuk urusan upacara pemberian penghargaan, terima kasih!" Yang Chengzhuo baru melanjutkan bicara setelah dia selesai sibuk.
"Apa?" Ekspresi wajah Charlize Theron berubah sedikit, terlihat tidak wajar, "Kamu... kamu menonton upacara penghargaan?"
"Tidak!" Yang Chengzhuo langsung menyangkal, "Tapi aku bisa menebak bagaimana itu terjadi!" Setelah berkata demikian, dia menunjuk kotak penyimpanan sambil terkekeh ringan.
Charlize Theron merasa lega, namun tetap ada rasa kecewa karena sempat mengira Yang Cheng benar-benar tidak menonton.
"Bagaimana proses syuting 【Underworld】?" Selama satu jam perjalanan, mereka harus mengisi waktu dengan topik-topik yang berantakan.
"Cukup melelahkan, tapi ini peran utama pertama yang kubawakan. Jadi semua kerja keras ini layak!" Charlize Theron menjawab dengan penuh keyakinan.
Film ini juga merupakan produksi independen pertama dari perusahaan Jerry Bruckheimer. Bruckheimer sangat yakin dengan film ini, bahkan beranggapan jika box office sukses, bisa dikembangkan menjadi franchise dan membangun brand film.
Entah mengapa, saat bersama orang lain Yang Cheng tak pernah kehabisan topik. Tapi ketika bersama Charlize Theron, semua bahan obrolan seolah menghilang. Percakapan mereka tak pernah bertahan lebih dari 2-3 kalimat sebelum tenggelam dalam keheningan, lalu berusaha mencari topik baru, dan kembali terputus setelah beberapa kalimat.
Dalam rentetan obrolan santai yang terus-menerus dan keheningan yang berulang, perjalanan satu jam dengan mobil pun cepat berlalu.
"Jangan antar, aku masuk sendiri!" ujar Charlize Theron melepas sabuk pengaman, bersiap turun dari mobil.
Yang Chengzhuo mengangguk, mengawasi langkahnya yang menjauh. Setelah melambaikan tangan terakhir kali, ia baru mengemudi kembali ke 1. FC Kaiserslautern sambil memandangi sosoknya yang masuk ke dalam gedung.
Namun tak disadarinya, Charlize Theron yang telah berpaling itu justru menatap lama bayangan mobil yang menghilang, di hatinya terselip penyesalan dan penyesalan yang tak terucap.
"Satu jam tadi... kesempatan emas yang terbuang percuma!" gerutu dalam hati.
"Dasar pengecut!"
……
……
Pada putaran ke-25 Liga, 1. FC Kaiserslautern menghadapi tantangan tandang ke Wolfsburg.
Akibat pengeluaran skuat inti di laga melawan Dynamo Kyiv, tim asuhan Yang Chengzhuo melakukan rotasi pemain dan harus puas dengan hasil imbang 1-1 di kandang lawan.
Bayern Munich yang bermain di kandang sendiri berhasil mengalahkan Schalke 04 dengan skor 1-0, memperlebar selisih skor menjadi 4 poin.
Tiga hari kemudian di putaran ke-26 Liga, Kaiserslautern menghancurkan Nürnberg 4-0 di kandang sendiri, mengakhiri dua hasil imbang beruntun di liga. Namun Bayern Munich juga tak mau kalah dengan mengalahkan Hamburg 2-0 di tandang, mempertahankan keunggulan atas Kaiserslautern.
Empat hari kemudian, Kaiserslautern menghadapi tantangan tandang ke Rostock. Meski kebobolan lebih dulu, mereka berhasil membalikkan skor menjadi 2-1 berkat dua gol Denílson. Sementara Bayern Munich di kandang sendiri dengan pendekatan stabil mencetak gol melalui Élber, Scholl, dan Kuffour, mengalahkan Frankfurt 3-1 dengan Yang Chen kembali mencetak gol.
Usai melawan Rostock, Kaiserslautern tidak punya waktu istirahat panjang dan langsung bergegas menuju tandang untuk menghadapi Dynamo Kyiv.
Memiliki keunggulan kemenangan 2-0 di kandang sendiri, Yang Chengzhuo memilih pendekatan stabil di awal pertandingan ini. Namun Dynamo Kyiv langsung melancarkan Serangan Ganas sejak menit pertama, dan berhasil mencetak gol melalui Shevchenko di menit ke-23.
Gol ini membangkitkan harapan Dynamo Kyiv untuk melakukan pembalikan arah.
Tapi di babak kedua, 1. FC Kaiserslautern melakukan penyesuaian dan membalikkan kelemahan. Terutama Deco yang menggantikan Verón sebagai starter, memberikan dua umpan terobosan mumpuni di tengah medan - masing-masing menghasilkan gol untuk Denílson dan Larsson. Meski Rebrov berhasil menyamakan skor di saat-saat terakhir, pertandingan segera berakhir.
Dengan hasil imbang 2-2 di kandang lawan, 1. FC Kaiserslautern melaju ke babak berikutnya dengan total skor 4-2, mengeliminasi Dynamo Kyiv yang patut dihormati dari Liga Champions.
Seperti dikatakan Lobanovskyi: "Ini harus dianggap sebagai letupan terakhir kegilaan Dynamo Kyiv di Liga Champions!"
Di pertandingan lainnya, Manchester United bermain imbang 1-1 melawan Juventus di kandang sendiri, berhasil mengeliminasi sang wanita tua dengan total skor 4-3, dan akan bertemu Kaiserslautern di final yang akan diselenggarakan di Stadion Camp Nou, Barcelona!
Namun Yang Chengzhuo tidak punya banyak waktu untuk memperhatikan final Liga Champions. Mereka harus segera memangkas selisih 4 poin antara Kaiserslautern dan Bayern München.
Pada laga ke-28 Bundesliga, Kaiserslautern yang bermain sehari lebih awal berhasil mengalahkan Freiburg dengan skor 2-0 di kandang sendiri dengan mudah.
Usai pertandingan, dalam konferensi pers pasca-pertandingan, Yang Chengzhuo menekankan perhatiannya pada Derby München saat diwawancarai wartawan. Menurutnya, München 1860 bisa bertahan dari degradasi dengan syarat memiliki keberanian dan keteguhan hati untuk menenggelamkan perahu.
“Saya sama sekali tidak meragukan tim ini bisa bertahan dari degradasi, karena mereka pantas tetap di Bundesliga. Tapi masalahnya, mereka sepertinya kurang keberanian dan keteguhan. Saya yakin Derby München besok akan menjadi titik balik. Jika menang, mereka akan mendapatkan keuntungan dalam pertarungan bertahan. Jika kalah, mungkin mereka akan disamakan degradasi!”
Setelah itu, Yang Chengzhuo secara aktif memberikan perencanaan strategi untuk München 1860.
“Menurut saya, München 1860 yang bertarung di kandang sendiri harus bermain lebih agresif. Pertahanan Bayern München punya banyak masalah, terutama di area bek tengah. Mereka bisa memainkan strategi di zona ini. Mereka memiliki kekuatan untuk mengalahkan Bayern!”
