Di aula konferensi pers Stadion Alpine, para wartawan berkerumun.
Melissa Theriot dan asistennya duduk tenang di antara kerumunan. Wartawan cantik asal Prancis ini menyapu setiap wajah asing di ruangan itu dengan matanya yang elok nan penuh makna, mencoba membaca berbagai ekspresi.
Ada yang frustasi, ada yang cemas, ada yang menyesal, ada yang...
Ini membuatnya tertarik, sekaligus semakin penasaran: ekspresi apa yang akan ditunjukkan para wartawan ini saat Dia datang nanti?
Akankah mereka bersatu menyangkal? Atau benar-benar memenuhi janji untuk meminta maaf seperti kesepakatan sebelumnya?
Seluruh Italia, hampir 40 koran berpengaruh secara bersamaan memuat pengumuman permintaan maaf, ini memang patut dianggap sebagai peristiwa besar belum pernah terjadi sebelumnya dalam dunia jurnalistik Italia?
Pasti kabar tentang insiden ini akan menyebar ke seluruh dunia!
Melissa tak bisa menahan tawa setiap kali teringat ekspresi licik Yang Chengzhuo yang berhasil memenangkan bid-nya dulu.
Dibandingkan si licik itu, para wartawan Italia ini masih terlalu polos!
Mayoritas wartawan di lokasi terlihat dilanda kekhawatiran, mereka berkumpul berbisik-bisik dengan nuansa "sama-sama dalam penderitaan". Kesimpulan penghiburan diri mereka: Yang Chengzhuo seharusnya tidak berani benar-benar memaksa mereka memuat permintaan maaf di koran kan?
Tindakan yang benar-benar membuat perseteruan dengan wartawan ini sama sekali tidak menguntungkan karir kepelatihannya di Inter Milan nanti!
Bukankah orang Tionghoa punya pepatah: "Saat bisa mengampuni, ampunilah"?
Mungkin orang Tionghoa yang satu ini juga memiliki moral mulia seperti itu!
Di tengah keriuhan para hadirin, sebagai pemenang pertandingan ini, Yang Chengzhuo tiba paling awal di aula konferensi pers. Lawannya Ancelotti belum terlihat, namun sebagai pecundang, Si Gendut memang berhak membuat Yang Cheng menunggu.
"Halo, apa kabar semuanya!" seru Yang Cheng sambil tersenyum lebar memasuki ruangan.
Senyum manisnya yang terlihat di mata para wartawan justru memancarkan kepalsuan. Andai saja dia bersikap khidmat, mungkin lebih baik. Namun senyumannya yang dipaksakan itu benar-benar menunjukkan sifat munafik sejati!
Tapi dalam sekejap, kesan para wartawan terhadap Yang Cheng langsung melonjak dari "munafik" menjadi "pengecut sejati"!
"Masih ingat janji kita?" teriak Yang Cheng sambil menarik kursinya dengan kasar.
Seketika wajah mayoritas wartawan di TKP dipenuhi garis hitam kekesalan. Apa perlu dia menyebutkannya di depan umum seperti ini? Jelas-jelas sengaja membuat malu!
"Saya baru saja menelepon untuk memesan koran, total 38 eksemplar. Tak satu pun saya lupa. Besok tim saya libur, tidak ada kegiatan, jadi saya akan di rumah kita baca koran untuk menghibur diri!" Yang Chengzhuo berkata sambil tertawa terbahak-bahak, sama sekali tidak mempertimbangkan perasaan wartawan di bawah.
Para wartawan di bawah panggung langsung tidak bisa duduk diam. Orang ini benar-benar terlalu 'itu'...
"Tuan Yang Cheng, tidak perlu sampai segini kan? Bukankah orang Tionghoa punya pepatah kuno yang berbunyi..." Seorang wartawan berdiri mencoba pamer kemampuan bahasa Mandarinnya, tapi ucapannya terbata-bata.
"Menghajar anjing tercebur!" Yang Chengzhuo tersenyum, "Artinya, terhadap musuh yang sudah kalah, kita sama sekali tidak boleh segan-segan. Karena suatu hari nanti ketika mereka kembali memiliki kekuatan untuk mengalahkanmu, mereka akan tanpa ragu balik menyerang dan mengalahkannya!"
Sampai di sini, wajah Yang Chengzhuo menunjukkan ekspresi sangat tegas, "Karena itu saya berharap besok bisa melihat permintaan maaf kalian semua di koran!"
Seluruh ruangan langsung gempar.
“Tuan Yang Cheng, tahukah Anda, tindakan seperti ini pasti akan membuat Anda berselisih dengan semua rekan pers kami!” seorang lagi berdiri dan mengintimidasi, orang-orang ini benar-benar menyandang kesombongan raja tanpa mahkota.
“Sudah lama berselisih!” Yang Cheng tersenyum dingin, “Bukankah kita sudah bermusuhan sejak kalian gencar menyerang saya dan tim saya? Kalau tidak, mengapa waktu itu kalian begitu bersemangat menginjak-injak kami?”
Sebelum para wartawan menyadari, Yang Cheng menghela nafas panjang, “Saya paham! Rupanya dulu kalian tidak pernah membayangkan akan kalah, jadi bisa semena-mena. Tapi sekarang kalian kalah, ingin mengingkari janji, ya?”
Kerumunan wartawan di bawah langsung terdiam, wajah mereka memerah seperti telur yang direbus.
“Saya tegaskan, sejak kalian tidak berbelas kasihan di awal, seharusnya sudah bersiap mental menghadapi hari ini! Di dunia kompetitif, hutang pasti akan dilunasi!” Tanpa sadar ia mengutip pepatah terkenal.
“Para wartawan di bawah ini langsung geram. Sebagai raja tanpa mahkota, mereka selalu dihormati di mana pun pergi. Kapan pernah dipermalukan seperti ini?”
“Baik, kita pergi!” Seorang Ketua berdiri, menunjuk Yang Chengzhuo, “Kami semua akan pergi! Kamu sendiri saja yang buka konferensi pers!”
“Tidak usah diantar! Tapi jangan lupa pasang pengumuman permintaan maaf!” Yang Chengzhuo terkekeh sambil mengingatkan.
Ini Stadion Alpeni. Batalnya konferensi pers sama sekali tidak berpengaruh pada Yang Chengzhuo.
Para wartawan melototi Yang Chengzhuo dengan geram sebelum akhirnya pergi.
Kepergian mereka diikuti oleh beberapa wartawan lain yang tidak berkepentingan. Akhirnya, di TKP hanya tersisa wartawan media asing. Seluruh ruang konferensi pers terlihat sunyi sepi.
“Sepertinya hari ini batal juga,” Yang Chengzhuo berdiri. Ia pun berniat pergi.
Pembawa acara konferensi pers Juventus berdiri di sana canggung. Dia belum pernah mengalami situasi seperti ini - konferensi pers bahkan belum dimulai, tapi separuh lebih wartawan sudah pergi. Benar-benar tidak tahu apakah pelatih kepala Inter Milan ini sengaja datang untuk mengacau!
Saat Yang Chengzhuo hendak keluar, dia bertemu Ancelotti yang sedang masuk.
Ekspresi Si Gendut An sangat berat, jelas-jelas karena kalah pertandingan dan tekanan yang dihadapinya besar.
"Santai saja, saudaraku. Aku duluan ya!" seru Yang Cheng sambil tersenyum memberinya salam.
Si Gendut An membeku sejenak, memandang bayangan Yang Cheng yang menjauh dengan perasaan campur aduk. Ketika masuk ke ruangan, yang tersisa hanyalah beberapa anggota yang sedang membereskan peralatan.
"Ini masih pantas disebut konferensi pers?" tanya Si Gendut An pada pejabat humas.
Sang pejabat humas mengangkat bahu dengan gerutu. Dia juga tidak tahu harus menjawab apa!
……
……
Perjalanan 150 kilometer ditempuh dalam waktu sedikit lebih dari satu jam sebelum akhirnya tiba kembali di kota Milan.
"Menang pertandingan, suasana seluruh tim pun membaik. Di dalam bus tim, para pemain tidak lagi merasakan ketegangan seperti sebelumnya, satu per satu terlihat lebih santai."
"Inilah efek dari memenangkan pertandingan krusial!"
"Terkadang, satu pertandingan seperti ini cukup untuk menyelamatkan tim yang hampir mencapai keruntuhan!"
"Yang Chengzhuo duduk di bagian depan bus, berpura-pura tidur dengan mata tertutup. Sebenarnya dalam hatinya sedang bergembira, tak tahu pemandangan apa yang akan disaksikannya besok pagi? Apakah para wartawan akan memenuhi janji memuat permintaan maaf dan pencerahan di koran?"
"Yang Cheng!" Facchetti yang memimpin keberangkatan duduk di dekatnya, mendekat dengan ekspresi muram seperti menanggung dendam kesumat, "Kali ini kamu benar-benar berniat berkonfrontasi dengan para wartawan itu?"
"Yang Chengzhuo membuka mata, "Ada masalah? Kamu mendapat tekanan?"
"Facchetti merasa orang Tionghoa ini bukan sepenuhnya sembarangan. Ia mengangguk, "Ada beberapa orang yang meneleponku."
"Mereka bilang apa?" tanya Yang Chengzhuo.
“Jangan kita menekan terlalu keras, dapat keuntungan lalu berhenti!”
“Tahu kapan harus berhenti?” Yang Chengzhuo menyeringding, “Dulu mengapa mereka tidak berpikir untuk tahu kapan berhenti?”
Facchetti menghadapi pertanyaan balik ini, benar-benar bingung mencari jawaban.
“Giacinto, kali ini bukan aku yang ingin bersikap keras. Tapi sebelumnya mereka menginjak kita terlalu kejam! Saat itu aku benar-benar merasa seluruh alam semesta memusuhi Inter Milan. Seolah kita berdiri telanjang di Alun-Alun Kerajaan Milan, setiap pejalan kaki bisa meludahi kita! Aku pikir langit akan runtuh!”
Meski Facchetti juga pernah merasakan sebagian, tapi tak sedalam pengalaman Yang Chengzhuo.
“Apakah dulu mereka pernah berpikir untuk berhenti? Berani tidak kau katakan, serangan mereka waktu itu tanpa pamrih? Berani tidak kau jamin, mereka tak akan lagi menyerang Inter Milan di masa depan?”
Menghadapi rentetan pertanyaan menantang ini, Facchetti benar-benar tak bisa menjawab.
"Jangan menganggap para wartawan itu terlalu mulia. Pada dasarnya mereka juga manusia yang digerakkan oleh kepentingan. Sekarang mereka enggan kehilangan muka, makanya berbicara baik-baik. Tapi nanti jika kita kalah lagi satu pertandingan, mereka akan menagih aib hari ini dengan bunga berbunga! Begitulah wajah asli mereka!"
Sejujurnya, Yang Cheng sangat memandang rendah gaya bertindak beberapa koran. Karena mereka tak pernah punya posisi teguh—oh, mungkin ada, tapi pasti menempel pada kekuatan tertentu untuk eksis.
"Giacinto, dulu Inter Milan terlalu polos, tak mengerti kekuatan dan mempertahankan pendapat dengan alasan kuat. Makanya dianggap bulan-bulanan yang bisa diusap-usap sesuka hati. Jika kita ingin kembali menjadi keluarga elit, kita harus punya harga diri dan martabat layaknya elit. Jika kita sendiri tak menghormati diri, bagaimana orang lain akan menghormati kita?"
"Jujur saja, sejak Moratti mengambil alih Inter Milan, sifat tim ini—karena hubungan dengan 'ayah' Moratti—telah berubah menjadi persis seperti karakter sang ayah. Dan sifat tim ini langsung tercermin di lapangan hijau."
"Sekarang Yang Chengzhuo ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mengubah total situasi tersebut, membentuk kembali sifat asli Inter Milan!"
"Jalan ini sangat terjal, karena harus seorang diri melawan seluruh media Italia. Tapi dia rela, karena inilah karakter Yang Chengzhuo—cara dia membalas kepercayaan Moratti dan Facchetti!"
"Facchetti membuka bibir hendak bicara, tapi segera menggelengkan kepala sambil berdesah, 'Mungkin kau benar!'"
"'Giacinto, yang ingin kukatakan adalah Inter Milan benar-benar tak bisa kehilangan hak suara. Kita harus punya saluran komunikasi sendiri. Sekarang koran sudah dikontrol orang lain—kita disakiti tapi tak punya tempat klarifikasi atau pelampiasan. Ini sulit dipercaya!'"
“Dari peristiwa ini kamu juga lihat, fans biasa sangat mudah terpengaruh media. Mereka tidak akan menghiraukan apakah kamu punya alasan sulit atau rencana tertentu. Mereka hanya akan mengikuti media. Media bilang jelek, mereka menyerang. Media bilang bagus, mereka mengagung-agungkan. Ini tidak boleh! Ini sama saja menyerahkan kehormatan kita ke tangan orang lain!”
Facchetti yang sudah lama merasakan hal ini pun menggelengkan kepala sambil tersenyum pahit: "Aku juga paham, tapi media-media besar punya keberpihakan. Kita tidak bisa berbuat apa-apa!"
"Kalau begitu kejar koran dengan pengaruh lebih kecil. Jadikan mereka media kiblat Inter Milan, beri mereka sumber daya, bantu mereka berkembang. Tak perlu jauh-jauh, cukup kembangkan pengaruh di sekitar kota Milan. Nanti kita punya senjata untuk serangan balik!"
"Hmm, aku akan bernegosiasi dengan Ketua. Seharusnya boleh dilaksanakan!" Mata Facchetti berbinar mendengar ide ini.
Milan tidak kekurangan koran. Selain koran besar seperti Gazzetta dello Sport, banyak juga koran kecil. Jika bisa memilih beberapa untuk diajak bekerja sama, terutama yang bisa dikembangkan, Inter Milan takkan lagi sepasif sekarang.
"Kerja bagus!" desah panjang Yang Chengzhuo sambil menepuk bahu Facchetti sebagai dorongan.
Sudah diduganya posisi pelatih kepala Inter Milan sulit, tapi tak menyangka akan sememilukan ini. Sungguh penderitaan yang luar biasa!
……
……
Begitu bus tim keluar dari jalan keluar tol, sopir langsung melihat deretan kendaraan berjajar rapi di bahu jalan.
Ada bus, ada juga mobil pribadi. Di samping setiap kendaraan, semuanya berdiri orang-orang. Begitu bus Inter Milan terlihat mendekat, sorak-sorai gegap gempita langsung bergemuruh.
Keributan ini langsung terprovokasi oleh Yang Cheng dan Facchetti di dalam bus. Para pemain pun mulai memperhatikan ke arah sini.
Bus tim tidak berhenti, tetap melaju perlahan ke depan. Sementara itu, kendaraan-kendaraan yang parkir di jalur parkir segera keluar dan mengikuti di belakang bus tim.
"Mereka ingin apa?" Yang Chengzhuo menoleh ke belakang dengan wajah bingung.
"Kurasa mereka ingin menyambut kedatangan tim!" Facchetti tersenyum.
Disambut bak pahlawan oleh fans seperti ini - bukanlah yang bisa didapat sembarangan pelatih kepala.
Bus tim akhirnya tiba di Hotel Milan. Selama masa renovasi markas Pinetina, seluruh jadwal pertandingan Inter Milan diatur di sini. Para pemain wajib berkumpul lebih awal untuk makan bersama dan beristirahat sebelum pertandingan.
Begitu bus tim berhenti, sekeliling lokasi sudah dipadati setidaknya seribu lebih fans Inter Milan.
"Sang Kaisar!! Sang Kaisar!!!" Andrea menerobos kerumunan sambil berteriak kencang.
"SANG KAISAR!!!! SANG KAISAR!!!!!" Sorak fans-fans lain seketika menyambut.
Gempita semangat itu sungguh tak terkira, terutama ketika fans yang buru-buru menarik spanduk elang yang terlihat sangat berlebihan, semua pendukung pun meledakkan sorak-sorai gegap gempita.
Yang Chengzhuo terkejut, menatap Facchetti yang menggelengkan kepala, menandakan semua gerakan ini bukan hasil rekayasanya.
"Tapi jelas, mereka semua datang untukmu!" Facchetti memandangi Yang Chengzhuo dengan penuh pujian.
Orang Tionghoa itu hampir tak percaya memandangi kerumunan di depannya. Sebelum tim berangkat, merekalah yang mengantar, kini mereka pula yang menyambut kepulangan tim. Isi hati ini membuat Yang Chengzhuo tersentuh.
"Sang Kaisar, selamat datang kembali dalam kemenangan!" Andrea menerobos kerumunan.
Yang Chengzhuo mengenalinya - pria yang dulu dia minta menunggu di sini. "Kalian menunggu di sini sejak tadi?"
"Ya, kami menonton pertandingan di bar sekitar. Kami menang!" Andrea mengacungkan tangan dan berseru lantang.
TKP langsung bergemuruh lagi dengan sorak-sorai gegap gempita, fans Inter Milan terlihat sangat bersemangat.
"Saat menonton pertandingan tadi, kita sudah sepakat memutuskan mulai hari ini kita akan mendirikan asosiasi fans bernama Ksatria Santo Roh. Dengan lambang elang sebagai tanda pengenal, kami mewakili tim Sang Kaisar. Misi kami adalah melindungi Sang Kaisar, kami adalah pasukan pengawal Sang Kaisar, Tidak?"
"Benar!" Sorak-sorai menggemakan ucapan Andrea.
"Saat ini anggota kita baru 800-an orang, tapi kami akan segera menyebarkan informasi ini. Kami akan mengumpulkan lebih banyak rekan sejalan melalui internet, aku yakin pasti akan semakin banyak fans yang bergabung dengan organisasi kita!" Andrea terlihat sangat bersemangat.
"Kami ingin melalui cara ini, dengan aksi dalam kemampuan kita, untuk memberitahu Sang Kaisar: Kamu takkan pernah sendirian! Kamu takkan pernah terisolasi! Karena di belakangmu ada kami yang akan selalu melindungimu!"
Andrea berbicara dengan penuh semangat, sementara Yang Chengzhuo yang mendengarkan merasa terharu hingga hidungnya terasa asam.
Para anggota ini sungguh... terlalu menggemaskan!
Facchetti, Bergomi, dan lainnya menyaksikan semua ini. Beberapa pemain mulai iri dengan popularitas Yang Chengzhuo yang ternyata mampu mendorong fans membentuk organisasi suporter secara spontan. Kabar ini akan sangat meningkatkan status Yang Chengzhuo di hati fans Inter Milan.
Pemain yang sebelumnya kurang yakin dengan Yang Chengzhuo, kini melihat suasana ini mulai mengevaluasi ulang pelatih mereka.
Kemenangan 3-0 atas Juventus di kandang lawan telah membuat Yang Chengzhuo mantap berdiri di Inter Milan. Jika mampu memenangkan dua pertandingan berikutnya melawan AC Milan dan Lazio, dia pasti akan menjadi primadona fans Nerazzurri.
Siapa pun yang melawannya sekarang akan dianggap sebagai pendosa bagi Inter Milan!
“Aku……” Yang Chengzhuo baru hendak berbicara, namun suaranya terisak.
Fans tampak tidak tertib, teriakan mereka silih berganti, tetapi setelah Yang Cheng melambaikan tangan, mereka seketika diam.
“Aku sangat berterima kasih atas kasih sayang kalian. Aku merasa terhormat sekali. Aku bisa memastikan, akan kugunakan segala tenagaku untuk memimpin tim ini menuju kecemerlangan. Mengalahkan Juventus hanyalah permulaan. Di aliran waktu yang akan datang, aku pasti akan berusaha maksimal membawa lebih banyak penghargaan dan kegembiraan sejati bagi semua fans Inter Milan.”
“Inilah caraku, Yang Chengzhuo, membalas jasa kalian!”
Begitu ucapan Yang Cheng berakhir, fans Inter Milan di TKP langsung bersorak gegap gempita. Teriakan “Kaisar! Kaisar!” bergema tak henti, lama tak bisa mereda. Jelas pidato singkatnya telah membawa keharuan yang luar biasa bagi mereka.
Andrea menatap wajah masam Yang Chengzhuo, di hatinya juga penuh semangat. Tiba-tiba ia merasa betapa bijaksananya keputusan dadakannya, karena mungkin mereka sedang menyaksikan kelahiran era besar Inter Milan!
Yang Chengzhuo memandang fans di hadapannya, dalam hati bersumpah: Sama sekali tidak boleh mengecewakan kelompok fans ini!
Ia tahu saat ini Inter Milan masih punya banyak masalah, masih ada kesulitan besar. Tapi semua ini di hadapan fans yang bersemangat ini, bukan lagi persoalan.
Saat ini dirinya lebih yakin dari sebelumnya, karena Andrea benar - ia bukan lagi seorang diri. Di belakangnya ada ratusan, ribuan, bahkan mungkin puluhan ribu fans Ksatria Santo Roh. Kehadiran mereka semata untuk melindungi Sang Kaisar.
Tapi tak disangkal, Yang Chengzhuo masih meremehkan daya tariknya sendiri!
