“Ini adalah pertandingan penentu masalah utama!”
Di ruang ganti tim tamu Stadion San Siro, suara lantang Yang Chengzhuo bergema.
Setiap kali seperti ini, setiap kali para pemain akan melangkah ke medan pertempuran, mereka selalu berharap bisa mendengar pidato mobilisasi yang berapi-api dari pelatih kepala, mereka selalu ingin merasakan keyakinan dan kehendak yang dipancarkan dari diri sang pelatih.
"Kami terlambat satu hari bertanding, Roma, Lazio dan Juventus semua menang, sekarang tekanan sepenuhnya ada di pihak kita. Ini penilaian situasi dari dunia luar, tapi benarkah demikian?"
"Hmm?" Yang Chengzhuo berjalan di ruang ganti yang hening, sunyi sampai hanya bisa mendengar gaung suaranya sendiri.
Tidak ada yang menjawabnya, semua hanya mendengarkan dengan khidmat sambil diam-diam membangun emosi.
Ini adalah permintaan Yang Chengzhuo kepada mereka di ruang ganti: setiap orang harus membawa keberanian pertempuran pamungkas ke lapangan hijau, setelah itu mereka harus meninggalkan semua beban di hati, berjuang mati-matian demi satu target.
Itulah kemenangan!
“Apa yang disebut tekanan?” Yang Chengzhuo mengeraskan suaranya, “Siapa di antara kalian yang bisa menjawabku, apa arti tekanan?”
“Kita hidup di alam semesta yang penuh tekanan setiap saat. Kita semua punya orang tua, saudara kandung, keluarga. Kita harus bekerja keras untuk menghidupi keluarga, merawat orang terkasih, membuat hidup mereka lebih baik. Kapan saja di mana saja kita takut kehilangan pekerjaan, rumah kehilikan sumber penghidupan – inilah tekanan!”
“Dewasa punya tekanan, apakah remaja tidak? Orangtua mengharapkan nilai akademik lebih baik, bisa masuk universitas ternama, memperoleh beasiswa lebih tinggi, mendapat pekerjaan bagus setelah lulus – bukankah harapan ini juga tekanan?”
"Aku bisa beri tahu kalian, setiap orang yang hidup di dunia ini pasti menghadapi berbagai macam tekanan. Tidak ada satu pun yang bisa hidup tanpa tekanan! Jadi menurutku, tekanan itu bagaikan jaring raksasa penuh lubang permata. Sekali diguncang, yang tersingkir adalah si tidak berguna, tersisalah para jantan dan pahlawan!"
"Lapangan sepakbola adalah medan pertempuran para jantan, tempat khusus melahirkan pahlawan! Jika kalian tak tahan tekanan, pasti kalian yang akan tersingkir! Tapi sebaliknya, jika bisa bertahan dengan tekanan, kalianlah sang pahlawan!"
"Di luar sana ribuan fans Inter Milan mengawasi ketat stadion ini. Seluruh jagat menyoroti lapangan rumput ini. Setiap gerak-gerik kalian akan diperbesar, disebarkan, dipublikasikan ke seluruh penjuru dunia. Biarkan mereka menilai - apakah kalian si pecundang atau sang pahlawan sejati!"
“Dalam situasi seperti ini, penilaianku pada kalian tidak berguna; penilaian komentator pada kalian tidak berguna; penilaian para ahli pun tidak berguna! Satu-satunya yang berguna adalah bagaimana performa kalian di lapangan meyakinkan alam semesta, memberitahu alam semesta bahwa kalian adalah jantan, adalah pahlawan!”
“Ini adalah dunia seleksi alam dimana yang kuat bertahan dan yang lemah binasa. Begitu kalian memilih jalan sepakbola ini, tidak ada jalan mundur. Kalian harus terus maju selamanya sampai suatu hari kaki tak lagi sanggup menendang, barulah bisa meninggalkan panggung ini.”
“Kelak, apakah kalian akan jadi pahlawan? Atau beruang pengecut? Hak penentuan bukan ada di kita, melainkan di diri kalian sendiri!”
“Jika kalian berharap saat akan meninggalkan panggung ini, semua fans sepakbola mengacungkan jempol sambil memuji ‘jantan, pahlawan’, maka kalian harus menukarnya dengan pertandingan sengit demi pertandingan sengit, menanggung tekanan demi tekanan, melalui usaha dan perjuangan habis-habisan!”
“Jika tidak, kalian ditakdirkan hanya menjadi... beruang pengecut!”
"Apa kalian ingin menjadi pahlawan? Atau berubah jadi beruang pengecut? Pilihan ada di diri kalian sendiri!"
Yang Chengzhuo perlahan membuka pintu ruang ganti. Segala gerakan dari luar langsung curah masuk tanpa sisa ke dalam ruangan ini.
Terlihat para pemain Inter Milan menggigit gigi dengan gigih. Bergomi sebagai orang pertama bangkit dari bangku, mengaum keras lalu memimpin langkah keluar ruang ganti.
Diikuti Nedvěd, Van Nistelrooy, Lúcio...
Satu per satu, dengan teriakan penuh semangat, para pemain berjalan tegas meninggalkan ruang ganti menuju lapangan hijau!
……
……
Lineup pembuka kedua tim tak menunjukkan kejutan berarti.
Sebenarnya dalam lomba penentu seperti ini, baik Yang Chengzhuo maupun Zaccheroni sama-sama tak melakukan variasi taktik. Kedua kubu yang saling mengenal ini hanya bisa mengandalkan kekuatan nyata dan kepiawaian strategi di lapangan.
Yang Chengzhuo bertekad untuk merebut pertandingan ini karena AS Roma, Lazio, dan Juventus telah memenangkan pertandingan sebelumnya. Inter Milan harus mengalahkan lawan agar tetap mempertahankan posisi pemuncak klasemen.
Namun Zaccheroni juga tidak ingin kalah. Jika timnya memenangkan pertandingan ini, merekalah yang akan menjadi pemuncak klasemen. Sebelum pertandingan, Berlusconi dan Galliani telah mengeluarkan perintah "Bunuh", menuntut kemenangan atas Inter Milan di kandang sendiri.
Kedua tim seperti sedang melakukan pertahanan di Sungai Mati - tidak ada yang mau menyerah!
Tapi seiring dimulainya pertandingan, Yang Chengzhuo mulai menyadari sesuatu yang tidak beres.
……
……
"Emerson di belakang melakukan passing bolak-balik dengan Simon, menggiring beberapa langkah ke depan, lalu mengoper ke Robert Baggio. Tanpa berlama-lama memegang bola, Baggio langsung mengalihkan operan ke Nedvěd yang menerobos di sebelah kiri. Pemain asal Ceko itu memanfaatkan momentum untuk memberikan umpan lambung..."
"Cantik! Ronaldo menarik bek ke kiri lalu menguasai bola, melawan offside..."
Ucapan belum selesai, wasit langsung membunyikan peluit Biiip～.
Hakim garis tanpa keraguan mengangkat bendera offside, memberi isyarat sprint Ronaldo adalah pelanggaran posisi.
"Ini offside?" Komentator di TKP terdengar bingung, "Sangat jelas saat Ronaldo mulai berlari, Costa Curta masih di posisi terbelakang. Seharusnya ini adalah contoh melawan offside yang brilian, jelas-jalus keputusan wasit yang salah!"
"Haha, mungkin wasit masih dalam fase pemanasan, ketajaman matanya belum optimal!"
"AC Milan melakukan tendangan bebas, Lúcio menerobos ke depan memperebutkan bola udara dengan Bierhoff..."
Biiip～～ Wasit kembali membunyikan peluit, menandakan Lúcio melakukan foul saat duel udara!
AC Milan mendapatkan kesempatan tendangan bebas sekitar 35 meter di depan wilayah terlarang, Albertini berdiri tegak di titik penalti.
Meski tendangan daun berguguran khas gelandang bertahan Italia itu sangat menonjol, jarak yang cukup jauh membuat Buffon dengan mudah menangkap bola.
Formasi Inter Milan segera bubar bagai gelombang. Panucci yang mendapat lemparan tangan Buffon langsung menyusup dari sayap kanan, lalu memberikan operan ke Baggio. Yang terakhir ini menarik diri ke sisi kanan untuk menyambut, namun dihadang marking ketat Paolo Maldini sehingga terpaksa mengembalikan umpan.
Simeone dan Gattuso mulai menekan. Yang terakhir melakukan aksi tarik baju, tapi Simeone berhasil mengelabui dan langsung menggiring bola maju. Namun tepat di saat itu, wasit kembali membunyikan peluit.
Pelanggaran!
Kali ini Gattuso yang bersalah!
……
……
"CTMD, dia ngerti nggak sih prinsip keuntungan serangan?!" teriak Yang Chengzhuo di pinggir lapangan sambil menggigit bibir marah.
Setelah Simeone melewati Gattuso tadi, Ronaldo dan Van Nistelrooy sudah siap sprint. Cukup dengan majunya Simeone, Inter akan langsung membentuk situasi 3 lawan 2 - peluang emas bagi Nerazzurri.
Tapi wasit malah meniup peluit pelanggaran saat itu juga, dengan gemilang menghentikan serangan Inter Milan!
"Yang Chengzhuo, situasinya sepertinya tidak beres!" Paulus Bayer juga mulai menyadarinya.
Dari keputusan wasit utama selama beberapa menit pertama pertandingan ini, meski secara situasi pertandingan sulit dikatakan memihak - toh ada pelanggaran untuk Inter Milan maupun AC Milan - tapi sebenarnya dengan sedikit analisis, ketidakwajaran langsung terasa.
Wasit yang berpihak secara cerdik benar-benar tak akan memberikan penalti atau kartu merah kecuali dalam kondisi terpaksa, mereka akan memilih timing yang tepat.
Ada pepatah yang tepat: Ujian sebenarnya kekuatan tim terletak pada momen pergantian serangan dan pertahanan, sedangkan untuk menilai apakah wasit memihak, lihatlah keputusannya saat transisi tersebut terjadi antara kedua tim.
"Memberikan titik penalti atau bintang top adalah jurus rendahan. Senjata pamungkas yang sesungguhnya adalah seperti tadi—seharusnya prinsip keuntungan serangan berlaku, tapi wasit malah bersikukuh meniup peluit pelanggaran AC Milan, dengan gemilang memotong serangan Inter Milan, membuat kalian kehilangan momen emas mencetak gol spektakuler."
"Hmm, perhatikan lagi!" nada bicara Yang Chengzhuo mulai menunjukkan ketidakpuasan.
Musim ini Inter Milan memang pernah mengalami keputusan salah, namun sebagai tim ofensif aktif, secara alamiah kami menduduki posisi strategis dalam keputusan wasit. Tapi di pertandingan ini jelas berbeda—lawan sengaja ingin mengacaukan irama serangan Inter Milan.
Hal ini terbukti dari peluit wasit yang terus berbunyi silih berganti sepanjang pertandingan.
Kekuatan utama tim Yang Chengzhuo terletak pada serangan lincah. Begitu menemukan celah pertahanan lawan, kecepatan langsung ditingkatkan, dihantam habis-habisan sampai lawan tak berdaya membalas, dihantam sampai runtuh.
Tapi saat ini tindakan wasit justru menghentikan perlawanan Inter Milan.
Kondisi di lapangan berubah menjadi situasi: Saat AC Milan menyerang Inter Milan, wasit sama sekali tidak menghiraukan bahkan beberapa pelanggaran kecil. Namun begitu Inter Milan bersiap melakukan serangan balik atau mencoba melawan, bahkan jika ada sedikit celah sekalipun, wasit akan tanpa ragu meniup peluit, memutus irama serangan Inter Milan, membuat tinju yang sudah siap diayunkan terpaksa berhenti di langit.
Kegelisahan akibat tidak bisa melawan ini tidak hanya menyiksa para pemain di lapangan, tapi juga menyiksa Yang Chengzhuo yang berada di pinggir lapangan.
"Jika dia langsung memberi mereka tendangan penalti atau memberi kami bintang top, mungkin aku masih bisa menerima. Tapi..." kata Yang Chengzhuo yang semakin marah seiring berjalannya pertandingan.
"Cara wasit memimpin pertandingan ini sangat sulit ditemukan cela, karena tidak ada keberpihakan yang mencolok. Bahkan jika ingin memprotes, tidak tahu harus mulai dari mana. Terutama setiap kali dia meniup peluit, selalu ada beberapa alasan yang bisa dikemukakan."
"Ini seperti dipaksa menelan kerugian dalam diam sementara harus memuji-muji mereka!"
Menghadapi situasi seperti ini, sebagai pelatih kepala, Yang Chengzhuo benar-benar tidak bisa berbuat banyak.
Melihat Inter Milan terus menyerang namun tidak membuahkan hasil, Yang Chengzhuo mengayunkan tangannya, segera memerintahkan pemain untuk tidak terlalu agresif. Sedikit mundur, pertahankan posisi terlebih dahulu!
……
……
Setelah Baggio mendapat isyarat dari Yang Chengzhuo untuk mundur, dalam hatinya ia paham strategi pelatih. Memanfaatkan kesempatan, ia maju mendekati area depan.
"Rudi, Bos menyuruhku mengingatkanmu: Perhatikan posisi Ambrosini dan Costa Curta!"
Ucapan ini mungkin terdengar biasa bagi orang lain, tapi bagi Van Nistelrooy mengandung makna yang sangat jelas dan gamblang.
Dalam latihan, Yang Chengzhuo paling sering menekankan konsep jarak dan ruang saat pemain bergerak.
Serangan bertujuan memperluas, membuka, dan menciptakan ruang, sementara pertahanan adalah kebalikannya.
Kini Yang Chengzhuo telah menstabilkan tiga garis utama tim dengan mundur teratur, jelas memberi ruang dan kesempatan lebih bagi pemain depan.
Sedangkan jarak, yang ditargetkan adalah celah antar-pemain pertahanan lawan.
Van Nistelrooy langsung mengangguk paham setelah mendengar penjelasan tersebut.
Baggio justru mundur lebih dalam untuk menghubungkan lini tengah-depan Inter Milan, menyisakan Van Nistelrooy dan Ronaldo di depan yang bertugas melakukan gangguan dan tekanan di area depan.
Meski Van Nistelrooy terlihat sibuk berlari-lari mengganggu, sebenarnya dia sedang mengkalkulasi jarak antar-pemain pertahanan AC Milan - terutama bek tengah Costa Curta dan Ambrosini yang diperkirakan mencapai 15 meter bahkan lebih.
Temuannya segera dia sampaikan ke Ronaldo yang langsung menangkap maksud strategi ini.
Keduanya serentak menatap Yang Chengzhuo, yang terakhir menggerakkan kedua tangannya dengan gerakan berotasi, memberi isyarat untuk melakukan pertukaran posisi dan penyusupan.
3 menit kemudian, Inter Milan merebut bola di belakang, bola segera sampai di kaki Baggio, namun pemain Italia itu mendapat gangguan dari Gattuso sehingga langsung mengirimkannya ke depan.
Ronaldo tiba-tiba mundur mengambil bola lalu berbalik menghadap ke depan.
Van Nistelrooy berada di posisi paling depan, sementara Ambrosini dan Costa Curta mengawasinya secara diagonal - yang pertama juga mulai mendekati posisi Ronaldo.
Hanya dengan satu pandangan, Ronaldo langsung menggiring bola maju sementara Van Nistelrooy secara bersamaan mundur ke belakang.
Aksi keduanya sama-sama gesit, dalam sekejap memicu kekacauan sementara di garis pertahanan AC Milan.
Ronaldo dengan cepat mengoper bola melintang, Van Nistelrooy yang mundur mengambil bola membuat Costa Curta dan Ambrosini sama-sama terkejut, langsung menekan untuk membekukan Van Nistelrooy. Namun karena Van Nistelrooy mundur tiba-tiba, Costa Curta di belakang agak tertinggal, sementara Ambrosini yang melihat Ronaldo menerobos ke depan menjadi ragu-ragu. Meski langsung menekan Van Nistelrooy, terciptalah selisih waktu.
Taktik penyusupan dan pergerakan Inter Milan ini memang mengandalkan selisih waktu!
Saat Van Nistelrooy mundur mengambil bola, Ronaldo yang tak membawa bola sudah menerjang ke belakang Costa Curta dengan kecepatan maksimal. Karena Ambrosini dan Costa Curta gagal menempel tepat waktu, Van Nistelrooy berbalik badan dan langsung mengirimkan bola ke sisi kiri belakang Costa Curta.
Paolo Maldini mati-matian berusaha menutup celah, tapi Ronaldo mempercepat langkah dan dengan gemilang menghindari Maldini. Masuk ke wilayah terlarang, langsung melepaskan tembakan rendah.
Bola nyaris menempel armor, menggelinding dari sisi kiri penjaga gerbang Abbiati masuk ke gawang. Abbiati melakukan persiapan membebaskan diri, namun terlambat, hanya bisa menyaksikan bola masuk jaring!
0：1！
"Cantik! Ini gol yang tak terbantahkan!"
"Van Nistelrooy dan Ronaldo menunjukkan keharmonisan tak terucap dalam koordinasi mereka, terutama dalam pergerakan fleksibel saling silang. Van Nistelrooy membuat ruang kosong untuk Ronaldo yang dengan Keselarasan Batin langsung menyambar ke celah itu, seolah di hatinya yakin Van Nistelrooy pasti bisa mengoper keluar!"
"Ini adalah gol yang penuh imajinasi dan percikan api gairah dari dua striker!"
Yang Chengzhuo di pinggir lapangan melompat gembira melihat Ronaldo mencetak gol.
"Lihat! Lihat! Kita mencetak gol!" Dia menoleh ke tribun fans AC Milan sambil mengaum marah, meluapkan rasa protes dalam hatinya.
Terutama ketika timnya masih bisa terus mencetak gol di tengah keberpihakan wasit, hal ini cukup membuatnya merasa terharu dan bangga.
Suporter AC Milan di tribun langsung membalas provokasi pelatih kepala ini dengan raungan dan geraman menggelegar, saputangan kertas dan sampah tak berguna beterbangan. Tapi Yang Chengzhuo tetap berdiri tak gentar, tidak hanya memberi isyarat membungkam dengan suara "ssst" ke arah tribun penonton, tetapi juga melakukan gerakan membuka tangan lebar-lebar ke podium ketua.
Sikapnya seolah sedang mempertanyakan lawan di podium ketua, "Bahkan dengan wasit yang memihak kalian, So what?"
Aksi provokatifnya ini langsung memicu amuk massa suporter. Seluruh Stadion San Siro bagai lautan luas amarah, nyaris ingin menelan hidup-hidup Yang Chengzhuo.
……
……
Di podium ketua, Berlusconi dan Galliani sama-sama melihat gestur Yang Chengzuo. Meski gestur itu tidak menyebut nama spesifik, mereka tahu pasti ditujukan untuk mereka.
Pelatih kepala muda ini sejak tiba di Serie A menunjukkan ambisi tak terbendung. Memimpin Inter Milan bangkit dengan dominasi, telah mengancam kepentingan Sekutu Suci, terutama dalam perebutan gelar juara.
Jika AC Milan tidak bisa mencapai tahap ini di musim ini mungkin masih bisa dimaafkan. Tapi sekarang ini pertarungan juara dan pemuncak klasemen, tidak boleh ada yang boleh lengah.
"Apakah Zaccheroni masih kompeten?" gertak Berlusconi dengan suara berat. "Kalau tidak, segera usir dia dengan hina!"
Galliani menghela napas. "Pelatih bagus sekarang langka. Zaccheroni jelas pelatih yang kompeten. Sebelum dapat menghubungi pelatih lebih baik, menurutku dia pilihan terbaik kita!"
“Pilihan terbaik？”Berlusconi benar-benar marah，“Pilihan terbaik justru membuat kita menyaksikan lawan memamerkan kesombongan mereka di kandang sendiri？Pilihan terbaik membiarkan lawan merayakan gol mereka di depan mata semua orang？Inikah yang kamu sebut pilihan terbaik？”
Galliani tahu watak Berlusconi. Begitu amarahnya menyembur, sulit menerima masukan. Diam seribu bahasa selama dua menit, akhirnya menghela napas dalam: "Sepakbola, pada akhirnya bicara tentang kekuatan!"
Berlusconi tentu paham maksud Galliani. Mengangguk lalu berdesah: "Kembali nanti keluarkan daftar transfer, akan kulihat!"
Galliani segera mengangguk setuju. Dia tahu Berlusconi akhirnya memutuskan untuk menanamkan modal lagi ke tim.
Musim ini pembelian Andriy Shevchenko menghabiskan banyak uang, menyebabkan intensitas rekrutmen AC Milan di lini lain tidak memadai, contohnya di pertahanan dan area tengah. Kini Berlusconi memutuskan untuk meningkatkan intensitas rekrutmen, maka dua posisi ini harus dikuatkan.
Untuk posisi-posisi ini, Galliani sudah memiliki kandidat yang cocok termasuk Francesco Totti dan Rui Costa, namun para pemain ini diawasi ketat oleh Inter Milan yang sialan.
"Sang Kaisar..." Galliani tersenyum pahit, orang ini memang telah membawakan banyak momen menyakitkan, tapi...
"Serie A tidak sesederhana yang kamu bayangkan!"
