21 Januari, Stadion San Siro hari ini milik warna merah-hitam, karena malam ini merupakan kandang sendiri AC Milan.
Saat Yang Chengzhuo memimpin tim keluar dari saluran pemain, seluruh Stadion San Siro langsung diselimuti siulan penonton.
Ini adalah Derby Milan, meskipun musim ini performa AC Milan agak menurun sementara Inter Milan menunjukkan kekuatan yang menonjol dan sempat memuncaki papan poin, namun tetap tak bisa mengubah realitas permusuhan kedua tim saat ini.
Pertandingan Derby, lomba yang lepas dari lingkup kompetisi Liga!
AC Milan memainkan formasi 3412 dalam pertandingan ini. Penjaga gawang adalah Abbiati, lini belakang terdiri dari Maldini, Costa Curta, dan Kaladze. Lini tengah diisi Ambrosini, Gattuso, Albertini, dan Coco. Gelandang serang adalah Leonardo, sedangkan duo striker adalah Bierhoff dan Shevchenko.
Ventola yang baru saja pindah dari Inter Milan ke rival bebuyutan duduk di bangku cadangan. Setelah bergabung dengan rival, dia memang mendapatkan kesempatan tampil sebagai pengganti, namun tetap sulit menggoyang posisi Bierhoff dan Shevchenko di pasukan inti.
Inter Milan tetap mempertahankan taktik 4312. Kiper Buffon dijaga lini belakang Zambrotta (kiri), Nesta, Lúcio, hingga Zanetti (kanan). Lini tengah diisi Zanetti, Emerson, Van Bommel. Gelandang serang Recoba mendukung duo striker Ronaldo dan Van Nistelrooy. Pelatih Yang Chengzhuo menurunkan semua pemain inti yang bisa dimainkan.
Meski bertanding di kandang lawan, Inter Milan sama sekali tidak bermain tradisional. AC Milan juga enggan menyerah. Kedua tim langsung bertarung sengit sejak peluit kick-off dibunyikan, sama-sama mengabaikan pertahanan. Dari menit pertama, tempo permainan langsung dinaikkan ke level maksimal, seperti tombak berdarah yang saling tusuk.
Menit ke-3 pertandingan, AC Milan memanfaatkan bola rebutan di area belakang. Albertini mengirim umpan jauh ke Shevchenko. "Hulu Ledak Nuklir" asal Ukraina ini, dengan bantuan blocking Leonardo, menembus pertahanan Nesta lalu melepas tembakan. Buffon dengan mantap menangkap bola tersebut.
Tapi baru 2 menit lebih berlalu, AC Milan kembali melancarkan serangan. Albertini melepaskan tembakan jarak jauh dari depan kotak penalti yang sedikit melewati mistar gawang. Meski gagal mencetak gol, aksi ini sukses membuat keringat dingin bercucuran di seluruh skuat Inter Milan.
Memanfaatkan keunggulan di awal pertandingan, AC Milan terus mengguyur tekanan. Inter Milan terlihat kesulitan mengimbangi alur permainan yang didominasi oleh I Rossoneri.
……
Yang Chengzhuo tegak berdiri di pinggir lapangan, matanya terus mengawasi pergerakan pemain di lapangan.
"Alvaro, sering-seringlah merangsek ke sayap untuk menerima bola!" seru Yang Chengzhuo sambil mendekati Recoba yang sedang berlalu.
"Ingat, mereka memakai sistem 3 bek!"
Formasi tiga bek memang memiliki kelemahan di area sayap. Meski bek tengah AC Milan seperti Kaladze dan Maldini mampu bermain di posisi tengah maupun sayap, lebar pertahanan tetap kalah dibanding formasi 4 bek.
"Cari celah di sayap, lalu kirim umpan silang ke tengah!" perintah Yang Chengzhuo melakukan penyesuaian taktik.
Recoba mengangguk penuh pemahaman sebelum kembali ke posisinya.
……
……
Fans Rossoneri di tribun terlihat sangat bergairah, menyaksikan tim kesayangan mereka menggempur pertahanan Inter secara membabi buta. Adegan yang memberi kepuasan ini membuat mereka berharap tekanan ini bertahan hingga babak pertama berakhir.
"Sang Kaisar, kamu tamat!"
"Brengsek Sang Kaisar sialan, hari ini kami akan mencabik-cabikmu!"
Anggota Aliansi Pembebas di tribun sedang meluapkan raungan ke Yang Chengzhuo tanpa menyisakan tenaga, mereka selalu menemukan keseruan dalam serangan verbal ini karena bisa melampiaskan emosi dan merasakan kepuasan.
Tapi di tengah sorakan yang menyelimuti langit dan bumi ini, Inter Milan menemukan kesempatan serangan balik.
Lúcio maju ke depan dengan presisi, memotong umpan untuk Leonardo lebih awal lalu membawa bola beberapa langkah sebelum mengoper ke Zanetti yang sudah bergerak maju. Gelandang bertahan itu dengan cepat menggiring bola ke depan sebelum mengalihkannya ke sayap kiri.
Recoba yang menguasai bola langsung berhadapan dengan Kakha Kaladze, tampil percaya diri namun menunggu timing yang tepat.
"Mau menyusur garis lapangan?" teriak komentator dengan cemas, "Sepertinya mau turun ke bawah, oh tidak! Recoba berhenti mendadak, menipu Kaladze lalu langsung crossing akurat dengan umpan datar rendah..."
Ronaldo udah dari dulu memanfaatkan waktu tunggu Recoba untuk masuk ke wilayah terlarang. Begitu melihat bola datang, dia langsung menghalangi Costa Curta di belakangnya dan mengulurkan sentuhan kaki kirinya.
Bola menyentuh kaki kirinya, melewati Costa Curta yang sedang bersiap menusuk, lalu mendarap di area kanan titik penalti. Van Nistelrooy yang menyusup dari belakang langsung melepaskan tembakan keras bertenaga dari jarak dekat.
“GOALLLLLLLLLL！”
"Inter Milan lebih dulu memecahkan kebuntuan di lapangan! Di menit ke-11, Inter Milan mencetak gol!"
"Striker Belanda Van Nistelrooy mencetak gol pembuka untuk Inter Milan!"
"Gol yang sangat cantik! Ini sekaligus gol ke-9 Van Nistelrooy di Serie A musim ini!"
Di pinggir lapangan, Yang Chengzhuo melompat kegirangan melihat timnya unggul lebih dulu.
Setidaknya dalam pandangannya, meraih gol pertama berarti pertandingan sudah setengah dimenangkan!
……
……
Tapi yang tidak disangkanya adalah, tak lama kemudian AC Milan berhasil menyeimbangkan skor melalui gol jarak dekat Bierhoff yang menyundul masuk, mengembalikan kedudukan menjadi imbang.
Namun hanya 7 menit berselang, melalui kombinasi serangan sayap dan tengah lagi, tembakan jarak jauh Van Bommel dari depan kotak penalti berhasil memperbesar skor Inter Milan menjadi 2-1 yang bertahan hingga istirahat babak pertama.
Di babak kedua, kedua tim bertukar sisi lapangan. AC Milan mulai memusatkan pasukan berat di lini tengah dan sayap. Ambrosini dan Gattuso melakukan tekanan memaksa yang tak henti terhadap lini tengah Inter, terutama Gattuso. Lari tak kenal lelah sang "Tukang Jagal Italia" ini benar-benar mengacaukan permainan Inter di lapangan tengah.
Menit ke-63, perebutan bola di area serang AC Milan langsung berubah jadi serangan balasan. Saat mundur membantu pertahanan, Lúcio melakukan pelanggaran terhadap Shevchenko. Tendangan bebas langsung Albertini berhasil menembus gawang Buffon, menyamakan skor lagi!
"Yang Chengzhuo di pinggir lapangan dilanda badai petir, karena saat istirahat tengah dia sudah mengingatkan para pemain untuk waspada, mengurangi pelanggaran di area berbahaya wilayah sendiri, tepat karena takut akan tendangan bebas Albertini."
Tapi akhirnya tetap kehabisan akal!
Kini Inter Milan mulai menghadapi masalah besar.
……
……
"Sekarang aku akhirnya memahami rasa sakit itu!" Yang Chengzhuo menggelengkan kepala dengan senyum pahit.
Kini dia dihadapkan pada dilemma: AC Milan yang dua kali tertinggal tapi dua kali menyamakan skor, semangat tim membara sepenuh jiwa. Sebaliknya Inter yang terus kehilangan keunggulan, aura tim mulai kendor.
Tapi ini belum yang paling fatal. Yang benar-benar mematikan adalah lini tengah Inter yang benar-benar dibekukan!
Yang Chengzhuo sudah lama menyadari: kombinasi Zanetti, Emerson dan Van Bommel di lini tengah kurang transformasi. Kekerasan fisik ada, keras dan solid, tapi begitu dikunci mati, tak ada ketidakpastian di momen genting.
Satu set lini tengah yang terdiri dari pria tangguh sama sekali tidak efektif, karena di masa Kaiserslautern dia lebih suka memadukan teknisi seperti Verón, Denílson, Schneider, dan Deisler dengan pria tangguh seperti Gattuso, Ballack, dan Nedvěd.
Tapi lini tengah Inter Milan saat ini, setelah Baggio cedera dan Zanetti menjadi starter, kreativitas tim langsung merosot tajam. Recoba sama sekali tidak bisa mengatasi pertahanan rapat AC Milan. Dia dan Zanetti yang awalnya tampak energik, cepat dibekukan oleh AC Milan dan tenggelam dalam lautan pertahanan Gattuso, Ambrosini dkk.
Melihat tekanan seperti gelombang dari AC Milan, Yang Cheng terpaksa memerintahkan timnya merapatkan formasi, mengorganisir pertahanan efektif. Secara situasi pertandingan terlihat sangat pasif, sementara kondisi objektifnya sudah sangat kritis.
……
……
Zaccheroni menyaksikan performa Yang Chengzhuo sepanjang pertandingan ini. Dari kegembiraan di awal hingga amarah di kemudian hari, semua reaksinya tersimpan rapi. Kini, dia melihat keraguan yang mulai menggerogoti pelatih muda itu.
"Memang masih remaja, aura kompetisinya terlalu berapi-api tapi tak bisa menyembunyikan ketidakmatangan!" ujar Zaccheroni dengan senyum khas pemain senior yang sudah makan asam garam.
Pelatih AC Milan itu justru bersemangat melanjutkan ritme permainan saat ini. Dia yakin, dengan terus menekan selama 10 menit ke depan, lalu mengerahkan Boban dan Ventola - dua pemain dengan kebugaran prima - untuk menggempur pertahanan Inter Milan, pertarungan terakhir ini akan segera terselesaikan. Kemenangan sudah di depan mata!
"Ini akan menjadi pembalikan yang spektakuler! Seluruh fans pasti akan menjadikannya buah bibir, terutama adegan kami menghajar Inter Milan di saat-saat terakhir. Di seluruh Italia, hanya kitalah yang mampu melakukan ini!"
Memenangkan pertandingan memang membahagiakan, namun yang lebih menggembirakan adalah tidak hanya menang, tapi juga meraih keunggulan dalam suasana pertandingan. Ini bukan hal mudah, mengingat Inter Milan selama dua season terakhir selalu mempertahankan dominasi situasi pertandingan.
Sejak kedatangan Yang Chengzhuo, Zaccheroni terus kehilangan popularitas oleh lawan ini. Bahkan ketika ia susah payah merebut gelar Serie A, semua perhatian justru tertuju pada Sang Kaisar yang mendarat mendadak di kota Milan, membuatnya memendam kekecewaan terhadap orang Tionghoa ini.
Kini dengan kesempatan memanfaatkan situasi sulit lawan, secara alamiah ia enggan melewatkannya dengan mudah.
"Mungkin Yang Chengzhuo perlu mempertimbangkan penyesuaian!" komentator langsung mulai memberikan saran, "Tapi melihat area tengah Inter Milan, sepertinya tidak banyak pemain yang bisa diandalkan."
……
……
Yang Chengzhuo juga mengamati para pemain cadangan di bangku cadangan di belakangnya. Skor 2-2 adalah hasil yang tidak ingin ia terima. Meski berada di Stadion San Siro, ia sangat paham bahwa jika terus membiarkan AC Milan menyerang seperti ini, besok Inter Milan akan berubah menjadi personifikasi tragedi yang diakui semua media.
Karena mereka telah membantu rival sekota menyelesaikan pembalikan arah dramatis!
Tapi setelah mengamati bangku cadangan, Batistuta adalah striker, Perrotta cukup baik di pertahanan namun tidak bisa diberi tanggung jawab besar untuk menyerang. Untuk pemain lini belakang, tidak perlu dibahas lagi.
Akhirnya, ia mengunci target pada Andrea Pirlo!
"Bisakah aku mempercayaimu, Andrea?" tanya Yang Chengzhuo dengan suara berat saat memanggil Pirlo ke sampingnya.
Pirlo bingung bagaimana menjawab, hanya menatap pelatih kepalanya sambil tetap mengangkat kepala.
"Jawab aku! Bisakah aku mempercayaimu?" Yang Chengzhuo bertanya lagi dengan nada bicara yang lebih berat.
"Bisa, Bos!" jawab Pirlo.
"Lakukan pemanasan lalu kembali!" Yang Cheng mengangguk, berkata.
Yang terakhir segera berlari ke pinggir lapangan untuk pemanasan.
"Wow, Yang Cheng tetap memasang Pirlo di momen genting. Apa dia tidak tahu kehadiran Pirlo hanya akan membuat lini tengah Inter Milan semakin kacau?" komentator di TKP tertawa.
Tapi Yang Cheng tetap dingin. Saat bola mati, dia menarik Emerson ke samping dan berbisik, "Tarik tiga garis mundur, posisikan Ronaldo sendirian di ujung tombak. Kita mulai pertahanan-balik!"
"Pertahanan-balik?" Emerson terlihat terkejut.
"Ya. Nanti ciptakan kesempatan sebanyak mungkin untuk Andrea, operkan bola padanya. Paham?" tanya Yang Cheng dengan wajah serius.
Emerson ragu sejenak lalu mengangguk cepat. Dia tak berani menantang otoritas pelatihnya.
"Segera, Inter Milan di lapangan mulai bermain lebih defensif. Tiga garis pertahanan mundur lebih kompak, menguasai ruang permainan dengan ketat. Ini membuat serangan AC Milan langsung terhenti."
"Andrea, nanti kamu gantikan Alvaro. Tugasmu hanya mengoper bola ke striker, paham maksudku?"
"Aku hanya bertugas mengoper?" tanya Pirlo ragu.
"Ya!" jawab Yang Chengzhuo dengan tegas. "Kamu tidak perlu bertahan, tidak perlu mikirin lain. Fokus saja mengoper bola melewati pertahanan AC Milan ke belakang garis mereka. Gagal sekali, coba lagi. Dua kali gagal, lanjut tiga, empat kali! Terus oper sampai berhasil, sampai kamu sialan berhasil mengirim bola ke belakang pertahanan mereka!"
Pirlo masih terlihat ragu, tapi tetap mengangguk.
Tak disangka Yang Chengzhuo menggenggam bahunya keras-keras. "Percaya diri, nak! Siapkan dirimu! Kalau kamu gagal mengoper, kita pasti kalah di pertandingan ini. Kamu mengerti?!"
Pirlo membeku sejenak, tetapi saat melihat ekspresi serius Yang Chengzhuo, dia langsung menyadari betapa gentingnya situasi pertandingan saat ini.
Benar, AC Milan bermain sangat agresif. Jika Zaccheroni tidak memanfaatkan situasi ini, dia tak pantas jadi pelatih kepala AC Milan! Tapi jika Inter Milan bisa mencetak gol lagi dalam kondisi seperti ini, pertandingan langsung bisa dimenangkan!
"Setelah masuk, awasi area belakang Costacurta dan Maldini. Kamu tahu caranya, seperti saat kamu mengambil tendangan bebas. Paham?" Yang Chengzhuo berpesan dengan khidmat.
Biasanya, ahli tendangan bebas juga jago dalam mengirim umpan jauh!
Pirlo menarik napas dalam beberapa kali, lalu mengangguk setuju.
……
……
Menit ke-76, Pirlo menggantikan Recoba yang performanya buruk di babak kedua. Setelah berpelukan di pinggir lapangan, pemain Italia itu berlari masuk, menarik napas dalam-dalam, dan mengambil posisi di lini depan.
"Bos bilang, fokus serang belakang Costa Curta dan Paolo Maldini!" ujar Andrea Pirlo.
Ronaldo dan Van Nistelrooy saling memandang, lalu menatap Andrea Pirlo. Si pemain Italia ini tahu, saatnya harus menunjukkan sikap otoriter. Ia mengangguk, "Ya! Kalian perhatikan pola pergerakan, akan kuoper bolanya!"
Jika di belakang ditempatkan pengumpan hebat, striker depan cukup paham pola lari saja. Gol pasti akan menetes bagai mata air, terus bermunculan.
Inilah kunci trisula Inter Milan. Kini Yang Chengzhuo ingin menggeser tugas Baggio ke posisi lebih belakang, diserahkan ke Andrea Pirlo dan Deco yang akan segera bergabung. Dua pemain dengan kemampuan umpan jauh-dekat ini, jika koordinasinya harmonis, serangan Inter pasti naik level.
Kedua striker mengangguk setuju lalu maju.
Pirlo menarik napas dalam-dalam, menoleh dan melihat Yang Chengzhuo berdiri di pinggir lapangan, matanya menatap tajam ke dalam. Dia tahu, jika pertandingan ini gagal dimenangkan, tekanan besar akan menghantam Yang Chengzhuo - terutama karena ini adalah kekalahan telak dari AC Milan.
Maka diam-diam dia bersumpah: harus membantu Bos memenangkan pertarungan ini.
……
……
Saat pertandingan dimulai kembali, AC Milan terus menggempur. Tapi formasi tiga garis Inter yang kini lebih rapat membuat serangan lawan sulit menembus. Justru di area pertahanan Inter, banyak kesalahan terjadi.
Menit ke-78, Zanetti berhasil mencegat lalu mengoper ke Pirlo. Begitulah, saat Pirlo baru saja menguasai bola dan hendak menyesuaikan posisi, Gattuso dari belakang langsung menubruknya! Pirlo sempoyongan, bola pun direbut lawan.
"Ha ha! Mungkin dia belum sepenuhnya bangun tidur, responsnya melambat satu ketukan!" canda komentator di lapangan.
"Anggota mengantuk macam ini jadi strategi kejutan Sang Kaisar?" teriak Aliansi Pembebas dari tribun sambil melepas kritik pedas.
“Hari kiamatmu tiba, Sang Kaisar!”
“Kau sudah tidak bisa, satu set trikmu sekarang sudah usang, bersiaplah untuk kekalahan telak!”
“Hei anak kepiting Sang Kaisar, kalau belum bangun tidur pulanglah, rumah kita hangat dan nyaman, bisa nangis hidung meler di sana!”
Di atas kepala Yang Chengzhuo adalah fans Aliansi Pembebas yang terus-menerus menyerangnya dan para pemainnya, terutama saat Inter Milan dalam posisi lemah, mereka tak menyisakan tenaga.
Suasana hati Yang Chengzhuo memang sedang tidak baik, mendengar teriakan ini ia menoleh ke tribun penonton mengacungkan jari tengah besar, “Sialan kau!”
Fans di tribun menggeram mengaum, hampir ingin mencabik-cabiknya tuntas. Tapi orang Tionghoa ini mengabaikan mereka, kembali menyaksikan pertandingan sambil menggigit gigi dalam hati, “Jangan kecewa, anak muda, kalau tidak Bapak akan jual kau!”
……
……
Pirlo mendapatkan kesempatan oper bola sekali demi sekali. Seluruh lini tengah Inter Milan beroperasi mengorbitnya. Yang Cheng menaruh seluruh pengharapan terakhir padanya. Jika dia tidak memperjuangkan martabat, Inter Milan pasti kalah.
Tapi performa pemain Italia ini memang payah. Terutama kali ini dia harus menghadapi Gattuso, pengacau lini tengah top dunia. Begitu dia menguasai bola, Gattuso selalu bisa langsung mengepung dan menyabotase dari area sekitarnya.
Melihat Pirlo membuang-buang kesempatan berulang kali, Yang Cheng di pinggir lapangan hampir saja memuntahkan darah.
"Sialan kau! Apa kau nggak paham cara melepaskan diri? Manfaatkan teknimu, brengsek! Apa teknik saat jadi striker dulu sudah menguap tak berbekas? Sampai cara melepas diri saja lupa??" Dia ingin menang, sehingga kondisi hatinya jadi gelisah. Jari telunjuknya menusuk sambil memaki Pirlo habis-habisan.
"Tapi Dia tidak patah semangat, meski terus dikutuk, tak mengubah taktiknya, tetap memilih mempercayai Andrea Pirlo."
"Sekali gus, Dia menyuruh Van Nistelrooy lebih sering mundur ke area tengah untuk memberi Andrea Pirlo satu titik operan tambahan."
"Waktu semakin mepet, AC Milan mulai memasukkan Boban dan Ventola untuk memperkuat daya serang tim. Zaccheroni menggantikan Kaladze dan Coco, jelas ingin mengerahkan semua sisa tenaga untuk serangan habis-habisan!"
"Di fase akhir pertandingan ini, kedua tim sama-sama penuh amarah. Saat seperti ini, taktik apa pun atau penyesuaian tak akan efektif. Semua tergantung taktik mana yang lebih dulu berhasil, pemain mana yang lebih dulu menaklukkan gawang lawan!"
"Komentator langsung terpancing oleh ketahanan sengit kedua tim. Baik Inter Milan maupun AC Milan, sama-sama menunjukkan semangat juang yang pantang menyerah. Keduanya haus akan kemenangan."
"Tapi yang tak terbantahkan, jika serangkaian pergantian pemain Zaccheroni memiliki tujuan jelas yang mudah dipahami, maka kita harus mempertanyakan keputusan Yang Chengzhuo yang hanya melakukan satu penyesuaian sepanjang pertandingan - mengganti Recoba dengan Pirlo. Apa sebenarnya tujuannya?"
"Apakah agar anggota yang dianggap belum bangun tidur ini bisa menghamburkan kesempatan demi kesempatan, mencari domba tak berdosa untuk menutupi kegagalannya?" Komentator menggelengkan kepala sambil tertawa getir.
