"Saya telah mempelajari data 4 pertandingan pemanasan terakhir. Frekuensi tembakan tertinggi terjadi pada pertandingan pertama melawan timnas Tiongkok, di mana kita mendapatkan 42 kesempatan tembakan sepanjang laga. Yang terendah adalah di Jepang dengan total 26 tendangan!"
Chris Schmidt mengikuti langkah Yang Chengzhuo keluar dari laboratorium, didampingi oleh Tim Hank.
"Berdasarkan data yang saya kuasai, penyesuaian kebugaran tim belakangan ini cukup baik!"
Yang Chengzhuo mengangguk sambil berjalan. Baru saja ia menerima laporan data rinci dari laboratorium yang menjadi dasar penyusunan program latihan harian tim.
"Sekarang tersisa 3 minggu sebelum Piala Super Italia!" ingat Yang Chengzhuo.
Inter Milan sebagai juara ganda Liga Champions dan Coppa Italia musim lalu, akan berpartisipasi dalam Piala Super Eropa dan Piala Super Italia musim ini. Yang pertama dilaksanakan pada 24 Agustus di Monaco dengan lawan Liverpool dari Liga Primer, sementara yang kedua diadakan pada 19 Agustus di Stadion Olimpiade Roma dengan lawan AS Roma yang merupakan juara Serie A musim lalu.
Tim Hank tersenyum, "Tenang saja, kami sudah memperhitungkan periode waktu itu."
Yang Chengzhuo terus-menerus mengangguk sambil terus berjalan. Meski tidak mengucapkan sepatah kata pun, semua orang tahu dia sangat haus untuk mengalahkan Roma - karena musim lalu gelar Serie A nyaris terenggut oleh Roma di depan mata Inter Milan.
Walau Inter Milan berhasil merebut trofi lebih prestisius yaitu Liga Champions Eropa, hal ini tetap tidak mampu mengisi kekosongan di hati pelatih yang masih menyisakan penyesalan.
“Biasanya, jika ingin masuk ke status sejak awal musim, kita harus menjaga intensitas latihan tinggi selama 6 minggu, lalu melakukan penyesuaian dan istirahat. Tapi tur Asia kami musim ini pasti agak mempengaruhi jadwal latihan, jadi kami melakukan beberapa adaptasi!” Tim Hank menjelaskan.
Yang Chengzhuo tetap mempercayai kemampuan Tim Hank dalam hal pelatihan kebugaran.
Bagi tim yang ingin bersaing di liga, memaksa semua pemain mencapai puncak legenda secara bersamaan adalah tindakan bodoh. Tidak ada satu pun yang bisa mempertahankan performa puncak sepanjang musim panjang. Jika kondisi pemain seragam, kemenangan akan datang saat performa bagus, tapi kekalahan akan merajalela ketika performa turun - seperti rantai yang saling menyeret.
Karena itu, strategi terbaik adalah mengondisikan sebagian pemain mencapai performa puncak dalam periode tertentu. Ketika performa mereka mulai menurun, gelombang pemain berikutnya siap menggantikan peran krusial mereka.
Tim dengan tipe seperti ini punya ciri khas utama: stabilitas!
"Misalnya, dalam beberapa pertandingan saat Ronaldo tidak bisa mencetak gol, Van Nistelrooy yang akan mengisi. Ketika kedua striker mengalami kekeringan gol, Batistuta akan tampil sebagai penyelamat. Prinsip yang sama berlaku untuk posisi lain."
"Berikutnya adalah masa penyesuaian, jaga volume latihan jangan terlalu besar, yang terpenting tetap harus fokus menyempurnakan detail!" perintah Yang Chengzhuo.
Dalam beberapa pertandingan pemanasan di Asia, Inter Milan juga mengekspos beberapa kelemahan.
Memang benar, setelah dua tahun penyesuaian, para pemain sudah saling mengenal dengan baik, namun masih ada beberapa detail yang belum sempurna seperti konfigurasi ulang lini tengah oleh Yang Cheng, serta kontribusi serangan Nedvěd sebagai gelandang serang.
Dengan keberadaan Pirlo di belakang, formasi dua striker di depan mendapat manfaat maksimal. Taktik utama mereka adalah mencari celah pertahanan dan mengatur pola pergerakan. Begitu ruang kosong terbuka, kemampuan individu Ronaldo, Van Nistelrooy, dan Batistuta hampir pasti berujung gol.
"Situasi ini pasti akan semakin terlihat jelas setelah Deco berhasil menyatu ke dalam tim!"
Setelah menerima permintaan terbaru dari Yang Chengzhuo, Tim Hank dan Chris Schmidt segera bergegas pergi. Sementara Yang Chengzhuo yang hendak pulang, memperhatikan ada yang masih bertahan di lapangan latihan untuk berlatih ekstra sendiri.
……
……
"Luca, gaya bermainmu terlalu kaku! Keras dan solid, terlalu mengandalkan raga!"
Baggio menggiring bola menghadapi langsung Luca Toni. Dua sosok berbeda - satu pendek satu tinggi - menciptakan suasana kontras yang jelas di lapangan.
Baggio melakukan gerakan berbalik membelakangi yang lincah, menggunakan tubuhnya untuk menghalangi Luca Toni. Gerakan tipuannya yang lihai berhasil menipu lawan, lalu ia berbalik dan melepaskan tendangan presisi yang menyusur tiang masuk!
"Teknikmu cukup mahir. Manfaatkan itu dengan baik: lebih banyak berpikir dan analisis. Dan jika ingin berkoordinasi dengan rekan setim, pahami dulu ciri khas teknik mereka. Ketahui aksi dan penilaian apa yang biasanya mereka lakukan di situasi tertentu."
“Bagus!” Yang Cheng tersenyum memuji.
“Bos!” Dua pemain melihat Yang Cheng mendekat dengan senyum lebar, serempak berseru.
“Tapi Luca, masalah terbesarmu saat ini bukan pada kesadaran, tapi pada kenyataan bahwa Anda bahkan tidak tahu bagaimana memanfaatkan raga Anda dengan baik!” Yang Cheng langsung berjalan mendekat.
“Tadi Robert menguasai bola dan berbalik terlihat sangat anggun, bukan?” tanya Yang Cheng.
Luca Toni mengangguk, dirinya sendiri tak bisa melakukan aksi yang terlihat mudah itu.
“Sebenarnya ini sulit, terutama bagi penyerang tengah kuat, tapi begitu memahami trik rahasianya, akan menjadi mudah!”
Setelah itu, Yang Cheng sengaja meminta Baggio mendemonstrasikan bersama, dengan Toni bertanggung jawab melakukan oper bola.
"Pemantauan ketat lawan terhadap penyerang tengah pasti akan sangat ketat, ini menuntut penyerang tengah harus terus bergerak, gerakan tanpa henti. Penyerang tengah yang hanya diam di kotak penalti menunggu bola sudah tidak cocok dengan perkembangan sepakbola modern, sekalipun dia lebih tinggi dan lebih kuat sekalipun."
"Jika saya memperkirakan harus menyelesaikan aksi berikutnya di depan wilayah terlarang, maka saya akan berada di sekitar titik penalti, tiba-tiba mundur..." Yang Chengzhuo tiba-tiba kabur mundur sambil memberi isyarat pada Toni untuk mengoper, bola langsung datang ke bawah kakinya.
"Begitu bola sampai, harus mulai paham lah memanfaatkan raga sendiri..." Terlihat Yang Chengzhuo menekan ke belakang, Baggio langsung terhalangi olehnya, "Kami menyebut ini sebagai membuat ruang serang, sekaligus menelan ruang pertahanan lawan..."
Demonstrasi gerakan Yang Chengzhuo dan Baggio dilakukan perlahan, memungkinkan Toni melihat dengan mudah: Begitu disandarkan oleh penyerang depan, terutama target man seperti Luca Toni, lawan hampir sulit menyentuh bola.
"Pada saat seperti ini, sisi kiri-kanan dan area di hadapanmu adalah ruang yang luas. Rekan tim bisa melakukan oper bola, menerobos masuk, berkoordinasi, dan lain-lain..."
Luca Toni matanya berbinar. Setelah Yang Chengzhuo menindih Baggio, ruang gerak legenda Italia itu langsung terkompresi minimum, sama sekali tak bisa menguasai area sekitarnya.
Dalam pertandingan sepakbola, selalu ada dua kutub ekstrem.
Yang paling mencolok adalah perluasan ruang oleh pihak penyerang vs pemampatan ruang oleh pihak bertahan.
Lapangan sepakbola berbentuk persegi dengan luas tetap. Metode paling purba adalah memanfaatkan dimensi vertikal untuk memperluas ruang permainan.
Dalam taktik pertahanan modern, antisipasi bola lambung menjadi mata pelajaran penting. Setiap tim wajib berlatih strategi ini sebagai poin krusial, terlepas dari ada tidaknya target man di skuad lawan.
Oleh karena itu, serangan dan pertahanan sebenarnya adalah perlawanan antara membuka ruang dan memampatkan ruang. Jika proses pemampatan ruang dilakukan cukup baik dan kokoh sehingga lawan tidak bisa membuka ruang yang cukup untuk merencanakan serangan, maka pertahanan meraih kemenangan! Namun jika pertahanan kewalahan mengikuti kecepatan lawan dalam membuka ruang, sehingga tercipta celah, maka serangan yang menang!
Dalam kehidupan sebelumnya Yang Chengzhuo, sepakbola yang dimainkan Barcelona adalah sistem taktik yang terus-menerus menciptakan ruang. Secara teori, baik dari teori koordinasi ganda mereka dalam menciptakan ruang, maupun teori kemenangan melalui penguasaan bola ala Cruyff, semuanya benar. Sistem yang tercipta dari kombinasi ini bisa disebut luar biasa.
Bahkan hingga saat ini, Yang Chengzhuo belum sepenuhnya menguasai cara memecahkannya. Ia harus mengakui, Mourinho pada tahun 2011 benar-benar mencapai batas tertinggi dalam menghadapi pertahanan Barcelona.
Tapi ia tetap tidak menyukai sepakbola Barcelona, alasannya ada dua.
Pertama, kembali ke ucapan tadi: membiarkan sekelompok pemain sejak kecil bermain dengan satu-satunya pola koordinasi sepakbola, lalu selama bertahun-tahun mengasah mereka menjadi satu tim, mengubah semua orang menjadi komponen mesin gol, sementara mencetak gol berubah menjadi operasi di lini produksi.
Model seperti ini, awalnya adalah seni, tapi jika terus seperti ini, itu sama saja meredupkan seni!
Kedua, di bawah sistem taktik yang luar biasa, para pelaksananya justru tak memiliki kharisma petarung sejati - diving palsu, kartu merah, Akademi Drama La Masia - inilah alasan Barcelona terus dipertanyakan, sekaligus alasan utama Yang Chengzuo tak menyukai tim ini.
Datang ke dunia ini, targetnya terus berubah: dari awal ingin bertahan, lalu meraih sukses, hingga kini masuk jajaran pelatih kepala elite dunia - dia berhasil!
Tapi kini dia punya target baru: mengalahkan Barcelona versi terkuat itu!
Dengan filosofi sepakbolanya sendiri!
Ini sangat sulit, benar-benar sangat sulit, Yang Chengzhuo saat ini sama sekali tidak bisa melakukannya, karena termasuk hal-hal yang tidak bisa dilakukan Ferguson, Wenger, dan Mourinho sekalipun.
Tapi dia bersedia berusaha keras untuk ini, menjadikan tim ini sebagai target dan motivasi untuk kerja keras dan peningkatan diri!
Pikiran Yang Chengzhuo beterbangan tanpa arah, namun dalam diskusi dengan Baggio dan Luca Toni, dia berhasil menjabarkan persyaratan untuk target man secara sistematis.
"Menurutku, seorang penyerang tengah kuat kelas top biasanya harus melalui tiga tahap!"
Di hadapan Luca Toni dan Baggio, Yang Chengzhuo terus berbicara dengan lancar.
"Tahap pertama adalah seperti kondisimu sekarang: memanfaatkan fisik untuk menciptakan dan membuka ruang serang bagi tim, sekaligus memampatkan area yang dikendalikan bek lawan; Tahap kedua adalah targetmu: menguasai bola dan berbalik arah!"
Sejak pertama kali Luca Toni tiba di tim, Yang Chengzhuo sudah menjelaskan dengan gamblang: menguasai bola dan berbalik adalah target yang harus dia kejar, dan dia sangat menyadari tingkat kesulitan permintaan ini.
"Apa tahap ketiganya?" Baggio bertanya penasaran.
"Andalannya di sini!" Yang menunjuk kepalanya sendiri.
Sekonyong-konyong bukan hanya Luca Toni, bahkan Baggio sendiri terkejut, namun merasa Yang telah merangkum tiga tahap karier profesional seorang penyerang tengah dengan sangat tepat.
Sebenarnya, pemain di setiap posisi juga memiliki tiga tahap serupa. Hanya saja persyaratan dua tahap awal berbeda-beda, namun tahap ketiga selalu identik.
Teknisi, kesadaran, dan raga - tiga aspek ini membentuk seorang pemain profesional secara holistik.
Dalam kondisi normal, teknologi adalah yang paling awal matang. Umumnya, untuk menjadi pemain profesional, kemampuan teknis sudah menonjol. Namun seberapa besar yang bisa ditunjukkan di lapangan bergantung pada kesadaran dan kondisi raga.
Kesadaran mencakup berbagai aspek seperti bakat, kemampuan menilai, pengalaman, dll. Beberapa bersifat tetap seperti bakat bawaan, misalnya kemampuan perspektif holistik dalam membaca pertandingan. Namun aspek lain perlu ditingkatkan seiring pertumbuhan karir, seperti pengalaman dan daya pikir spasial di lapangan sepakbola.
Seperti yang baru saja disebutkan, lapangan sepakbola adalah balok tiga dimensi dengan panjang, lebar, dan tinggi. Setiap pemain adalah bagian dari balok ini. Di antara 22 pemain, sebagian mudah tersesat dan tidak memahami lingkungan sekitarnya, sementara yang lain begitu masuk lapangan langsung bisa tanggap terhadap perubahan di sekeliling, pergerakan rekan setim, dan celah dalam ruang.
Ada yang mengandalkan bakat alami, ada pula yang bergantung pada akumulasi pengalaman.
Intinya, semakin banyak pertandingan yang dimainkan, semakin matanglah kemampuan!
Karier profesional seorang pemain biasanya dimulai dari penguasaan teknisi. Setelah raga matang sepenuhnya, terjadi kombinasi organik antara teknisi dan raga. Namun kesadaranlah yang menentukan tingkatan tertinggi yang bisa dicapai pemain tersebut.
Selanjutnya, teknisi tetap berada dalam keseimbangan sementara fungsi raga mulai menurun. Namun seiring akumulasi pertandingan, kesadaran terus meningkat. Ini bagaikan dua parabola - ketika teknisi, raga, dan kesadaran mencapai titik temu, itulah masa keemasan sang pemain, puncak karier profesionalnya.
Mungkin di puncak kariernya, fungsi raganya belum tentu yang paling prima, kesadarannya belum tentu yang paling hebat. Namun saat itulah kombinasi raga, teknisi, dan kesadaran mencapai titik ideal terbaik. Dengan demikian ia mampu menampilkan performa puncak yang menjadi impian seumur hidupnya. Hanya segelintir bintang bersejarah yang bisa melebur sempurna saat teknisi, raga, dan kesadaran mencapai puncak secara simultan - merekalah legenda yang menandai era baru, bahkan layak menyandang gelar Raja Sepakbola!
Yang Chengzhuo sekarang sudah meminta pusat R&D mempelajari data terkait ini lebih awal, karena dia menyadari satu hal: masa keemasan pemain profesional akan datang lebih cepat seiring perkembangan penelitian ilmiah. Contoh seperti Messi dan Cristiano Ronaldo yang mencapai puncak karier di usia muda, semuanya mendapat pertolongan besar dari penelitian ilmiah di belakang layar.
"Kerja bagus, Luca!" Yang Cheng tersenyum memberi dorongan, "Perhatikan baik-baik latihan dan pertandingan rekan setim, ini akan memberimu keuntungan!"
Luca Toni mengangguk setuju, matanya mengikuti langkah Yang Cheng yang pergi. Di sampingnya, Baggio tampak tersentuh oleh percakapan tadi.
Ini pertama kalinya dia menganalisis karier profesionalnya dengan begitu mendalam. Nasibnya terbilang malang - tubuhnya hampir lumpuh di usia 18 tahun, membuatnya tidak pernah mencapai puncak kejayaannya yang seharusnya.
Tapi, seperti yang dikatakan Yang Chengzhuo, dia bermain dengan mengandalkan otak. Jadi meski fungsi raganya menurun drastis, Dia tetap bisa melanjutkan karir sepakbola sampai merasa kaki tak lagi sanggup menendang.
Inilah alasan Yang Chengzhuo memperpanjang kontrak dengannya.
……
……
Sementara Inter Milan sibuk mempersiapkan diri untuk piala mendatang, pasar transfer Serie A mulai memasuki fase akhir sprint.
Pertama adalah juara bertahan musim lalu AS Roma. Tim Fabio Capello menunjukkan ketangguhan di fase akhir musim lalu, terutama setelah suksesnya penyesuaian lini pertahanan. Di musim panas ini mereka tidak banyak merekrut pemain baru, hanya membeli gelandang muda seperti Lima untuk persiapan masa depan.
Namun upayanya mendapatkan organisator lini tengah idaman masih mentah. Awalnya mereka ingin membeli Javier Zanetti dari Inter Milan, tapi Yang Chengzhuo tanpa ragu menolak tawarannya. Sang pemain sendiri aktif menemui pelatih dan menyatakan keinginan kuat untuk tetap di tim.
Dengan demikian, Capello terpaksa bergabung ke dalam legiun pengejar gelandang Spanyol Mendieta.
Juventus menjual Zinedine Zidane dengan harga langit yang mencengangkan, namun mereka segera merekrut Lilian Thuram dari Parma dengan harga fantastis 42.5 juta euro, sekaligus mengincar Fabio Cannavaro.
Mengenai penerus Zidane, awalnya Moratti mencoba menanyakan pandangan Inter Milan tentang Nedvěd, berharap bisa merekrut pemain asal Ceko itu. Namun Yang Chengzhuo tanpa ragu menolak, dan saat ini mereka bersiap merekrut Adrian Mutu dari Verona.
Bintang asal Rumania ini menunjukkan performa yang benar-benar menonjol di Verona, dengan kemampuan bermain di berbagai posisi lini tengah-depan. Namun harga pasarnya juga tidak murah, diperkirakan sekitar 15 juta euro.
Tapi ada juga rumor bahwa Moratti menyiapkan rancangan tangan raksasa - merekrut Mendieta dari Valencia dengan harga langit untuk mengisi posisi Zidane, namun hingga kini belum mendapat pengakuan resmi.
Selain itu, Moratti juga sedang mencari kiper yang bisa menggantikan Van der Sar, hanya saja belakangan ini sulit menemukan kiper top di dunia sepakbola Eropa. Dia berharap bisa merekrut Abbiati dari AC Milan.
AC Milan sebenarnya tidak keberatan menjual Abbiati karena performa Dida terbilang cukup bagus. Ditambah dengan rekrutan besar-besaran seperti Rui Costa dan Inzaghi, AC Milan memang perlu sedikit menahan nafas dalam hal keuangan.
Berbeda dengan gejolak di luar, Inter Milan justru terlihat lebih stabil. Setelah dua musim berturut-turut melakukan ekspansi skuat, kekuatan pasukan Nerazzurri sudah cukup mumpuni. Tugas Yang Chengzhuo sekarang adalah memastikan stabilitas komposisi tim.
Di musim ini, selain merekrut Deco dari 1. FC Kaiserslautern, tidak ada gerakan signifikan lain dari Inter Milan.
Tapi meski begitu, Inter Milan tetap mengandalkan kekuatan diri sendiri, berturut-turut di Piala Bir Moretti pertama-tama mengandalkan gol Ronaldo dan Van Nistelrooy untuk mengalahkan Lazio 3-0, lalu di babak terakhir mengandalkan gol Zanetti mengalahkan Juventus 1-0, merebut podium juara Piala Bir Moretti.
Namun beberapa hari kemudian, Inter Milan yang bertugas di kandang sendiri menyambut AC Milan, di babak pertama langsung mengalahkan rival sekota AC Milan 2-0 dengan telak, disusul gol Batistuta yang mengalahkan Juventus 1-0, meraih gelar juara edisi perdana Piala TIM.
Kemenangan beruntun di pertandingan pemanasan membuat seluruh anggota Inter Milan penuh semangat. Yang mengejutkan, tim ini sama sekali tidak kebobolan dalam begitu banyak laga pemanasan. Hal ini benar-benar membuat semua orang terkejut. Banyak yang memprediksi bahwa dengan aura juara Eropa, Inter Milan akan menjadi kandidat panas utama di Serie A musim ini.
Tapi justru ketika kepuasan merata di dalam dan luar tim, serta mulai muncul sedikit ekspansi diri, AS Roma-nya Capello memberikan Pukulan mematikan ke Inter Milan di Stadion Olimpiade!
