Seiring dimulainya pertandingan pemanasan dan kesuksesan Inter Milan yang menghancurkan segala rintangan, semakin banyak orang yang memuji habis-habisan tim ini. Mereka menganggap seolah-olah Inter tidak perlu usaha keras untuk memenangkan pertandingan.
Tapi Yang Chengzhuo sama sekali tidak sependapat!
Piala Bir Moretti dan Piala TIM memang memiliki nilai latihan pasukan, namun itu hanyalah dua pertandingan pemanasan. Juventus baru saja mendatangkan pemain baru, bahkan pengganti Zinedine Zidane pun belum ditemukan. Tim sedang dalam masa penyesuaian, mengalahkan mereka tak pantas dibanggakan.
AC Milan musim ini kedatangan rekrutan andal, tapi baik Inzaghi maupun Rui Costa masih dalam masa penyesuaian. Ditambah mereka mengganti pelatih kepala dengan mendatangkan pelatih legendaris Turki Terim. Mengalahkan AC Milan yang sedang restrukturisasi ini tak bisa membuktikan kekuatan Inter Milan.
Lazio bahkan lebih parah. Tim ini terus dilanda gejolak internal. Meski bintang tim berkumpul, Zoff kesulitan menyatukan mereka menjadi satu kesatuan. Dari pertandingan pemanasan terlihat masalah ini masih berlanjut.
Karena itu menurut Yang Chengzhuo, kemenangan beruntun di pertandingan pemanasan sama sekali tak layak disombongkan. Malah jika performa buruk, itulah aib sesungguhnya bagi Inter Milan.
Tapi ada beberapa orang yang tidak tahan dengan hype media, mulai merasa sombong!
……
……
Lokasi: Roma, Stadion Olimpiade; Waktu: babak kedua menit ke-64; Skor: 0:0!
Inter Milan masih belum bisa menembus jaring pertahanan Capello. Zebina, Samuel, Panucci membentuk tiga bek tengah. Cafu dan Candela bertahan di sayap. Gelandang diisi oleh Tommasi dan Emerson, gelandang serang Totti, dengan duo striker Crespo dan Montella.
Ini sepertinya formasi 532 yang dikhususkan Capello untuk Inter Milan. Montella bahkan diberi tugas pertahanan, hanya menyisakan Crespo di depan untuk serangan balik. Hasilnya sangat jelas.
AS Roma tidak menunjukkan serangan balik berarti sepanjang pertandingan, sementara Inter Milan juga kesulitan menembus pertahanan mereka.
Taktik Capello sebenarnya cukup menarik, terutama di dua sisi sayap. Hampir semua serangan berasal dari area sayap.
Menghadapi Inter Milan, Cafu dan Candela mundur dengan tugas utama bertahan, tapi saat melawan tim-tim yang lebih lemah, Cafu dan Candela didorong ke posisi gelandang bahkan hingga menjadi sayap, membentuk serangan sayap seekor naga tunggal, sehingga Roma bisa meraih kemenangan yang memuaskan.
Ini adalah taktik yang bisa menyerang sekaligus bertahan, benar-benar menarik!
Tapi ketika taktik menarik ini berhasil membekukan serangan Inter Milan, dia jadi tidak lucu lagi!
Bahkan bisa dibilang menyebalkan!
"Samuel, Zebina, dan Panucci sebagai bek tengah yang membentuk formasi segitiga, sangat stabil, kecepatan tinggi, koordinasi pergerakan dan jaga ruang mereka sangat menonjol. Dua striker kita benar-benar dibekukan sepenuhnya!"
Paulus Bayer menganalisis dengan frustasi: Kalau bukan karena performa menonjol trio bek tengah itu, Inter Milan udah dari dulu mencetak gol.
"Capello ini, kamu harus mengakui kehebatannya!" Yang Cheng tersenyum yang sulit dibedakan antara senyuman tulus atau senyum pahit, "Kedalaman penguasaannya dalam menyusun sistem pertahanan, tak ada yang bisa menandingi di dunia saat ini!"
Kemampuan menyusun taktik seperti ini untuk Roma membuktikan Capello benar-benar pelatih paling top di dunia.
"Bukan waktunya saling mengagung-agungkan orang sekarang!" Paulus Bayer mengeluh dengan senyum pahit.
Yang Cheng menoleh, matanya menyapu pemain di bangku cadangan sebelum akhirnya tertuju pada Luca Toni.
"Luca, pemanasan!" teriak Yang Cheng.
Luca Toni langsung melompat dari bangku cadangan dan bergegas melakukan pemanasan, tak lama kemudian sudah kembali ke pinggir lapangan.
"Begitu masuk, kau harus menancapkan diri di wilayah terlarang mereka erat-erat, paham maksudku?"
Menatap sorot mata Yang Cheng yang menuntut jawaban, Toni berpikir sejenak, "Bos, maksudmu aku harus duel udara dan menciptakan peluang untuk rekan setim?"
"Ya, seberapa banyak yang bisa ditunjukkan, itu tergantung padamu!" Yang Chengzhuo memberikan senyum dorongan.
Dalam pelatihan terakhir, dia benar-benar fokus mengasah peran Luca Toni sebagai posisi strategis di kepala jembatan lini depan.
Dalam kondisi kebuntuan seperti ini, tinggi badan 1,96 meter dan berat 88 kg Toni bagaikan tank berat yang hidup-hidup.
Dari kejauhan, Capello langsung mengerutkan alis seperti gunung ketika melihat Luca Toni bersiap turun ke lapangan.
Tiga pemain pertahanan belakang Roma: Samuel 1,83m, Panucci 1,82m, hanya Zebina yang 1,89m. Tapi dibandingkan Luca Toni, mereka tetap kalah, terutama dua pemain pertama.
Kesenjangan tinggi badan benar-benar tidak bisa ditutup hanya dengan mengandalkan daya lompat semata.
……
……
Setelah Luca Toni turun, formasi keseluruhan Inter Milan langsung disesuaikan. Dia menggantikan Pirlo untuk bermain sebagai striker tengah, sementara Ronaldo dan Batistuta menggeser posisi ke sayap. Taktik yang terlihat mirip formasi "433".
Zambrotta dan Zanetti didorong untuk maju dengan berani membantu serangan, karena lini tengah yang terdiri dari Nedvěd, Emerson, dan Van Bommel akan menghilangkan kekhawatiran belakang mereka.
Dua sayap aktif menyerang ke depan, taktik Inter Milan sangat jelas: memanfaatkan titik kuat Luca Toni.
Tak lama kemudian, Inter Milan yang menguasai situasi melancarkan serangan balik dari sayap kanan. Zanetti melakukan crossing akurat dari sudut 45 derajat di kanan, bola dikirim dengan stabil ke kotak penalti.
Luca Toni mencoba mengandalkan tubuhnya untuk menghalangi Zebina yang khusus ditugasi mengawasinya, tapi pemain Prancis itu dengan gesit menyelinap di depannya, melompat tinggi untuk menyundul bola membersihkan bahaya.
Keduanya hampir bersamaan melompat dan mendarat, tapi satu berhasil menunaikan tugas, satunya lagi gagal!
Saat berbalik untuk kembali, Zebina tak lupa menyunggingkan senyum sinis pada Toni, ekspresi meremehkan yang tak terbantahkan.
Orang Prancis ini bahkan sama sekali tidak mengerti, bagaimana mungkin orang yang selain bertubuh tinggi besar, terlihat tak berguna ini bisa menjadi prajurit tak terduga Inter Milan?
Luca Toni membelalakkan matanya pada orang Prancis sombong ini. Ia jelas merasakan pandangan meremehkan yang terpancar dari mata Zebina. Brengsek sialan, dia merendahkanku!
Sejak bergabung dengan Inter Milan, pelajaran yang diterima Toni, semangat yang ditanamkan Yang Chengzhuo, serta pengaruh rekan setim membuatnya tak tahan dengan sikap merendahkan Zebina. Ia punya harga diri sendiri.
Seperti pernah dikatakan Bergomi, mengenakan jersey Nerazzurri berarti mewakili Inter Milan!
Ini adalah penghinaan dan provokasi terhadap Inter Milan!
Luca Toni mulai mendidih amarahnya!
Cepat, bola kembali dikuasai Inter Milan, diteruskan ke sayap kiri. Gianluca Zambrotta melesat ke depan, latar belakangnya sebagai gelandang serang membuat teknik dan kecepatannya cukup baik. Dengan cepat ia berkoordinasi dengan Ronaldo yang mendekat, melakukan crossing akurat di sekitar garis akhir.
Kali ini Luca Toni mundur, tiba-tiba menerobos ke depan bersiap menyundul bola ke gawang. Tapi Jonathan Zebina dengan gagah menghadangnya menggunakan tubuh, berdiri kokoh seperti benteng, memaksa tank berat yang sedang melaju kencang ini menginjak rem darurat.
Hanya bisa menyaksikan Antoniooli melompat dan menangkap bola dengan mantap, Luca Toni langsung berbalik badan, melototi Zebina dengan mata berapi-api.
Baru saja si orang Prancis itu melakukan tarikan kasar yang jelas terlihat, membuatnya tak bisa melompat!
"Brengsek, mau ngadu karena tersinggung?" Zebina membentangkan kedua tangan sambil menyungging senyum sinis, ekspresinya seolah menantang: "Ayo laporkan, aku tunggu!" Sungguh menyebalkan!
"Kamu ini beruang bodoh besar! Selain bisa berlari serampangan, aku tak melihat kemampuan lainmu! Ketika bahkan berlari serampangan pun tak efektif, yang bisa kau lakukan hanyalah menunggu seperti korban sembelihan di lapangan tanpa tujuan!"
Zebina menggelengkan kepala dengan senyum dingin, melewati samping Luca Toni, "Lebih baik kau kembali ke Liga Serie B, itu tempat yang pantas untukmu!"
Selama satu musim bergabung dengan Inter Milan, Luca Toni memang mencetak gol, tapi lebih banyak hasil dari serangan tim yang superior. Dia belum benar-benar membuktikan diri dalam pertempuran sengit.
Kini, menghadapi provokasi dari Zebina, hatinya dipenuhi amarah.
Tapi sebagai pemuda yang bertahun-tahun bergulat di liga tingkat rendah, Toni telah mengembangkan kematangan yang tak sesuai usianya. Terutama setelah bergabung dengan Inter Milan, kepercayaan penuh dari Yang Chengzhuo dan rekan setim membuatnya sama sekali tidak meragukan diri sendiri.
“Satu-satunya amarah yang ada berasal dari Zebina!”
Ada sebuah nasihat bijak yang tak ternilai: Cara terbaik menghadapi provokasi dari lawan di lapangan adalah dengan mengalahkannya!
"Hei, Luca!" Yang Chengzhuo di pinggir lapangan melihat Luca Toni masih tak bergerak, dua kali berturut-turut gagal merebut bola udara setelah turun ke lapangan. Hatinya mulai merasa tidak senang, mengingat pertandingan sudah memasuki menit ke-80 tapi belum juga menemukan tanda-tanda gol.
Toni menoleh dan melihat pelatih kepalanya sedang menusuk-nusuk kepalanya sendiri dengan jari, jelas-jelas ingin mengingatkan anggota ini: "Gunakan otakmu! Jangan hanya mengandalkan tenaga buta saat bersaing dengan lawan!"
"Apa anak muda ini benar-benar paham?" Paulus Bayer menggelengkan kepala dan tersenyum pahit.
Yang Chengzhuo sendiri pun tidak yakin, tapi dia memiliki kelebihan besar yakni mempercayai pemain yang dipilihnya. "Dia punya kemampuan belajar yang kuat!" Inilah faktor penting yang mendorong kemajuan terus-menerus seorang pemain profesional.
Strategi perang mengatakan: Gunakan orang tanpa keraguan, ragu untuk menggunakan orang!
Di lapangan sepakbola pun demikian!
……
……
Bagaimanakah yang disebut menggunakan otak saat bermain bola?
Percayalah ini adalah siksaan bagi banyak pemain profesional.
Sebagian orang, sebelum menguasai bola, telah tahu jelas apa yang harus dilakukan setelah memegangnya; sebagian lain, begitu mendapat bola langsung bisa bereaksi; namun ada juga yang tetap bingung meski sudah memegang bola.
Salah satu permintaan penting Yang Chengzhuo untuk pemain di lapangan adalah banyak mengamati dan berpikir.
Pengamatan dan pemikiran harus dilakukan sebelum menguasai bola, yaitu saat tidak memegang bola, karena begitu kamu menguasainya, lawan akan mengawasimu ketat sehingga mustahil ada waktu tenang untuk berpikir jernih.
Luca Toni juga mengamati lingkungan sekitar. Saat melihat Zambrotta maju ke depan, ia segera mundur. Tapi Zebina di belakangnya ikut maju keluar, nyaris menempel padanya. Setelah Zambrotta melakukan umpan terobosan, ia tidak berlama-lama membawa bola, langsung mengembalikan operan kepada Nedvěd di depannya.
Pemain asal Ceko itu melakukan umpan lambung langsung ke area terlarang. Tapi saat Ronaldo mengontrol bola, Samuel berhasil memblokir sudut tembakannya. Bek Argentina itu membantu membebaskan bola, kembali menggagalkan serangan Inter Milan.
Seluruh proses terjadi dalam sekejap mata. Tapi gerakan mundur Luca Toni memang membuat pertahanan Roma meregang. Hal ini langsung dipuji oleh Yang Chengzhuo.
"Lanjutkan seperti ini! Lebih banyak berpikir, lebih banyak observasi!" teriak Yang Chengzhuo dari pinggir lapangan.
Luca Toni yang mendapat pujian dari pelatihnya pun paham bahwa ia telah mengikuti jalan yang benar.
Yang Chengzhuo tidak pernah membatasi cara bermain pemainnya secara ketat. Dia memberikan kerangka dasar strategi, lalu membiarkan pemain mengembangkan detail permainan dan menunjukkan kreativitas mereka sendiri.
Toni melakukan dua eksperimen berturut-turut berikutnya. Meski keduanya gagal, dia semakin memahami detail-detail yang terus ditekankan Yang Chengzhuo dan Baggio: penilaian ruang gerak, teknik meredam bek lawan, serta membuka area untuk rekan setim.
Menit ke-83, Zambrotta kembali maju ke depan. Di sayap kanan, dia mengirim umpan ke depan wilayah terlarang - sebuah keharmonisan tak terucap dengan Luca Toni yang biasanya berkeliaran di area ini.
Tiba-tiba Luca Toni mundur dari posisi paling depan. Zebina membuntuti rapat, namun kali ini pemain Italia itu berhasil mempertahankan posisinya dengan kokoh. Beberapa kali bek Prancis itu mencoba mendesak, tapi gagal menggeser keseimbangan raga Toni.
Bola datang ke atas kepala mereka, Jonathan Zebina tertindih erat di belakang, ia berusaha menarik seragam Luca Toni dengan kuat, namun pemain Italia itu melangkah mantap ke depan, melompat tinggi, menyambut sundulan Gianluca Zambrotta dengan sundulan keras.
Itu operan sundulan!!
"Bagus, Luca Toni mundur lalu melakukan operan sundulan, bola jatuh di belakang Jonathan Zebina, ini kesempatan emas..."
Fabio Capello hampir di momen itu seluruh tubuhnya melesat keluar dari bangku pelatih, berteriak, "Hati-hati!"
Yang Chengzhuo menggenggam tinjunya erat, terutama ketika melihat Ronaldo mulai bergerak, ia meneriakkan ke lapangan, "Bersiap dirilah!"
Ronaldo juga merasa frustasi. Sepanjang pertandingan dia diawasi ketat oleh Samuel sampai tidak bisa menunjukkan watak sama sekali. Brengsek Argentina ini benar-benar menonjol baik dari posisi kartu, kecepatan, maupun teknik pertahanan, sama sekali tidak memberi banyak kesempatan pada Ronaldo, menempel seperti plester lintah.
Tapi kali ini, dia sudah melakukan pra-penilaian lebih awal. Dia percaya, jika Luca Toni bisa memenangkan bola udara, langkah pertama pasti mengayuh ke belakang pertahanan Roma. Makanya dia pura-pura berdiri sejajar dengan Samuel secara "kebetulan".
Begitu pula Batistuta di sisi lain!
Saat Luca Toni menyundul bola operan, Ronaldo dan Batistuta hampir bersamaan mengaktifkan diri.
Daya ledak kedua pemain ini sangat menakjubkan. Terutama Ronaldo - ketika posisinya sejajar dengan bek lawan lalu tiba-tiba melesat, tidak ada satu pun orang di dunia ini yang bisa menghentikannya, termasuk Samuel!
Orang Brasil itu tiba-tiba meledak, melompati belakang Samuel, menyambut bola yang datang, menghentikannya dengan dada secara kokoh, satu kali sentuhan, gerakan tipuan seperti pendulum, menipu Antoniooli yang maju menyongsong, langsung menembak keras ke gawang kosong dan mencetak gol!
Sederhana, langsung, berakibat fatal!!
Tapi inilah Ronaldo!
Bintang besar sejati harus bisa menggunakan cara paling sederhana untuk membereskan situasi paling rumit!
Mereka selalu mampu menggunakan berbagai keahlian sulit dipahami untuk mengubah kekacauan yang rumit menjadi sederhana, membuat semua orang mengerti, kagum, dan takjub!
"Gol!!!"
"Menit ke-83, Inter Milan akhirnya memecahkan kebuntuan di lapangan, Ronaldo! Striker besar Brasil mencetak gol spektakuler untuk Inter Milan, ini berasal dari operan sundulan Luca Toni!!"
"Luar biasa! Setelah menyerang begitu lama, Inter Milan akhirnya meraih gol yang memainkan peran penting!"
Luca Toni tersenyum gembira melihat Ronaldo mencetak gol, bersiap bergabung dengan rekan setimnya untuk merayakan. Saat melewati Zebina, dia menyunggingkan senyum sinis.
"Bagaimana rasanya dikalahkan Beruang Bodoh?"
Zebina menggigit bibir melihat raksasa yang berlalu-lalang penuh kemenangan di sampingnya. Amarahnya memuncak namun tak ada yang bisa dilakukan pada pemuda itu.
Usai "menyelesaikan" Zebina, Ronaldo dan kawan-kawan langsung menyerbu Luca Toni. Sang bintang Brasil tertawa terbahak, "Haha Luca! Kau benar-benar Beruang Cerdas! Umpan sundulanmu tadi sempurna!"
Luca Toni berkeringat dingin, tersenyum kecanggungan. Kapan dirinya berubah menjadi beruang?
Tapi menjadi beruang pun tak buruk. Yang penting bukan Beruang Bodoh, melainkan Beruang Cerdas - beruang ber-IQ tinggi yang terus belajar dan berkembang!
……
……
Pada menit ke-83, setelah pertahanan yang dianggap terkuat mereka ditaklukkan oleh Inter Milan, Roma ingin melakukan serangan balik namun sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Tertekan selama sebagian besar pertandingan, mustahil bagi mereka untuk melancarkan serangan balik di saat-saat terakhir.
Terlebih lagi, Yang Chengzhuo bukanlah anggota hijauan. Saat ini ia sudah menjadi pelatih muda berbakat terkenal di Eropa. Dia sangat paham bahwa setelah mencetak gol harus terus mempertahankan tekanan terhadap lawan, baru bisa mempertahankan keunggulan dalam suasana pertandingan.
Capello terus berganti anggota tim, sementara Yang Chengzhuo juga melakukan penyesuaian. Kedua pihak sama-sama tidak mau menunjukkan kelemahan.
Akhirnya, Inter Milan mengalahkan Roma dengan skor 0:1 di Stadion Olimpiade, merebut piala juara pertama musim ini - Piala Super Serie A!
Setelah pertandingan selesai, Yang Chengzhuo segera menghampiri Capello yang juga mendatanginya. Keduanya bertemu di bagian tengah lapangan.
“Pertandingan ini sangat sulit, tapi akhirnya kita menang!” Yang Cheng terkekeh, “Sepertinya, pertahanan Roma semakin kokoh!”
Capello jelas menyadari sindiran Yang Cheng, langsung membalas, “Kalian hari ini cuma beruntung, di pertandingan berikutnya, kemenangan pasti milik kami!”
“Kita lihat saja nanti!” Setelah berkata demikian, Yang Cheng menoleh dan pergi.
Tak diragukan lagi, keduanya masih menganggap lawannya sebagai penantang terkuat gelar juara Serie A musim ini.
Melalui pertandingan ini, Yang Cheng semakin yakin untuk menyesuaikan strategi lini tengahnya.
Meski kontribusi Van Bommel di fase serang dan bertahan cukup besar, namun kurang variasi. Dalam hal kreativitas, ia sedikit kalah dari Deco yang mampu memberikan lebih banyak dinamika pada lini tengah Inter Milan.
Intinya, serangan efektif bergantung pada kreativitas dan transformasi. Dengan menguasai dua elemen ini, tekanan ofensif bisa terus mengalir tanpa henti dan mustahil diantisipasi!
Itulah sepak bola ofensif favorit Yang Chengzhuo!
