Bab 0299: Masukkan Satu Gol Lagi!

　　Jika konspirasi adalah jebakan tersembunyi yang mustahil diantisipasi, maka taktik terbuka adalah lingkaran yang membuatmu masuk tanpa sadar. Saat kau sadar dan ingin kabur, semuanya sudah terlambat. 　　Sejak Yang Chengzhuo mengumumkan daftar starter lebih awal, dia secara bertahap membeberkan rencananya di depan Terim: Kombinasi area tengah Pirlo dan Deco jelas-jesus menjadi umpan agar AC Milan menyerang, formasi tiga striker dengan jelas menargetkan kekurangan bek tengah AC Milan. 　　Tidakkah Terim tahu? 　　Tidak, sebaliknya, dia tahu dengan sangat jelas! 　　Tapi dia tetap pantang mundur melangkah di jalan ini! 　　Bisa dikatakan, sejak Terim memutuskan untuk menyerang dalam pertandingan ini, laga ini telah kehilangan suspense. Karena Terim sudah mulai masuk ke dalam perangkap Yang Chengzhuo, meski dia berhati-hati dan menempatkan 5 gelandang, semua sia-sia. Masalah terbesar di lini pertahanan AC Milan - mobilitas - tak bisa diubah! 　　Begitu pertahanan maju ke depan, kelemahan mobilitas di lini belakang akan terekspos sepenuhnya. Ronaldo dan Batistuta dari Inter Milan sengaja ditempatkan sebagai gaya api ofensif untuk mengeksploitasi celah ini. Bisa dibayangkan, gol hanyalah masalah waktu. 　　Ketika Batistuta memberikan umpan silang ke Ronaldo yang kemudian mencetak gol, Terim benar-benar merasakan keputusasaan total. Dia sangat ingin kabur dari tempat ini, melarikan diri dari Neraka ini. 　　Dengan jelas dia menyadari: bukan hanya kalah, tapi pertandingan ini akan berakhir dengan kekalahan yang sangat Memilukan! 　　…… 　　…… 　　Pada menit ke-43, Inter Milan kembali berhasil merebut bola di area tengah. Setelah koordinasi kontinu antara Andrea Pirlo dan Deco, dua pemain ini seperti menjembatani takdir dengan mengoper bola tepat di depan pertahanan AC Milan. 　　Andrea Pirlo melepaskan umpan terobosan mumpuni. Batistuta sukses melawan offside lalu menerobos sisi kiri kotak penalti, melepas tendangan keras dari jarak 12 meter. Bola menggelinding di sisi kaki Dida dan masuk ke jala gawang, 2-0! 　　Batistuta yang baru saja mencetak gol masih melompat ke pinggir lapangan dengan penuh euforia. Ia memegang bendera sudut sambil mengaum keras ke arah tribun fans Inter Milan. Ia meluapkan kegembiraan atas satu assist dan satu gol yang dicetaknya - dua prestasi besar yang datang secepat kilat tanpa sempat ditangkap reaksi oleh AC Milan. 　　"Ya Tuhan! Hanya dalam waktu kurang dari 10 menit, secara situasi pertandingan mengalami perubahan dramatis. AC Milan kebobolan dua kali berturut-turut oleh serangan balik Inter Milan. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi dalam sekejap mata?" 　　"Dari situasi pertandingan, pertahanan AC Milan terlihat penuh celah. Inter Milan jelas-jelas sengaja menargetkan celah pertahanan di wilayah dua rusuk belakang AC Milan, memaksimalkan daya ledak Ronaldo dan Batistuta untuk menggempur wilayah terlarang AC Milan melalui dua rusuk. Sementara Luca Toni berperan sebagai jembatan strategis yang dipersiapkan Yang Chengzhuo untuk mengalihkan tekanan pertahanan." 　　Sementara komentator di lokasi terkejut, kamera siaran langsung TV menampilkan close-up ulangan dua gol tersebut. 　　"Jelas terlihat, kedua gol memiliki pola yang sama: umpan terobosan ke belakang pertahanan, Batistuta sukses melawan offside lalu memberikan assist atau menembak. Fokus serangan terkonsentrasi di dua rusuk, jelas ini adalah persiapan khusus yang menargetkan pertahanan AC Milan!" 　　Pada saat ini, bahkan orang buta pun bisa melihat maksud Inter Milan! 　　Apakah Terim mengetahuinya? 　　Tentu, mustahil dia tidak tahu. Sebagai pelatih kepala, dialah yang paling paham risiko yang harus ditanggung AC Milan setelah melakukan tekanan serangan ofensif - ini adalah pengetahuan wajib bagi seorang pelatih profesional. 　　Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa! 　　Kehilangan 2 gol berturut-turut, AC Milan sudah benar-benar dihancurkan. Saat ini bahkan formasi kontraksi pertahanan pun tak berguna, karena kondisi hati pemain sama sekali tidak akan punya kesabaran lagi. Mereka ingin menang, ingin membalikkan arah. 　　Satu lagi tanggung jawab yang harus ditanggung Terim adalah, dia tidak menyangka Yang Chengzhuo akan melancarkan serangan balik tiba-tiba di akhir babak pertama. Dia mengira paling cepat baru akan terjadi di babak kedua, tapi siapa sangka anggota yang tak pernah mengikuti logika biasa ini langsung menyodorkan dua gol di babak pertama. 　　Ini jelas-jelas telah menempatkan AC Milan di tepi jurang. Tinggal sedikit dorongan lagi, pasti akan terjatuh. 　　…… 　　…… 　　Collina membunyikan peluit tanda berakhirnya babak pertama! 　　Seluruh tribun Stadion Giuseppe Meazza seketika bergema dengan lagu Inter Milan yang penuh semangat. Ratusan fans bahkan tak kuasa menahan diri untuk berdiri, bersorak-sorai ke arah pemain di bawah tribun sambil meneriakkan "Sang Kaisar" dan nama-nama pemain. 　　2-0 unggul atas musuh bebuyutan，tidak ada hasil yang lebih memuaskan dari ini! 　　Yang Chengzhuo tetap seperti biasa datang ke luar saluran pemain，setelah memeluk para pemain satu per satu，mengantar mereka masuk ke ruang ganti. 　　Mungkin karena keunggulan，suasana di ruang ganti tim tuan rumah terlihat sangat aktif. Para pemain masih membahas dua gol di akhir babak pertama sebagai buah bibir，sementara juga merasa optimis dan berharap untuk babak kedua. 　　Yang Chengzhuo hanya berdiri diam tanpa bicara. Dia tidak ikut serta dalam diskusi para pemain，juga tidak menghentikan mereka. Sambil mendengarkan dengan seksama，otaknya terus menganalisis: Setelah skor 2-0 di babak pertama，Pasti Terim akan Melangkah Berani di babak kedua. 　　Bagi AC Milan yang terkepung sekarang，bertahan pasti gagal. Lagi pula，tidak ada bedanya kalah berapa pun? 　　Yang Cheng justru lebih memilih melihat Terim bermain lebih hati-hati, agar Inter Milan bisa menang dengan santai. Tapi si Turki jelas tidak akan melakukan hal seperti ini, karenanya dia harus mengingatkan pemainnya dengan baik saat istirahat tengah. 　　"Di babak kedua, AC Milan pasti akan mengorganisir serangan balik yang lebih ganas! Keunggulan 2 gol mutlak takkan menghentikan mereka. Jadi kita HARUS melancarkan serangan ke gawang AC Milan sejak peluit babak kedua dibunyikan, berjuang untuk mencetak gol segera setelah babak kedua dimulai!" 　　Setelah menganalisis, Yang Cheng berbalik menuju papan taktik yang sudah terpampang garis pertahanan awal AC Milan di laga ini. Dengan cermat, pelatih muda itu menyusun formasi penyerangan yang ditargetkan khusus. 　　"Luca, tugasmu di babak kedua adalah mengalihkan perhatian Helveg! Ciptakan lebih banyak kesempatan bagi Ronaldo dan Batistuta untuk serang frontal pertahanan AC Milan - persis seperti di menit-menit akhir babak pertama!" tegas Yang Cheng. 　　Luca Toni terus-menerus mengangguk, meski belum mencetak gol, namun efek interferensinya terhadap pertahanan AC Milan tetap terlihat jelas. 　　"Serangan harus fokus ke belakang, kita perlu lebih banyak mencoba menarik formasi AC Milan keluar, tapi wajib memperhatikan pergerakan Rui Costa! Jangan beri kesempatan penguasaan bola kepada pemain Portugal itu. Pirlo dan Deco harus lebih dominan mengontrol aliran bola. Di babak kedua ini kita harus merebut kembali kepemilikan bola!" 　　Kepemilikan bola Inter Milan di babak pertama memang jauh tertinggal dari AC Milan. Secara keseluruhan situasi pertandingan juga terlihat kesulitan mengimbangi, kecuali dua gol yang tercipta di 10 menit terakhir, sebenarnya performa Inter di babak pertama cukup frustasi. 　　Namun anehnya, justru frustasi itu melahirkan situasi yang menguntungkan dengan keunggulan 2-0 di babak pertama. 　　Harus diakui, hal-hal di lapangan sepakbola terkadang memang tak terduga! 　　"Ketika Inter Milan menguasai inisiatif dan keunggulan, mereka tetap sulit menembus pertahanan AC Milan. Namun sebaliknya, ketika Yang Chengzhuo secara aktif melepas kendali dan keunggulan, membiarkan timnya bermain lebih sederhana dan efektif dengan mengandalkan taktik serangan balik, justru terciptalah gol-gol." 　　"Saudara sekalian, ini adalah pertandingan Derby, perang yang telah berlangsung hampir seratus tahun! Unggul 2 gol sama sekali tidak mewakili apapun, juga tidak bisa menjamin apapun. Jadi jika kita ingin menang, jika kita ingin menjadi pahlawan, maka kita tidak punya pilihan lain - kita harus kembali ke lapangan dan terus menekan lawan kita tanpa ampun!" 　　"Ini bukan lagi sekadar pertandingan sepakbola. Ini adalah panggung, panggung untuk membuktikan kekuatan kita! Hanya dengan berdiri di panggung ini dan mengalahkan lawan kitalah, kita bisa dengan bangga memberitahu seluruh dunia bahwa Inter Milan adalah yang terkuat!" 　　"Pergilah! Kalahkan AC Milan untukku, bawa pulang kepala-kepala musuh itu! Kalian akan tercatat dalam sejarah Inter Milan!" 　　…… 　　…… 　　“Kedua pemain telah kembali ke stadion, dari situasi saat ini, baik Yang Chengzhuo maupun Terim, tidak memilih untuk melakukan penyesuaian pergantian pemain di area tengah, jelas kedua pihak sedang mempersiapkan variasi taktik!” 　　“Pierluigi Collina membunyikan peluit permulaan pertandingan, Inter Milan lebih dulu melancarkan satu gelombang serangan!” 　　Serangan Inter Milan mengandalkan area tengah, ini adalah rahasia yang diketahui seluruh alam semesta. Dalam pertandingan ini, dengan berkurangnya peran Emerson dalam organisasi dan merapikan aliran permainan di fase akhir, Andrea Pirlo mundur lebih dalam, menanggung sebagian besar tanggung jawab organisasi dan merapikan area tengah. Namun tugas pertahanan lebih banyak diserahkan kepada Lúcio. 　　Posisi Andrea Pirlo yang mundur lebih dalam tidak membuat ancamannya berkurang. Sebaliknya, umpan jauh presisinya membuatnya bisa memindahkan bola ke celah pertahanan lawan di manapun posisinya, asalkan menemukan kelemahan tersebut. Selama ada celah, dia pasti bisa menemukan cara untuk mentransfer bola dengan presisi ke titik lemah itu. 　　Menit ke-48, serangan Inter Milan terhambat. Nedvěd mengembalikan operan, Pirlo mengontrol bola lalu menghadapi gangguan Gattuso. Setelah saling mengoper dengan Deco, ia berhasil mengamankan bola di kaki Inter Milan dengan stabil. 　　Rambut panjang, terlihat agak mengantuk. Tapi sebenarnya, semua yang terjadi di lapangan tercatat sempurna di kepalanya. 　　Deco mengoper bola. Saat Pirlo maju menerima, Gattuso bagaikan singa marah langsung menyerbu ke arahnya. 　　Dengan elegan Pirlo mengelabui, menghentikan bola, lalu berbalik arah - langsung melepaskan diri dari kejaran Gattuso. Tapi "tukang jagal Italia" itu tak mau menyerah, terus menempel. Pirlo merespons dengan umpan jauh menengah yang presisi, menyodorkan bola lambung sempurna. 　　Bola langsung sampai di depan pertahanan AC Milan. Luca Toni dengan gigit menggunakan tubuhnya menahan Laursen di belakangnya. Kedua kakinya seperti berakar menguasai posisi, melihat bola datang, sudah siap untuk mengayuh bola dengan sundulan. 　　Di kedua sisinya, Ronaldo dan Batistuta bagaikan anak panah terpasang di busur, siap melesat kapan saja. 　　Tepat saat dia melompat tinggi, tubuhnya kehilangan keseimbangan. Wasit segera membunyikan peluit pelanggaran. Bek tengah Denmark Laursen yang membela Luca Toni menerima kartu kuning. 　　"Ada tarikan seragam yang sangat jelas terlihat!" Komentator melihat jelas dari adegan slow-motion. 　　"Ini tendangan bebas di posisi bagus. Tinggal lihat siapa yang akan ditunjuk Inter Milan sebagai eksekutor!" 　　Ketika tidak ada maestro tendangan bebas seperti Baggio atau Recoba, eksekutor tendangan bebas di skuad Inter Milan adalah Deco yang pernah mencetak gol lewat situasi tersebut. Namun sejak kembalinya Pirlo, Yang Chengzhuo belum menentukan siapa yang akan mengeksekusi. 　　"Kamu saja yang eksekusi!" Saat semua orang mengira Deco yang memegang bola akan menjadi penendang, ia justru melemparkannya ke Pirlo. 　　Meski baru berlatih bersama beberapa hari, chemistry antara keduanya sudah sangat pekat. Terutama dalam hal kontrol bola di area tengah dan kemampuan membaca permainan. Lagipula, mereka bukan tipe pemain yang suka mengejar prestise pribadi. 　　Pirlo menoleh ke arah pinggir lapangan. Pelatih kepala Yang Chengzhuo yang sedang merangkul kedua tangan di depan dada mengangguk, memberi isyarat agar dirinya yang mengeksekusi. 　　Pemain Italia itu tak lagi ragu. Sebelumnya dialah eksekutor utama set-piece Inter Milan. 　　Dengan cermat ia mengelap bola dengan jersey, lalu menempatkannya tepat di titik penalti. 　　Ketika pemain AC Milan melihat Andrea Pirlo yang akan mengeksekusi tendangan bebas ini, mereka seketika bersikap dengan sigap. Mereka sangat memahami kedalaman penguasaan tendangan bebas Pirlo, tendangan lift vertikalnya bukanlah ketenaran semu! 　　Dida sengaja meneriaki rekan setimnya dengan keras, seolah menggunakan cara ini untuk menyemangati diri sekaligus memberikan tekanan pada Pirlo. Bukankah kabarnya anak muda ini sedang tidak diandalkan belakangan? Beri dia lebih banyak tekanan! 　　Namun Pirlo terlihat tetap dingin. Ia berdiri menunggu hingga tembok manusia AC Milan terbentuk, baru perlahan mundur beberapa langkah. Setelah menarik napas dalam, ia berlari cepat dan menendang bola dengan lintasan melengkung yang indah. 　　Bola hasil tendangan Pirlo nyaris melewati kepala Raul yang melompat tinggi, lalu terjatuh dengan cepat ke bawah. 　　Dida sudah menilai situasi, namun tetap terlambat bereaksi. Ia hanya bisa menonton bola masuk ke jala! 　　"Gol!!!" 　　“Itu tendangan lift vertikal khas Pirlo, satu serangan langsung mengenai sasaran, 3-0!!” 　　Setelah bola dikirimkan, Pirlo seolah sudah punya firasat bakal mencetak gol. Terlihat dia berbalik dan berlari ke tribun sambil mengangkat tangan kanannya, mencium cincin pernikahan di jari kanannya dengan sikap manis yang bikin iri. 　　“Ada kabar Pirlo memutuskan untuk menikah. Jelas, dia ingin menjadikan gol pertama setelah kembali ke lineup pembuka ini sebagai hadiah perayaan pernikahannya!” 　　“Skor 3-0! Inter Milan menunjukkan tekanan serangan yang luar biasa kuat. Tak lama setelah babak kedua dimulai, mereka langsung menambah gol. AC Milan dalam bahaya! Jika Terim tak segera menyesuaikan strategi, mungkin ini akan jadi pembantaian biadab!” 　　Layar siaran langsung TV beralih ke tribun penonton, menemukan Ketua AC Milan Berlusconi yang hadir langsung di stadion. Perdana Menteri Italia itu menonton pertandingan ditemani Galliani, namun wajahnya terlihat sangat masam. Terutama setelah melihat gol Pirlo, ia tak kuasa lagi menggelengkan kepala seolah sedang mengutuk sesuatu. 　　Tak lama kemudian, Berlusconi berdiri dari kursinya dan meninggalkan tribun lebih awal. Galliani pun mengikuti sang ketua pergi. 　　…… 　　…… 　　Kepergian dua bos besar secara berturut-turut seolah membuat tim Terim kehilangan jiwa. 　　Meski Terim segera melakukan penyesuaian pergantian pemain untuk memperkuat pertahanan, dan berhasil menahan serangan Inter Milan sampai batas tertentu, tekanan ketertinggalan 3 gol bagai gunung yang menindih para pemain AC Milan hingga sesak napas. 　　Tim Terim mulai sering menggunakan pelanggaran taktis untuk mengacaukan irama Inter Milan dalam menghadapi serangan yang semakin kuat, namun pada menit ke-76, Laursen terlibat konflik verbal dengan penyerang Italia Luca Toni saat melakukan pelanggaran, bahkan mendorongnya. 　　Collina menunjukkan kartu kuning kedua baginya di babak kedua yang berubah menjadi kartu merah, langsung mengeluarkan bek tengah Denmark tersebut dari lapangan. 　　Tertinggal 3 gol dan harus berperang dengan kekurangan satu pemain, situasi AC Milan semakin mengkhawatirkan. 　　Menit ke-81, Inter Milan mengorganisir serangan gelombang. Nedvĕd memberikan operan, Ronaldo yang menyusup dari sayap kanan langsung melepaskan tembakan keras ke sudut kiri atas, kembali menembus gawang yang dijaga Dida, 4-0! 　　Ronaldo yang merayakan gol itu berlari penuh semangat ke pinggir lapangan, melakukan gerakan mengayunkan tangan ke arah fans Inter Milan di tribun, meminta sorak-sorai mereka yang lebih gegap gempita! 　　Tapi yang menyambutnya justru teriak penuh hasrat belum puas dari fans Inter Milan di tribun. 　　"Masukkan satu gol lagi!" 　　"Buat kami satu gol lagi!!" 　　"Tambahkan lebih banyak gol!!" 　　Jelas terlihat, fans Inter Milan haus akan kemenangan lebih lanjut. Mereka ingin menyaksikan kemenangan telak di kandang sendiri! 　　Pemain Inter Milan tak mengecewakan. Hanya 5 menit setelah gol sebelumnya, Ronaldo mendapat kesempatan di sisi kanan kotak penalti. Dida gagal menangkap bola, Nedvěd menyambar dengan tendangan voli keras di dekat titik penalti, mengubah skor menjadi 5-0! 　　Seluruh Stadion Giuseppe Meazza langsung dilanda kegilaan. Fans melesat keluar dari kursi, meneriakkan nama pemain asal Ceko itu, berteriak meminta pemain Inter mencetak gol tambahan. 　　Menit ke-89, Robert Baggio yang masuk sebagai pengganti menguasai bola di depan wilayah terlarang. Dengan lincah ia melewati Albertini, lalu memberikan umpan silang ke belakang pertahanan. Luca Toni langsung menerjang ke depan dan melepaskan tendangan keras dengan kaki kirinya. Dida tak mampu menyelamatkan gawang, hanya bisa menonton bola masuk ke jaring sekali lagi. 　　Kiper asal Brasil yang malang ini sudah mengangkat bola dari jaring gawang sebanyak 6 kali dalam pertandingan ini! 　　Kali ini, saat mengeluarkan bola dari gawang, ia menggigit bibir marah lalu menendang bola sejauh-jauhnya. Collina mendekat dan menunjukkan kartu kuning sebagai peringatan. 　　Tiga menit kemudian, peluit panjang Collina mengakhiri pertandingan sekaligus menghentikan "permainan mencetak gol" Inter Milan. 　　"Skor 6-0, hasil yang mengerikan! Bahkan fans Inter Milan paling setia pun takkan pernah membayangkan tim mereka bisa menghajar AC Milan dengan enam gol tanpa balas di kandang sendiri!" 　　“Ini jelas merupakan skor langka dalam sejarah Derby Milan, terutama di musim di mana kedua tim sama-sama berambisi merebut gelar. Kekalahan ini sangat memukul semangat pemain AC Milan. Namun bagi Inter Milan, ini adalah kemenangan besar yang memuaskan, sebuah kemenangan yang nyaris sempurna!” 　　“Kita harus mengakui kekuatan menyeluruh pemain Inter Milan. Tapi di saat bersamaan, kita juga harus memberi penghormatan pada pelatih muda berbakat yang berdiri di pinggir lapangan ini. Dialah yang menciptakan Dinasti Nerazzurri dengan tangannya sendiri.” 　　“Setelah Derby Milan hari ini, seluruh dunia tidak akan menyangkal: Serie A telah memasuki era Dinasti Biru-Hitam Inter Milan lebih cepat dari perkiraan. Tim yang dipimpin Yang Chengzhuo ini akan menjadi tanda yang membekas dalam sejarah Liga Italia. Pertandingan ini juga akan menjadi klasik abadi di hati para fans Inter Milan!”