Tangannya gemetar saat membuka botol air ketiga. Dua botol sebelumnya sudah dihabiskan sekali teguk, tapi keringat masih terus mengucur deras di sekujur tubuhnya. Sesekali ia menenggak beberapa teguk, mencoba menenangkan diri yang masih berdebar-debar.
Chiellini memandang rekan setimnya yang sedang bercengkerama dengan riang di kejauhan, dia merasa dirinya sangat buruk.
Dulu di Livorno, kebugarannya tergolong bagus, tapi setelah datang ke Inter Milan, dia akan menemukan tragis bahwa kebugarannya bahkan tidak lebih baik dari Recoba yang dianggap paling lemah di skuad; dulu kecepatannya di Livorno termasuk cepat, tapi di Inter Milan, dia menyadari kecepatannya sama sekali tidak punya ruang untuk menunjukkan kemampuan.
Kenapa?
Karena mereka semua melakukan operan!
Saat menyadari hal ini, remaja Italia yang awalnya sangat ambisius ingin menorehkan prestasi di Inter Milan dan menjadi bintang top di bawah asuhan Sang Kaisar ini, akhirnya dengan putus asa bertanya pada diri sendiri setelah melewati beberapa hari sesi latihan: Untuk apa sebenarnya aku berada di Inter Milan?
Beberapa kali, dia benar-benar sangat sangat ingin bertanya pada Sang Kaisar: Sebenarnya apa yang membuatmu memilihku?
Tapi setiap kali dia menahan diri, karena tidak berani, dan juga tidak ingin!
Bergabung dengan Inter Milan baginya seperti mimpi indah masuk Surga, seorang remaja yang bahkan tidak bisa bermain di Liga C1, ternyata bisa bergabung dengan Inter Milan, ini bahkan lebih seperti dongeng daripada Cinderella.
Jadi dia sangat menghargai, mati-matian berusaha, dia tidak ingin meninggalkan Inter Milan, sama seperti tidak ada yang mau kembali ke Neraka setelah masuk Surga.
Tapi secara pribadi, dia sudah bertanya pada dirinya sendiri berkali-kali: Apakah aku sepadan dengan Inter Milan?
Jujur saja, dia bahkan lebih buruk dibanding banyak pemain muda di tim muda Inter Milan, terutama dalam aspek teknis.
Saat istirahat, Chiellini sedang tertekan, sementara Yang Chengzhuo dan yang lain di kejauhan sedang menilai.
Banyak anggota tim pelatih masih mempertahankan pandangan bahwa Chiellini tidak nyaman di tim utama, lebih baik turunkan ke Tim Dua dulu.
Yang Cheng menatap Paulus Bayer, orang Jerman itu menggelengkan kepala dengan senyum pahit, "Akademi sepak bola Italia yang khas!"
Sang Kaisar tertawa getir, "Tampaknya kalian semua menganggap dia tidak pas!"
Seluruh pelatih mengangguk, selain hal lain, dari segi teknik, kemampuan teknis Chiellini sangat buruk.
Tentu saja, ini tidak bisa disalahkan padanya, karena dia juga korban.
Melirik sejarah sepakbola Italia, Sacchi mutlak merupakan sosok luar biasa yang sangat penting. Dia mendefinisikan ulang gaya khas sepakbola Italia, dari pertahanan berantai asli, berubah menjadi sistem pertahanan berantai berbasis area. Taktiknya berpusat pada konsep pembatasan ruang sebagai inti, kemudian mengembangkannya menjadi strategi menyeluruh.
Pencapaian Sacchi luar biasa, kontribusinya pada sepakbola Italia juga tak terbantahkan. Namun kerusakan yang dia timbulkan pada sepakbola Italia, hanya sedikit yang bisa menyaksikannya.
Setiap hal memiliki dua sisi. Orang lain lebih memilih melihat sisi baik, sementara mengabaikan sisi buruk.
Sistem taktik Sacchi menekankan area dan pembatasan ruang, yang membentuk sistem pelatihan remaja khusus yang disesuaikan dengan konsep taktiknya. Ini terjadi secara alamiah, bahkan Sacchi sendiri tidak bisa mengendalikannya. Ketika tim-tim Italia mengagumi taktiknya, sistem pembinaan pemain muda pun otomatis melayaninya - siapa pun tidak bisa mengubah ini.
Oleh karena itu, standar seleksi akademi sepak bola Italia lebih condong ke pemain dengan kemampuan fisik luar biasa. Tapi ini hanya masalah seleksi bakat. Akar masalah sebenarnya terletak pada sistem pelatihan remaja Italia yang lebih fokus pada pengembangan taktik. Mereka menganggap pembelajaran taktik adalah proses bertahap, bahkan pelatih sendiri sulit langsung memahami suatu taktik tertentu. Karena itu, pembinaan harus dimulai sejak masa remaja.
Selain itu ada faktor kondisi mental! Sejak kecil mereka harus belajar bagaimana menghadapi suasana pertandingan yang penuh kecemasan!
Saat Yang Chengzhuo tiba di Inter Milan, aspek yang paling mendapat perhatian di Akademi Pelatihan Interello adalah pengajaran teori. Mereka memulai dari area dan formasi pertahanan, menanamkan segudang teori kepada para pemain, lalu mempraktikkan teori tersebut melalui simulasi di lapangan.
Ironisnya, penyebab semua ini justru adalah pencapaian gemilang Arrigo Sacchi di masa lalu yang membuat generasi penerus terlalu tersesat.
Selama tiga tahun memimpin Inter Milan, Yang Chengzhuo berhasil menggulingkan semua ini. Level akademi sepak bola Inter Milan langsung terangkat, kembali ke jalan yang menghargai teknisi, kreativitas, dan aspek-aspek pengembangan lainnya.
Namun kemampuan teknis Giorgio Chiellini justru merupakan produk dari sistem akademi Italia - lebih tepatnya level akademi liga tingkat rendah.
“Dia sementara belum bisa bermain di tim utama, tapi akan berlatih bersama tim utama dan mengikuti pertandingan Tim Dua!” Yang Chengzhuo membuat pengaturan terbaik, lalu menambahkan, “Masih seperti pepatah lama, aku percaya dia akan menjadi bek tengah yang hebat. Dia akan menjadi masa depan Inter Milan!”
“Mau tidak mau mempertaruhkan?”
Para pelatih menggelengkan kepala sambil tertawa getir, tak ada yang menghiraukannya.
……
……
Usai sesi pelatihan siang hari, semua orang kembali ke ruang ganti untuk mandi, ganti baju, dan bersiap ke kantin.
“Bos bilang, setelah makan datanglah ke kantornya!” Bergomi mendekat sambil tersenyum memerintahkan.
Chiellini membeku, agak khawatir.
“Tenang saja, cuma obrolan biasa!” Bergomi terkekeh.
Chiellini pun lega, tapi seluruh proses makan dia terus memikirkan pertemuan nanti dengan Yang Chengzhuo.
Baginya, Sang Kaisar adalah sosok raja yang berada di atas takhta, sementara dirinya hanyalah rakyat biasa tak berarti di bawah kekuasaan sang raja. Sepatah kata sang penguasa bisa menentukan hidup-matinya, mengukir masa depannya.
Namun terlihat jelas, dia adalah pribadi yang cukup kuat. Usai makan, tanpa berlama-lama, langsung mengetuk pintu kantor Yang Chengzhuo.
"Masuk!" teriak Yang dari dalam.
Melihat itu adalah Chiellini, ia tersenyum. "Datanglah, duduklah!" Ia menunjuk kursi di hadapannya.
Bagi Yang Chengzhuo, berkomunikasi dengan para pemain adalah mata rantai vital dan taktik wajib dalam mengelola sebuah tim.
Di layar TV kantor, tayangan rekaman sesi latihan beberapa hari terakhir terus diputar - hampir seluruhnya menampilkan fragmen tentang Chiellini. Perasaan campur aduk: hangat di hati, malu, dan cemas berbaur menjadi satu.
"Ceritakan pengalamanmu sejak bergabung dengan tim, Giorgio!" ujar Yang sambil tersenyum.
Giorgio Chiellini melihat pandangan dorongan Yang Chengzhuo, berpikir sejenak, "Menurutku...", dia gugup, tidak bisa melanjutkan.
"Tenang, bicaralah dengan berani, semua pertanyaan boleh diajukan!" Yang Chengzhuo memberi semangat.
Chiellini menatap Yang Chengzhuo, akhirnya memutuskan untuk blak-blakan, "Bos, aku tidak paham, kenapa Anda tertarik padaku?"
Yang Chengzhuo tertawa getir, sudah menduga pertanyaan ini pasti mengganggu Chiellini sejak lama.
"Berapa usiamu tahun ini?"
"Hampir 18 tahun!" jawab Chiellini.
Yang Chengzhuo mengangguk, "Jika kubilang tertarik karena kekuatanmu, pasti kau tak percaya, karena bahkan aku sendiri tak percaya."
Chiellini diam-diam mengangguk, kemampuannya bahkan kalah dengan Tim Dua Inter Milan.
Yang Chengzhuo berdiri, tanpa ampun mengkritik: "Menurutku, kemampuanmu sangat payah, bahkan bisa dibilang tidak sepadan dengan Inter Milan saat ini. Tapi tetap kupikir kau akan sukses di sini. Tahu kenapa?"
Chiellini segera berdiri menyusul, melihat Yang Chengzhuo yang sudah berjalan ke jendela kantor, menggelengkan kepala. Dia tidak paham.
"Aku sangat percaya pada firasat. Saat pertama melihat Van Nistelrooy, langsung kurasakan anak ini tidak cocok main di lini tengah, harusnya jadi striker. Ketika melihat Verón, kuyakin anggota ini tidak punya masa depan di sayap karena kecepatan dan Guncangan-nya kurang, pasti mati sudah. Dan ketika melihatmu, firasatku berkata kamu harus bermain sebagai bek tengah atau bek kiri."
Sambil berbicara, Yang Chengzhuo berjalan ke depan TV. Dia memundurkan rekaman sejenak, tepat pada adegan duel antara Chiellini dan Van Nistelrooy kemarin. Menunjuk layar, dia bertanya: "Apa kamu melihat sesuatu?"
Chiellini mengangguk, "Ya, performa saya sangat buruk!"
Yang Chengzhuo tersenyum getir. Rupanya pemain muda ini cukup jujur mengakui kekurangan sendiri tanpa rasa malu.
"Bukan itu yang kumaksud! Aku sedang membicarakan Van Nistelrooy!"
Chiellini memperhatikan rekaman itu beberapa saat, lalu kembali menggelengkan kepala.
"Aku sengaja mempertemukanmu dengan Nesta selama beberapa hari untuk melawan Van Nistelrooy. Apakah kamu merasa tak bisa menghentikan striker Belanda itu? Gerakan tipuan atau pola larinya yang asal-asalan selalu bisa menembus pertahananmu? Bahkan saat kau yakin sudah memblokadenya, tiba-tiba dia melepas tendangan dari sudut tak terduga?"
"Benar!" Chiellini spontan berseru.
Ucapan Yang Chengzhuo itu menyentuh harapan tersembunyinya.
"Tahu alasannya?"
Chiellini menggelengkan kepala.
"Karena kecerdasan pergerakan tanpa bola dan kemampuan menilai ruang lapangan yang fenomenal miliknya jauh melampauimu. Bahkan bek tengah top seperti Nesta pun kesulitan menghadapinya."
Tanpa daya pikir spasial yang luar biasa, bagaimana Van Nistelrooy bisa mencetak gol di kotak penalti yang sempit?
"Menurut arah pelatihan yang kamu terima sejak kecil, di kepalamu sudah tertanam tradisi yang menganggap pertahanan itu pasif dan serangan itu aktif. Tapi sebenarnya tidak seperti itu! Dalam taktik Inter Milan kami, pertahanan dan serangan sama-sama aktif!"
Melihat Chiellini masih bingung, Yang Cheng tersenyum dan memutar ulang fragmen pertahanan Nesta.
"Perhatikan baik-baik. Alasan pertahanan Nesta bisa mengimbangi kecepatan Martins bukan karena dia lebih cepat, tapi karena dia melakukan penilaian lebih dini. Artinya, sebelum Martins bergerak, dia sudah memprediksi langkah berikutnya Martins."
“Bukan hanya pertarungan satu lawan satu, tapi juga mencegah rute operan lawan, mengisi celah pertahanan tim, memberikan tambahan posisi untuk rekan setim, dan lain-lain. Semua ini bukan tindakan pasif, tapi harus dilakukan secara aktif! Karena bersikap pasif berarti diam seperti patung diterjang, taktik Inter Milan kita adalah memukul, bukan dipukul!”
“Bagimu, sekarang ada dua hal yang harus ditingkatkan: pertama, teknik. Baik teknik penguasaan bola seperti mengontrol bola dan operan, maupun teknik marking saat bertahan. Aku akan berkata jujur dengan sedikit ketat: dalam kehidupan ini kamu memang ditakdirkan bukan menjadi penyerang. Jika ingin menjadi defender, teknik marking harus bagus.”
Sistem pertahanan saat ini merupakan kombinasi pertahanan area dengan taktik marking ketat. Sudah sulit menentukan mana yang lebih penting antara siapa menjaga siapa. Kuncinya terletak pada pergantian strategi selama pertandingan. Tapi bagaimanapun perubahannya, seorang defender tetap harus menghadapi duel langsung. Di sinilah urgensi kemampuan marking.
Di sini, Yang Chengzhuo mengeluarkan cakram dari DVD, memasukkannya ke dalam kotak, lalu menyerahkannya kepada Chiellini.
"Bawa pulang, tonton perlahan. Nesta dan Bergomi adalah objek pembelajaran yang sangat layak untukmu! Teknik marking mereka, terutama teknik marking ketat, benar-benar luar biasa. Nesta tak diragukan lagi adalah perwujudan sempurna bek tengah sepakbola modern, sementara Bergomi mewakili tradisi bek man-to-man ala Italia yang klasik. Meski agak tertinggal dalam evolusi taktik, ini akan sangat menguntungkanmu!"
Chiellini menerima DVD tersebut dari tangan Yang Chengzhuo. Ia tahu ini adalah hadiah khusus dari pelatihnya.
"Aku akan meminta Moniz dan Mullenstein menyusun program latihan intensif teknik dasar untukmu. Membosankan, tapi sangat efektif. Tanya saja Luca Toni - dia sendiri yang merasakan manfaatnya!" kata Yang Chengzhuo terkekeh.
Setelah Luca Toni bergabung dengan tim, Yang Cheng segera memberikan pelatihan khusus padanya. Pelatihan teknik dasarnya juga tidak terlupakan. Kini performanya yang semakin membaik sebagian besar berasal dari kemampuannya menguasai dan menerapkan teknik dengan semakin tepat.
Terkadang di lapangan sepakbola, yang paling mematikan justru bukan teknik-teknik mewah. Sebaliknya, teknik dasar paling sederhana, paling praktis, dan paling tidak mencolok itulah yang paling menentukan!
Oleh karena itu, trik-trik seperti ekor sapi, putaran Marseille, atau dribel pendulum yang dipuji-puji fans itu sebenarnya tidak bermakna. Itu hanya menambah poin kesan saja. Kunci untuk menjadi pemain top level justru terletak pada penguasaan dasar.
Banyak hal dalam sepakbola bisa terlihat sangat rumit, tapi sebenarnya sangat sederhana!
……
……
Usai mengantar pergi Chiellini, Yang Cheng kembali duduk di depan meja kerjanya.
Tidak diragukan lagi, tim pelatih memberikan penilaian yang sangat rendah terhadapnya. Selain kecepatan dan kemampuan fisik, benar-benar tidak terlihat hal yang layak dipuji darinya. Tapi Yang Chengzhuo tetap memutuskan untuk mengasahnya.
Oleh karena itu, baru saja Yang Chengzhuo memberitahu Chiellini bahwa ke depannya akan terus mengatur dia untuk melawan striker. Sementara itu, karena dia sementara belum memenuhi permintaan tim utama, jadi hanya bisa mengikuti pelatihan tim utama dan bertanding di Tim Dua.
Chiellini tidak memprotes semua ini. Dia bahkan bukanlah pendatang baru sekalipun. Penjadwalan Yang Chengzhuo adalah hal yang tak bisa ditolaknya. Apalagi, Yang Chengzhuo sudah menunjukkan manifestasi penghargaan terhadap dirinya.
Sejujurnya, Chiellini dalam waktu dekat sama sekali bukan andalan. Hanya saja saat ini tim memiliki tiga bek tengah, Ferrari juga bisa berdiri sendiri. Menurut Yang Chengzhuo, dibandingkan merekrut bek tengah yang hanya akan terbuang-buang, lebih baik merekrut pendatang baru untuk diasah sebagai simpanan masa depan.
Naik ke kapal Inter Milan, tentu saja Yang Chengzhuo berharap kapal ini bisa kabur cepat. Tidak peduli berapa lama dia akan bertahan di Inter Milan, dia ingin Inter Milan tetap mempertahankan kekuatannya.
……
……
Inter Milan melakukan pelatihan intensif di Pinzolo dan menggelar pertandingan pemanasan pertama melawan tim lokal. Hasilnya Inter Milan menang mutlak 3-0 berkat performa menonjol Van Nistelrooy, dengan kombinasi bek tengah Ferrari dan Nesta yang memastikan pertahanan tim solid.
Selanjutnya Inter Milan bertanding dua kali lagi melawan tim sekitar sebagai pemanasan, juga berhasil mengalahkan lawan dengan pertahanan rapi tanpa kebobolan. Sayangnya gol yang tercipta sedikit, hanya 8 gol dalam 3 pertandingan pemanasan melawan tim-tim liga tingkat rendah yang memang kurang kuat dalam serangan.
Tapi poin penting yang harus diperhatikan: Saat ini Inter Milan sedang menjalani program latihan intensif besar-besaran.
Setelah pemain seperti Ronaldo yang mengikuti Final Piala Dunia kembali ke tim, mereka segera menjalani program intensif di bawah arahan Chris Schmidt dan Tim Hank untuk mengejar ketertinggalan latihan sebelumnya. Hal ini menyebabkan performa para pemain terlihat kurang bersemangat, mengingat persiapan fisik berintensitas tinggi yang membuat raga mereka sangat kelelahan.
Yang Chengzhuo merasa puas dengan persiapan tim. Setelah menyelesaikan 3 pertandingan pemanasan yang padat, tim meninggalkan kota kecil Pinetina dan kembali ke kota Milan untuk menghadapi laga persahabatan berikutnya melawan Como di sekitarnya. Inter Milan yang mulai memasuki tahap pemulihan fisik menunjukkan peningkatan signifikan dibanding sebelumnya, menghancurkan lawan 5-0 di kandang sendiri.
Selanjutnya tim terus berlatih di markas Pinetina, lalu akan berangkat ke Turin untuk mengikuti Piala Bir Moretti. Selain Inter Milan dan Juventus, tim peserta kali ini juga mencakup Chelsea dari Liga Primer - sebuah kejutan yang cukup inovatif.
Tepat pada saat ini, Juventus justru mengalami konflik internal.
Setelah pertandingan persahabatan melawan Lazio, gelandang Belanda Edgar Davids berselisih dengan pelatih Marcello Lippi. Penyebabnya adalah penyesuaian taktik yang dilakukan Lippi sejak menjabat, yang kurang menekankan perencanaan serangan melalui lini tengah. Namun hal ini juga terkait dengan kepergian Zinedine Zidane dan kegagalan merekrut pengganti yang memadai.
Akibatnya, peran Davids di Legiun Zebra semakin tersisihkan. Musim lalu, Lippi berulang kali menggantikannya di tengah pertandingan dengan alasan tidak sesuai dengan taktik menyeluruh. Belakangan sikapnya semakin keras, menempatkan pemain Belanda itu di bangku cadangan dan tidak memberinya kesempatan tampil sebagai starter, bahkan kapten veteran Antonio Conte lebih sering dimainkan darinya.
Pada pertandingan pemanasan musim ini, Davids masih belum berhasil mendapatkan posisi di skuad inti, bahkan beberapa kali muncul rumor ketidakcocokannya dengan Lippi. Capello justru sangat menyambut kedatangan Davids ke Roma, karena gelandang Belanda ini bisa mengoper, menembak, mengontrol bola, sekaligus menjadi |defender tak kenal lelah yang selalu diminati banyak klub.
Juventus awalnya sedang bernegosiasi dengan Roma, namun setelah Lippi mengeluarkan pernyataan di koran tentang rencana mempertahankan Davids, Moratti langsung membatalkan perundingan. Hal ini membuat Sensi menyerang keras Moratti melalui media, menyebutnya brengsek dan main-main.
Karena persoalan ini, Davids merasa frustasi. Dalam pertandingan pemanasan melawan Lazio, baru di menit ke-80 ia masuk sebagai |pemain pengganti dengan performa biasa-biasa saja. Davids meledak marah, meneriakkan ke arah Lippi: "Kau hancurkan aku! Aku mau transfer! Aku tidak mau bertahan di sini lagi!"
Lippi membalas dingin: "Aku pelatih kepala. Tanpa persetujuanku, tidak ada satu pemain pun yang boleh pergi!"
Akibatnya, kedua orang itu bertarung habis-habisan di ruang ganti. Konon tingkat kekerasannya tidak kalah dengan insiden sepatu terbang Ferguson. Namun media tidak melaporkan detail konflik maupun kelanjutannya, hanya mendapatkan beberapa informasi internal dari mulut beberapa pemain di ruang ganti.
Dari hal ini terlihat jelas, setelah Lippi kembali memegang kendali tim, Juventus yang telah menginvestasikan dana besar di musim lalu tetap gagal menghentikan laju Nerazzurri. Seluruh anggota tim terutama Lippi sebagai pelatih kepala menanggung tekanan besar, membayangi perjalanan mereka di musim baru.
Saat menerima kabar ini, reaksi pertama Yang Chengzhuo adalah senang.
"Biarkan badai datang lebih dahsyat!" Si Anu bersukacita dengan penuh sarkasme.
