Di lapangan sepakbola, ada tipe pemain yang gayanya sederhana. Tak ada gelombang dahsyat maupun kejutan spektakuler, hanya ketekunan dan usaha tiada henti.
Ada yang bilang, sepakbola adalah profesi masa muda. Jika sampai usia 20 tahun belum tampil ke depan, berarti sudah tidak berguna.
Tapi selalu ada orang-orang yang baru masuk radar fans ketika usia mereka sudah terbilang senior.
Nedvěd termasuk kategori ini. Ia memulai karier profesional di usia 24 tahun - usia ketika pemain lain sudah memasuki masa keemasan.
Tanpa teknik kaki yang megah untuk menciptakan dongeng indah di lapangan hijau, tanpa bakat luar biasa untuk mereplikasi kisah "satu gol mengubah nasib" ala film, ia hanya bisa mengandalkan lari tak kenal lelah dari pertandingan demi pertandingan. Usaha tanpa henti inilah yang mengisi kariernya sekaligus menjadi tafsir atas sepakbola miliknya sendiri.
"Pernah ada seorang wartawan yang bercanda dengan Yang Chengzhuo, 'Semua momen spektakuler Nedvěd seumur hidup jika ditotal, masih kalah mentereng dengan satu season Zidane. Kenapa pemain seperti ini malah kamu beri tanggung jawab besar?'"
Yang Chengzhuo kala itu tersenyum menjawab, "Ada orang yang tak boleh dibandingkan selamanya. Zidane mewakili seni sepakbola. Dia dan Ronaldo sama-sama mewakili sepakbola ala alien. Tapi Nedvěd adalah sepakbola milik kita manusia. Dari dirinya, semua orang bisa merasakan keindahan paling purba dan paling murni dari sepakbola."
"Alasan Nedvěd kalah dari Zidane cuma satu: Saat melahirkannya, orang tuanya tidak memberikan gen sepakbola yang cukup. Tapi dengan usaha keras setelah dewasa, dia membuktikan satu hal - sepakbola seringkali bukan hanya urusan bakat semata!"
“Dalam setiap pertandingan dia terus berlari kencang, dalam setiap pertandingan dia tak henti mengejar, dalam setiap pertandingan dia terus mengulangi gerakan-gerakan sederhana. Tak mengejar data statistik yang mentereng, tak mengandalkan gerakan tipuan yang memukau, namun sepakbolanya penuh vitalitas dan efisiensi, juga sarat dengan ketekunan dan usaha. Inilah sepakbola khas Nedvěd!”
Mengikuti Yang Chengzhuo ke Inter Milan, tim yang dipenuhi cahaya bintang tumpah ruah. Tak ada yang menyangka Nedvěd bisa menjadi inti tim. Namun faktanya, melalui performa menonjol yang ditunjukkannya dari pertandingan ke pertandingan, dengan ketekunan dan kerja keras, dia membuktikan bahwa meski tanpa bakat alami, meski bukan bintang top, dia tetap bisa menjadi jantung Inter Milan sekaligus simbol semangat mereka.
Jika sekarang bertanya kepada para Nerazzurri: Siapa pemain paling dicintai fans di skuad Inter Milan?
Tak perlu ragu, jawabannya adalah Pavel Nedvěd!
"Dari kesediaannya bertarung hingga memuntahkan darah untuk tim, dari tahun ke tahun berjuang sengit untuk Inter Milan, dari setiap hari selalu yang pertama tiba di basis pelatihan dan terakhir pulang... Dia membutuhkan waktu yang sangat lama untuk membuktikan dirinya sebagai Jiwa dan pilar paling tak terbantahkan Inter Milan!"
"Karena itu, saat menghadapi Manchester United, ketika Yang Cheng mempercayakan tanggung jawab besar memenggal MU kepada Nedvěd, tidak ada yang memprotes dalam skuad. Semua memberikan kepercayaan dan dukungan penuh pada pemain Ceko itu."
"Jika bahkan dia tidak bisa menyelesaikan tugas ini, mungkin tidak ada manusia di dunia ini yang mampu melakukannya!"
……
……
"Pavel, aku ingin kamu mulai berlari aktif sejak awal pertandingan, seperti yang biasa kamu lakukan. Tapi tugasmu adalah: ketika serangan tim kita mendesak ke sayap kanan dan Gary Neville bergerak ke tengah, kamu harus muncul di sayap kiri."
"Serangan kami akan sebisa mungkin mengutamakan sayap kanan, terlihat seolah ingin menyerang sisi kiri Manchester United. Tapi sebenarnya, Kamu di sayap kiri lah senjata pamungkas yang paling mematikan. Zambrotta akan memberikan dukungan dari belakang, sementara tugasmu adalah menyerang area yang terbuka akibat pergerakan Gary Neville ke tengah."
"Aku ingin pertarungan ini langsung berakhir di babak pertama!"
Inilah tugas yang diembankan Yang Chengzhuo kepada Nedvěd dalam rapat persiapan pra-pertandingan. Selama beberapa hari terakhir, Inter Milan terus melatih pola koordinasi serangan tiba-tiba ke sayap kiri setelah melakukan serangan tipuan di sayap kanan, dengan Nedvěd dan Zambrotta bergantian merancang serangan.
Ini jelas-jelas berarti seluruh tanggung jawab mencetak gol diletakkan di pundak Nedvěd.
Pemain asal Ceko itu tentu memahami hal ini, sekaligus menyadari bahwa Inter akan sulit menang jika ia gagal melaksanakannya.
Seberapa besar kepercayaan yang dibutuhkan Yang Chengzhuo terhadapnya?
“Dia tidak paham, dan tidak ingin paham. Satu-satunya yang dia inginkan adalah memenangkan pertandingan ini untuk Bos, untuk Inter Milan, untuk fans! Selebihnya, dia tidak mau tahu!”
Setelah pertandingan dimulai, Nedvěd berlari sangat agresif. Tapi lebih banyak waktu yang dia habiskan untuk mengamati. Posisinya tetap di tengah medan, namun cakupan aktivitasnya sangat luas. Sebenarnya dia sedang mengamati dengan serius pergerakan Gary Neville, menunggu momen ketika pemain itu mulai merangsek ke tengah.
Dia menemukan satu hal: Beckham berada di posisi gelandang kanan, bertugas menjaga Zambrotta.
“Si licik tetap licik!” ujar Yang Chengzhuo sambil menggelengkan kepala sambil tertawa di pinggir lapangan.
Ferguson menyiapkan dua persiapan: satu untuk pertahanan sayap kiri, satunya lagi mengantisipasi serangan mendadak Inter Milan ke sayap kanan.
Karena itu terlihat jelas, Giggs bermain sangat maju sementara Beckham menarik diri. Scholes berperan sebagai shadow striker. Setiap kali ada serangan balik, Manchester United pasti akan menyerang lewat sayap kiri.
Dapat dikatakan, dalam hal persiapan sebelum pertandingan, kedua pelatih kepala telah melakukan yang terbaik yang bisa mereka lakukan. Masalah utama bagaimana cara melawannya, tergantung pada performansi aktual para pemain di lapangan.
"Pavel!" Yang Chengzhuo mendatangi pinggir lapangan, membuat gerakan tangan ke arah Nedvěd.
Pemain asal Ceko itu langsung mengangguk tanda memahami maksudnya, tidak berkata apapun, terus berlari di lapangan.
Menit ke-12, Inter Milan menyerang sayap kanan. Deco yang menguasai bola dikepung oleh Roy Keane, memilih mengembalikan operan ke Emerson. Gelandang Brasil itu meminjak momentum dengan memberikan bola ke Pirlo, yang kemudian mengoper ke Nedvěd yang telah menarik diri ke depan wilayah terlarang agak ke kiri. Dengan raga menghalangi Gary Neville yang mendekat, pemain Ceko itu berbalik ke kiri, menyambar kesempatan sebelum bek MU itu menyentuh bola, melepaskan tembakan keras.
Bola melenceng!
Nedvěd menggelengkan kepala keras, keringat beterbangan dari rambut pirangnya. Ekspresi penyesalan yang jelas terlihat di wajahnya.
Yang Chengzhuo di pinggir lapangan terus menepuk-nepuk tangan, tersenyum ke arah Nedvěd sambil memberi isyarat bahwa dia berprestasi.
"Timing kali ini kurang tepat!" ujar Benítez.
Yang Cheng mengangguk, "Jika sayap kanan bisa lebih menekan ke depan dan posisi Neville sedikit ke tengah, dia bisa menyesuaikan diri dengan tenang. Gol itu hampir pasti tercipta."
Tapi setelah itu, Yang Cheng tiba-tiba terkekeh, "Anak muda ini selalu lebih lambat sedikit dari yang lain. Begitu dia menggenggam irama permainan, segalanya akan lebih mudah!"
Benítez dan yang lain mendengarnya terkekeh.
Nedvěd sebenarnya tidak memiliki bakat luar biasa. Pemahaman dirinya di lapangan juga kalah mentereng dibanding Zinedine Zidane dkk. Tapi dengan ketekunannya, begitu dia menguasai pola irama tertentu - atau lebih tepatnya pola aktivitas Gary Neville - saat itulah Manchester United mulai pusing.
……
……
Serangan pertama gagal, Nedvěd tidak patah semangat. Dia tetap berlari ke sana kemari, terlihat seperti kesempatan yang tidak disengaja, tapi sebenarnya sedang menunggu dengan kesabaran.
Hanya 10 menit setelah serangan terakhir, Manchester United mendapat kesempatan menyerang. Mereka langsung menembus wilayah Inter Milan, tapi Emerson dengan bantuan Nedvěd berhasil menjepit Scholes. Setelah berhasil merebut bola, langsung mengalirkan ke sayap kanan untuk melancarkan serangan balik cepat.
Serangan balik Inter Milan datang seperti gelombang, tapi pertahanan MU juga terorganisir cepat. Di sayap kiri, garis pertahanan segera terbentuk. Ketika Deco dan Zanetti tiba di jantung pertahanan MU, area itu sudah dipadati bek-bek Setan Merah.
Tepat ketika semua orang mengira mereka akan stabilkan permainan, Deco mengoper ke Pirlo yang mendekat. Sang pemain Italia itu mengirim umpan silang presisi ke sayap kiri tim.
Zambrotta mengontrol bola dengan dada, Beckham segera melakukan pressing. Tapi bek sayap Italia ini tidak berlama-lama menguasai bola, langsung mengirim umpan ke depan tepat ke belakang punggung Beckham.
Di situ tidak ada siapa-siapa!
Tapi... benarkah tidak ada siapa-siapa?
Tiba-tiba Nedvěd berlari mati-matian dari tengah ke sayap kiri. Dia dan Verón saling adu kecepatan. Pemain Argentina itu menguasai posisi kanan yang lebih strategis, namun Nedvěd terus memacu larinya. Dengan kecepatan penuh, dia berhasil menyalip Verón dan melakukan pemberhentian mendadak di depan sang Argentina.
Verón terpeleset melampaui bola yang sudah berhasil dihentikan Nedvěd di belakangnya.
Pemain Ceko itu berbalik, mengangkat kepala. Dalam sekejap, seluruh situasi di kotak penalti terpeta jelas di otaknya.
Fokus pertahanan MU sedang bergeser ke kanan. Roy Keane mulai mendekat untuk mengamankan area depan kotak penalti. Gary Neville bersiap keluar dari area terlarang, sementara Barthez... oh, posisi Barthez masih tetap di sisi kiri.
PELUANG!!
Baru saja kesadaran ini melintas di kepala, Nedvěd secara naluri langsung menyadari ini adalah kesempatan. Ia membawa bola menyusup ke area sudut kiri penalti. Keane dan Gary Neville membentuk formasi tanduk untuk menjepitnya, namun tiba-tiba pemain asal Ceko itu langsung melepas tembakan.
Tembakan ini menempel sangat dekat dengan tanah, kecepatannya luar biasa, bertenaga penuh tanpa trik apa pun. Seperti tank yang melaju serampangan, takkan berbelok, langsung menuju sudut kiri bawah gawang.
Gary Neville refleks ingin menjulurkan kaki untuk menghalang, tetapi tidak berhasil.
Barthez sempat bereaksi, namun karena posisinya tadi terlalu ke kanan, ia tak mampu mencapainya.
Bola menggelinding rapat di atas rumput masuk ke gawang, menabrak jaring gawang, terus-menerus berdenyut di balik garis gawang.
Pada detik ini, seluruh Stadion Giuseppe Meazza sunyi senyap. Semua orang menyaksikan kejadian ini, menyaksikan pria Ceko itu.
"Terlihat Nedvěd setelah menyadari golnya, dengan penuh semangat mengepalkan kedua tangan dan terus mengayunkannya di atas kepalanya.
Seluruh Stadion Giuseppe Meazza tiba-tiba bergemuruh oleh sorakan paling meriah, seluruh fans Inter Milan bersorak penuh semangat menyebut nama Nedvěd. Pemain asal Ceko itu langsung melesat keluar lapangan menuju Tribun Utara stadion, menerima sorak-sorai gegap gempita dari penonton.
Setelah menoleh, satu per satu rekan setim berlari mendekat dari belakang. Mereka berpelukan dengan penuh kegembiraan.
"Gol!" komentator menarik suaranya panjang penuh antusias.
"Dicetak oleh Pavel Nedvěd asal Ceko! Inter Milan membuka keunggulan di menit ke-21 melalui tembakan keras dari sudut kiri wilayah terlarang Nedvěd yang menembus gawang Butt!"
"Posisi Barthez sebenarnya agak menyimpang. Saat melihat bola sudah jelas pindah dari sayap kanan ke kiri, dia seharusnya segera menyesuaikan posisinya. Dia terlihat terlalu sombong. Jika saat itu dia berdiri di area kiri, tembakan jarak jauh Nedvěd mungkin tidak akan berhasil."
"Manchester United mengalami tekanan. Hingga sekarang di babak pertama, MU terus ditekan oleh serangan Inter Milan. Kini gawang mereka malah lebih dulu bobol, membuat pertandingan ini semakin sulit dikalahkan!"
"Nedvěd baru-baru ini dalam kondisi sangat menonjol, terus mencetak gol dan memimpin Inter meraih kemenangan beruntun. Terutama setelah Yang Chengzhuo membebaskan posisinya secara tuntas, dia semakin lihai di lapangan seperti ikan di air."
“Benar-benar mengejutkan, sebenarnya semua orang menduga Inter Milan akan mengeksploitasi celah di sayap kiri Manchester United, sementara MU juga telah menyiapkan senjata berat di area tersebut. Ribuan orang berspekulasi bahwa sayap kiri MU akan menjadi masalah utama kemenangan/kekalahan pertandingan ini. Namun faktanya, kita menyaksikan kedua belah pihak sama-sama tidak menaruh alat taruhan di sayap kiri, melainkan di sayap kanan.”
“Dari awal pertandingan hingga sekarang, serangan sayap kanan Inter Milan terlihat lebih seperti gertakan - persiapan pengalih perhatian yang sengaja dibuat Yang Chengzhuo untuk mengelabui Ferguson. Senjata pamungkas sebenarnya adalah Nedvěd yang posisinya berkedip-kedip diterpa angin, dengan titik berat serangan justru mengarah ke sayap kanan MU.”
“Pertandingan terakhir Nedvěd juga mendapat kesempatan menembak di posisi ini, sekarang pun sama. Tampaknya Ferguson harus segera menyesuaikan taktiknya!”
Komentator merasa kagum dengan permainan strategi dan kekuatan antara kedua pelatih kepala.
Baik Yang Chengzhuo maupun Ferguson, jelas tidak fokus pada kelemahan dan kelebihan tim mereka sendiri, melainkan lebih menekankan cara menahan diri lawan serta pengaturan formasi lawan.
Inter Milan melakukan serangan tipuan di sayap kiri sementara serangan nyata di sayap kanan, tidak hanya mencapai efek kejutan tetapi juga meredam tekanan serangan Manchester United di kanan, memaksa kontra-serangan MU hanya bisa mengarah ke kiri yang lebih mudah dipertahankan.
Benar-benar merupakan contoh sempurna "dua target tercapai sekaligus"!
"Semua ini berkat prestasi besarmu, Rafa!" puji Yang Chengzhuo sambil terkekeh.
Benitez memang sangat ahli dalam persiapan taktik yang lebih menargetkan lawan.
Saat mereka merundingkan taktik, Yang Chengzhuo berpikir untuk melakukan serangan tipuan di sayap kiri sambil menyerang sungguhan di kanan. Ini sesuai dengan keunggulannya sebagai pelatih ofensif. Benitez mengusulkan pendekatan langsung: menggunakan sayap kiri untuk meredam serangan kanan MU, meminta Zanetti menjaga Ryan Giggs, sementara Gianluca Zambrotta maju agresif. David Beckham dimundurkan untuk menekan serangan sayap kanan MU.
Dengan demikian, MU hanya bisa mengandalkan satu sisi serangan.
"Niatmu memang brilian, pasti di luar dugaan Ferguson!" Benitez berkata dengan rendah hati.
Koordinasi antara dia dan Yang Cheng semakin harmonis. Satu ahli menyerang, satu ahli bertahan. Satu jago membangun sistem taktis tim, satu mahir menyusun strategi penargetan. Pasangan optimal ini mulai menunjukkan daya hancur dalam kerjasama mereka.
Sebelumnya Capello, Lippi, dan Ancelotti serta pelatih lainnya jatuh di tangan mereka, kemudian ada lawan Eropa seperti Louis van Gaal yang menelan kekalahan, kini giliran Ferguson.
"Kulihat, brengsek tua itu pasti sudah gila sekarang!" Yang Chengzhuo sengaja tertawa keras, dia ingin Ferguson mendengarnya, semoga si brengsek itu mati menggelegar.
"Kita harus terus mengejar gol, Manchester United bukan klub sembarangan!" Paulus Bayer masih trauma dengan tim MU tahun 1999, bagaimanapun siapa yang pernah menyaksikan Setan Merah saat itu, pasti tidak akan meremehkan mereka.
"Tentu saja, aku tidak akan memberi Ferguson kesempatan seperti ini!" Yang Chengzhuo tersenyum penuh percaya diri.
Ferguson dari kejauhan melihat sikap santai Yang Chengzhuo yang sedang bercanda dengan para asistennya, dalam hati merasa sangat frustasi.
Tim asistensi Yang Chengzhuo memang menonjol, fakta ini udah dari dulu ramai diperbincangkan. Bahkan setiap asisten secara khusus diperkenalkan satu per satu. Ferguson sendiri sangat menginginkan tim asistensi seperti ini, karena dia memang kekurangan staf pendukung semacam itu.
Paulus Bayer dan Tim Hank mungkin masih bisa ditolerir, tapi sentuhan detail teknik Mullenstein dan Moniz, kedalaman penguasaan taktik Benitez, ditambah teknik pelatihan penjaga gawang Di Palma - semua ini bikin mata para pesaing memerah sampai hampir melotot!
Melihat sekelilingnya sendiri, Carlos Queiroz? Memang bagus tapi hanya ahli di bidang pelatihan, paling-paling setara Paulus Bayer. Dibandingkan dengan tim pelatih Yang Chengzhuo, tetap ada kesenjangan yang besar.
"Pastikan Gary mempertahankan posisinya! Berhati-hati dengan Nedvěd!" Ferguson menginstruksikan dengan frustasi.
Namun baru saja kata-katanya terucap, situasi di lapangan sudah mengalami transformasi lagi.
……
……
Inter Milan yang sudah mencetak gol sangat paham bagaimana memanfaatkan momentum. Tim ini mahir bermain baik dalam situasi menguntungkan maupun tidak, terutama di bawah latihan Yang Chengzhuo, mereka sangat ahli memanfaatkan celah lawan untuk terus menekan.
Begitu melihat Manchester United mulai stabil, Ronaldo langsung berpindah ke sayap kanan. Bersama Deco dan Zanetti, mereka membangun koordinasi aktif yang memberikan masalah besar bagi pertahanan MU.
Seolah merasakan tekanan serangan dahsyat dari Inter Milan, garis belakang MU mulai limbung. Para pemain mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan dengan berbagai kesalahan yang muncul.
Menit ke-25, setelah tendangan pembebasan besar MU, Lúcio tiba-tiba menerobos ke depan. Di area tengah lapangan, dia langsung menyundul bola ke jantung pertahanan MU.
Ferdinand dan Wes Brown terus mundur, namun Van Nistelrooy juga mengikuti. Penyerang Belanda itu mengintai di sekitar titik jatuh kedua seperti elang yang menunggu mangsanya.
Tepat ketika Ferdinand bersiap untuk melakukan sundulan penyelamatan, dia menyadari Barthez langsung melesat keluar. Saat seluruh tubuhnya sudah melewati garis kotak penalti, kiper itu melompat tinggi dan menepis sundulan Lúcio dengan tangan, langsung mengarahkannya ke Silvestre di sebelah kiri.
Van Nistelrooy langsung protes!
Seluruh Stadion Giuseppe Meazza jelas melihat ini adalah handball. Penonton di tribun segera meneriakkan, "Handball! Handball!! Kartu merah! Kartu merah!!"
Wasit asal Swedia Anders Frisk menggelengkan kepala kepada Van Nistelrooy yang berlari mendekat untuk memprotes, menunjukkan bahwa dia tidak menganggap ini sebagai pelanggaran tangan, lalu memberi isyarat agar pertandingan dilanjutkan.
Namun belum genap 3 menit sejak keputusan kontroversial itu, Ronaldo dari Inter Milan yang menguasai bola di lini depan berhasil menembus pertahanan dengan kemampuan individu. Dalam situasi kritis karena tak mampu menghentikan gerakan pemain Brasil itu, Wes Brown terpaksa menjegalnya di kotak penalti.
Setelah terguling beberapa meter, sang striker Brasil itu tergeletak di atas rumput lapangan.
Pelanggaran di kotak penalti, bahkan Wes Brown sendiri sudah menyerah protes, menunggu hukuman mati. Seharusnya ini adalah titik penalti yang tak terbantahkan kan?
