"Tuan Frisek, Wes Brown melakukan pelanggaran! Ini harusnya penalti!"
Nedvěd yang melihat wasit Frisek tidak segera memberi keputusan, merasa sedikit cemas. Ia mendekat dan berkata sopan.
Tak disangka, Frisek malah menggelengkan kepala, memberi isyarat agar Ronaldo segera bangun tanpa memberikan penjelasan.
Inilah sikap sok wasit Liga Champions - apapun keputusan mereka, tak pernah ada klarifikasi. Seolah-olah mereka mewakili UEFA yang agung. Padahal, perilaku terus-menerus meneriakkan slogan sial 【Ayahku adalah UEFA】 ini justru menjadi akar segala keraguan.
Sebaliknya di Liga Primer, aspek ini ditangani dengan terbaik. Setiap kali ada keputusan kontroversial, wasit akan memanggil kedua kapten tim untuk memberikan penjelasan sederhana tentang standar dan alasan keputusannya.
Bukan berarti Liga Primer bebas dari vonis zalim. Robot pun bisa melakukan kesalahan jika dijadikan wasit. Tapi setidaknya kebiasaan seperti ini bisa meminimalisir kontroversi, bukan?
"Wasit jahat! Wasit jahat!" Teriakan fans Inter Milan di tribun Stadion Giuseppe Meazza mulai tak terbendung.
Yang Chengzhuo langsung melompat ke pinggir lapangan, memprotes wasit. "Handball tidak kau lihat, penalti pun tidak kau beri! Apa kamu buta?" Amarahnya jelas terlihat.
Ferguson juga berunjuk rasa, "Tadi saat kami hendak melakukan serangan balik, peluit dibunyikan. Jelas-jelas Ronaldo melakukan diving palsu! Dia pantas dapat kartu kuning. Ini jelas keberpihakan pada tim tuan rumah!"
"Yang Chengzhuo mendengar ini lalu menoleh ke belakang, "Hei, si brengsek tua! Kau bicara omong kosong dengan mata terbuka lebar, tidak malukah kau?"
"Brengsek! Berani-beraninya kau bilang serangan balik kita tadi bukan keputusan salah?"
Keduanya saling bertengkar demi memberi tekanan pada wasit, meski tidak terlalu serius. Mereka saling mengeluarkan peringatan licik lalu berbalik dan pergi.
"Sialan! Orang tua itu benar-benar bicara dusta dengan mata terbuka!" geram Yang Chengzhuo.
Benitez terkekeh, "Bagaimana mungkin dia membiarkanmu langsung menekan wasit tanpa melakukan serangan balik?"
Keputusan salah pasti ada di setiap pertandingan. Pelatih cerdik dan pemain berpengalaman akan menggunakan kesalahan ini untuk mempengaruhi standar wasit agar condong ke arah menguntungkan mereka.
Tentu saja orang licik seperti Ferguson tidak akan memberi kesempatan seperti ini pada Yang Chengzhuo. Apalagi timnya masih dalam posisi tertinggal.
"Aku takkan biarkan dia tenang, langsung hancurkan pertandingan ini, bikin dia tamat, maluin si tua bangka itu!" teriak Yang Chengzhuo dengan geram.
"Hei, jangan serangan pribadi!" Paulus Bayer mengingatkan.
"Waduh Paulus, dia pasti juga sedang memakiku sekarang, lihat gerak bibirnya, jelas-jelas dimulai dengan huruf F!" protes Yang Chengzhuo yang merasa cara Paulus Bayer tidak sportif.
Semua orang langsung tertawa terbahak-bahak.
Siapa sangka, dua orang ini sering menelepon dan selalu minum bersama setelah setiap pertandingan?
Entah seperti apa konstruksi otak mereka!
Saat mereka masih frustasi, Yang Chengzhuo langsung melompat ke pinggir lapangan dan mengaum ke pemain Inter Milan yang melakukan kesalahan di lapangan, "Hei kalian brengsek, kenapa? Tidak bisa main bola? Hancurkan mereka, hancurkan! Dengar tidak?!"
“Ferguson mendengar ucapannya, langsung melompat ke pinggir lapangan,”Baru kehilangan satu gol, kalian buah zakar lembek ini langsung menyerah? Sialin kawan-kawan brengsek ini, kita mau satu kemenangan, kalian paham lah? Satu kemenangan!”
“Omong kosong kemenangan, mengandalkan kamu?” Yang Chengzhuo menoleh, marah-marah meludahkan “Cih”.
Ferguson tidak mendengar, tapi melihat sikapnya pasti bukan kata-kata baik. Dia juga meludahkan “Cih” ke arah Yang Chengzhuo, mulutnya komat-kamit delapan puluh persen juga sedang mengutuk brengsek tak tahu menghormati senior ini.
……
……
Setelah Inter Milan berhasil mencetak satu gol, Manchester United mulai berusaha keras memulihkan stabilitas.
Tapi Inter Milan enggan memberi kesempatan seperti ini, terutama Nedvěd yang aktif melakukan pressing ganas di depan, mengganggu sistem pertahanan MU. Rekan satu tim di samping dan belakangnya juga terus berkoordinasi aktif dengannya.
Jika inti pengatur permainan Inter Milan adalah Emerson, Pirlo, dan Deco, maka Nedvěd adalah pusat taktik lini depan Inter. Dia mampu menanggung beban serangan dan pertahanan di lini tengah-depan.
Manchester United terlihat kewalahan menghadapi tekanan Inter Milan, penampilan mereka penuh kesalahan dan celah.
Menit ke-34, Nedvěd tiba-tiba mundur dari lini depan. Bersama Pirlo yang berada di posisi depan-belakang, mereka menjepit Roy Keane. Orang Irlandia itu baru saja menguasai bola langsung ditabrak Nedvěd dari belakang. Si playboy berapi-api ini mati-matian mencoba melindungi bola, tapi Pirlo lebih dulu menyodok bola ke belakang Keane, tepat ke depan Nedvěd.
Tentu saja pemain asal Ceko ini tidak mau melewatkan kesempatan. Terburu-buru ingin menghentikan bola, namun Roy Keane di sampingnya langsung melakukan pressing lokal. Dengan keadaan terdesak, dia terpaksa mengirim bola ke depan begitu saja.
Van Nistelrooy berakar di kotak penalti, tapi dia paham betul melihat situasi. Terutama karena kerja samanya bertahun-tahun dengan Nedvěd yang saling mengenal dengan baik, begitu melihat Nedvěd terlibat pertempuran sengit, langsung mundur ke area garis penalti untuk menyambut operan.
Ketika Nedvěd mengirim tendangan setengah tinggi, Van Nistelrooy dibuat bingung. Bola seperti ini sulit ditangani. Tapi saat melihat Nedvěd berlari maju, dia mendapat ide brilian. Alih-alih melompat atau bergerak, dia memutar badan menghalangi Wes Brown di belakangnya.
Nasib sial bek tengah MU. Tinggi badan cukup, lompatan memadai, tapi tak bisa menunjukkan kemampuan karena terhalang pantat besar Van Nistelrooy. Terpaksa menyaksikan Van Nistelrooy tanpa melompat menyundul bola setinggi dada untuk mengembalikan operan.
Bola dipukul ke belakang Ferdinand, Nedvěd sudah melesat dengan kecepatan tertinggi, menerobos area pertahanan Ferdinand, dengan Roy Keane yang mati-matian menempel di belakangnya.
Keduanya adalah pria tangguh, pria baja, anggota yang tidak akan berhenti sampai salah satu mati dan suka omong kosong belaka. Jadi Keane menarik jersey Nedvěd dengan tangan, mendesaknya dengan tubuh, hampir bisa dikatakan menggunakan segala cara. Tapi anggota satu ini, Nedvěd, tetap berhasil merebut bola lebih dulu.
Tekniknya sederhana: kaki kanan diangkat tinggi, menyambut bola dengan sentuhan pengendalian. Saat bola menyentuh tanah, posisinya masih dalam jangkauan kaki kanannya. Teknik menghentikan bola ini benar-benar tidak akan kalah dari Zidane, hanya terlihat kurang elegan dan tenang dibanding si botak itu.
Lalu kaki kanan menyambut bola dengan tendangan, melesatkan tendangan setengah tinggi. Barthez bersiap untuk maju menyongsong, sambil mewaspadai tendangan tanah dari Nedvěd. Tiba-tiba tendangan setengah tinggi melambung melewati kepalanya. Dengan tergesa ia hanya bisa mengangkat tangan, berusaha menepis bola, namun akhirnya tak berdaya menyaksikan bola masuk ke jala.
“GOALLLLLLLLLLLLLL！！”
"Inter Milan menambah gol! Menit ke-34, sekali lagi bintang Ceko Nedvěd mencetak gol untuk Inter Milan. Skor 2-0 untuk tuan rumah melawan Manchester United!"
Setelah menyelesaikan tembakan, Nedvěd tersandung oleh Keane dan jatuh ke tanah. Namun begitu melihat gol tercipta, ia langsung melesat keluar area terlarang dengan semangat membara, kedua tangan mengibas-ngibaskan, teriakan pelepasan emosi membahana dari mulutnya.
"Dua gol dalam satu pertandingan! Luar biasa indah! Nedvěd menunjukkan performa nyaris tak tertandingi sejak awal pertandingan. Dialah kunci kemenangan bagi Inter Milan saat ini!"
"Dua gol beruntun yang bernilai ribuan koin emas! Nedvěd hampir sendirian merobek pertahanan belakang Manchester United!"
"Mungkin dia tidak memiliki teknik kaki ajaib, mungkin juga tidak punya kemampuan dribbling spektakuler, tapi semangat pantang menyerah dan tekad baja menjadikannya pemimpin spiritual tak terbantahkan di Inter Milan saat ini. Dialah jaminan kemenangan tim ini!"
Nedvěd kali ini langsung melesat ke bawah tribun, melambungkan ciuman terbang ke arah fans Inter Milan di tribun atas.
Dia benar-benar tak bisa menahan kegembiraannya!
Di momen krusial seperti ini mencetak brace, adakah yang lebih membahagiakan daripada ini?
Rekan satu tim berhamburan merayakan gol Nedvěd, para pemain asal Ceko itu saling berpelukan penuh sukacita.
Seperti yang dikatakan komentator, sejak awal musim ini, Nedvěd terus menunjukkan performa luar biasa dan semangat pantang menyerah. Terutama saat menghadapi Roma, dia bahkan mencapai puncak performa tertingginya, menjadi pemimpin semangat tak terbantahkan Inter Milan di lapangan hijau.
Hal ini membuatnya sangat dihormati dalam skuat. Hampir tidak ada yang meragukan posisinya di tim ini.
Yang Chengzhuo sempat membeku sejenak melihat Nedvěd mencetak gol lagi, lalu tiba-tiba berniat menggoda. Dia langsung berlari ke bangku pelatih tim tamu sambil terus mengacungkan tangan dan berteriak histeris, memprovokasi fans Inter Milan di tribun untuk ikut bersorak.
Bahkan saat melewati Ferguson, dia sengaja menambahkan gerakan tangan kirinya juga, terlihat sangat bersemangat.
Ekspresi Lao Fu Ye memucat melihat Yang Chengzhuo melintas di depannya - cukup untuk membuat orang bergidik ngeri.
Staf Stadion Giuseppe Meazza segera menghentikan Yang Chengzhuo karena mereka paham ini bisa memicu kontroversi. Frisk juga langsung berlari ke pinggir lapangan untuk memperingatkannya.
Tapi yang terakhir ini hanya tertawa lebar. Dia sengaja memamerkan keunggulan 2-0 di depan Ferguson, ingin menunjukkan pada si orang tua itu!
"Haha, Sang Kaisar memang pantas dijuluki demikian! Hanya dia yang berani memprovokasi Ferguson seperti ini!"
"Lihatlah ekspresi Ferguson! Aku yakin selama istirahat tengah, pemain Manchester United akan dihujani amarah seperti angin kencang dan hujan deras!"
……
……
Inter Milan yang unggul 2 gol mulai memperlambat irama permainan, menunggu kesempatan dengan sabar.
Setiap sentuhan bola tim tuan rumah disambut sorak-sorai fans, sementara penguasaan bola Manchester United selalu diiringi siulan. Ditambah ketertinggalan 2 gol, seluruh anggota Setan Merah terlihat lesu, mengakhiri babak pertama dengan skor 2-0.
Masuk ke ruang ganti, Yang Chengzhuo tidak pelit memberikan pujian pada para pemain. Meski belum memuji siapa pun secara khusus, semua orang bisa melihat sang Bos sedang dalam kondisi hati yang sangat baik.
"Ya, kita unggul 2 gol! Tapi harus kuberi tahu, ini tidak akan mewakili apa pun!"
Setelah memuji, ekspresi Yang Chengzhuo terlihat lebih serius daripada biasanya. Dia sangat paham jenis tim seperti apa yang sedang mereka hadapi kali ini.
"Di hadapan kita berdiri Setan Merah Manchester United - tim yang pernah membalikkan keadaan saat ketinggalan 2 gol di kandang Juventus. Bisa kita bayangkan, ini adalah tim yang mutlak tidak akan menyerah sampai detik terakhir pertandingan!"
Mendengar ucapan ini, para pemain spontan teringat semifinal Liga Champions season 98/99. Saat leg kedua Juventus vs MU, tuan rumah langsung unggul 2 gol dalam belasan menit awal - situasi yang sangat mirip dengan kondisi Inter Milan saat ini.
Tapi setelah tertinggal, MU justru melancarkan serangan balik gila, menyamakan skor di babak pertama, dan akhirnya Cole mencetak gol ketiga yang mengubah total keadaan, memperagakan sebuah pembalikan keadaan yang menggemparkan dunia.
Di kehidupan sebelumnya Yang Chengzhuo, banyak yang menyebut final Liga Champions 1999 sebagai klasik, tetapi alasan sesungguhnya di balik status legendarisnya terletak pada dua gol injury time. Namun sebagai pelatih kepala, Yang Chengzhuo merasa bahwa dari segala aspek, semifinal melawan Juventus-lah yang merupakan karya puncak sejati.
Pada akhirnya, pembalikan di final mengandung unsur hoki - dua tendangan sudut menghasilkan dua gol, jauh lebih sedikit dibanding kekuatan mental yang ditunjukkan saat semifinal melawan Juventus yang benar-benar mengguncang jiwa.
Karena itu, dia selalu menggunakan pertandingan ini untuk memperingatkan diri mereka sendiri: "Seberapa mengerikankah sebenarnya Setan Merah itu?!"
"Setelah babak kedua dimulai, kita harus melakukan penyesuaian taktik dari babak pertama. Kami yakin Manchester United pasti akan aktif melancarkan serangan balik, tapi kita tidak bisa memberi mereka kesempatan seperti ini. Di awal babak kedua, kita langsung melakukan serangan mendadak untuk menguasai inisiatif permainan, lalu memperlambat irama. Ingat, irama harus diperlambat! Keunggulan teknis satu-guru-satu-murid dan detail kita cukup untuk menerapkan strategi ini. Perlambat irama, gerogoti stamina MU, paham?"
Para pemain serentak mengangguk serentak.
"Zambrotta dan Zanetti, perhatikan serangan mendadak dari kedua sayap di babak kedua. Zambrotta terus dorong agresif ke depan untuk menekan sayap kanan MU. Tapi Zanetti," Yang Chengzhuo menunjuk bek Argentina itu, "Kamu harus mengawasi ketat Ryan Giggs!"
Bek sayap Argentina itu mengangguk setuju sambil menanggapi: "Siap, Pelatih!"
"Taktik babak kedua kita tidak lagi menekan ke depan. Pertahankan posisi normal dengan tiga garis saling berkoordinasi. Pemain area tengah harus banyak melakukan pergerakan fleksibel untuk memecah formasi tengah Manchester United! Aku ingin serangan mereka tidak terorganisir!"
Tanpa tekanan serangan yang memadai, MU sulit bertahan. Aura keunggulan mereka pun tidak akan muncul.
Dari babak pertama terlihat, MU yang pasif telah kehilangan pergerakan infiltrasi khas mereka, operan satu sentuhan yang biasa dikuasai, serta alih-alih bola skala besar yang menjadi andalan. Serangan mereka tampak variatif, tapi nyatanya tidak ada yang efektif.
Sebaliknya, Inter Milan menunjukkan koordinasi sempurna dalam operan pendek-menengah-panjang, variasi taktik yang tak terbendung, membuat MU sama sekali tak mampu menahan.
……
……
Setelah babak kedua dimulai, para Nerazzurri di Stadion Giuseppe Meazza terkagum melihat tim mereka langsung melancarkan serangan gencar, terutama di sayap kiri.
Kali ini, Yang Chengzhuo sama sekali tidak menyembunyikan niatnya. Dengan terang-terangan, dia mengerahkan formasi penyerangan di sayap kanan Manchester United. Zambrotta, Nedvěd, dan Ronaldo terus berkoordinasi di area ini, menekan Beckham dan Gary Neville hingga keduanya kesulitan. Bahkan kedua pemain MU itu masing-masing mendapatkan kartu kuning akibat serangan Inter Milan.
Meskipun terlihat pasif secara situasi permainan, performa menyeluruh Manchester United sebenarnya lebih baik dibanding babak pertama. Setidaknya pergerakan pemain dan komunikasi antarpemain meningkat, membuat tim terlihat lebih energetik daripada paruh waktu sebelumnya.
Sayangnya, di bawah tekanan Inter Milan, mereka tetap gagal menemukan celah peluang.
Pada momen krusial ini, Ferguson membuat keputusan substitusi yang mengejutkan: Solskjær masuk menggantikan Silvestre. Wes Brown kemudian dipindahkan ke sayap kiri, sementara Roy Keane mundur ke dalam kotak penalti.
Langkah kontroversial ini langsung memicu perdebatan. Bahkan komentator langsung di stadion berpendapat Ferguson seharusnya mengganti Gary Neville yang performanya buruk, bukan Silvestre.
Yang Chengzhuo justru menunjukkan persetujuan terhadap pergantian pemain yang dilakukan Ferguson.
"Dalam kondisi saat ini, mengganti pemain di sayap kiri atau kanan sama saja. Di bawah tekanan serangan kami, siapapun yang masuk tidak akan membuat perbedaan. Tapi dengan membiarkan Gary Neville tetap di lapangan, kita bisa terus menyerang sayap kanan mereka. Jika tidak, memberi kesempatan Gary Neville untuk maju menyerang, kombinasi daya serangnya dengan David Beckham akan menjadi senjata pamungkas!"
Di titik ini, bahkan Benitez harus mengakui bahwa pemahaman taktis orang tua Ferguson benar-benar di luar dugaan mereka. Juga harus diakui, ketika Gary Neville dan Beckham sepenuhnya fokus bertahan, serangan Inter Milan pun sulit efektif untuk sementara waktu.
Menyaksikan Ferguson memasukkan Solskjær, Yang Chengzhuo menghela napas dan memberi isyarat pada Emerson untuk mundur ke depan wilayah terlarang guna memperkuat pertahanan, sementara tiga garis formasi mulai melakukan penarikan posisi.
Fungsi pengganti emas tidak terletak pada kekuatannya, melainkan pada kemampuannya memahami pertandingan dan transformasi yang bisa dibawanya ke situasi di lapangan.
Pertandingan sepakbola paling takut pada genangan air yang diam! Selama ada perubahan, pasti ada kesempatan!
Yang Chengzhuo tidak boleh memberi kesempatan pada Manchester United. Ia harus mewaspadai Solskjær karena pernah dimakan pemain Denmark.
Setelah turun, Solskjær bermain sebagai striker kedua di belakang Forlán. Keduanya bergantian melakukan guncangan depan-belakang, menyulitkan pertahanan Inter Milan. Sementara itu, Scholes mendadak beralih ke sayap kiri untuk berkoordinasi dengan Giggs yang juga bergeser ke area tersebut. Tekanan serangan MU perlahan mulai bangkit.
Menyaksikan situasi ini, Yang Chengzhuo langsung mengganti Deco dengan Cordoba. Zanetti diangkat ke lini depan sementara bek Kolombia itu ditugaskan khusus sebagai bek kanan untuk menargetkan Giggs yang posisinya lebih maju.
Serangkaian pergantian pemain ini seketika menantahkan serangan balik Manchester United, sebaliknya pertahanan-balik Inter Milan mulai menunjukkan gelora.
Saat Ferguson menyaksikan Cordoba turun ke lapangan, dalam hati hanya bisa mengeluh. Kedalaman bangku cadangan Inter Milan memastikan bahwa sumber daya pemain yang dikelola Yang Chengzhuo benar-benar melimpah. Hampir setiap posisi memiliki dua pemain dengan gaya berbeda, memberikan fleksibilitas besar dalam pengaturan formasi.
Sebaliknya, melihat kondisi Manchester United, Ferguson tak bisa menahan rasa iri terhadap sumber daya yang ada di tangan Yang.
Namun harus diakui, visi Yang dalam merekrut pemain sangatlah tajam. Hampir tak pernah salah memilih pemain, bahkan Ferguson dan Wenger pun tak mampu menyaingi, apalagi orang lain.
Justru karena ketepatan visi perekrutan dan persiapan matang Yang dalam pembentukan tim, rotasi skuad Inter Milan saat ini bisa berjalan mulus.
Merenungkan hal ini, Ferguson menghela napas dalam hati - kekalahan ini memang wajar!
