Di antara cincin pertama dan kedua Milan, tepat di utara Kastil Sforza, berdiri megah stadion baru Inter Milan. Desain eksterior modern nan fashionable membuat proyek stadion ini terlihat sangat mencolok.
Hal ini selama tiga tahun terakhir telah menjadi topik yang paling banyak dibicarakan di kota Milan.
Saat ini konstruksi sudah mendekati penyelesaian, hanya tinggal menyempurnakan jaringan transportasi dan penghijauan di sekitar stadion, serta sistem manajemen parkir bawah tanah dan fasilitas stadion lainnya.
Eksterior stadion Inter Milan didominasi warna biru dan hitam. Pada hari pertandingan, penampilan stadion yang diterangi lampu terlihat sangat ajaib, telah memenangkan sanjungan dari jutaan fans Biru-Hitam yang tak sabar menantikan momen pembukaan resmi stadion baru ini.
Sejak Inter Milan menciptakan rekor 67 pertandingan tak terkalahkan, fans Inter Milan telah memasang angka tersebut tinggi-tinggi di tiang iklan depan stadion. Setiap malam mereka menyalakan lampu, membuat seluruh tiang iklan berkilauan memesona, menarik perhatian semua pejalan kaki. Bahkan dari jarak sangat jauh pun terlihat jelas, menjadikannya salah satu ikon pemandangan malam Milan.
Namun malam ini, seluruh Stadion Giuseppe Meazza bersinar terang benderang. Jika dilihat dari ketinggian, seluruh area dicat warna Biru-Hitam oleh cahaya lampu, ditambah dengan tiang iklan yang memesona di alun-alun, membuat kawasan sekitar Stadion Giuseppe Meazza terlihat sangat memukau.
Tanpa henti, fans Inter Milan berduyun-duyun memasuki alun-alun yang diterangi cahaya Biru-Hitam.
Berbeda dengan hari biasa, depan Stadion Giuseppe Meazza kini ramai dengan kerumunan orang. Puluhan ribu fans Inter Milan berkumpul di sini, bahkan menguasai taman-taman sekitar, mengubah area ini menjadi panggung perayaan kemenangan liga mereka secara tuntas.
"Dalam empat tahun terakhir, mereka praktis menjadi fans paling bahagia di Italia, karena tim mereka setiap tahun mampu memberikan satu perayaan, membawa kebanggaan, dan membuat mereka merasakan keseruan mencapai puncak kejayaan."
"Terutama musim ini!"
"Para Nerazzurri hanya perlu menengadah ke tiang iklan megah di tengah alun-alun, memandang angka 67 yang menyala-nyala di atasnya - semua itu akan memenuhi mereka dengan kebanggaan dan kehormatan."
"Saat bus tim Inter Milan perlahan memasuki stadion, suasana sepanjang pertandingan langsung riuh rendah."
"Puluhan ribu fans Inter Milan serempak bersorak, aura mereka mengguncang seluruh kota Milan."
"Saat bus berhenti, fans menyalakan kembang api. Dalam dentuman ledakan dan sorak-sorai ribuan pendukung, Yang Chengzhuo memimpin para pemain turun dari bus dan berjalan khidmat menuju podium di tengah stadion."
"Sang Kaisar! Sang Kaisar!!"
Fans-fans serempak meneriakkan nama Yang Chengzhuo yang memimpin, awalnya agak kacau tapi segera menjadi teratur, kemudian berubah sangat penuh aura. Ditambah dengan para pemain yang dengan keharmonisan tak terucap berada selangkah di belakang Yang Chengzhuo, membuatnya terlihat seperti Sang Penguasa yang sedang naik takhta.
Sorak-sorai gegap gempita ini mencapai puncaknya saat dia berjalan ke bagian tengah!
Para pemain serempak berdiri di sekeliling Yang Chengzhuo, menerima sorakan para Nerazzurri di TKP.
Lalu Ketua klub Moratti, manajemen Facchetti, Prisco dan lainnya juga datang ke Stadion Giuseppe Meazza. Mereka telah mempersiapkan perayaan meriah bersama fans.
Dengan merebut gelar Serie A musim ini, frekuensi gelar juara liga Inter Milan mencapai 16 kali, menyamai rival abadi mereka AC Milan. Kedua tim sama-sama memiliki 16 trofi Serie A, hanya kalah dari Juventus yang memiliki 25 gelar liga.
Hal ini tak diragukan lagi membuat semua fans Inter Milan di TKP merasa gembira bukan kepalang, bahkan mereka merayakannya dengan penuh kegilaan di lokasi.
Prisco juga tak kalah bersemangat. Anggota senior yang kondisi fisiknya selalu rapuh dengan penyakit jantung ini menggenggam tangan Yang Chengzhuo dengan erat, berkata penuh semangat: "Selanjutnya kita harus mengungguli para anggota licik tak bermoral itu! Kita akan menyulam bintang kedua di seragam kita!"
Yang Chengzhuo sendiri juga bersemangat. Ia terus-menerus berbincang dengan Prisco sambil berinteraksi dengan para fans yang hadir.
Namun karena Inter Milan masih harus mempersiapkan leg kedua semifinal Coppa Italia di tengah pekan yang akan menghadapi Lazio di kandang sendiri, Yang Chengzhuo dan tim pun tak bisa berlama-lama di lokasi. Mereka pun berpamitan dengan fans dan meninggalkan Stadion Giuseppe Meazza lebih awal.
Justru Moratti, Facchetti dan lainnya tetap bertahan hingga akhir, merayakan kemenangan ini bersama fans sepanjang malam.
……
……
Keesokan paginya, cuaca sangat cerah.
Yang Chengzhuo seperti biasa bangun pagi, lalu seperti biasa bertemu Annie Stanton. Keduanya seperti biasa melakukan lari pagi.
Beberapa waktu terakhir ini, Annie Stanton bagaikan murid yang rajin belajar tanpa lelah. Ia terus mengejar Yang Chengzhuo dengan berbagai pertanyaan, lalu menceritakan perkembangan upayanya mengejar pria yang diam-diam disukainya. Mereka kerap berdiskusi dan mempelajari hal ini bersama.
Hal ini membuat durasi lari Yang Chengzhuo yang semula 20 menit, kini molor menjadi 30 menit, bahkan terkadang sampai 40 menit. Sampai-sampai ia tak sempat makan.
"Terkekeh, malam itu kamu terlihat sangat berwibawa!" Annie Stanton mengatupkan gigi sambil berlari di sampingnya, tersenyum.
"Kamu juga ada di TKP?" Yang Chengzhuo tersenyum tipis.
Yang terakhir terus-menerus mengangguk, "Aku bahkan pergi ke Turin!"
"Oh, kelihatannya kamu akan menjadi fans Inter Milan juga!" kata Yang Chengzhuo sambil tertawa.
“Aku adalah ksatria wanita dari Guild Santo Roh, fans Sang Kaisar!” Annie Stanton tersenyum, wajahnya penuh kepuasan. Menjadi fans Sang Kaisar saat ini memang merupakan hal yang terhormat.
Siapa yang bisa menyangkal bahwa Yang Chengzhuo adalah pelatih kepala paling berpengaruh di dunia sepak bola saat ini?
Soal stamina fisik, Annie jelas kalah mentereng dari Yang. Di awal masih bisa mengejar, tapi perlahan mulai tertinggal.
Jika satu putaran lari Yang mencapai 5 kilometer, perkiraannya Annie hanya 3 kilometer. Itupun dia sering berhenti istirahat di tengah jalan, baru melanjutkan pulang bersama saat Yang kembali.
“Akhir-akhir ini tak sempat menanyakan, bagaimana perkembangannya?” tanya Yang penuh perhatian.
Jadwal pertandingan yang beruntun membuatnya hampir setiap hari bekerja sampai larut malam. Pagi setelah lari langsung kembali ke klub. Kadang karena lupa, urusan ini pun tak sempat ditanyakan.
“Hm, perkembangan bagus, metode khususmu cukup efektif!” Annie Stanton berkata dengan manis, terlihat agak seperti sedang merasakan sensasi bercinta.
Yang Chengzhuo tersenyum tipis, “Perkembangan bagus itu baik, manfaatkan waktu untuk mengungkapkan perasaan, jangan lewatkan kesempatan, tangkap dia di tanganmu, injak-injak semaumu!”
“Menginjak-injak?” Annie Stanton membeku.
“Tentu, kau mengejarnya sampai segini melelahkan, kalau tidak menginjak-injak balik, bagaimana bisa mengejar kembali modal?” Yang Chengzhuo terkekeh, berbicara layaknya ingin dunia kacau.
Annie Stanton menggerutu sambil tersenyum, tapi tidak membantah.
“Sudahlah, aku harus pergi, hari ini harus lebih awal!”
“Oh iya, minggu depan kau akan kembali ke Tiongkok?” Annie Stanton bertanya penuh perhatian.
Sepertinya Yang Chengzhuo pernah menyinggung hal ini, mengangguk, “Ya, kau tahu, tanah airku sedang menghadapi bencana, aku harus pulang sebentar.” (Sebenarnya untuk ikut aktivitas bantuan bencana)
“Kalau begitu hitung aku juga!” Annie Stanton tersenyum.
“Kamu?” Yang Chengzheng membeku.
“Tidak menyambut?”
“Tentu saja tidak, hanya... banyak orang yang tidak berani pergi.” Selama SARS mengganas, banyak yang takut ke Tiongkok.
“Kamu saja tidak takut, aku takut apa?” Annie Stanton tersenyum sambil berkata tanpa terlalu memikirkannya.
……
……
16 April, malam, Milan, Stadion Giuseppe Meazza yang legendaris
Saat operan silang Recoba di depan gawang melayang ke kaki Batistuta, Dewa Perang Argentina ini tidak menyia-nyiakan kesempatan langka yang tak terulang. Langsung ia ayunkan kaki kanannya, menghajar bola dengan tendangan keras bertenaga.
Peruzzi mencoba merespons, tapi reaksinya terlalu lambat dibanding kecepatan bola yang melesat!
“What a great BatiGoallllllllllll！！”
Saat komentator pertandingan melantunkan suara panjangnya, seluruh Stadion Giuseppe Meazza tenggelam dalam riuh rendah sorak-sorai. Seluruh fans Inter Milan serentak berdiri dari kursinya, menyemut keluar dari tribun sembari meneriakkan sorakan gegap gempita untuk Batistuta di lapangan.
Batistuta langsung melesat keluar dari wilayah terlarang. Rekan satu tim di sekitarnya berusaha menghentikannya, namun mereka menyadari Dewa Perang Argentina ini tak sanggup dihalangi sama sekali.
Dengan gesit ia melompat ke pinggir lapangan. Batistuta berlutut setengah di atas armor sambil memanjangkan tangan kirinya. Tangan kanannya membentuk gerakan menekan pelatuk senapan, menciptakan koreografi tembakan mitraliur yang sangat kreatif dan penuh makna simbolis.
Meski berada di akhir karier profesionalnya sejak bergabung dengan Inter Milan - seperti terlihat dari capaian angka dua digit golnya di berbagai turnamen musim ini - prestasi Batistuta tetap mumpuni di hati para pendukung Nerazzurri.
“Siapa bilang Batistuta sudah tua? Siapa bilang Dewa Perang tidak bisa mencetak gol?”
“Mereka yang meragukan Batistuta harus melihat performanya di pertandingan ini! Dia tetap aktif seperti biasa, menonjol seperti biasa, dan masih mengandalkan tembakan jarak menengah-jauh khasnya yang memukau!”
“Mungkin waktu telah mengikis kemampuannya untuk mempertahankan puncak legenda, mungkin raganya tak lagi seperkasa dulu. Tapi Batistuta yang tua tetaplah Batistuta!”
Yang Chengzhuo memainkan kombinasi trisula Batistuta, Baggio, dan Recoba di laga ini. Jelas terlihat ia ingin memberi lebih banyak kesempatan pada para veteran di kandang sendiri. Mereka tak mengecewakan harapan pelatih - terutama Batistuta dan Baggio yang bersama-sama mendemonstrasikan legenda abadi.
Awal pertandingan ini Inter Milan bermain pasif, namun lini pertahanan Ferrari dan Chiellini sangat stabil. Vieri yang diawasi ketat oleh Chiellini frustrasi selama 90 menit. Meski Inter juga gagal mencetak gol, seluruh pertandingan berjalan teratur bagai roda gigi yang rapi.
Di saat semua orang mengira pertandingan akan berakhir 0:0 dengan Inter bermain imbang di kandang untuk menang agregat, tiba-tiba Batistuta mencetak gol yang mengumumkan kemenangan Inter Milan.
Recoba mengandalkan kemampuan individunya, berkoordinasi dengan Baggio, menembus area terlarang, lalu memberikan umpan silang kepada Batistuta yang mencetak gol spektakuler, membawa kemenangan tak terbantahkan bagi Inter Milan!
Dengan ini, Inter Milan berhasil mengeliminasi Lazio dan lolos ke final Coppa Italia!
Begitu menyadari hal ini, seluruh Nerazzurri di stadion langsung riuh rendah dan bersorak-sorai gegap gempita.
Yang Chengzhuo berdiri di pinggir lapangan, mengayunkan tangan kanannya ke arah fans sambil memberi isyarat agar sorak-sorai mereka lebih keras, semangat mereka lebih membara, dan tepuk tangan serta sorakan yang gemuruh sebaiknya semakin dahsyat.
Seolah terpancing oleh Yang Chengzhuo, puluhan ribu fans Inter Milan di TKP serempak bersorak dan menyanyikan lagu tim mereka.
Pada malam tanggal 15, di Stadion Olimpiade Roma, AC Milan berhasil mengalahkan Roma-nya Capello dengan agregat 6-3. Dengan ini, final Coppa Italia akan menghadirkan Derby Milan!
Adakah hal yang lebih menggembirakan dari ini?
Bahkan, semua orang mulai tak sabar menantikan kedatangan dua leg final Coppa Italia.
Mereka haus untuk mengalahkan musuh bebuyutan, menghancurkannya sampai tuntas!
……
……
19 April, Inter Milan akan menghadapi AC Milan di kandang sendiri.
Pertandingan ini dijuluki oleh jutaan orang sebagai pradana final Coppa Italia. Meski ada pertandingan Liga Champions di tengah pekan, namun jelas terlihat situasi Inter Milan lebih baik dibanding AC Milan.
Legiun Merah-Hitam kalah 1-2 di kandang Valencia pada leg pertama babak penyisihan perempat final Liga Champions. Namun kartu merah Stam membuat leg kedua pertandingan ini penuh suspense. Bahkan Koeman langsung mengumumkan setelah pertandingan bahwa skor ini sangat ideal, dan mereka akan mengalahkan AC Milan di tandang untuk melakukan comeback dan lolos ke semifinal.
Di hadapan Ancelotti terhampar realitas pahit: gelar juara liga sudah menjadi milik Inter Milan. Berjuang mati-matian bagi AC Milan tidak bermakna lagi, paling-paling hanya meraih kemenangan Derby. Tapi jika terlalu keras melawan Inter, pertandingan kandang melawan Valencia sangat mungkin berakhir tragis.
Tapi Inter Milan tidak seperti ini. Tim Yang Chengzhuo menang 2-0 atas MU di kandang sendiri, membuat timnya hampir pasti lolos selama tidak kalah lebih dari 2 gol di kandang lawan.
Kesenjangan situasi memaksa kedua tim harus membuat pilihan.
Yang Chengzhuo lebih leluasa dalam memilih lineup pembuka karena kedalaman bangku cadangannya yang hebat, memungkinkannya menggunakan dua formasi berbeda untuk menghadapi AC Milan.
Kali ini lineup pembukanya adalah kiper Buffon, lini belakang Pasquale-Nesta-Ferrari-Zanetti, gelandang Perrotta-Zanetti-Deco, gelandang serang Recoba, dengan duo striker Luca Toni dan Martins.
Meski formasi ini tak secemerlang pasukan inti Inter yang penuh cahaya bintang tumpah ruah, tetap bisa dibilang memiliki kekuatan yang mumpuni.
Pasquale dan Ferrari sama-sama berada di level pemain timnas Italia. Perrotta musim ini menunjukkan performa yang sangat menonjol dengan kemajuan pesat. Zanetti juga dijuluki sebagai gelandang utama klub elit. Ditambah dengan bintang inti Deco di depan, kombinasi trio Recoba yang bermitra dengan Luca Toni dan Martins di lini serang, ofensif mereka tidak akan kalah dari tim Serie A manapun.
Dari formasi yang diatur seperti ini, semua orang tidak bisa mengatakan Yang Cheng tidak serius. Mereka hanya bisa mengeluh: Bahkan dengan pasukan cadangan separuh, Inter Milan sudah memiliki kekuatan untuk bertarung habis-habisan melawan raksasa seperti AC Milan. Siapa yang menyangka ketebalan bangku cadangan mereka begitu luar biasa?
Memenangkan gelar juara Liga Serie A 6 putaran lebih cepat, Inter Milan jelas telah memecahkan rekor sejarah Serie A yang sebelumnya dipegang Torino 1948 dan Fiorentina 1956 yang menjuarai liga 5 putaran lebih cepat. Hal ini membuat fans Inter Milan di TKP semakin bersorak gembira, mereka semua merayakan gelar juara tim dengan gegap gempita.
Bahkan di tribun utara Stadion Giuseppe Meazza, sekelompok fans fanatik yang gila itu berburu memasang berbagai spanduk untuk merayakan kemenangan Inter Milan.
Selamat datang di perayaan gelar juara kami, Rossoneri!
Pergi sejauh mungkin dan sujudlah pada rajamu, AC Milan!
Mulai sekarang, Biru-Hitam adalah warna paling menyilaukan di kota Milan!
Kalian memang ditakdirkan hanya menjadi karakter pendamping!
……
Benar-benar harus mengakui, kreativitas massa itu tak terbatas.
Para pengikut setia Inter Milan yang tak terhitung jumlahnya selalu mampu menciptakan berbagai slogan untuk mempromosikan diri mereka sendiri sembari merendahkan lawan yang paling mereka benci, terutama dalam situasi khusus seperti ini.
Tentu saja, fans AC Milan juga berusaha menggangu perayaan fans Inter Milan, namun dengan jumlah personil yang lebih sedikit, mereka tidak bisa menciptakan atmosfer yang kuat di TKP. Mereka hanya bisa menyaksikan Stadion Giuseppe Meazza berubah menjadi panggung bagi fans Inter Milan, melihat lawan merayakan gelar juara di hadapan mereka.
Bahkan dalam pertandingan ini, Ancelotti terpaksa menurunkan banyak pemain pengganti untuk mengistirahatkan pemain inti jelang pertandingan kandang melawan Valencia di tengah pekan. Hal ini membuat tim yang lebih mirip Tim Dua Inter Milan ini bisa menguasai alur permainan dengan mudah sejak awal pertandingan.
AC Milan meski memainkan pasukan cadangan, ini tidak berarti Ancelotti menyerah. Sebenarnya, taktik pertahanan-balik yang diorganisirnya dalam pertandingan ini dijalankan dengan sangat baik, terutama setelah meninggalkan formasi dua striker. Andriy Shevchenko mendapatkan kesempatan starter dan memikul tugas sebagai penyerang utama AC Milan.
Taktik Inter Milan sangat stabil. Trisula lini depan tampil sangat aktif, terutama pemain muda Martins. Penyerang dengan kecepatan dan daya ledak yang tidak kalah dari Ronaldo ini sejak awal pertandingan terus melakukan pergerakan fleksibel di area serang, terus-menerus menciptakan ancaman, terutama dengan dukungan kreativitas Recoba dan Deco di belakangnya.
Pada menit ke-38, Martins dan Recoba melakukan koordinasi di sayap kiri. Martins memberikan umpan silang di sisi kiri kotak penalti, Luca Toni menyambut dengan sundulan spektakuler mengalahkan Martin Laursen, mencetak gol pembuka untuk Inter Milan.
Gol ini membakar gairah fans Inter Milan. Mereka merayakan dengan gegap gempita di tribun sambil menyerang AC Milan. Nyanyian 【Hati Biru Hitam】 menggema di tribun Stadion Giuseppe Meazza. Bahkan mereka memberi semangat tim untuk terus meningkatkan performa.
"6-0！！!" Fans Inter Milan di tribun secara spontan membuat spanduk bertuliskan seruan ini saat istirahat tengah, mendesak tim untuk terus melakukan tekanan ganas terhadap AC Milan.
Di awal babak kedua, Inter Milan langsung melancarkan serangan beruntun. Rekola khususnya tampil sangat aktif dalam menekan kedua sayap AC Milan.
Menit ke-58, Recoba menunjukkan kemampuan individu di sisi kanan. Dengan dribel tajam ia menembus pertahanan AC Milan, lalu melakukan pemberhentian mendadak di garis akhir sebelum mengirimkan umpan silang ke titik depan. Luca Toni mengontrol bola dengan dada, menaruhnya dengan halus menggunakan kaki kanan sambil menghalangi Costa Curta, lalu memberi assist kepada Martins untuk menambah keunggulan skor.
2：0！
Setelah itu, Inter Milan terus menekan AC Milan dan menciptakan beberapa kesempatan.
Tapi demi mengistirahatkan pemain inti untuk persiapan Liga Champions di tengah pekan, Yang Cheng mulai melakukan pergantian pemain dengan menurunkan Nesta, Deco dan beberapa pasukan inti lainnya, menggantikannya dengan Chiellini, Van Bommel, dan memberikan mereka lebih banyak kesempatan bertanding.
AC Milan memanfaatkan momentum pergantian pemain Inter untuk melancarkan serangan mendadak, berhasil mencetak gol melalui Shevchenko. Namun sayang, Inter akhirnya memenangkan Derby Milan dengan skor 2-1.
Usai pertandingan ini, sorot mata dunia segera beralih dari Serie A yang sudah tak lagi menegangkan ke leg kedua babak penyisihan perempat final Liga Champions yang lebih mencekam.
Dan fokus paling mencolok berada di Old Trafford!
